Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN USIA RENTAN


KEBUTUHAN KHUSUS KEPERMASALAHAN BUDAYA
1. Pemilihan Jenis Kelamin Anak
2. VBAC
3. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus
4. Perawatan Anak Pada Ibu Kebutuhan Khusus

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

Dewi novita sari


Dosberia Gultom
Egi Yasda Davinci
Evith Decyana Br Situmeang
Ika perawati
Innarty Veralina S
Lusi oktaviani
Dosen pembimbing: resi

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
KELAS BATAM 4
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa, berkat limpahan rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA PEREMPUAN USIA RENTAN KEBUTUHAN KHUSUS
KEPERMASALAHAN BUDAYA”.
Didalam penyusunan makalah ini bahwa dalam makalah ini masih tedapat banyak kesalahan
dan kekeliruan serta jauh dari kata sempurna, sebagaimana yang kita harapkan, oleh karena itu
dengan senang hati kami tampa henti mengharapkan kritik dan saran, yang sifatnya membangun,
demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Demikian lah makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, dsn
semoga jerih payah kita, mendapatkan berkat dari tuhan yang maha Esa, amiin.

Batam 4, 05 April 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pemilihan jenis kelamin anak................................................ 4
B. VBAC.................................................................................... 4
C. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus 7
D. Perawatan Anak Pada Ibu Kebutuhan Khusus..................... 8

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 11
B. Saran............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budaya selalu melahirkan ketegangan-ketegangan dalam masyarakat serta bisa saja
menjadi determinan bagi kemajuan dan kemunduruan masyarakat baik dari aspek ekonomi,
perilaku, dilihat dari kesehariannya.
Budaya tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi selalu ada stimulasi sehingga
memyebabkan terbentuknya suatu budaya yang mengakar pada kehidupan bermasyarakat,
kecenderungan suatu pola budaya yang sudah terbentuk akan menentukan setiap aktivitas
yang terkandung pada setiap individu.
Seperti apa yang dijelaskan dalam (Soemardjan, 1964: 115) oleh Ralph Linton (1940),
Budaya atau kebudayaan adalah seluruh dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang
merupakan kebiasaan yang memiliki dan diwarisi oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Secara statistic persalinan SC meningkat sampai 60% disetiap fasilitas layanan


kesehatan. Berdasarkan data The New South Wales Midwives Data Collection (MDC)
Australia padatahun 1998-2008 terjadi kenaikan anggka SC dari 19% menjadi 30,1% dengan
rata-rata 25,9%. Alasan mengapa angka kejadian SC lebih tinggi tidak teridentifikasi secara
jelas, tetapi pergeseran nilai bahwa banyak yang menginginkan persalinan yang tidak sakit
dengan memilih SC. Di Amerika satu dari lima wanit amemilih melahirkan secara SC.
Faktor yang memepengaruhi keberhasilan VBAC salah satunya menurut Singh et al
(2015) persalianan sesar sebelumnya dengan indikasi presentasi bokong dan oligo
hidramnion, riwayat persalian pervagina sebelumnya. VBAC pertama kali dikenalkan oleh
Scell (1923) 23 ibu melahirkan secara pervagina dengan riwayat persalinan SC sebelumnya.
Banyak penelitian mengungkapan bahwa angka keberhasilan VBAC berkisar 50-85% dan
penelitian di Kanada mengungkapkan hal yang sama, bahwa angka keberhasilan VBAC 76,6
%.
Persalinan baik secara SC atau pervagian akan berdampak pada ibu dan bayi apabila
tidak ditangani sesuai standar. Persalinan VBAC berkontribusi terhadap angka kesakitan ibu
seperti histerektomi, ruptur utei, infeksi tetapi kejadian tersebut lebih rendah bila
dibandingkan dengan persalian elektif SC.

4
Tingkat ruptur uteri pada pasien VBAC 0,5-1% tetap sebagai alternatif pilihan
persalinan bagi wanita yang dulu menjalani persalinan dengan SC karena alternatif
persalinan SC berulang juga bukan tanpa risiko. Pelaksanaan VBAC harus dilakukan diskusi
untuk mengetahu risiko dan keuntungan pada ibu dan bayi, dan terdapat persetujuan
tindakan / informed concent (IC) pada perencanaan persalinan riwayat SC.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan kebidanan dengan kebutuhan khusus pada permadalahan budaya.
C. TUJUAN
1 Untuk mengetahui bagaimana pemilihan jenis kelamin pada anak.
2 Untuk mengetahui bagaimana VBAC.
3 Untuk mengetahui bagaimana Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus.
4 Untuk mengetahui bagaimana Perawatan Anak Pada Ibu Kebutuhan Khusus.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. pemilihan jenis kelamin pada anak
Kehadiran anak laki-laki dan perempuan dalam suatu keluarga khususnya di tengah-
tengah masyarakat memegang arti penting. Kehadiran anak laki-laki dalam rumah tangga
masyarakat sangat memiliki arti karena laki-laki sebagai pemimpin. Oleh karena beratnya
peran sebagai pemimpin, maka sejak dini anak laki-laki dibekali sebagaimana menjadi
pemimpin kelak dia dewasa.
Sedangkan kehadiran anak perempuan ditengah keluarga yaitu hanya akan menjadi
ibu rumah tangga.
Oleh karena itu banyak usaha yang dilakukan oleh suatu keluarga masyarakat dalam
mencapai keseimbangan dalam keluarga tersebut.
1. Mitos-mitos terkait dengan jenis kelamin dalam kandungan
 Jenis Kelamin Laki-laki :
- Perut terlihat runcing kedepan
- Lebih menyukai daging, makanan yang asin dan gurih
- Gerakan janin sangat aktif
 Jenis Kelamin Perempuan:
- Perut terlihat melebar kesamping
- Janin diperut condong kebawah
- Gerakan janin lambat
2. Budaya masyarakat untuk mendapatkan jenis kelamin tertentu
Metode urut adalah salah satu cara yang dilakukan dalam melakukan pertolongan kepada
yang membutuhkan. Sebenarnya dilakukan oleh tukang urut yang pertama kali adalah
mengurut badan secara keseluruhan guna memperbaiki jalannya peredaran darah setelah
itu barulah diberikan makanan atau ramuan yang digunakan pengobatan selanjutnya.
3. Persepsi masyarakat terhadap mitos
Keberadaan tanda-tanda dan usaha yang tampak dalam keseharian ibu hamil dalam
menjalankan aktifitasnya memang tidak semuanya benar berhubungan dengan jenis
kelamin anak. Bagi sebagian masyarakat yang mempercayainya maka mitos dari tanda-
tanda itu akan memberikan hubungan yang sangat erat.
Berbeda dengan sebagian masyarakat yang tidak mempercayai mitos tersebut mereka
hanya berujar bahwa tanda tersebut hanya kebetulan saja dengan jenis kelamin anak yang
dilahirkan.
1
B. Pengertian VBAC

VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan


normal setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC menjadi isu yang sangat
penting dalam ilmu kedokteran khususnya dalam bidang obstetrik karena pro dan
kontra akan tindakan ini. Baik dalam kalangan medis ataupun masyarakat umum
selalu muncul pertanyaan, apakah VBAC aman bagi keselamatan ibu. Pendapat
yang paling sering muncul adalah „Orang yang pernah melakukan seksio harus
seksio untuk selanjutnya.‟ Juga banyak para ahli yang berpendapat bahawa
melahirkan normal setelah pernah melakukan seksio sesarea sangat berbahaya
bagi keselamatan ibu dan section adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak.

VBAC belum banyak diterima sampai akhir tahun 1970an. Melihat


peningkatan angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health
Service, melalui Consensus Development Conference on Cesarean Child Birth
pada tahun 1980 menyatakan bahwa VBAC dengan insisi uterus transversal pada
segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima dalam rangka
menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000 menjadi 15%
(Cunningham FG, 2001). Pada tahun 1989 National Institute of Health dan
American College of Obstetricans and Gynecologists mengeluarkan statemen,
yang menganjurkan para ahli obstetri untuk mendukung "trial of labor" pada
pasien-pasien yang telah mengalami seksio sesarea sebelumnya, dimana VBAC
merupakan tindakan yang aman sebagai pengganti seksio sesarea ulangan
(O'Grady JP, 1995, Caughey AB, Mann S, 2001). Walau bagaimanapun, mulai
tahun 1996 jumlah percobaan partus pervaginal telah berkurang dan menyumbang
kepada peningkatan jumlah partus secara seksio sesarea ulang.

Berbagai faktor medis dan nonmedis diperkirakan menjadi penumbang


kepada penurunan jumlah percobaan partus pevaginam ini. Faktor-faktor ini
sebenarnya masih belum difahami dengan jelas. Salah satu faktor yang paling
sering dikemukan para ahli adalah resiko ruptur uteri. Pada tindakan percobaan
partus pervaginal yang gagal, yaitu pada maternal yang harus melakukan seksio
sesarea ulang didapati resiko komplikasi lebih tinggi berbanding VBAC dan
partus secara seksio sesarea elektif. Faktor nonmedis termasuklah restriksi
terhadap akses percobaan partus pervaginal.

2
Gambar 2.1 : Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC
(NIH Consensus Development Conference Statement, 2010)

1. Indikasi VBAC

American College of Obstetricians and


Gynecologists (ACOG) pada tahun 1999 dan
2004 memberikan rekomendasi untuk
menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio
sesarea. Menurut Cunningham FG (2001)
kriteria seleksinya adalah berikut :

i. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen


bawah rahim.
ii. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik

iii. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus

iv. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan


monitoring, persalinan dan seksio sesarea emergensi.
v. Sarana dan pers
vi. onil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat

3
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :

1. Parut uterus yang tidak diketahui

2. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal

3. Kehamilan kembar

4. Letak sungsang

5. Kehamilan lewat waktu

6. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram


2. Kontraindikasi VBAC

Menurut Depp R (1996) kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :

1) JMKBekas seksio sesarea klasik

2) Bekas seksio sesarea dengan insisi T

3) Bekas ruptur uteri

Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas

4) Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri


contohnya miomektomi

5) Disproporsi sefalopelvik yang jelas.

6) Pasien menolak persalinan pervaginal

7) Panggul sempit

8) Ada komplikasi medis dan obstetrik yang


merupakan kontra indikasi persalinan pervaginal

3. Persyaratan VBAC

Panduan dari American College of Obstetricians and Gynecologists pada


tahun 1999 dan 2004 tentang VBAC atau yang juga dikenal dengan trial
of scar memerlukan kehadiran seorang dokter ahli kebidanan, seorang ahli
anastesi dan staf yang mempunyai keahlian dalam hal persalinan dengan
seksio sesarea emergensi. Sebagai penunjangnya kamar operasi dan staf
disiagakan, darah yang telah di-crossmatch disiapkan dan alat monitor
denyut jantung janin manual ataupun elektronik harus tersedia.

4
Pada kebanyakan senter merekomendasikan pada setiap unit persalinan
yang melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk melakukan
seksio sesarea emergensi dalam waktu 20 sampai 30 menit untuk antisipasi
apabila terjadi fetal distress atau ruptur uteri (Jukelevics N, 2000).

4. Faktor yang berpengaruh

Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio
sesarea kembali atau dengan persalinan pervaginal tergantung apakah
syarat persalinan pervaginal terpenuhi atau tidak. Setelah mengetahui ini
dokter mendiskusikan dengan pasien tentang pilihan serta resiko masing-
masingnya. Tentu saja menjadi hak pasien untuk meminta jenis persalinan
mana yang terbaik untuk dia dan bayinya (Golberg B, 2000).

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan VBAC telah diteliti


selama bertahun-tahun. Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan
tingkat keberhasilan persalinan pervaginal pada bekas seksio (Caughey
AB, Mann S, 2001

5
2.5.1. Teknik operasi sebelumnya

Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien
dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada
tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarae klasik, insisi T pada uterus dan
komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi
serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan VBAC. (Toth PP,
Jothivijayani, 1996, Cunningham FG, 2001). Menurut American College
of Obstetricians and Gynecologists (2004), tiada perbedaan dalam
mortalitas maternal dan perinatal pada insisi seksio sesarea transversalis
atau longitudinalis.

2.5.2. Jumlah seksio sesarea sebelumnya

VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya


maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau
lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih
baik dibandingkan persalinan pervaginal (Flamm BL, 1997).

Resiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea


sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada
bekas seksio sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 – 3.7 %. Pasien dengan
bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur uteri lima kali lebih
besar dari bekas seksio sesarea satu kali (Caughey AB, 1999, Cunningham
FG, 2001).

Menurut Spaan (1997) mendapatkan bahwa riwayat seksio sesarea yang


lebih satu kali mempunyai resiko untuk seksio sesarea ulang lebih tinggi.

6
Menurut Jamelle (1996) menyatakan diktum sekali seksio sesarea selalu seksio
sesarea tidaklah selalu benar, tetapi beliau setuju dengan pernyataan bahwa
setelah dua kali seksio sesarea selalu seksio sesarea pada kehamilan berikutnya ,
dimana diyakini bahwa komplikasi pada ibu dan anak lebih tinggi.

Menurut Farmakides (1987) dalam Miller (1994) melaporkan 77 % dari pasien


yang pernah seksio sesarea dua kali atau lebih yang diperbolehkan persalinan
pervaginal dan berhasil dengan luaran bayi yang baik. Menurut Cunningham
(2001), American College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun 1999
telah memutuskan bahwa pasien dengan bekas seksio dua kali boleh menjalani
persalinan pervaginal dengan pengawasan yang ketat.

Menurut Miller (1994) melaporkan bahwa insiden ruptur uteri terjadi 2 kali lebih
sering pada VBAC dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih. Pada
penelitian ini, jumlah VBAC dengan riwayat seksio sesarea 1 kali adalah 83%
manakala 2 kali atau lebih adalah 17 %.

2.5.3. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya


Pada seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui sayatan horizontal,
kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut insisi kulit vertikal. Kemudian
pemotongan dilanjutkan sampai ke uterus. Daerah uterus yang ditutupi oleh kandung kencing
disebut segmen bawah
C. Persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan khusus
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan (Sumarah, dkk, 2008).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002). Persalinan merupakan titik
tertinggi dari seluruh persiapan yang telah dipersiapkan. Beberapa wanita akan
menyambut persalinan dengan gembira. Di lain pihak, ada yang menyambutnya dengan
kecemasan, ketakutan dan kesedihan (Huliana, 2007).
Perempuan berkebutuhan khusus ada yang sedang mempersiapkan atau menjalani
proses kehamilan dan melahirkan. Bagi mereka, ada beberapa tahap yang harus
7
dilakukan sebelum hamil dan melahirkan. Berikut ini tips yang dibagikan aktivis
pemenuhan hak penyandang disabilitas sekaligus vloger asal Inggris, Lizzy Dwilliams,
yaitu:
1. Pilih konsultan kesehatan yang mengetahui disabilitas pasien
Pastikan konsultan kesehatan terpilih adalah konsultan kesehatan yang
mementingkan kondisi kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya terfokus pada
keadaan disabilitas saja. Pilih konsultan kesehatan yang memiliki sikap perhatian,
cepat tanggap dan terampil.
2. Sertakan asisten rumah tangga yang terampil
Asisten rumah tangga yang teampil akan sangat membantu saat penyandang
disabilitas membutuhkan pertolongan menghadapi proses kehamilan, melahirkan,
serta pasca-melahirkan. Pilih asisten rumah tangga yang dapat menemani sepanjang
waktu dan siaga. Utamakan asisten rumah tangga yang dapat berpikir kritis dan
mengambil tindakan cepat untuk mengantisipasi setiap keadaan.
3. Periksa keadaan rumah sakit atau kondisi tempat melahirkan
Periksa penyediaan aksesibilitas di rumah sakit atau tempat bersalin. Pastikan
terdapat ramp atau bidang miring untuk tempat berjalan kursi roda, atau pegangan
yang dapat digunakan oleh pasien dengan disabilitas.
4. Pastikan ada pendampingan dari pasangan atau keluarga
Saat mendekati hari kelahiran, pastikan pasangan atau keluarga dapat
membantu penyandang disabilitas ketika mulai masuk ruang perawatan
sebelum melahirkan. Sebab, pasangan atau keluarga yang dapat memberikan
dukungan secara psikologis dan menolong penyandang disabilitas bila mereka
harus melakukan mobilitas, seperti ke laboratorium atau ke kamar kecil.
5. Persiapkan teknik khusus saat penyandang disabilitas memberikan ASI
kepada bayi
Beberapa rumah sakit menggunakan alat gendongan bayi yang dilengkapi tali
pengaman yang dapat digunakan oleh penyandang disabilitas tanpa lengan, bila
ingin menyusui bayinya. Ada pula yang menggunakan teknik mendekap bayi
dengan posisi bayi tengkurap di atas dada ibunya.
D. Permasalahan anak pada ibu berkebutuhan khusus
Dibandingkan beberapa puluh tahun lalu, jumlah anak berkebutuhan khusus kini
8
mengalami peningkatan. Di Indonesia sendiri, data BPS tahun 2017 mencatat jumlah anak
berkebutuhan khusus mencapai 1,6 juta anak. Meskipun pendidikan inklusi semakin banyak
tersedia, tantangan terberat tetap ada di tangan orang tua.
Joanna Alexandra (33), ibu dari Ziona (3) yang menderita Campomelic Dysplasia,
menyebut bahwa tantangan pertama yang muncul saat mengetahui Ziona berbeda adalah
ketakutannya menghadapi stigma masyarakat tentang anak berkebutuhan khusus. Ia juga
khawatir akan kemampuannya membesarkan Ziona dengan baik, setidaknya membuat Ziona
bisa hidup mandiri.
ii. Gejolak batin
Berbagai macam emosi negatif kerap muncul pada orang tua dengan
anak berkebutuhan khusus, seperti sedih, malu, khawatir, hingga marah.
Untuk mengatasinya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengakui
atau menerima dulu perasaan tersebut.
iii. Rendahnya dukungan dari pasangan, keluarga, maupun
lingkungan sekitar
Sayangnya, tidak semua orang bernasib sama. Ada kalanya keluarga
sendiri lah yang tidak mau ikut memberi bantuan sehingga hal ini tidak hanya
memperburuk kondisi sang ibu, namun juga anak berkebutuhan khusus yang
membutuhkan lebih banyak pendampingan.
iv. Perawatan anak yang membutuhkan waktu, tenaga, pikiran yang
tidak sedikit
Jika orang tua tidak mampu mencurahkan waktu untuk merawat diri
sendiri, hal ini bisa membuat orang tua kehilangan jati diri. Hal ini berbahaya
bagi kesehatan mental orang tua dan akan berdampak pada pengasuhan anak
berkebutuhan khusus
v. Masalah keuangan
Biaya kontrol dokter, terapi, obat-obatan, alat penunjang, sekolah
dengan guru pendamping, makanan khusus, tentu tidak murah. Dengan segala
pos keuangan dicurahkan untuk membuat kondisi anak lebih baik, orang tua
kerap mengalami stress apabila perkembangan anak tidak sesuai harapan.
Masalah keuangan juga rentan menjadi penyebab terhambatnya pengobatan
dan tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.

9
vi. Perhatian yang berkurang pada pasangan atau anak lainnya
Berbagai tantangan di atas bisa membuat hubungan dengan pasangan
merenggang karena istri sibuk merawat anak dan suami bekerja.

10
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik responden VBAC adalah mayoritas usia
20-35 tahun dengan tingkat pendidikan sarjana dan tidak bekerja. Pada paritas mayoritas
pernah hamil 2-3 kali, jarak persalinan≥ 2 tahun dengan kehamilan aterm. Pada saat datang
pembukaan serviks <4 cm dan selaput ketuban negative.
B. SARAN

Bagi reponden VBAC agar selalu mengupdate informasi terkait metode persalinan supaya
bisa menentukan jenis persalinan yang diinginkan sesuai dengan kondisi ibu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Shamsa A, Bai J, Raviraj P, Gyaneshwar R. Mode of delivery and its associated


maternal and neonatal outcomes *. 2013; 2013(May) : 307–12.

Yagmur Y, Ulukoca N. Social support And Postpartum Depression In Low-


Sicialeconomic Level Postpartum Women in Eastern Turkey. Int J Public Heal. 2010 ;
55(6) : 543 – 9.

Cecatti JG, Maria H, Pires B, Faúndes A, José M, Osis D. Factors associated with
vaginal birth after previous cesarean section in Brazilian women. 2005;18(2):107–13.

Singh P, Panchal D, Bamaniya J, Doshi HU. A Study on Success of TOLAC in Previous


Ante Partum Vs . Intra Partum Caesarean Delivery. 2015;(June):29– 32.

Daniels S, Ns D, Iglesias S, Bc G, Roggensack A, On K. Guideline

12

Anda mungkin juga menyukai