D
I
S
U
S
U
N
OLEH
PRODI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
STIKES HELVETIA MEDAN
T.P 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS ini bisa selesai pada waktunya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….......
2
DAFTAR ISI……………………………………………………………..........
3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….... 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………...... 6
1.3 Tujuan………………………………………………………..…....... 6
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….... 7
2.1 Defenisi Infertilitas………………………………………………. 7
2.2 Klasifikasi Infertilitas…………………………………………… 7
2.2 Etiologi Infertilitas…………………………………………………8
2.4 Factor Resiko Infertilitas……………………………………… 9
2.5 Penatalaksanaan Infertilitas………………………………… 12
2.6 Masalah Yang Timbul Dari Infertilitas………………….. 14
2.7 Syarat-Syarat Pemeriksaan Infertilitas……............... 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu
dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami
kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya. Infertilitas disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan
sebagai ketidak mampuan pasangan untuk
mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk mencoba mendapat
kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka belum
mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual, tanpa pelindung
selama satu tahun.
Infertilitas primer adalah keadaan di mana seorang istri belum pernah hamil
walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan. Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan
seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah
satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini
mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan
bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak
dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik atau
fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum
bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional stress)
dapat pula menurunkan kesuburan wanita.
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat
jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat
dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka
kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan
beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya
baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil. Pasangan suami istri yang
mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-15%, dari jumlah
tersebut 90%
diketahui penyebabnya, sekitar 40% diantaranya berasal dari factor wanita. Kejadian
infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12 %, ternyata fertilitas menurun setelah usia
35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-
40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 70% Menurut penelitian
Mashuri 93 pasangan infertil di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, data yang
diperoleh , 49,46% infertilitas berasal dari pihak istri, 43,01% dari pihak suami dan
7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa
infertilitas paling banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan
kasus infertilitas primer sebanyak 90,32%.
Dari data klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan dari bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober tahun 2010 jumlah pasutri yang mengalami infertilitas primer
sebanyak 517 orang. Survei awal yang dilakukan peneliti di praktek dr. Binarwan
Halim, SpOG (K) melalui metode wawancara pada tujuh pasutri dengan infertilitas
primer, didapatkan bahwa lima orang pasutri tidak mengetahui tentang infertilitas
primer, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai
pengetahuan dasar tentang infertilitas primer, sedangkan 2 orang pasutri mengetahui
tentang infertilitas primer, mereka dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan
mengenai pengetahuan dasar infertilitas primer. Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta pentingnya
pengetahuan dan sikap pasutri tentang kesehatan reproduksi khususnya infertilitas,
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap
pasutri tentang infertilitas primer.
1. Gangguan Ovulasi
Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas salah satunya adalah dengan
melakukan induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba
fallopii) dan pemberian obat-obatan secara terbatas pada kasus factor sperma. Apabila
induksi ovulasi tidak berhasil, metoda dikembangkan untuk meningkatkan peluang
satu pasangan mendapatkan kehamilan, seperti stimulasi ovarium, inseminasi dan
fertilisasi in vitro. Kasus terbanyak gangguan ovulasi pada perempuan usia
reproduksi adalah sindrom ovarium polikistik. Lini pertama induksi ovulasi: klomifen
sitrat (KS): pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150 mg/hari) terjadi
ovulasi selama 3-6 siklus, tetapi tidak terjadi kehamilan. Lini kedua: gonadotropin
atau laparoskopi ovarian drilling (LOD). Lini ketiga: fertilisasi in vitro.
2. Faktor sperma
Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan, tidak terdapat
bukti cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang baik terhadap
terjadinya kehamilan. Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki
bukti cukup kuat terhadap kualitas sperma.
3. Endometriosis
Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik,
tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif. Endometriosis derajat sedang-berat
merupakan indikasi fertilisasi in vitro.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
a. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi
dipengaruhi oleh hormon progesteron.
b. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi
pada sel-sel superfisial.
c. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan
lendir serviks menjadi kental.
d. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
c. Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
b. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,
bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
d. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
d. Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak
bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang. Terapi yang diberikan
adalah pemberian hormon progesterone dan antibiotika bila terjadi infeksi.
Nasehat Untuk Pasangan Infertil
Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :
1. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual
dengan memperhatikan masa subur.
2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
3. Menghitung minggu masa subur.
4. Membiasakan pola hidup sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketidaksuburan dalam istilah medis disebut infertile adalah suatu di mana
pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi infertil pada perempuan,diantaranya : masalah vagina,masalah
serviks,masalah uterus,masalah tuba,masalah
ovarium dan masalah peritoneum. Selain faktor-faktor tersebut terdapat beberapa
faktor lain yang dapat menyebabkan infertilitas,yaitu fitnes dan obesitas. Dalan hal ini
yang dimaksud dengan fitness dapat menggangu infertil adalah fitness yang
berlebihan. Sedangkan obesitas dapat menyebabkan infertilitas karena obesitas dapat
menggangu kerja indung telur,hal ini disebabkan karena cairan disekitar indung telur
mengalami peradangan disebabkan penumpukan lemak. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi infertilitas,salah satunya adalah dengan
cara tes kesuburan. Infertilitas bisa terjadi pada perempuan ataupun laki-
laki,jadi ketika sepasang suami istri yang tidak dikaruniai anak selama kurun waktu 1
tahun perlu mengevaluasi diri,tidak saling menyalahkan satu sama lain.
3.2 SARAN
Bagi pasangan yang mengalami infertil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut Bidan dianjurkan untuk lebih peka dalam mengatasi hal ini
pada perempuan Bidan harus bisa menekankan betapa pentingnya menjaga kesehatan
tubuh untuk menghindari terjadinya infertile.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 2002. Biostatika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC
Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika
Aditama. ‹ Beranda
Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.