Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

PRISKA MULIYANI PUTRI GULO


DOSEN PEMBIMBING : dr. EDWAR AYUB. SP.OG

PRODI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
STIKES HELVETIA MEDAN
T.P 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
PEMERIKSAAN DASAR INFERTILITAS ini bisa selesai pada waktunya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, Saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….......
2

DAFTAR ISI……………………………………………………………..........
3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….... 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan masalah…………………………………………...... 6
1.3 Tujuan………………………………………………………..…....... 6

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….... 7
2.1 Defenisi Infertilitas………………………………………………. 7
2.2 Klasifikasi Infertilitas…………………………………………… 7
2.2 Etiologi Infertilitas…………………………………………………8
2.4 Factor Resiko Infertilitas……………………………………… 9
2.5 Penatalaksanaan Infertilitas………………………………… 12
2.6 Masalah Yang Timbul Dari Infertilitas………………….. 14
2.7 Syarat-Syarat Pemeriksaan Infertilitas……............... 15

BAB III PENUTUP………………………………………………………….........


20
3.1 Kesimpulan………………………………………………….............. 20
3.2 Saran………………………………………................................... 20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu
dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami
kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya. Infertilitas disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan
sebagai ketidak mampuan pasangan untuk
mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk mencoba mendapat
kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka belum
mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual, tanpa pelindung
selama satu tahun.
Infertilitas primer adalah keadaan di mana seorang istri belum pernah hamil
walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan. Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan
seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah
satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini
mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan
bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak
dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik atau
fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah menjadi pendapat umum
bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang berlebihan (emotional stress)
dapat pula menurunkan kesuburan wanita.
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat
jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat
dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka
kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan
beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya
baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil. Pasangan suami istri yang
mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-15%, dari jumlah
tersebut 90%
diketahui penyebabnya, sekitar 40% diantaranya berasal dari factor wanita. Kejadian
infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12 %, ternyata fertilitas menurun setelah usia
35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-
40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebesar 70% Menurut penelitian
Mashuri 93 pasangan infertil di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, data yang
diperoleh , 49,46% infertilitas berasal dari pihak istri, 43,01% dari pihak suami dan
7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa
infertilitas paling banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan
kasus infertilitas primer sebanyak 90,32%.
Dari data klinik dr. Binarwan Halim, SpOG (K) Medan dari bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober tahun 2010 jumlah pasutri yang mengalami infertilitas primer
sebanyak 517 orang. Survei awal yang dilakukan peneliti di praktek dr. Binarwan
Halim, SpOG (K) melalui metode wawancara pada tujuh pasutri dengan infertilitas
primer, didapatkan bahwa lima orang pasutri tidak mengetahui tentang infertilitas
primer, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan mengenai
pengetahuan dasar tentang infertilitas primer, sedangkan 2 orang pasutri mengetahui
tentang infertilitas primer, mereka dapat menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan
mengenai pengetahuan dasar infertilitas primer. Berdasarkan data yang diperoleh
menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas masih tinggi, serta pentingnya
pengetahuan dan sikap pasutri tentang kesehatan reproduksi khususnya infertilitas,
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap
pasutri tentang infertilitas primer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan infertilitas?
2. Apa saja klasifikasi dari infertilitas?
3. Apa saja etiologi dari infertilitas?
4. Apa saja factor resiko dari infertilitas?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari infertilitas?
6. Apa saja masalah yang timbul dari infertilitas?
7. Apa saja syarat-syarat pemeriksaan infertilitas?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui defenisi infertilitas
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari infertilitas
3. Untuk mengetahui etiologi dari infertilitas
4. Untuk mengetahui factor resiko dari infertilitas
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas
6. Untuk mengetahui masalah yang timbul dari infertilitas
7. Untuk mengetahui syarat-syarat pemeriksaan infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara
teratur 2-3 x/minggu, tanpa memakai metode pencegahan selama 12 bulan. Pasangan
suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami memiliki sistem
dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan
sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri memiliki
sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin
wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tidak
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki
anak atau infertil.

2.2 Klasifikasi Infertilitas


Menurut pembagiannya, infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai infertilitas primer
dan infertilitas sekunder.
1. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak
2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
2.3 Etiologi Infertilitas
1. Etiologi Infertilitas Pada wanita Penyebab infertilitas pada wanita sebagai berikut :
1) Hormonal Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalisatau ovarium yang
menyebabkan kegagalan ovulasi, kegagalan endometrium uterus untuk
berproliferasi sekresi, sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi
sperma, kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.
2) Obstruksi Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga dari
penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital, penyakit radang pelvis yang umum, contohnya apendisitis dan
peritonitis, dan infeksi tractus genitalis, contohnya gonore.
3) Faktor lokal Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah
fibroid uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi cervix yang
mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma, kelainan kongenital vagina,
cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma dan ovum, mioma uteri
oleh karena menyebabkan tekanan pada tuba, distrorsi, atau elongasi kavum uteri,
iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang bertangkai.
2. Etiologi Infertilitas Pada Pria Penyebab infertilitas pada pria adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan Spermatogenesis Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah
spermatozoa normal atau tidak. Pengambilan spesimen segar dengan cara
masturbasi di laboratorium. Standar untuk spesimen semen normal telah
ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
2) Obstruksi Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil pada
pria. Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau tubulus yang di sebabkan karena
konginetal dan penyakit, peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai
membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus misalnya orkitis, infeksi
prostat, infeksi gonokokus. Obstruksi juga dapat terjadi pada vas deferens.
3) Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi Faktor-faktor fisik yang menyebabkan
ketidak mampuan koitus dan ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi
penis seperti priapismus atau penyakit peyronie.Faktor-faktor psikologis yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi dan
kebiasaan pria alkoholisme kronik.
4) Faktor Sederhana Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi
dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat
menyebabkan keadaan luar panas yang tidak menguntungkan untuk produksi
sperma sehat.

2.4 Faktor Risiko Infertil


1. Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita
1) Gangguan ovulasi
Gangguan yang paling sering dialami perempuan infertile adalah gangguan
ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa
dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid
yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
2) Sindrom Ovarium Polikistik
Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin. Kelainan ini banyak ditemukan
pada wanita usia reproduksi.
Gejala tersering yang ditimbulkannya antara lain infertilitas karena siklus yang
anovulatoar, oligo sampai amenore, obesitas dan hirsutisme. Sindrom ovarium
polikistik ini menimbulkan perubahan hormonal-biokimia seperti peningkatan
luteinizing hormone (LH) serum, rasio LH/FSH (follicle stimulating hormone)
yang meningkat, adanya resistensi insulin dan peningkatan androgen plasma.
Sindrom ovarium polikistik menyebabkan 5-10% wanita usia reproduksi
menjadi infertil.
3) Masalah Tuba
Peranan faktor tuba paling sering ditemukan dalam infertilitas pada wanita yaitu
sekitar 25-50%. Oleh karena itu, penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah
satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas.
4) Masalah Uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii sekitar 5 menit setelah
inseminasi. Gerakan spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus tidak hanya di
lakukan sendiri. Kontraksi vagina dan uterus mempengaruhi dalam transportasi
spermatozoa. Kontraksi yang terjadi karena pengaruh prostaglandin dalam air
mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Prostaglandin
berpengaruh dalam transport spermatozoa ke dalam uterus dan melewati
penyempitan batas uterus dengan tuba. Uterus sangat sensitif
terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi,
sehingga apabila prostaglandin kurang dalam mani dapat menyebabkan masalah
infertilitas. Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus yang
menggangu pertumbuhan fetus (janin). Mioma uteri dan adhesi uterus
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
sehingga akhirnya terjadi abortus berulang.
5) Peningkatan Usia
Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan usia. Kejadian
infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan usia pada wanita. Wanita
dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki kesempatan untuk hamil dua kali
lebih besar daripada wanita denga rentan usia 35-39 tahun. Bertambahnya usia
maka kadar FSH meningkat, fase folikuler semakin pendek, kadar LH dan
durasi fase luteal tidak berubah, siklus menstruasi mengalami penurunan.
Jumlah sisa folikel ovarium terus menurun dengan bertambahnya usia, semakin
cepat setelah usia 38 tahun dan folikel menjadi kurang peka terhadap stimulasi
gonadotropin sehingga terjadi penurunan kesuburan wanita dengan
meningkatnya usia.
6) Berat Badan
Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas, salah satunya adalah
badan yang terlalu kurus atau badan yang terlalu gemuk.
7) Stress
Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara otak, hipofisis, dan
ovarium. Stress dapat memicu pengeluaran hormon kortisol yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. Stress mempengaruhi maturisasi
pematangan sel telur pada ovarium. Saat stress terjadi perubahan suatu
neurokimia di dalam tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pengelepasan
sel telur. Contohnya, di saat wanita dalam keadaan stress, spasme dapat terjadi
pada tuba falopi dan uterus, dimana hal itu dapat mempengaruhi pergerakan dan
implantasi pada sel telur yang sudah matang.
8) Infeksi Organ Reproduksi
Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi wanita yang langsung
berhubungan dengan dunia luar. Infeksi rongga perut jarang terjadi disebabkan
karena sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah dan lendir yang
kental pada canalis cervikalis yang menghalangi masuknya kuman Infeksi
organ reproduksi sering terjadi di negara tropis karena hygine kurang,
perawatan persalinan dan abortus belum sempurna. Infeksi organ reproduksi
dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan kehidupan sex.
20 Infeksi apabila terjadi pada vagina akan menyebabkan kadar keasamaan
dalam vagina meningkat, sehingga menyebabkan sperma mati sebelum sempat
membuahi sel telur. Infeksi organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua
pembagian yaitu infeksi rendah dari vulva, vagina sampai servik dan infeksi
tinggi dari uterus, tuba, ovarium, parametrium, peritonium, bisa disebut pelvic
inflammatory disease (PID). Infeksi rendah dan tinggi sangat besar
pengaruhnya pada kesehatan karena dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi
organ reproduksi wanita bisa didiagnosis dengan gejala fisik/ manifestasi klinis
yang timbul dan dikeluhkan oleh penderita,
9) Penyakit menular seksual Penyakit menular seksual mempengaruhi fertilitas
pada wanita. Penyakit menular seksual yang paling sering dialami wanita
adalah herpes kelamin, gonorrhoea, sifilis, klamidia, kutil alat kelamin, dan
HIV/AIDS. Penyakit menular seksual mudah dicegah dengan pasangan suami
istri tersebut hanya punya satu pasangan seksual.
2. Faktor Risiko Infertilitas
Pada Pria Faktor risiko infertil pada pria yaitu gangguan pada
spermatogenesis, mengakibatkan sel sperma dihasilkan sedikit atau tidak sama
sekali, gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya,
umur, peminum alkohol,penguna narkoba, merokok dan paparan radiasi.

2.5 Penatalaksanaan Infertilitas


Penanganan infertilitas pada prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu Mengatasi
faktor penyebab / etiologi dan meningkatkan peluang untuk hamil.

1. Gangguan Ovulasi
Tindakan untuk mengatasi faktor penyebab infertilitas salah satunya adalah dengan
melakukan induksi ovulasi (pada kasus anovulasi), reanastomosis tuba (oklusi tuba
fallopii) dan pemberian obat-obatan secara terbatas pada kasus factor sperma. Apabila
induksi ovulasi tidak berhasil, metoda dikembangkan untuk meningkatkan peluang
satu pasangan mendapatkan kehamilan, seperti stimulasi ovarium, inseminasi dan
fertilisasi in vitro. Kasus terbanyak gangguan ovulasi pada perempuan usia
reproduksi adalah sindrom ovarium polikistik. Lini pertama induksi ovulasi: klomifen
sitrat (KS): pemberian KS sebanyak 3 siklus (dosis maksimal 150 mg/hari) terjadi
ovulasi selama 3-6 siklus, tetapi tidak terjadi kehamilan. Lini kedua: gonadotropin
atau laparoskopi ovarian drilling (LOD). Lini ketiga: fertilisasi in vitro.

2. Faktor sperma
Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan, tidak terdapat
bukti cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang baik terhadap
terjadinya kehamilan. Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki
bukti cukup kuat terhadap kualitas sperma.

3. Endometriosis
Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik,
tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif. Endometriosis derajat sedang-berat
merupakan indikasi fertilisasi in vitro.

4. Faktor tuba, oklusi tuba


Tindakan laparoskopi dianjurkan bila dijumpai hasil pemeriksaan HSG abnormal.
Fertilisasi in vitro memberikan luaran yang lebih baik dalam hal kehamilan
dibandingkan bedah rekonstruksi tuba pada kasus oklusi tuba bilateral. Faktor
idiopatik infertilitas ditegakkan atas 3 pemeriksaan dasar infertilitas yang
memberikan hasil normal, yaitu deteksi ovulasi, patensi tuba fallopii dan analisis
sperma. Penanganan pasangan infertilitas idiopatik dapat dilakukan inseminasi intra
uterin (IIU) sebanyak 4-6 x. Stimulasi ovarium dalam IIU terutama dilakukan pada
kasus endometriosis dan infertilitas idiopatik.
5. Fertilisasi in vitro (FIV)
Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi: Faktor sperma yang
berat dan tidak dapat dikoreksi, oklusi tuba bilateral, endometriosis derajat sedang ‐
berat, infertilitas idiopatik
yang telah menjalani IIU 4-6 x dan belum berhasil hamil, gangguan ovulasi yang
tidak berhasil dengan induksi ovulasi lini pertama dan lini kedua.

2.6 Masalah yang timbul pada infertilitas


1. Masalah air mani pada laki – laki Air mani ditampung dengan jalan masturbasi
langsung ke dalam tabung gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ),
setelah abstinensi 3 – 5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di
rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah
dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya
mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas spermatozoa.
Karakteristik air mani:
1) Koagulasi dan likuefaksi.
2) Viskositas.
3) Rupa dan bau.
4) Volume.
5) PH.
6) Fruktosa.
2. Masalah Serviks pada Perempuan
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam
reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun
1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas,
melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi
buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer
memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan siklus
haid. Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan
langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu
memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks
posterior. Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang
mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang
mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan
ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan
juga terjaminnya penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara
terus menerus dalam jangka waktu lama.

2.7 Syarat-Syarat Pemeriksaan


Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya
sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan adalah: Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan.
1. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
2. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
3. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.
4. Langkah Pemeriksaan Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah
dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas
adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan
khusus.
Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat
kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat
perkawinan yang dulu, apakah dari
perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid,
apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan
abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat
operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia). Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi,
apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump
(parotitis epidemika) sewaktu kecil.

Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi


 tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias
 pemeriksaan roentgen ataupun USG

Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan Ovulasi
 Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
a. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi
dipengaruhi oleh hormon progesteron.
b. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi
pada sel-sel superfisial.
c. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan
lendir serviks menjadi kental.
d. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan :


a. Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.
b. Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
c. Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan
memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi
terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang
hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin
yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan
pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin
untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormone gonadotropin endogen
yang adekuat.
a. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya.
Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami
istri yang tidak melakukan
coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
1. Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk
abnormal 25 %.
2. Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc,
steril : 20 juta per cc atau kurang. Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah
masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus
genetalis (vas deferens).

b. Pemeriksaan Lendir Serviks


Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :
1. Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa
adalah lendir yang cair.
2. pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
3. Enzim proteolitik.
4. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika
bila terdapat infeksi.

c. Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
b. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,
bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
d. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
d. Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak
bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang. Terapi yang diberikan
adalah pemberian hormon progesterone dan antibiotika bila terjadi infeksi.
Nasehat Untuk Pasangan Infertil
Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :
1. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual
dengan memperhatikan masa subur.
2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
3. Menghitung minggu masa subur.
4. Membiasakan pola hidup sehat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketidaksuburan dalam istilah medis disebut infertile adalah suatu di mana
pasangan suami-istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi infertil pada perempuan,diantaranya : masalah vagina,masalah
serviks,masalah uterus,masalah tuba,masalah
ovarium dan masalah peritoneum. Selain faktor-faktor tersebut terdapat beberapa
faktor lain yang dapat menyebabkan infertilitas,yaitu fitnes dan obesitas. Dalan hal ini
yang dimaksud dengan fitness dapat menggangu infertil adalah fitness yang
berlebihan. Sedangkan obesitas dapat menyebabkan infertilitas karena obesitas dapat
menggangu kerja indung telur,hal ini disebabkan karena cairan disekitar indung telur
mengalami peradangan disebabkan penumpukan lemak. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi infertilitas,salah satunya adalah dengan
cara tes kesuburan. Infertilitas bisa terjadi pada perempuan ataupun laki-
laki,jadi ketika sepasang suami istri yang tidak dikaruniai anak selama kurun waktu 1
tahun perlu mengevaluasi diri,tidak saling menyalahkan satu sama lain.
3.2 SARAN
Bagi pasangan yang mengalami infertil dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut Bidan dianjurkan untuk lebih peka dalam mengatasi hal ini
pada perempuan Bidan harus bisa menekankan betapa pentingnya menjaga kesehatan
tubuh untuk menghindari terjadinya infertile.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 2002. Biostatika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC
Daniel, 2008. Benarkah Infertilitas Disebabkan Gaya Hidup. Bandung : PT. Refika
Aditama. ‹ Beranda

Elizabeth, 2005. Panduan kesehatan Bagi Wanita. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka.

Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.

Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP


dr.Sardjito,Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai