Oleh:
Kelompok 8
Nurul Astri Aripin 202201115
Gilva Aprilya Ananda. P 202201098
Amia Armita 202201087
Nurfadilah 202201114
Puspita 202201116
Nur Fitra Ramadhani 202201112
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujun Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Konsep Umum Infertilitas......................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Infertilitas.............................................................................5
2.3 Penyebab Infertilitas..............................................................................5
2.3.1 Penyebab Infertilitas Pada Wanita...............................................5
2.3.2 Penyebab Infertilitas Pada Pria....................................................6
2.4 Infertilitas Pada Wanita..........................................................................6
2.5 Infertilitas Pada Pria...............................................................................7
2.6 Gejala Infertilitas....................................................................................7
2.6.1 Gejala Infertilitas Pria..................................................................7
2.6.2 Gejala Infertilitas Wanita.............................................................8
2.7 Pencegahan Infertilitas...........................................................................8
2.8 Penanggulangan Infertilitas....................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mayoritas pasangan yang telah menikah menginginkan kehadiran
seorang anak, namun tidak setiap perkawinan atau pernikahan dapat
menghasilkan anak. Infertilitas adalah salah satu penyakit reproduksi yang
menyerang orang-orang yang berusia subur. Kemandulan atau infertilitas
menjadi masalah bagi pasangan suami istri yang telah bersama selama
setidaknya satu tahun dan sudah berhubungan seks secara ateratur
tanpaamenggunakan kontrasepsi, tetapi tidak dapat hamil (Yusriani, 2016).
Infertilitas merupakan masalah kesehatan di dunia, World Health
Organization (2020) memperkirakan secara global adanya kasus infertil pada
pasangan usia subur yaitu 8%- 10% atau sekitar 50- 80 juta pasangan infertil
di dunia. Angka infertilitas di Indonesia yang dikemukan oleh Sumapraja
berkisar (12-15 %). Menurut sensus penduduk terdapat (12 %) baik di desa
maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh
Indonesia, dari Jumlah tersebut terdapat perempuan infertil 15% pada Usia 30-
34 , 30 % pada usia 35-39, dan 64 % pada usia 40-44 tahun. Berdasarkan jenis
infertilitas dari 215 pasangan yang infertil terdapat 172 kasus (80 %) pasangan
yang mengalami infertilitasSprimer dan 43 kasus (20 %) pasangan yang
mengalami infertilitas sekunder ( Ribka, 2020).
Di Jawa Barat, populasi infertil diperkirakan sebesar 1,3 juta jiwa.
(Maria, 2018). Di Kabupaten Bekasi sendiri dapat dilihat dari data RSUD
kabupaten bekasi bahwa pasangan usia subur yang mengalami masalah
infertilitas pada tahun 2016 sebanyak 2,9% dari 1.115 pasien wanita usia
subur yang datang ke RSUD kabupaten bekasi, pada tahun 2017 terdapat 2,7%
wanita dari 1.220 pasien usia subur, dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan
sebanyak 3,13% dari 1.054 dari total keseluruhan wanita usia subur yang
datang ke RSUD kabupaten bekasi (Vika, 2018)
Infertilitas memberikan dampak negatif pada kesehatan secara
keseluruhan, jumlah populasi, dan faktor sosial-ekonomi. Infertilitas dapat
menyebabkan depresi, nyeri, kehilangan kontrol, rendahnya harga diri, konflik
1
dalam pernikahan, dan ketidakpuasan seksual serta diskriminasi dan
penyingkiran dari masyarakat. Penyebab pasti dari infertilitas masih belum
diketahui, meskipun tingkat morbiditas yang terkait dengan kondisi ini cukup
tinggi. Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa kelahiran anak yang
terlambat, aborsi ilegal dan legal, variasi genetik, dan penggunaan kontrasepsi
yang berlebihan adalah faktor-faktor yang mungkin terlibat dalam peningkatan
infertilitas. Secara umum ketika dalam sebuah keluarga belum memiliki anak,
sang isteri menjadi pusat titik permasalahan, ternyata dugaan ini salah besar.
Suami pun bisa menyebabkan terjadinya ketidakhamilan bagi sang isteri
dikarenakan ada faktor lain yang menghambat
Klasifikasi infertililtas terbagi menjadi dua bagian, yaitu infertilitas
primer dan infertilitas sekunder. Pertama, infertilitas primer adalah
ketidakmampuan pasangan untuk hamil padahal sudah melakukan hubungan
seks secara rutin tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun bahkan
lebih. Kedua, infertilitas sekunder adalah pasangan yang pernah mengalami
hamil sebelumnya, namun tidak mengalami kehamilan kemudian hari padahal
sudah melakukan hubungan seks secara rutin, sehingga dalam pernikahannya
hanya memperoleh satu anak saja.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas antara pria
dan wanita. Dari sisi pria infertilitas terjadi karena gaya hidup yang tidak
sehat, seperti obesitas, mengonsumsi minuman beralkohol, merokok dan juga
menggunakan obat-obat terlarang. Akibat menggunakan barang-barang di atas
ini berpengaruh terhadap kualitas sperma untuk membuahi sel telur sehingga
menghambat terjadinya kehamilan. Selain itu pertambahan usia pada laki-laki
juga menjadi faktor infertilitas karena turunnya kualitas sperma, meskipun
pria terus menerus memproduksi sperma selama masih hidup, tetapi akan
terjadi penurunan pada morfologi sperma.
Dari sisi perempuan, keadaan pikiran yang mengalami tekanan dan
membuat diri menjadi stres berpengaruh terhadap hormon. Menurut Mark
Saver dalam teorinya yang dikutip oleh Ika Indrawati mengenai psychomatic
medicine, wanita memiliki tingkat stres yang tinggi, dengan demikan wanita
yang mengalami stres mengakibatkan kecil kemungkinan untuk hamil. Faktor
2
ketidakhamilan terjadi karena ketidakseimbangan hormon yang berkaitan
dengan sistem reproduksi. Keadaa ini mempengaruhi ovulasi pada wanita.
Ada kesamaan faktor terjadinya infertilitas pada pria dan wanita, seperti
kegemukan, mengonsumsi alkohol, olahraga berat, merokok, stress, kelainan
reproduksi bahkan gizi yang tidak baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apa konsep umum infertilitas?
b. Apa jenis-jenis infertilitas?
c. Apa penyebab infertilitas?
d. Apa infertilitas pada wanita?
e. Apa infertilitas pada pria?
f. Apa gejala infertilitas?
g. Apa pencegahan infertilitas?
h. Apa penanggulangan infertilitas?
1.3 Tujun Penulisan
a. Untuk memahami tentang konsep umum infertilitas!
b. Untuk mengetahui jenis-jenis infertilitas!
c. Untuk mengetahui penyebab infertilitas!
d. Untuk mengetahui infertilitas pada wanita!
e. Untuk mengetahui infertilitas pada pria!
f. Untuk mengetahui gejala Infertilitas!
g. Untuk mengetahui pencegahan Infertilitas!
h. Untuk mengetahui penanggulangan infertilitas!
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Umum Infertilitas
Infertilitas atau kemandul adalah ketidakmampuan pasangan suami istri
untuk hamil padahal sudah melakukan hubungan seks secara rutin dalam
jangka waktu 1 tahun bahkan lebih tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Masalah infertilitas ini sebenarnya merujuk pada gangguan kesuburan
pasangan, kondisi infertilitas menjadi penghalang bagi setiap pasangan untuk
bisa mencapai garis dua dalam menjalani proses kehidupan pernikahan.
Ketidakmampuan hamil ini bukan hanya disebabkan oleh wanita saja, akan
tetapi bisa terjadi pada pria yang memiliki kelainan sehingga menghambat
terjadinya kehamilan.
Infertilitas merupakan suatu keadaan dimana pasangan suami istri yang
belum kunjung mengalami kehamilan meskipun telah melakukan hubungan
seksual secara teratur tanpa penggunaan alat kontrasepsi (Wardani dkk,
2023). Infertilitas juga mempengaruhi psikologis pasangan suami istri dimana
mereka belum memiliki keturunan yang menjadi salah satu tujuan pernikahan
(Wardani dkk, 2023).
Untuk periode infertilitas, masih diperdebatkan apakah diagnosis
infertilitas ditegakkan dalam 12 bulan atau 24 bulan. Organisasi kesehatan
dunia (WHO) dan ESHRE merekomendasikan waktu 24 bulan. (WHO 1992
dan ESHRE 1996) Akan tetapi, para peneliti praktis kedokteran membuktikan
bahwa pasangan mengalami infertilitas setelah 12 bulan melakukan
percobaan kehamilan.
(Olmedo, 2000) Selain itu, sumber lain juga menyatakan bahwa periode
diagnosis infertilitas ditegakkan tergantung usia pasangan istri dikarenakan
pengaruh usia terhadap kualitas oosi, apakah kurang atau lebih dari 35 tahun.
Bila usia istri kurang dari 35 tahun, maka diagnosis infertilitas ditegakkan
dalam periode dua belas bulan. Namun bila usia istri lebih dari 35 tahun,
maka periode infertilitas lebih dini ditegakkan, yakni dalam periode enam
bulan.
4
2.2 Jenis-Jenis Infertilitas
Infertilitas adalah kondisi dimana pasangan yang aktif secara seksual
tanpa kontrasepsi tidak mampu untuk mendapatkan kehamilan dalam satu
tahun. Terdapat dua jenis infertilitas, yaitu infertilitas primer dan sekunder.
Infertilitas primer adalah ketika seorang perempuan yang belum pernah
mengalami kehamilan sama sekali sebelumnya walaupun hubungan seksual
dilakukan teratur tanpa perlindungan kontrasepsi dalam selang waktu paling
tidak 1 tahun. Sedangkan, infertilitas sekunder adalah ketika perempuan yang
sebelumnya pernah hamil, dalam rentang waktu 1 tahun tidak juga hamil
walaupun teratur melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan
kontrasepsi (Rahmadiani, 2021).
5
Kanker serta pengobatannya juga bisa mengganggu kesuburan pada
wanita.
2.3.2 Penyebab Infertilitas Pada Pria
Masalah kesuburan atau infertilitas pada pria dapat terjadi karena
beberapa penyebab yang biasanya berasal dari sperma. Hal ini bisa
terjadi karena adanya kelainan sperma yang dilihat dari jumlah,
pergerakan, serta bentuk. Tentunya pemeriksaan ini tidak bisa dilihat
dengan mata telanjang dilakukan oleh tenaga medis professional. Pada
beberapa kasus, infertilitas juga bisa terjadi sejak lahir karena masalah
kesehatan yang memengaruhi sperma.
Berikut beberapa hal lainnya yang juga bisa menjadi penyebab
infertilitas pada pria, sepeti:
Kelainan atau gangguan sperma. Jumlah, pergerakan, serta bentuk
sperma yang abnormal bisa menjadi penyebab ketidaksuburan pada
pria.
Masalah ejakulasi. Hal ini mencakup ejakulasi dini, ejakulasi
retrograde, orgasme kering, penyumbatan serta kerusakan pada
testis.
Kelainan genetik bisa membuat pria tidak dapat memproduksi
sperma atau sperma yang diproduksi hanya sedikit.
Gangguan hormonal. Apabila tingkat prolaktin dari kelenjar
pituitari terlalu banyak, dapat mengakibatkan penurunan produksi
sperma.
Kanker serta pengobatannya juga bisa mengganggu kesuburan pria.
6
Menurut Handini dan Mirfat (2017) semakin usia bertambah, maka
akan terjadi perubahan pada metabolisme tubuh menyebabkan berat badan
cepat meningkat dan sulit turun. Penurunan alamiah kesuburan wanita terjadi
sejak usia 35 tahun disebabkan cadangan sel telur semakin sedikit Banyak
faktor lain yang berpengaruh terhadap penurunan kesuburan pada wanita
diantaranya stres dan gizi baik kekurangan atau kelebihan yang dapat
memengaruhi sekresi hormon seseorang pemicu gangguan siklus menstruasi
dan ovulasi. Dengan meningkatnya usia, semakin sulit pula untuk
mendapatkan anak, usia 20-24 tahun fertilitas wanita mencapai 100%
sedangkan pada usia 30-34 tahun fertilitas wanita turun menjadi 85%. Tidak
ditemukannya hubungan antara usia dengan infertilitas mungkin dikarenakan
adanya faktor lain diluar variabel yang diteliti, seperti faktor stres,
lingkungan, pola hidup atau penyebab organik seperti gangguan ovulasi,
kelainan tuba yang dapat timbul kapan saja tanpa dipengaruhi oleh usia
penderita.
7
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala infertilitas pria yang
perlu diperhatikan:
Masalah dengan fungsi seksual seperti misalnya kesulitan
ejakulasi, berkurangnya hasrat seksual, atau kesulitan
mempertahankan ereksi (disfungsi ereksi).
Nyeri, bengkak, atau benjolan di area testis.
Infeksi pernapasan berulang.
Ketidakmampuan untuk mencium.
Pertumbuhan payudara yang tidak normal (ginekomastia).
Berkurangnya rambut wajah atau tubuh atau tanda-tanda kelainan
kromosom atau hormonal lainnya.
Jumlah sperma yang lebih rendah dari normal (kurang dari 15 juta
sperma per mililiter air mani atau total jumlah sperma kurang dari
39 juta per ejakulasi).
2.6.2 Gejala Infertilitas Wanita
Gejala utama infertilitas wanita adalah tidak dapat hamil. Selain
itu:
Siklus menstruasi terlalu lama, yaitu 35 hari atau lebih.
Siklus menstruasi terlalu pendek, yaitu kurang dari 21 hari.
Menstruasi tidak teratur atau tidak ada menstruasi, yang berarti
tidak ada ovulasi.
8
Menghindari paparan zat berbahaya: Paparan terhadap zat berbahaya,
seperti asap rokok, radiasi, hingga bahan kimia lainnya.
Menghindari stres: Bukan hanya mengganggu psikologis, stress juga
dapat mengganggu siklus menstruasi dan menurunkan kesuburan.
Mengatasi masalah kesehatan: Masalah kesehatan seperti diabetes,
tekanan darah tinggi, dan penyakit autoimun dapat menyebabkan
infertilitas.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infertilitas atau kemandul adalah ketidak mampuan pasangan suami
isteri untuk hamil padahal sudah melakukan hubungan seks secara rutin dalam
jangka waktu 1 tahun bahkan lebih tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Inferilitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu infertilitas primer adalah
ketidakmampuan pasangan suami isteri untuk hamil padahal sudah melakukan
hubungan seks secara rutin tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Artinya
pasangan ini sama sekali belum mengalami kehamilan, sedangkan infertilitas
sekunder adalah pasangan yang pernah hamil sebelumnya namun kemudian
hari tidak dapat mengalami kehamilan padahal sudah melakukan hubungan
seks secara rutin tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Ada beberapa cara atau tindakan medis yang bisa dilakukan untuk
menangani infertilitas. Kondisi ini bisa ditangani dengan konsumsi obat-
obatan tertentu, tindakan operasi, inseminasi buatan, atau teknologi reproduksi
berbantu (assisted reproductive technology).
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dan
kami sangat mengharapkan kepada pembaca untuk memahami dengan baik arti
serta makna dari “Infertilitas pada Pria dan Wanita”. Kami juga berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang jujur terhadap makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Siloam Hospital. (2023). Diakses pada 17 Maret 2024, dari
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-
infertilitas.
Smart Fertility Clinnic. (2024). Diakses pada 16 Maret 2024, dari
https://smartivf.id/infertilitas-penyebab-pencegahan-dan-pilihan-
pengobatan/.
Wardani, E. Zahara, C. I. & Anastasya, Y. A. 2023. Gambaran Penerimaan Diri
Suami Yang Memiliki Istri Infertilitas Primer. “INSIGHT: Jurnal
Penelitian Psikologi”. 1(3).
12