Oleh
T.A 2022/2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas segenap dan
rahmat dan karunia nya kami bisa menyusun makalah inidengan baik meskipun jauh dari kata
sempurna, yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILISASI ” Yang diampu
oleh Ibu Dina SST, M.Kes
Kami menyadari bahwa penyusunan dalam makalah ini tidaklah lain berkat bantuan
dan dukungan beerapa pihak, oleh karena nya kami mengucap terima kasih yang sebesarnya
pada seluruh pihak yang berkontribusi, membantu dan memonitoring dalam pembuuatan
makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan semoga dapat memberikan manfaat yang
besar kepada pembacanya
Penulis
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................................1
BAB 2..............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
B. Etiologi.................................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis...............................................................................................................9
D. Patofisiologi.......................................................................................................................10
E.Pemeriksaan..........................................................................................................................11
F. Penatalaksanaan.................................................................................................................13
G. Komplikasi...........................................................................................................................17
BAB 3............................................................................................................................................18
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................27
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah keluarga terasa tidak lengkap jika tidak disertai kehadiransang buah
hati. Tampaknya paradigma tersebut masih melekat erat dalammasyarakat sehingga
menjadikan infertilitas sebagai suatu masalah yangpaling ditakuti oleh setiap
pasangan suami istri terutama yang belummemilki anak. Ketakutan tersebut memang
tidak berlebihan sebab menurutlaporan dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional), infertilitas menimpa satu dari setiap sepuluh pasangan suami
istri (HIFERI, 2013).
Infertilitas adalah kondisi dimana pasangan yang aktif secara seksual tanpa
kontrasepsi, tidak mampu untuk mendapatkan kehamilan dalam satu tahun. Terdapat
dua jenis infertilitas, yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer adalah
ketika seorang perempuan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali
sebelumnya walaupun hubungan seksual dilakukan teratur tanpa perlindungan
kontrasepsi dalam selang waktu paling tidak 1 tahun. Sedangkan, infertilitas sekunder
adalah ketika perempuan yang sebelumnya pernah hamil, dalam rentang waktu 1
tahun tidak juga hamil walaupun teratur melakukan hubungan seksual tanpa
perlindungan kontrasepsi (Jequier, 2000).
1
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun tertarik membuat makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Infertilisasi.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud infertilasi?
2. Bagaimana terjadinya infertilasi?
3. Apa yang menjadi faktor terjadinya infertilisasi?
4. Bagaimana pengobatan infertilisasi?
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil
penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka Kejadian
Infertilitasitas, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat
menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak
wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
1. Pada wanita
a. Gangguan Organ reproduksi
a. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
b. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
3
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke Rahim
c. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
d. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki
pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya
tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan
sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang
dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan,
proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus
tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
e. Lingkungan Paparan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk
organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
4
f. Merokok
5
mani perokokakan mengurangi kesuburan sperma. Walaupun mekanisme
terjadinya masih belum diketahui, namun tak dapat dipungkiri bahwa
merokok dapat menurunkan kualitas sperma danmenyebabkan
kemandulan pada pria. Satu studi menemukan bahwa sperma yang
rusakakibat merokok juga dapat mengakibatkan lebih banyak jumlah bayi
perempuan daripada anak laki-laki. Para peneliti menunjukkan bahwa sel
sperma yang membawa kromosom Y akan lebih rentan terhadap racun
yang terkandung dalam asap rokok.
Kandungan Bahan Kimia Dalam Rokok Satu batang rokok yang hanya
seukuran pensil dengan panjang sepuluh sentimeter itu, ternyata ibarat
sebuah pabrik berjalan yang menghasilkan bahan kimia berbahaya.
Adapun beberapa kandungan bahan kimia berbahaya di dalam rokok
antara lain:
1) Nikotin
Nikotin adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat dalam asap
rokok dan dalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin adalah salah
satu racun yang bekerja sangat cepat, nikotin dalam asap rokok
membutuhkan waktu sekitar 10 detik untuk sampai ke otak (Herlianto,
2008). Setelah diketahui bahayanya merokok bagi kesehatan, maka
para pemilik industri rokok berusaha mengurangi banyaknya nikotin
dan tar yang dikandung oleh asap rokok, yaitu dengan memasang
sebuah filter pada pangkal batang rokok. Adapun kandungan kadar
nikotin yang diizinkan dalam satu batang rokok sesuai Peraturan
Pemeritah No. 81 Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi
kesehatan yakni 1,5 mg (PP No. 81, 1999).
2) Amonia
Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang.
Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga kalau masuk
sedikit pun kedalam peredaraan darah akan mengakibatkan seseorang
pingsan atau koma (Amirudin.R, 2009).
6
3) Hydrogen Cyanide
4) Nitrous Oxide
Nitrogen oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila
terisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan
mengakibatkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada
mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi
oleh para dokter.
5) Formaldehyde
6) Phenol
7) Acetol
8) Hydrogen Sulfide
7
Hydrogen sulfide adalah sejenis gas yang beracun yang gampang
terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oxidasi enxym
(zat besi yang berisi pigmen).
9) Pyridine
Pyridine adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan
pembunuh hama.
11) Methanol
12) Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam. Tar
terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang
menyebabkan kanker pada hewan, termasuk di dalamnya terdapat nikel
dan kadmium yang dapat mempengaruhi kerja hormon reproduksi.
Bilamana zat tersebut diisap waktu merokok juga akan mengakibatkan
kanker paru-paru (Amirudin.R, 2009).
8
Abnormalitas cairan semen : perubahan pH dan perubahan
komposisi kimiawi
Infeksi cairan semen : perubahan pH dan perubahan komposisi
kimiawi
Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut
sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran
genital.
Lingkungan, radiasi, obat-obatan anti cancer.
d. Manifestasi Klinis
1) Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore.
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetic.
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal.
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus.
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi, adhesi, atau tumor.
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal.
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria.
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid.
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma.
e. Disfungsi ereksi berat.
f. Ejakulasi retrograt.
g. Hypo/epispadias.
9
h. Mikropenis.
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha.
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma).
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis).
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis).
m. Abnormalitas cairan semen
e. Patofisiologi
1) Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan
gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang memengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan
melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga
sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
2. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus
dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
10
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga
menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
E.Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
c. Galaktorea
2. Pemeriksaan penunjang
a. Analisis Sperma :
2) Morfologi > 40 %
3) Motilitas > 60 %
b. Deteksi ovulasi :
1) Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus
ovulatoar
2) Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 – 1oC setelah ovulasi :
Bifasik
3) Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir
serviks encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun
pakis dan terjadi estradiol meningkat
4) Biopsi Endometrium
11
Beberapa hari menjelang haid, Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar,
Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar
5) Hormonal: FSH, LH, E2, PROGESTERON, PROLAKTIN
FSH serum : 10 – 60 mIU/ml
LH serum : 15 – 60 mIU/ml
Estradiol : 200 – 600 pg/ml
Progesteron : 5 – 20 mg/ml
Prolaktin : 2 – 20 mg/ml
c. USG transvaginal
d. Histerosalpinografi
1) Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba :
lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
3) Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum
perkiraan ovulasi
12
8) Endometriosis
9) Kista ovarium
10) Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
Syarat :
Menilai : Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
g. Laparoskopi :
1) Peritoneum/endometriosis
4) Uterus : mioma
F. Penatalaksanaan
1. Wanita
13
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
2. Pria
b. Agen antimikroba
14
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat
3. Penatalaksanaan Medis
a. Medikasi
15
6) Danazol
Menekan sekresi FSH & LH Dosis 200 – 800 mg/hari, dosis dibagi 2x
Pemberian
7) Progesteron
Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
8) Medroksi progesteron asetat 30 – 50 mg/hari
9) GnRH agonis Menekan sekresi FSH & LH. Dosis 3,75 mg/IM/bulan. Tidak
boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
Koreksi
1) Kelainan Uterus
3) Miomektomi
4) Kistektomi
5) Salpingolisis
16
Serviks
Gangguan ovulasi
Endometriosis ringan
Infertilitas Idiopatik
Angka kehamilan 7 – 24 % siklus
G. Komplikasi
OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatam yang
dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya:
17
1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri abdomen
4. Konstipasi
5. Diare
6. Urine keruh
7. Thrombosis
8. Disfungsi ginjal dan hati
9. Sulit bernapas
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic.
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas.
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk.
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic.
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis.
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas.
18
memperlihatkan yang normal.
adanya peningkatan c. Perasaan tidak diekspresikan
kontrol diri terhadap dapat menimbulkan kekacauan
diagnosa infertile. internal dan efek gambaran
c. Klien mampu diri.
mengekspresikan d. Dorong keluarga untuk
perasaan tentang menganggap pasien seperti
infertile. sebelumnya → Meyakinkan
bahwa peran dalam keluarga
dan kerja tidak berubah.
e. Kolaborasi : berikan sedative,
tranquilizer sesuai indikasi →
Mungkin diperlukan untuk
membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping
adekuat.
19
pasien.
c. Dengarkan dengan aktif
masalah dan ketakutan pasien
→ Menyampaikan perhatian
dan dapat dengan lebih efektif
mengidentifikasi kebutuhan
dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa
efektif.
d. Dorong mengungkapkan
perasaan, menerima apa yang
dikatakannya → Membantu
pasien / orang terdekat untuk
memulai menerima perubahan
dan mengurangi ansietas
mengenai perubahan fungsi /
gaya hidup.
e. Diskusikan pandangan pasien
terhadap citra diri dan efek
yang ditimbulkan dari penyakit
/ kondisi → Persepsi pasien
mengenai perubahan pada citra
diri mungkin terjadi secara
tiba- tiba atau kemudian.
20
b. Klien menunjukkan pasien kesempatan untuk
fungsi pada tingkat berbicara secara bebas dan
adekuat, ikut serta berhadapan dengan perasaan
dalam pekerjaan b. Identifikasi tingkat rasa duka /
disfungsi : penyangkalan,
marah, tawar – menawar,
depresi, penerimaan
Kecermatan akan memberikan
pilihan intervensi yang sesuai
pada waktu induvidu
menghadapi rasa berduka
dalam berbagai cara yang
berbeda.
c. Dengarkan dengan aktif
pandangan pasien dan selalu
sedia untuk membantu jika
diperlukan Proses berduka
tidak berjalan dalam cara yang
teratur, tetapi fluktuasainya
dengan berbagai aspek dari
berbagai tingkat yang muncul
pada suatu kesempatan yang
lain.
d. Identifikasi dan solusi
pemecahan masalah untuk
keberadaan respon – respon
fisik, misalnya makan, tidur,
tingkat aktivitas dan hasrat
seksual → Mungkin
dibutuhkan tambahan bantuan
untuk berhadapan dengan
aspek – aspek fisik dari rasa
berduka.
e. Kaji kebutuhan orang terdekat
21
dan bantu sesuai petunjuk
Identifikasi dari masalah –
masalah berduka disfungsional
akan mengidentifikasi
intervensi individual.
f. Kolaborasi : rujuk sumber –
sumber lainnya misalnya
konseling, psikoterapi sesuai
petunjuk → Mungkin
dibutuhkan bantuan tambahan
untuk mengatasi rasa berduka,
membuat rencana, dan
menghadapi masa depan
4. Nyeri akut Tujuan : nyeri dapat a. Lakukan komunikasi terapeutik
berhubungan teratasi. kemampuan komunikasi
dengan efek test Kriteria Hasil: terapeutik seperti aktif
diagnostic a. Ekspresi klien mendengarkan, diam, selalu
terlihat tenang. bersedia, dan pemahaman
b. Napas klien teratur dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara
secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan.
b. Pantau lokasi, lamanya
intensitas dan penyebaran
(PQRST) Perhatikan tanda
nonverbal, contoh peningkatan
TD dan nadi, gelisah, merintih
→ Untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
c. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke staff
terhadap karakteristik nyeri →
Memberikan kesempatan untuk
22
pemberian analgesik sesuai
waktu.
d. Berikan tindakan relaksasi,
contoh pijatan, lingkungan
istirahat Menurunkan tegangan
otot dan meningkatan koping
efektif → Bantu atau dorong
penggunaan nafas efektif
Mengarahkan kembali
perhatian dan membantu dalam
relaksasi otot.
e. Bimbingan imajinasi →
Mengontrol aktivitas terapeutik
5. Ketidakberdayaan Tujuan : a. Kaji kemampuan dan tingkat
berhubungan mengembalikan kekurangan untuk melaukan
dengan kurang kemandirian pasien. kebutuhan sehari – hari →
kontrol terhadap Kriteria Hasil: Membantu dalam
prognosis a. Mendemonstrasikan mengantisipasi /
teknik / perubahan merencanakan pemenuhan
gaya hidup untuk kebutuhan secara individual.
memenuhi b. Hindari melakukan sesuatu
kebutuhan untuk pasien yang dapat
perawatan diri. dilakukan pasien sendiri, tetapi
b. Melakukan berikan bantuan sesuai
aktivitas perawatan kebutuhan → Pasien ini
diri sesuai tingkat mungkin menjadi sangat
kemampuan sendiri. ketakutan dan sangat
c. Mengidentifikasi tergantung dan meskipun
sumber pribadi dan bantuan yang diberikan
komunitas dalam bermamfaat dalam mencegah
memberikan frustasi, adalah penting bagi
bantuan sesuai pasien untuk diri sendiri untuk
kebutuhan mempertahankan harga diri.
23
c. Sadari perilaku / aktivitas
impulsif karena gangguan
dalam mengambil keputusan
→ Dapat menunjukan
kebutuhan intervensi dan
pengawasan tambahan untuk
meningkatakan keamanan
pasien..
d. Pertahankan dukungan, sikap
yang tegas, beri pasien waktu
yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya →
Pasien akan memerlukan
empati tetapi perlu untuk
mengetahui pemberi asuhan
yang akan membantu pasien
secara konsisten
6. Resiko tinggi Tujuan : Mendorong a. Kaji keefektifan strategi
terhadap kemampuan koping koping dengan mengobservasi
kerusakan koping yang efektif dari pasien prilaku kemampuan
induvidu / / keluarga. menyatakan perasaan dan
keluarga Kriteria Hasil: perhatian, keinginan
berhubungan a. Mengidentifikasi berpartisipasi dalam rencana
dengan metode tingkah laku koping pengobatan.
yang digunakan yang tidak efektif b. Kembangkan mekanisme
dalam investigasi dan konsekuensi. adaptif mengubah pola hidup
fertilitas b. Menunjukan seseorang, mengatasi
kewaspadaan dari hipertensi kronik, dan
koping pribadi / mengintegrasikan terapi yang
kemampuan diharuskan kedalam kehidupan
memecahkan sehari – hari.
masalah c. Bantu klien untuk
c. Memenuhi mengidentifikasi stresor
24
kebutuhan spesifik dan kemungkinan
psikologis yang strategi untuk mengatasinya
ditunjukan dengan → Pengenalan terhadap
mengekspresikan stressor adalah langkah
perasaan yang pertama dalam mengubah
sesuai, identifikasi respons seseorang terhadap
pilihan dan stressor.
pengguanaan d. Libatkan pasien dalam
sumber – sumber perencanaan perawatan dan
d. Membuat beri dorongan partisipasi
keputusan dan maksimal dalam rencana
menunjukan pengobatan → Keterlibatan
kepuasaan dengan memberikan pasien perasaan
pilihan yang kontrol diri yang
diambil. berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama
dalam regimen terapeutik.
e. Dorong pasien untuk
mengevaluasi prioritas / tujuan
hidup → Fokus perhatian
pasien pada realitas situasi
yang ada.
f. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan mulai
merencanakan perubahan
hidup yang perlu →
Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realisti
untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya
25
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki
anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3kali dalam seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi. Berdasarkan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil apabila memenuhi syarat :
4.2 SARAN
1. Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin alat
reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.
2. Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konseling tentang kesehatan
reproduksi kepada pasanagan usia subur (PUS)
26
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, L. (2019). Keperawatan Maternitas II Infertilitas. Universitas Gresik: Diktat.
Irmawati, & Baharuddin, A. (2021). Infertilitas dan Pendidikan Seks. Sungguminasa Kab.
Gowa: Cahya Bintang Cemerlang.
Qurratul, A., & Suhita, B. M. (2019). Infertilitas Pada Usia Pasangan Subur. Kediri: Strada
Press.
Rahmadiani, D. (2021). Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai Terapi
Infertilitas Pada. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada , 10, 31-32.
27
28