KELOMPOK 4
KELAS 2A S.Tr KEPERAWATAN
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
LATAR BELAKANG
Luka venous adalah luka yang mengenai lapisan kulit sampai jaringan subkutan
dan terjan pada bagian tungkai akibat terhambatnya aliran darah vena. Kondisi ini ditandai
dengan nyeri dan pembengkakan di tungkai. Pembuluh darah vena mempunyai katup-
katup yang membantu mengalirkan darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung dan
apabila katup-katup tersebut tidak mampu bekerja dengan baik maka kondisi tersebut
menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke jantung sehingga menumpuk di pembuluh
vena tungkai. Chronic Venous Insufficiency merupakan penyakit yang berkembang dalam
jangka panjang (kronis)
Luka ini dapat disebabkan oleh peningkatan tejanan hidrostatik dan kemudia
berkembang yang akan menimbulkan hipertensi vena dan memicu pula terjadinya
vasokontriksi. Pasien tersebut memiliki pembuluh vena dengan katup vena yang tidak
kompetene sehingga menyebabkan gangguan normal mikrosirkulasi.
Berdasarkan uraian materi di atas, dilakukan penugasan kelompok meengenai
Chronic Venous Insufficiency untuk mempelajari dan mengetahui etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis luka venous.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Chronic Venous Insufficieny (CVI) atau luka venous adalah gangguan aliran darah
di pembuluh dara vena di tungkai. Kondisi ini ditandai dengan nyeri dan pembengkakan
di tungkai. Pembuluh darah vena mempunyai katup-katup yang membantu mengalirkan
darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung dan apabila katup-katup tersebut tidak mampu
bekerja dengan baik maka kondisi tersebut menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke
jantung sehingga menumpuk di pembuluh vena tungkai. Chronic Venous Insufficiency
merupakan penyakit yang berkembang dalam jangka panjang (kronis)
B. PATOFISIOLOGI
Pasien dengan penyakit pembuluh darah vena tidak kompeten atau difesiensi otot
betis terjadi karena adanya sistem vena yang tersumbat meskipun dalam latihan
pergerakan kaki. Hasil tekanan tinggi vena dilakukan melalui vena komunikan ke dalam
sistem vena superfisial. Kondisi luka kronik ini terpapar sistem vena superfisial dengan
tekanan tinggi dan berdilatasi sepanjang vena dan jaringan subkutaneus dan menyebabkan
gangguan normal mikrosirkulasi.
Otot bagian betis mempunyai peranan yang dapat memacu darah bergerak ke arah
jantung bila berkontraksi. Kemudian katup-katup pembuluh darah mencegah terjadinya
aliran balik dari jantung yang menuju bagian distal dan vena superfisial. Selama
melakukan aktivitas seperti berjalan, otop pada betis berkontraksi dan tekanan vena dalam
menurun, darah menuju ke sistem vena yanng dalam dari vena superfisial melalui vena
komunikan.
Pasien dengan luka venous disebabkan karena vena yang mengalami infusiensi
sekunder dari aliran balik dan menyebabkan terjadinya venous hypertensi yang berdampak
pada peningkatan tekanan hidrostatik dan akan memicu untuk terjadinya vasokontraksi.
5
Adanya vasokontriksi menghasilkan penurunan perfusi jaringan, terjadinya iskemik
epidermal hingga mengalami luka.
Padapasien dengan luka venous pada kaki disebabkan oleh disfungsi segmen katup
dan sistem pembuluh vena. Secara penelitian mengenai luka venous belum diketahui lebih
lengkap. Sistem pembuluh vena pada ekstermitas bawah terdiri dari vena dalam,
superfisial, dan vena komunikan. Sistem vena superfisial mulai pada mikrosirkulasi
kutaneus dermis dan lemak. Saluran vena kutaneus dan subkutaneus ke dalam dua vena
superfisial ; besar dan vena saphenous kecil dan lebih kecil.
C. MANIFESTASI KLINIK
Terdapat beberapa perbedaan manifestasi klinik luka venous dengan luka arterial.
Karakteristik luka pada venous adalah sebagai berikut :
a. Sekeliling luka tampak kemerahan atau kecoklatan dan kedalamannya dengkal
b. Lukanya tidak beraturan
c. Eksudatnya sedikit dan bisa banyak
d. Adanya piting edema
e. Inflamasi dan selulitis
f. Adanya granulasi pada jaringan
g. Nyeri yang minimal
h. Nadi perifer dapat dipalpasi
i. Pemeriksaan ABI normal
j. Pengisian kembali perifer normal
k. Lokasinya sedikit dibawah betis, diatas lateral dan medial mata kaki.
6
E. KOMPLIKASI
Lima sampai tujuh persen kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus,
keadaan ini sering bersifat permanen. Inform concent mengenai komplikasi ini
diperlukan sebelum dilakukan tindakan terapi. Komplikasi berupa terjepitnya
vena dan arteri femoral yang tidak dapat dihindari. Hematome dan infeksi pada
luka relatif sering terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari.
Thromboembolis berpotensi terjadi risiko ini meningkat bila dilakukan
pembedahan.
F. PENEGAKAN DIAGNOSA
Luka venous biasanya dapat terlihat sebagai penonjolan dibawah kulit,
tetapi gejalanya mungkin saja timbul sebelum vena telihat dari luar. Jika luka
venous belum terlihat, dilakukan pemijatan tungkai untuk menentukan beratnya
penyakit ini.
Rotgen atau USG dilakukan untuk menilai fungsi dari vena dalam.
Pemeriksaan ini biasanya hanya dilakukan jika perubahan di kulit menunjukkan
adanya kelainan fungsi dari vena dalam atau jika pergelangan kaki penderita
bengkak karena edema.
7
BAB 3
LUKA VENOUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita dengan perbadingan 5:1 dengan
pria. Banyak wanita menetukan bahwa saat mulainya luka venous terlihat dan simtomatik
pada waktu kehamilan.
Adapun hal yang dikaji dalam identitas adalah sebagai berikut,
Data Biografi
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
2. Anamnesa
a. Alasan masuk rumah sakit?
b. Pada bagian mana pertama kali terkena?
c. Apakah ada gejala lain yang dialami pasien ?
d. Pada bagian mana pertama kali terkena?
e. Berapa skala nyeri luka yang dialami pasien?
l. Apakah ada keluarga pasien yang memiliki masalah kesehatan yang sama?
m. Apakah erupsi tersebut sekilas memakan sesuatu ?
n. Obat apa yang sedang dikonsumsi untuk mengurangi rasa nyeri?
8
3. Riwayat Penyakit
a. Profoaktif : pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena
b. Qualitatif : kuantitatif, semakin berat
c. Regio : ekstermitas bawah (kedua kaki)
d. Severity : sakitnya menggangu aktivitas sehari-hari
e. Time : semakin hari semakin berat dan bertambah besar.
9
d. Status emosi
Respon klien, keluarga, dan orang terdekat pada tindakan pembedahan
tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, sistem pendukung, dan
tingkat pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami
pembedahan dengan anssietas dan ketakutan. Ketidakpastian prosedur,
pembedahan menimbulkan nyeri dan imobilisasi.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki
b. Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat
c. Pigmentasi kecoklatan pada kulit
d. Bengkak, secara umum berkurang dengan peninggian tungkai.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Venogram menunjukkan lokasi pasti dari luka venous kedua vena
superficial dan dalam
b. Test perfthes, dengan mengajukan klien berdiri sampai vena varikosa
tampak
B. ANALISA DATA
N DATA FOKUS MASALAH/PROBLE ETIOLOGI
O M
1 DS : Pasien Kecemasan Kurangnya
mengatakan informasi dan
cemas apabila pengalaman
menjalani operasi tentang operasi
DO :
-gelisah
-tidak tenang
2. DS : Pasien Nyeri Akut Refleks sekunder
10
mengatakan nyeri terhadap trauma
pada bekas luka pada jaringan dan
operasi saraf bekas
operasi stripping
DO :
-tidak tenang
-wajah
menyeringai
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman
tentang operasi dan informasi ditandai dengan :
DS : -Pasien mengatakan cemas bila menjalani operasi
DO : -gelisah
-tidak tenang
b. Nyeri berhungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan
saraf bekas operasi stripping, ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka operasi
DO : -Tidak tenang
-wajah menyeringai
-melindungi area yang sakit
-gelisah
11
BAB 4
KESIMPULAN
Chronic Venous Insufficieny (CVI) atau luka venous adalah gangguan aliran darah
di pembuluh dara vena di tungkai. Kondisi ini ditandai dengan nyeri dan pembengkakan
di tungkai. Pembuluh darah vena mempunyai katup-katup yang membantu mengalirkan
darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung dan apabila katup-katup tersebut tidak mampu
bekerja dengan baik maka kondisi tersebut menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke
jantung sehingga menumpuk di pembuluh vena tungkai. Chronic Venous Insufficiency
merupakan penyakit yang berkembang dalam jangka panjang (kronis)
Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita dengan perbadingan 5:1 dengan
pria. Banyak wanita menetukan bahwa saat mulainya luka venous terlihat dan simtomatik
pada waktu kehamilan dan wanita dengan usia 40 tahun.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, C., Budiastuti, A., & Hardian, H. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Varises Vena Tungkai Bawah pada Wanita Usia Produktif (Doctoral dissertation,
Fakultas Kedokteran).
Citra, F., & Nahdliyyah, A. I. (2022). Study Kasus: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Varises Vena Tungkai Bawah (VVTB). Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi, 6(2), 87-93.
13