Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“GANGGUAN PERDARAHAN”
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Rany Muliany Sudirman S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Gita Sri Wahyun (CKR0190099)


Indy Mutia Teguh Puspita (CKR0190100)
Ineu Jumiati (CKR0190101)
Inka Puspa Mawati (CKR0190102)
Karina Mithasela (CKR0190103)

KEPERAWATAN C TINGKAT 2
SEMESTER 4

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan


Tahun Ajaran 2021-2022
Jl. Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45561
Telp.(0232) 875847 Fax.0232-875123 Email : info@stikeskuningan.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas
Makalah yang berjudul “Gangguan Perdarahan”.Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata KuliahKeperawatan Maternitas II.
Shalawat dan salamsemoga senantiasa tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, serta kepada kerabat, sahabat dan seluruh pengikut
beliau hingga hari akhir.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns.
Rany Muliany Sudirman S.Kep., M.Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas II yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi
kepada penulis dalam menyelasaikan makalah ini.
Makalah ini penulis susun secara sederhana dengan mempertimbangkan
dari modul, jurnal, dan buku, kemudian kami ringkas agar mudah dipahami oleh
yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun, agar makalah ini dapat bermanfaat serta
memberikan nilai positif bagi yang membacanya. Aamiin.

Kuningan, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definis Gangguan Pendarahan............................................................

1.2 Penyebab Terjadinya Pendarahan.......................................................

1.3 Mekanisme ..........................................................................................

1.4 Etiologi Gangguan Pendarahan............................................................

1.5 Pendarahaan Awal Kehamilan.............................................................

1.6 Perdarahan Kehamilan Lanjut..............................................................

1.7 Perdarahan Pada Pasca Persalinan.....................................................

1.8 Syok Hemoragi.....................................................................................

1.9 Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan....................................

BAB II PENUTUP

2.1 Kesimpulan...........................................................................................

2.2 Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Gangguan Pendarahan


Perdarahan adalah kondisi dimana seseorang kehilangan
darah.Darah dapat ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh
darah.Apabila organ tubuh atau pembuluh darah mengalami keruskan,
darah dapat mengalir dengan bebas di dalam atau diluar tubuh, keluarnya
darah dari pembuluh darah jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai
dari sedikit sampai daat menyebabkan kematian.Perdarahan dapat
berupa perdarahan sirurgis maupun non sirurgis.Perdarahan tersebut
dapat terjadi secara normal maupun abnormal. Perdarahan merupakan
masalah yang memerlukan penanganan khsusus, sebab perdarahan
yang berlangsung lama dan tidak segera ditangani akan menyebabkan
syok, sinkop dan bila lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kematian
Gangguan perdarahan merupakan keadaan yang disebabkan oleh
kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem
hemostasis.Salah satu gangguan yang sering dialami oleh manusia
adalah perdarahan pada gigi. Waktu perdarahan normal pada manusia
antara 2-7 menit, sedangkan pada sumber yang lain dikatakan
pembekuan darah normal manusia antara 6-10 menit (Guyton, 2007).
Mereka yang mengalami gangguan perdarahan biasanya waktu
perdarahaannya lebih lama dari waktu tersebut.Sebagai kompensasi dari
perdarahan yang terjadi maka tubuh melakukan mekanisme hemostasis
(Guyton, 2007).
Hemostasis adalah proses pembentukan bekuan pada dinding
pembuluh darah yang berfungsi untuk mencegah hilangnya darah.
Hemostasis dilakukan oleh berbagai macam mekanisme, yaitu: spasme
vaskuler, pembentukan sumbatan trombin, pembekuan darah,
pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam bekuan darah untuk menutup
lubang pada pembuluh darah secara permanen (Guyton, 2007).
Menurut Pedersen (1996) salah satu cara yang dapat digunakan
untuk menghentikan perdarahan pasca ektraksi adalah dengan
memberikan tekanan pada daerah yang mengalami perdarahan tersebut.

1
Selain dengan cara tersebut bisa juga dilakukan dengan memberikan
bahan-bahan hemolitik seperti sepon gelatin. Pemberian vasokontriktor
seperti adrenalin juga dapat mengurangi perdarahan tetapi pemberian
adrenalin bisa menyebabkan terjadinya dry soket yang dikarenakan
penyempitan pembuluh darah sehingga sirkulasi darah pada daerah
tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar.
Proses pembekuan darah memerlukan banyak faktor yang
berperan diantaranya adalah kalsium. Menurut Guyton (2007) kalsium
sangatlah dibutuhkan dalam proses pembekuan darah. Kalsium hampir
berperan disemua tahapan pembekuan darah.Salah satu fungsinya
adalah mengubah protrombin menjadi trombin.Pemanfaatan hasil
perternakan di dunia medis masih jarang digunakan khususnya adalah
cangkang telur sebagai antiperdarahan. Kandungan kalsium dari
cangkang telur ayam ras adalah 73,96%. Penelitian yang lebih luas
terhadap kandungan kalsium pada cangkang telur sebagai
antiperdarahan masih perlu dilakukan.Saat ini, keinginan masyarakat
untuk back to nature sangat tinggi, hal ini dikarenakan pengunaan obat
tradisional menyebabkan efek samping yang minimal.Obat tradisional
adalah obat yang berasal dari dari tumbuhan, hewan, mineral dan atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang terolah secara sederhana
dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengatasi
berbagai penyakit secara alami (Hembing, 2011).

1.2 Penyebab Terjadinya Gangguan Pendarahan


Cedera dan penyakit adalah penyebab utama dari
pendarahan.Cedera pada organ tubuh dapat menyebabkan pembuluh
darah pecah, walaupun tidak ada tusukan pada kulit.Contoh yang baik
adalah memar akibat pukulan yang keras. Pada awalnya, memar akan
berwarna merah karena ada kumpulan darah yang mengalir dari
pembuluh kapiler yang pecah. Pendarahan seperti ini biasanya tidak
parah dan seringkali tidak membutuhkan pertolongan medis.Namun,
apabila benturan menyebabkan lesi pada kulit, maka benturan tersebut
akan menyebabkan pendarahan luar. Pembekuan darah biasanya dapat
mencegah agar darah tidak mengalir keluar melalui lesi yang

2
kecil.Apabila lesi cukup besar, pembekuan darah tidak mampu
menghentikan aliran darah dan luka harus dijahit.Ada berbagai penyakit
yang dapat menyebabkan pendarahan.Beberapa penyakit yang paling
umum adalah leukemia, kanker paru-paru, bronkitis akut, dan penyakit
hati.Pendarahan juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, misalnya obat
pengencer darah.
Perdarahan oleh karena trauma.Perdarahan non-traumatik
(spontan), yaitu perdarahan yang terjadi karena suatu penyakit
perdarahan (Haemophilia, Septikemia, Trombositopenia).Perdarahan oleh
karena pembuluh darah yang terluka (perdarahan arteri, venous dan
kapiler). Perdarahan oleh karena menurut lokasinya :
1) Perdarahan eksternal
Perdarahan yang keluar dari kulit atau jaringan lunak di bawahnya.
2) Perdarahan internal
Perdarahan di mana darah masuk ke dalam rongga tubuh atau
jaringan.

1.3 Mekanisme
Faktor-faktor pembekuan darah terdiri dari faktor 1 sampai dengan
XIII. Tahun 1905-1906 Morawitz mengemukakan teori pembekuan darah
yang pertama terdiri 2 fase yaitu :
1) Protrombin diubah jadi trombin oleh enzym trombokinase dengan
adanya ion Ca++
2) Fibrinogen diubah jadi fibrin oleh trombin
Proses pembekuan darah yang terjadi dari factor-factor
tersebut di atas terdiri atas 3 stadium yaitu pembekuan darah
tromboplastin dibentuk oleh system ekstrinsik dan instrinsic,
perubahan protrombin menjadi trombin oleh tromboplastin dan
fibrogen menjadi fibrin oleh trombin.

1.4 Etiologi Gangguan Pendarahan


1.5 Perdarahan Awal Kehamilan
1. Definisi

3
Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan
selama kehamilan. Perdarahan pada kehamilan adalah keadaan
yang tidak normal dan harus diwaspadai. Biasanya perdarahan ini
terjadi pada awal masa kehamilan (trimester pertama), tengah
semester (trimester kedua), atau bahkan pada masa kehamilan tua
(trimester ketiga).
Pendarahan di saat hamil memang perlu diwaspadai, terlebih
di saat kehamilan pada trimester pertama, dimana keadaan janin
yang sangat rentan atau belum kuat di dalam Rahim, kerap kali
menimbulkan efek di atas, tentunya setiap ibu tidak menginginkan hal
tersebut terjadi. Mungkin beberapa dari wanita hamil pernah
mengalami pendarahan pada trimester pertama dengan ditunjukkan
dengan titik atau bercak darah dari mulut Rahim yang mungkin akan
dikatakan wajar oleh para dokter kandungan, meskipun hamper tidak
semuanya bisa dikatakan normal, karena hal ini juga bisa menjadi
kemungkinan penyebab keguguran di saat kehamilan.
Pendarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang
sangat kecil (bintik-bintik), sampai pendarahan hebat dengan
gumpalan dank ram perut. Pendarahan pada awal kehamilan tidak
selalu normal, tapi hal ini sering terjadi hamper pada 30%
kehamilan.Dan separuh dari wanita yang mengalami pendarahan
pada awal kehamilan dapat tetap meneruskan kehamilannya dan
melahirkan bayi yang sehat.
Pendarahan dalam jumlah yang sangat sedikit ataupun bintik-
bintik pada awal kehamilan bisa merupakan hal yang normal yang
disebut sebagai pendarahan karena implantasi embrio pada dinding
Rahim melepaskan sejumlah kecil darah, biasanya terjadi sekitar
kehamilan minggu ke 7-9 dan hanya terjadi satu atau dua hari saja.

2. Penyebab
Ada berbagai kemungkinan beberapa penyebab tinbulnya pendarah
diatas, yang antara lain :
1) Terlalu lelah dalam bekerja
2) Model pakaian kerja yang terlalu ketat

4
3) Mengangkat beban yang terlalu berat
4) Berhubungan seks disaat hamil
5) Aktivitas yang berlebihan

Perdarahan pada trimester pertama tidak selalu berarti ada


masalah. Penyebab yang tidak berbahaya misalnya :
1) Melekatnya sel telur yang sudah dibuahi ke dinding rahim. Hal
ini normal pada kehamilan. Jumlah darah yang keluar sangat
sedikit.
2) Perubahan hormone : keluar flek yang disebabkan oleh
perubahan hormone saat hamil. Biasanya terjadi pada minggu-
minggu awal kehamilan, tetapi pada sebagaian wanita dapat
menetap sampai akhir kehamilan.

Penyebab lain yang lebih serius pada trimester pertama yaitu :


1) Keguguran atau abortus : perdarahan vagina merupakan tanda
awal keguguran, disertai dengan nyeri perut.
2) Blighted ovum :kehamilan yang tidak berkembang. Walaupun
dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) terlihat tanda-tanda
kehamilan di dalam Rahim, namun embrio gagal berkembang
sebagaimana mestinya.
3) Kehamilan ektopik : sel telur yang telah dibuahi menempel di
luar rahim. Yang tersering adalah menempel di Tuba Falopi,
sehingga tidak dapat berkembang karena kekurangan nutrisi.
Tandanya antara lain nyeri perut dan perdarahan. Perdarahan
akibat kehamilan ektopik sangat berbahaya karena bisa
mengancam nyawa ibu.
4) Kehamilan mola atau kehamilan anggur : plasenta tidak
terbentuk secara normal. Pada pemeriksaan USG dapat
terlihat bukan janin yang berkembang, tetapi jaringan
abnormal.

3. Mengatasi terjadinya pendarahan

5
Mengatasi dan mencegah terjadinya flek atau perdarahan
dengan rajin control ke dokter atau bidan sejak awal kehamilan
sehingga bisa mendeteksi dini adanya kelainan. Hindari rokok dan
narkoba karena merupakan factor risiko terjadinya perdarahan saat
hamil, sekaligus juga tidak baik bagi kesehatan secara umum.

1.6 Perdarahan Kehamilan Lanjut ( Plasenta Previa)


1. Definisi
Pada keadaan normal, plasenta berimplantasi di bagian
fundus uterus. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Krisanty dkk,2011).
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam
segmen bawah uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan
anatomic antara letak plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu
plasenta previa telah melewati batas atau menutupi (secara lengkap
atau tidak lengkap) otinum uteri internum (Taber, 1994).

2. Klasifikasi
Menurut Taber (1994) dan Krisanty dkk (2011), klasifikasi
plasenta previa adalah :
1) Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap bagian
dari plasenta secara total menutupi ostenum uteri internum.
2) Plasenta previa parsialis dikatakan demikian bila bagian dari
plasenta menutupi sebagian ostenum uteri internum.
3) Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke
setiap bagian ostenum uteri internum, tetapi tidak menutupinya

3. Etiologi
Menurut Kristany dkk (2011), apabila sebab terjadinya implantasi
plasenta di daerah segmen bawah uterus tidak dapat dijelaskan.
Namun demikian, terdapat beberapa factor yang berhubungan
dengan peningkatan kekerapan terjadinya plasenta previa, yaitu :

6
1) Pantas
Makin banyak paritas ibu, makin besar kemungkinan mengalami
plasenta previa.
2) Usia ibu pada saat hamil
Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar
kemungkinan kehamilan mengalami plasenta previa.

4. Gambaran Klinik
Menurut Kristany dkk (20110, gambaran klinik pada plasenta
previa adalah :
1) Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan
yang terjadi pertama kali, biasanya tidak banyak dan tidak
berkibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi tiwulan
ketiga.
2) Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa
tidak mengeluh adanya rasa sakit.
3) Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4) Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul dan tidak jarang terjadi letak janin (letak lintang atau
letak sungsang).
5) Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung
banyaknya perdarahan. Sebagian besar kasus, janinnya masih
hidup.

5. Pemeriksaan fisik dan laboratorium


Menurut Taber (1994), pemeriksaan fisik meliputi :
1) Pemeriksaan abdomen : uterus halus dan tidak lunak, biasanya
tidak ada kontraksi uterus. Bunyi jantung janin biasanya normal.
Bagian presentasi tidak tercekap pada pintu atas panggul (pelvic
inlet). Kelainan letak janin (bokong, oblik atau lintang) merupakan
suatu temuan yang sering berkaitan.
2) Pemeriksaan pelvis : pada permulaan vulva harus diperiksa
dengan teliti dengan tujuan mengepaluasi kuantitas pendarahan

7
eksterna dan kemungkinan perdarahan traktus urinarius atau
rectum. Pemeriksaan pervaginan atau rectal dapat merangsang
perdarahan hebat. Oleh karena itu pemeriksaan pervaginan tidak
pernah dilakukan kecuali pasien berada di dalam sebuah kamar
operasi yang telah dipersiapkan untuk seksio sasarea segera.
3) Apabila perdarahannya minimal dan tampaknya bukan plasenta
previa, pemeriksaan yang hati-hati dengan spekulum dapat
menyingkap kemungkinan perdarahan vaginal atau serviks
(sebagian akibat rupturnya varses, erosi serviks, atau tumor-
tumor serviks).
Sementara pemeriksaan laboratorium didapatkan :
a) Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap
pasien dengan tujuan menilai derajat anemia.
b) Urinalisi biasanya normal
c) Golongan darah dan rhesus : 2-4 unit darah harus
dipersiapkan untuk kemungkinan transfuse. Kecepatan dan
luasnya perdarahan menentukan perlunya penggantian
darah.

6. Penatalaksanaan
Menurut Blesler dan Sternbach (2006), terapi yang diberikan
adalah :
1) Perdarahan fatal dapat terjadi. Infuse IV harus dipasang,
pemeriksaan pembukuan darah dimintakan, darah diperiksa
golongan darah dan pencookan silang, dan resusitasi cairan
diberikan jika diperlukan.
2) Seksia sasarea darurat mungkin terindikasi jika terjadi
perdarahan yang signifikan. Konsultasi obstetric harus diperoleh.

1.7 Perdarahan Pada Pasca Persalinan


1. Definisi
Perdarahan postpartum di definisikan sebagai hilangnya darah
500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala
3 persalinan (ekspulsi atau ekstaksi plasenta dan ketuban).

8
Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama di kontrol oleh
kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi
trombosit dan thrombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua
(Taber 1994).
Menurut manuaba (1998), perdarahan postpartum dibagi
menjadi :
1) Perdarahan postpartum primer
Terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, dan robekan jalan lahir terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan postpartum sekunder
Terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membrane.

2. Epidemiologi
Angka kejadian perdarahan postpartum di Indonesia yaitu : 43
%. Perdarahan postpartum adalah penyehab paling umum
perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua
transfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan darah yang
hilang setelah persalinan. Di negara kurang berkembang, hal ini
merupakan penyebab utama dari kematian maternal disebabkan
kurangnya tenaga kesehatan yang memadai, kurangnya layanan
transfusi, serta kurangnya layanan operasi. Mochtar melaporkan
angka kematian ibu 7.9 % dan Wiknjosastro 1,8-4,5% akibat
perdarahan post partum. Berdasarkan faktor resikonya, perdarahan
post partum paling banyak disebabkan oleh tone yaitu atonia uteri
sebesar 70%. (Abou Zahr 1998)

3. Etiologi
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan hemorrhage
postpartum, faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage postpartum
adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa
plasenta, kelainan pembekuan darah.
1) Tone Dimished :

9
Atonia uteri Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana
uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin
keluar dari rahim.Perdarahan postpartum secara fisiologis di
control oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang
berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada
tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika
myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena
atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia
uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah
dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan
terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama
perdarahan postpartum.
2) Tissue
a) Retensio plasenta
b) Sisa plasenta
c) Plasenta acreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah


janin lahir, hal itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa
disebabkan karena : plasenta belum lepas dari dinding uterus
atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan. Jika
plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan, tapi
apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
3) Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh
trauma jalan lahir
a) Ruptur uterus
b) Inversi uterus
c) Perlukaan jalan lahir
d) Vaginal hematom

10
4) Thrombin : Kelainan pembekuan darah Gejala-gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun
didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
a) Hipofibrinogenemia,
b) Trombocitopeni
c) Idiopathic thrombocytopenic purpura
d) HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and
low platelet count ),
e) Disseminated Intravaskuler Coagulation,
f) Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah
lebih dari 8 unit karena darah donor biasanya tidak fresh
sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah rusak.

4. Faktor Resiko
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya
merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe
postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan untuk
menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang
perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya hemorraghe
postpartum : (8,9,11)
a) Grande multipara
b) Perpanjangan persalinan
c) Chorioamnionitis
d) Kehamilan multiple
e) Injeksi Magnesium sulfat
f) Perpanjangan pemberian oxytocin

5. Pemeriksaan fisik
1) Anamnesa
Selain menanyakan hal umum tentang periode perinatal,
tanyakan tentang episode perdarahan postpartum sebelumnya,
riwayat seksio sesaria, paritas, dan riwayat fetus ganda atau
polihidramnion.

11
a) Tentukan jika pasien atau keluarga memiliki riwayat
gangguan koagulasi atau perdarahan massif dengan
prosedur operasi atau menstruasi.
b) Dapatkan infirmasi mengenai pengobatan, dengan
pengobatan hipertensi (calcium-channel blocker) atau
penyakit jantung (missal: digoxin, warfarin) informasi ini
penting jika kuagulopati dan pasien memerlukan transfuse.
Tentukan jika plasenta sudah dilahirkan
2) Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a) Darah lengkap : untuk memeriksa kadar Hb dan
hematokrit.
b) Perhatikan adanya trombositopenia
c) PT dan Aptt diperiksa untuk menentukan adanya
gangguan koagulasi.
d) Kadar fibrinogen diperiksa untuk menilai adanya
konsumtif koagulopati. Kadarnya secara normal
meningkat dari 300-600 pada kehamilan, pada kadar
yang terlalu rendah atau dibawah normal
mengindikasikan adanya konsumtif koagulopati.
2. Pemeriksaan radiologi
a) USG dapat membantu menemukan abnormalitas dalam
kavum uteri dan adanya hematom.
b) Angiografi dapat digunakan pada kemungkinan
embolisasi dari pembuluh darah.
3. Pemeriksaan lain
Tes D-dimer (tes monoclonal antibodi) untuk
menentukan jika kadar serum produk degradasi fibrin
meningkat. Penemuan ini mengindikasikan gangguan
koagulasi.

3) Penatalaksanaan
Menurut saprudin (2009), terapinya bergantung penyebab
perdarahan, tetapi selalu dimulai dengan pemberian infus dengan

12
ekspander plasma, sediakan darah yang cukup untuk mengganti
darah yang hilang, dan jangan memindahkan penderita dalam
keadaan syok yang dalam. Pada perdarahan sekunder atonik :
a) Beri syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes oksitisin dengan
dosis 20 unit atau lebih dalam larutann glukosa 500 ml.
b) Pegang dari luar dan gerakan uterus ke arah atas.
c) Kompresi uterus bimanual
d) Kompresi aorta abdominalis
e) Lakukan histerektomi sebagai tindakan akhir.

1.8 Syok Hemoragi


1. Definisi
Syok hemoragik merupakan syok yang disebabkan oleh
perdarahan yang banyak yang dapat disebabkan oleh perdarahan
antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, dan rupture
uteri, juga disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan seperti
atonia dan laserasi serviks atau vagina. Pada syok yang ringan
gejala-gejala dan tanpa tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan
dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukan terjadi
hipotensi dan takikardi sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan
darah dan frekuensi nadi masih normal. (buku peradarahan).

Syok hemaoragik adalah suatu keadaan patologis dimana


volume intravaskuler dan hantaran oksigen
terganggu.Penatalaksanaan yang baik dari pasien dengan trauma
perdarahan yang msif meliputi identifikasi dini dari sumber
perdarahan, diikitu dengan tindakan-tindakan segera untuk
mengehentikan perdarahan, memulihkan perfusi jaringan dan
mencapai status hemodinamik yang stabil. Gejala klinik syok
hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi mulai dari
yang ringan sampai berat seperti terlihat pada tabel berikut.Prosedur
ini meliputi resusitasi cairan, penggunaan vasopresor dan transfusi
darah untuk mencegah atau memperbaiki gangguan koagulasi akibat
dari trauma.Penyebab kematian pada trauma pada umumnya adalah

13
akibat dari perdarahan yang tidak terkontrol dan terjadinya gangguan
koagulasi. Trauma dan cedera mencakup 38 % dari beban operasi,
yang banyak terjadi pada pasien-pasien usia muda dengan angka
kematian yang tinggi. (73-Article….)

Henti jantung dapat terjadi salah satunya karena syok.Syok


menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat yang
mengakibatkan traspor oksigen ke jaringan terganggu. Syok
dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun berkaitan
satu sama lain yaitu, jantung, volume darah, resistensi arteriol, dan
kapasitas vena. Apabila salah satu sistem mengalami gangguan maka
faktor lain tidak mampu melakukan kompensasi dan terjadi syok.
Salah satu penyebab syok adalah perdarahan atau syok
hemoragik.Apabila terjadi kehilangan darah, maka respon simpatis
adalah dengan terjadinya peningkatan laju dan kontraktilitas jantung
serta vasokontriksi pembuluh darah, sehingga keseimbangan volume
dalam sirkulasi dapat terjaga dan curah jantung dapat
dipertahankan.Namun bila gangguan yang terjadi sangat berlebihan,
maka kompensasi autoregulasi tidak dapat lagi dilakukan sehingga
menimbulkan gejala-gejala klinis.Pasien mengalami henti jantung
setelah sebelumnya mengalami syok hemoragik akibat perdarahan
masif karena ruptur uteri komplit disertai atonia uteri. Return of
spontaneous circulation yang dialami pasien ini terjadi setelah
diberikan resusitasi segera. Resusitasi harus dilakukan secara cepat
dan tepat dengan meminimalisir interupsi untuk tercapainya ROSC
serta mempertahankan sirkulasi pada pasien tersebut. Pasien
mengalami syok hemoragik yang diakibatkan oleh ruptur uteri komplit
dan atonia uteri sehingga volume darah berkurang secara masif
menyebabkan suplai darah ke organ menjadi berkurang dan jika
kondisi ini bertahan maka akan terjadi henti jantung karena tidak
mampu mengompensasi. Terjadinya penurunan hebat volume
intravaskuler apakah akibat perdarahan atau dehidrasi akibat sebab
lain maka darah yang balik ke jantung (venous return) juga berkurang
dengan hebat, sehingga curah jantung pun menurun. Pada akhirnya

14
ambilan oksigen di paru juga menurun dan asupan oksigen ke
jaringan atau sel (perfusi juga tidak dapat dipenuhi.Begitu juga halnya
bila terjadi gangguan primer di jantung, bila otot-otot jantung melemah
yang menyebabkan kontraktilitasnya tidak sempurna, sehingga tidak
dapat memompa darah dengan baik dan curah jantungpun
menurun.Pada kondisi ini meskipun volume sirkulasi cukup tetapi
tidak ada tekanan yang optimal untuk memompakan darah yang
dapat memenuhi kebutuhan oksigen jaringan, akibatnya perfusi juga
tidak terpenuhi. (2447-3151…)

Syok hemoragik merupakan kontraindikasi absolut untuk


dilakukan anestesi neuraxial. Namun, pertimbangan dilakukannya
CSE pada pasien ini yaitu adanya kecurigaan infeksi COVID-19 pada
pasien berdasarkan pada riwayat demam, leukopenia, limfopenia,
neutrofilia, serta gambaran x-ray thoraks yang menunjukkan
pneumonia tipikal oleh karena virus serta tidak adanya ketersediaan
ICU dengan ventilator untuk perawatan pasca operasi.Syok
hemoragik atau kondisi hipovolemia berat merupakan kontraindikasi
absolut untuk dilakukan anestesi neuraxial6 Namun, pertimbangan
dilakukannya CSE pada pasien ini yaitu adanya kecurigaan infeksi
COVID-19 pada pasien berdasarkan pada riwayat demam,
leukopenia, limfopenia, neutrofilia, serta gambaran x-ray thoraks yang
menunjukkan pneumonia tipikal oleh karena virus9 serta tidak adanya
ketersediaan ICU dengan ventilator untuk perawatan pasca operasi
Low dose spinal dan epidural dapat menjadi pilihan manajemen
anestesi pada pasien dengan syok hemoragik yang disertai
kecurigaan infeksi COVID-19 dan memberikan outcome yang baik
bagi pasien. Resusitasi dan penatalaksanaan awal syok hemoragik
yang tepat juga menjadi penentu keberhasilan manajemen ini.
Anestesi regional pada pasien dengan suspek COVID-19 akan
mencegah tindakan aerosol dan mencegah transmisi virus antara
pasien dan tenaga kesehatan.. (42-295…)

2. Fase Syok

15
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap
perdarahan 500-1000 ml pada waktu persalian tanpa bahaya oleh
karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskuler dan hematology
selama kehamilan (buku perdarahan). Jika perdarahan terus berlanjut
akan timbul fase-fase syok sebagai berikut :
1) Fase Kompensasi
a. Rangsangan atau reflex simpatis
Respon pertama terhadap kehilangan darah adalah
vasonkontriksi pembuluh darah perifer untuk
mempertahankan pasokan darah ke organ vital
b. Gejala klinik : pucat, takiradia, takipnea.
2) Fase Dekompensasi
a. Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau
kurang karena factor-factor yang ada
b. Gejala klinik : sesuai gejala klinik syok di atas
c. Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki
keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping.
3) Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian :
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan
hipoksia jaringan yang lama dan kematian jaringan dengan akibat
berikut :
a. Asidosis metabolic
Disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena
kekurangan oksigen.
b. Dilatasi arteriol
Akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya
menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan
keluarnya cairan ke dalam jaringan yang rusak.
c. Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya
tromboplastin dari jaringan yang rusak.
d. Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.
e. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja
tidak cukup adekuat lagi dan jika penyembuhan dari fase akut

16
terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan atau
hipofise akan timbul.

3. Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain
sebagai berikut :
a. Cari dan hentikan segera penyebab pendarahan
b. Bersihkan saluran nafas dan beri oksigen atau pasang selang
endoktrakheal
c. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi
sentral
d. Pasang 2 set infuse atau lebih untuk transfusi cairan infuse dan
obat-obat IV bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena,
lakukan atau pasang kanul intrafemoral.
e. Kembalikan volume darah dengan :
1) Darah segar (whole blood) dengan cross metched dari grup
yang sama, kalau tidak tersedia berikan darah O sebagai life-
saving.
2) Larutan kristaloid seperti ringer laktat larutan garam fisiologis
atau glukosa 5%. Larutan-larutan ini mempunyai waktu paruh
(half life) yang pendek dan pemberian yang berlebihan dapat
menyebabkan edema paru.
3) Larutan koloid : dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma
(plasma protein fraction), atau plasma segar.

4. Terapi Obat-obatan
1) Analgesik : morfin 10-15mg IV jika ada rasa sakit,
kerusakan jaringan atau gelisah.
2) Kortikosteroid : hidrokortison 1g atau deksametason
20mg IV pelan-pelan. Cara kerjanya
masih kontroversial, dapat
menurunkan resistensi perifer dan
meningkatkan kerja jantung dan
meningkatkan perfusi jaringan.

17
3) Sodium bikarbonat : 100 mEq IV jika terdapat asidosis
4) Vasopresor : untuk menaikkan tekanan darah dan
mempertahankan pefusi renal.
5) Dopamin : 2,5mg / kg/ menit IV sebagai pilihan
utama
6) Beta-adrenergik stimulant : isoprenalin 1mg dalam 500ml glukosa
5% IV infuse pelan-pelan

5. Monitoring
a) Central venous pressure (cvp) : normal 10-12 cm air
b) Nadi
c) Tekanan darah
d) Produksi urin
e) Tekanan kaviler paru : normal 6-18 Torr
f) Perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat
dingin, dan kesadaran.

6. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di
berbagai di berbagai organ, sehingga dapat menjadi komplikasi-
komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis hipofise, dan koagulasi
intravaskular diseminata (DIC). (Rina Nuraeni dan Arni Wianti, 2018)

7. Mortalitas
Perdarahan 500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada
sesio sesarea pada umumnya masih dapat ditoleransi.Perdarahan
karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam kehamilan
sebanyak 6-7% dan solusio plasenta 1-5%. DI USA perdarahan
obstetric menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak 13,4 %.
(Rina Nuraeni dan Arni Wianti, 2018).

1.9 Gangguan Pembekuan Pada Masa Kehamilan

18
1. Definisi
Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya
kelainan dalam pembentukan pembekuan darah di mana hal ini
berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor pembekuan darah.
Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami
perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan
setiap faktor koagulasi plasma, fibrin atau plasmin. (Rina Nuraeni dan
Arni Wianti, 2018)
Homeostatis merupakan suatu mekanisme untuk melindungi
dan mempertahankan komposisi dan fluiditas darah di dalam
pembuluh darah. Kematian dapat terjadi akibat ketidakmampuan
untuk menghentikan perdarahan. Untuk menentukan letak kelainan
homeostatis, diperlukan an-amnesis yang baik dan teliti, pemeriksaan
dan evaluasi manisfestasi klinik perdarahan yang cermat serta
pemeriksaan laboratorium yang tepat. Pemeriksaan homeostatis
penting untuk dilakukan dengan tujuan membantu para klinisi
mendiagnosa dan memantau kelainan homeostatis. Gangguan
homeostatis dengan perdarahan abnormal dapat terjadi akibat
kelainan vaskular, trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
dan gangguan pembekuan darah (Sacher, 2011).
Pemeriksaan rutin pra bedah, baik atas dasar indikasi sesuai
gambaran klinis pasien ataupun tidak, adalah melakukan identifikasi
kondisi yang tidak terduga yang mungkin memerlukan terapi sebelum
operasi atau perubahan dalam penatalaksanaan operasi, menilai
penyakit yang sudah diketahui sebelumnya, memperhatikan
komplikasi pasca bedah, dan sebagai dasar per-timbangan untuk
pemeriksaan lanjutan (Praw-irohardjo, 2006 dan Bagus, 2010).
Operasi merupakan tindakan yang dapat mencetuskan
perdarahan, untuk penderita dengan kondisi yang normal, perdarahan
yang terjadi dapat dengan mudah ditangani. Hal yang berbeda dapat
terjadi apabila pasien mengalami kelainan homeostatis, perdarahan
yang hebat dapat terjadi dan sering mengancam kelangsungan
hidupnya. Oleh karena itu, kelainan homeostatis sekecil apapun

19
sebaiknya diketahui mel-alui pemeriksaan yang tepat sebelum operasi
dilakukan (Mochtar, 1998)
Respons homeostatis normal terhadap kerusakan vaskular
bergantung pada interaksi yang terkait erat antara dinding pembuluh
darah, trombosit yang bersirkulasi, dan faktor pembekuan trombosit.
Trombosit berperan penting dalam proses homeostatis dengan cara
membentuk sumbat trombosit pada jejas pembuluh darah dan
membentuk suatu mekanisme hemostatik primer yang efektif.
Gangguan jumlah trombosit dapat menyebabkan perdarahan
abnormal (Sach-er, 2011).
Uji skrining pembekuan darah memung-kinkan penilaian
terhadap sistem ekstrinsik dan intrinsik pembekuan darah dan juga
perubahan sentral fibrinogen menjadi fibrin. Uji masa pro-trombin
(prothrombin time =PT) berguna untuk menilai kemampuan faktor
koagulasi jalur ek-strinsik dan jalur bersama, yaitu faktor I (fibrin-
ogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proak-selerin), faktor VII
(prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII
akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal
(Hardjoeno, 2003 dan Wirawan, 2011).Masa tromboplastin parsial
teraktivasi (ac-tivated partial thromboplastin time =aPTT) adalah uji
laboratorium untuk menilai kelainan koagulasi pada jalur intrinsik dan
jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein,
kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin an-tecendent), faktor IX
(faktor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor), faktor X
(faktorStuart), faktor V (proakselerin), faktor II (pro-trombin) dan faktor
I (fibrinogen). Masa pem-bekuan yang memanjang pada PT dan aPTT
terjadi karena defisiensi faktor akan terkoreksi dengan penambahan
plasma normal ke dalam plasma yang diuji. Jika koreksi tidak ada
atau tidak lengkap dengan plasma normal, maka di-curigai terdapat
inhibitor koagulasi.Pemerik-saan masa perdarahan (bleeding time =
BT) dan masa pembekuan (clotting time = CT) memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang rendah dalam memprediksi risiko perdarahan,
sedangkan pe-meriksaan masa tromboplastin parsial terakti-vasi
(activated partial thromboplastin time = aPTT) lebih sensitif dan

20
mempunyai reprodu-sibilitas yang lebih baik dibanding clotting time
(Wirawan, 2011 dan Pramudianti 2011)
2. Etiologi

3. Penyebab
Penyebab Tiga hal utama yang mempengaruhi kerentanan
seseorang mengalami thrombus:
a) Dinding pembuluh darah yang rentan mengalami luka, misal
dinding pembuluh darah yang telah mengalami plak
arterosklerosis sebelumnya.
b) Aliran darah yang tidak normal, misal aliran darah pada penderita
hipertensi, aliran darah pada percabangan pembuluh darah.
c) Penyakit kelainan pembekuan darah.

4. Tanda dan gejala


Trombus yang kecil tidak menimbulkan gejala apapun. Namun
bila trombus sudah menyumbat sehingga aliran darah menurun maka
akan timbul gejala. Gejala yang umum adalah rasa nyeri akibat sel-sel
tubuh tidak mendapat suplai oksigen. Gejala lainnya adalah kulit akan
teraba dingin, juga nadi terasa lemah akibat sumbatan. (Rina Nuraeni
dan Arni Wianti, 2018)
Adapun tanda dan gejala pada umumnya untuk ibu hamil:
a) Perdarahan berlangsung terus
b) Merembes dari tempat tusukan (Chapman, 2006)

5. Komplikasi
Pada ibu yang menderita pembekuan darah, kadar asam
empedu akan meningkat dan akan menghasilkan racun yang akan
memasuki darah ibu dan mengakibatkan beberapa gejala. Kondisi
seperti ini harus segera didentifikasi karena bisa mendatangkan
dampak yang serius untuk kesehaan bayi Anda, terutama jika sudah
memasuki masa kehamilan 36 minggu. (Rina Nuraeni dan Arni Wianti,
2018)

21
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan
dengan DIC (KoagulasiIntravaskuler Diseminata) :
a) Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai
dengan abortus septic
b) Syok berat
c) Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus.
(Schward, 2000)

6. Diagnosis
1) Umum
Didapatkan pada semua parturient dengan HPP Primer :
a) Data Subyektif : Keluar darah bergumpal dari alat kemaluan
b) Inspeksi : Adanya pengeluaran darah > 400 cc,
parturient tampak pucat, pada keadaan
serius tampak tanda-tanda syok
c) Pada kehilangan darah lebih dari 25%, dijumpai TTV
− Tensi : turun
− Nadi : lemah dan cepat
− RR : meningkat
− Suhu : turun
(Sarwono, 2008)
2) Khusus
DIC
− Perdarahan dari tempat lain, missal vagina, hidung, gusi,
kulit, dll
− Darah yang keluar sama sekali tidak ada gumpalan, walau
sudah terkena udara
Klausal PPP karenan gangguan darah baru dicurigai bila
penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada
riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan
sebelumnya. Akan ada tedensi mudah terjadi perdarahan setiap
dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau

22
timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan
digusi, rongga hidung dan lain-lain. (Sarwono, 2008)
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil
pemeriksaan faal hemostatis yang abnormal. Waktu perdarahan
dan waktu pembekuan memanjang, trombositopenia,
terjadihipofibriogenemia dan terdeteksi adanya FDP ( fibrin
degradation product) serta perpanjangan tes protombin dan PTT
( PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME). (Sarwono, 2008)

7. Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan
memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata
strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan
dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuaidan jenjang
rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua
kehamilanmempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, slah
satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal
tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum
dan mengatasi setiap penyakitkronis, anemia dan lain-lain
sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut
adadalam keadaan optimal.
b) Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak
beras, hamil kembar,hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat
PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi lainnyayang
resikonya akan muncul saat persalinan
c) Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan
partus lamaa’
d) Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit
rujukan.
e) Kehamilan resiko rtendah agar melahirkan di tenaga kesehatan
terlatih dan menghindari persalinan dukun6.Mengesuai langkah-
langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukansebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008)

23
Pencegahan atau cara mengatasi :
a) Bergerak (darah bisa menumpuk di kaki saat duduk dalam
waktu lama. Bila pekerjaan menuntut untuk duduk dalam waktu
lama, sebaiknya luangkan waktu berjalan-jalan setiap 1 atau 2
jam)
b) Hidup sehat (segera ubah kebiasaan buruk seperti merokok
atau makan berlebih agar berat badan tetap normal. Selain itu,
minumlah banyak air untuk mengurangi risiko penggumpalan
darah)
c) Hati-hati dengan obat-obatan tertentu (riso DVT juga dapat
meningkat saat mengkonsumsi pil kontrasepsi. DVT juga bisa
diturunkan dari keluarga yang telah mengalami penyakit ini)
d) Mengetahui tanda dan gejala (DVT terkadang sulit diidentifikasi
karena gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan gangguan
lain. Perhatikan bila kaki menunjukkan gejala seperti
membengkak, sakit, kemerahan, mengalami perubahan warna,
dan kulit terasa hangat saat dipegang Bila gumpalan darah
sudah menjalar ke paru-paru biasanya dapat menimbulkan
sesak nafas secara tiba-tiba).
e) Lebih proaktif (bila tubuh menunjukan gejala pembekuan darah,
cedera, atau akan melakukan operasi, maka segeralah
berkonsultasi ke dokter. Informasikan kepada ahli medis bila
sedang mengonsumsi pil kontrasepsi, pemah menjalani operasi,
melakukan perjalanan panjang, atau cedera dalam 8 minggu
sebelumnya.
(Rina Nuraeni dan Arni Wianti, 2018)

8. Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan
jika keadaan pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia
berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan invasif, atau
memiliki niko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif

24
mirip menyiram bensin dalam api kebakaran, namun pendapat ini
tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya hiperfibrinolisis jika
koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa
yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk
memperbaiki kondisi perdarahan. (Rina Nuraeni dan Arni Wianti,
2018)
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah
pemberian antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan
untuk meningkatkan aktivitas antitrombin II dan mencegah konversi
fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan
koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis
lebih lanjut. Heparin juga mampu mencegah reakumulasi clot setelah
terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis dewasa normal heparin drip
4-5 U/g/jam IV infus kontinue, pemberian heparin harus dipantau
minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus
heparin 80 U tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran
khusus pada jurnal-jurnal hematologi. (Rina Nuraeni dan Arni Wianti,
2018)

9. Dampak
Resiko terbentuknya gangguan pembekuan darah dapat
meningkat oleh faktor-faktor berikut :
a) Obesitas
Hingga saat ini, ahli kesehatan masih tidak mengetahui
bagaimana obesitas meningkatkan resiko pembekuan darah.
Tetapi mereka yakin bahwa gaya hidup yang banyak duduk,
kurang bergerak, perubahan pada kimia darah, dan sebagainya,
dapat membentuk suatu hubungan yang menyebabkan
pembekuan darah.
b) Pil Keluarga Berencana ( KB)
Pil KB meningkatkan kadar estrogen pada tubuh Tetapi,
pil KB juga meningkatkan produksi faktor koagulasi yang
menyebabkan peningkatan resiko pembekuan darah.
c) Aterosklerosis

25
Kondisi di mana arteri mengeras karena timbunan plak
Timbunan plak (kolesterol) memiki tutup yang pada akhirnya akan
pecah Ketika itu terjadi, tubuh akan mengirim trombosit dan faktor
koagulasi ke daerah. tersebut untuk memperbaiki robekan.
Kemudian, hal itu akan menyebabkan pembentukan gumpalan
darah yang dapat semakin mempersempit jalan aliran darah.
(Rina Nuraeni dan Arni Wianti, 2018)

10. Pengobatan

26

Anda mungkin juga menyukai