DOKTER INTERNSHIP
Disusun oleh :
Nama : dr. Nadia Kemalasari
Periode : 22 Mei 2021 – 21 September 2021
Dokter Pembimbing :
dr. Banguntua Siregar, Sp.PD
Dokter Pendamping:
dr. Hj. Elly Surmaita, MKT
LEMBAR PENGESAHAN
PENDAMPING PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Perdarahan
Saluran Makan Bagian Atas”.
Penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada dr. Banguntua Siregar, Sp.PD sebagai konsulen pembimbing yang
telah bersedia membimbing dan memberikan masukan dan kritikan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua
pihak di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi semuanya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2
1.3. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSMBA) adalah kehilangan darah
dalam lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum treitz,
mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.
Sebagai salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia
yang signifikan, perdarahan dari saluran makan bagian atas kira-kira 4 kali lebih
umum daripada pendarahan dari saluran makan bagian bawah. Tingkat kematian
dari PSMBA adalah 6-10% secara keseluruhan.2
Kejadian PSMBA, 2 kali lipat lebih besar pada pria daripada pada wanita,
di semua kelompok usia; Populasi dengan PSMBA telah menjadi semakin tua,
Kematian meningkat dengan bertambahnya usia (> 60 tahun), baik pada pria dan
wanita, bersamaan dengan peningkatan komorbiditas signifikan yang
meningkatkan angka kematian.3
Satu atau lebih penyakit komorbid dijumpai pada 98,3% mortalitas pasien
PSMBA; Pada 72,3% pasien, penyakit komorbid meupakan penyebab primer
kematian dibandingkan kejadian perdarahannya. Perdarahan ulangan atau
perdarahan berlanjut dikaitkan dengan peningkatan mortalitas; Oleh karena itu,
penting membedakan pasien beresiko rendah terjadi perdarahan ulang dan
komorbiditas kecil dengan pasien beresiko tinggi untuk terjadinya perdarahan ulang
dan komorbiditas serius.3
Penyakit ulkus peptik merupakan penyebab paling umum dari PSMBA.
Dalam sebuah tinjauan literatur yang melibatkan lebih dari 10.000 pasien dengan
PSMBA, ulkus peptik bertanggung jawab atas 27-40% dari semua episode
perdarahan. Populasi pasien berisiko tinggi berisiko terkena ulkus peptikum
termasuk orang yang memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol, gagal ginjal
kronis, atau penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah:
1. Dapat mengerti dan memahami tentang Perdarahan Saluran Makanan Bagian
Atas (PSMBA).
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan Perdarahan Saluran Makanan
Bagian Atas (PSMBA).
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Program Internship Dokter Indonesia di
RSUD H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas (PSMBA).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSMBA) adalah kehilangan darah
dalam lumen saluran cerna yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum treitz,
mulai dari esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.2
2.1.2. Epidemiologi
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu kasus kegawatan di bidang
gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan di bidang kesehatan
dunia. Selama empat dekade terakhir ini tidak terdapat
perubahan angka kejadian meskipun telah dicapai kemajuan dalam pengelolaan
atau terapi.3 Peningkatan insidensi di sebagian negara berhubungan dengan
penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Selain itu,
prevalensi perdarahan PSMBA sangat bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin
dan beberapa faktor lainnya. Hasil akhir berupa perdarahan ulang dan kematian
merupakan akibat dari penatalaksanaan yang kurang adekuat.4
Di Amerika Serikat angka kejadiannya berkisar antara 50-150 per 100.000
penduduk per tahun. Angka kematiannya bervariasi antara 4-14% tergantung pada
kondisi pasien dan penanganan yang tepat.5,6 Pasien dengan komplikasi atau tanpa
komplikasi di Amerika serikat rata-rata lama rawat inap adalah 4,4 dan 2,7 hari.7
Umumnya 80% dari kasus dapat berhenti dengan sendirinya. 10% kasus
4
2.1.3. Etiologi
Kurang sering
Sering (common) Jarang
(less common)
Erosi/ gastropati gaster
Esofagitis
Ulkus esophagus
Lesi Dielafoy
Duodenitis erosive
Ulkus gaster Telangiektasis
Fistula
Ulkus duodenum Gastropati hipertensi portal
Aortoenterik
Varises esophagus GAVE (Gastric Antral
Hemobilia
Mallory Weiss tear Vascular Ectasia) =
Penyakit Pankreas
watermelon stomach
Penyakit Crhon’s
Varises gaster
Neoplasma
Tabel 2. Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas10
5
2.1.5. Patofisiologi
Lumen gaster memiliki pH yang asam. Kondisi ini berkontribusi dalam proses
pencernaan tetapi juga berpotensi merusak mukosa gaster. Beberapa mekanisme
telah terlibat untuk melindungi mukosa gaster. Musin yang disekresi sel-sel
foveola gastrica membentuk suatu lapisan tipis yang mencegah partikel makanan
besar menempel secara langsung pada lapisan epitel. Lapisan mukosa juga
mendasari pembentukan lapisan musin stabil pada permukaan epitel yang
melindungi mukosa dari paparan langsung asam lambung, selain itu memiliki pH
netral sebagai hasil sekresi ion bikarbonat sel-sel epitel permukaan. Suplai
vaskular ke mukosa gaster selain mengantarkan oksigen, bikarbonat, dan nutrisi
juga berfungsi untuk melunturkan asam yang berdifusi ke lamina propia. Gastritis
akut atau kronik dapat terjadi dengan adanya dekstruksi mekanisme-mekanisme
protektif tersebut, salah satunya pada kondisi stress, terjadi penurunan aliran darah
ke mukosa sehingga dapat terjadi iskemia dengan kerusakan lapisan mukosa
dengan kemungkinan berlanjut menjadi suatu ulkus peptikum. 11
Pada orang yang sudah lanjut usia, aterosklerosis merupakan salah satu
peran dalam penurunan aliran darah ke mukosa gaster. Hal ini menjadi suatu
stressor sehingga pembentukan musin berkurang sehingga rentan terkena gastritis
dan perdarahan saluran cerna (erosi hingga ulkus). OAINS dan obat antiplatelet
dapat mempengaruhi proteksi sel (sitoproteksi) yang umumnya
dibentuk oleh prostaglandin atau mengurangi sekresi bikarbonat yang
menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster. Infeksi Helicobacter
pylori yang predominan di antrum akan meningkatkan sekresi asam lambung
dengan konsekuensi terjadinya tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
7
Hal ini banyak dipengaruhi oleh jumlah darah yang keluar persatuan
waktu dan fungsi pilorus. Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam
waktu singkat akan menimbulkan refleks muntah sebelum komponen darah
tersebut bercampur dengan asam lambung (sehingga muntah darah segar). Hal ini
berbeda dengan perdarahan yang memberi kesempatan darah yang keluar terpapar
lengklap dengan asam lambung sehingga membentuk hematin hitam. Perdarahan
yang masif, terutama yang berasal dari duodenum, kadang tidak terpapar asam
8
lambung dan keluar peranum dalam bentuk darah segar (hematochezia) atau
merah hati (maroon stool).8
2.1.7. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
turun >10 mmHg menandakan telah banyak kehilangan darah. Pada pemeriksaan
fisik, akan ditemukan juga nyeri tekan pada daerah epigastrium.8
Pemasangan NGT dan inspeksi aspirat dapat digunakan pada penilaian awal
kasus. Hal ini dianjurkan pada semua kasus perdarahan saluran makan kecuali pada
perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau sudah jelas perdarahan SCBB.
Pada PSMBA dijumpai cairan berwarna kopi atau cairan darah segar sebagai tanda
bahwa perdarahan masih aktif. Bila sejak awal tidak dijumpai darah pada cairan
aspirasi, dianjurkan NGT tetap terpasang 12-24 jam untuk evaluasi. Aspirat warna
merah terang berarti pasien memerlukan pemeriksaan endoskopi segera baik untuk
evaluasi maupun perawatan intensif. Jika cairan aspirat berwarna seperti kopi, maka
diperlukan rawat inap dan pemeriksaan endoskopi dalam 24 jam pertama.14,15
Meskipun demikian aspirat normal tidak dapat menyingkirkan perdarahan PSMBA.
Studi melaporkan 15% kasus perdarahan PSMBA pemeriksaan NGT normal tetapi
terdapat lesi dengan risiko tinggi perdarahan (terlihat/ tidak terlihat pembuluh darah
dengan perdarahan) pada endoskopi.16
4. Pemeriksaan Laboratorium
Perbandingan BUN dan kreatinin serum dapat dipakai untuk memperkirakan asal
perdarahan, nilai puncak biasanya dicapai dalam 24-48 jam sejak terjadinya
perdarahan, normal perbandingan 20, di atas 35 kemungkinan berasal dari PSMBA,
di bawah 35 kemungkinan PSMBB.
10
5. Endoskopi Diagnostik
6. Radionuclide Scanning
Labeling sel darah merah pasien dengan menggunakan zat radioaktif yang
kemudian dimasukkan lagi dalam sistem sirkulasi pasien dapat menentukan lokasi
sumber perdarahan walaupun laju perdarahan relative sedikit (0,1 mililiter/menit),
tapi kurang spesifik untuk menentukan tempat perdarahan dibandingkan teknik
arteriografi.8
11
7. Arteriografi Selektif
2.1.9. Tatalaksana
a. Stabilisasi hemodinamik
Pada kondisi hemodinamik tidak stabil atau dalam keadaan renjatan, maka
proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau koloid) harus segera dimulai tanpa
menunggu data pendukung lainnya. Pilihan akses, jenis cairan resusitasi, kebutuhan
transfuse darah, tergantung derajat perdarahan dan kondisi klinis pasien. Cairan
kristaloid dengan akses perifer dapat diberikan pada perdarahan ringan sampai
sedang tanpa gangguan hemodinamik.8
Untuk memprediksi risiko perdarahan ulang dan kematian dapat digunakan sistem
skoring Rockall. Semakin tinggi skor, semakin tinggi resiko terjadinya perdarahan
ulang dan kematian.20 Sistem skoring lain yang hanya menggunakan variable dari
klinik dan laboratorium tanpa pemeriksaan endoskopi, yaitu blatchord scoring
system.16 Skor klinis Rockall dan Blatchford berguna sebagai alat prognostik pada
pasien dengan kasus perdarahan akut gastrointestinal bagian atas.
0 1 2 3
Usia (tahun) <60 60-79 >80 -
SBP < 100
HR > 100 bpm
Syok Tidak ada mmhg -
(takikardi)
(hipotensi)
Gagal ginjal
Penyakit Hepar
Komorbid Tidak ada Tidak ada Gagal jantung
Metastasis
Kanker
Robekan Mallory
Weiss Keganasan
Diagnosis Diagnosis lain -
Tidak ada lesi PSMBA
Tidak ada SRH
Darah PSMBA,
bekuan
Tidak ada/titik
SRH mayor - melekat, visible -
hitam
vessel or
spurting vessel
Tabel 4. Skor Rockall, Skor ≤ 2 menandakan risiko rendah, pasien dapat segera
dipulangkan20
14
Variable Skor
Kadar Urea Darah(mmol/L)
2
≥ 6,5 – 7,9
3
8-9,9
4
10-24.9
6
≥25
Hemoglobin Laki-laki (g/dl)
1
≥12-13
3
10-11,9
6
<10
Haemoglobin Perempuan
(g/dl) 1
≥10-12 6
<10
Tekanan Darah
Sistolik(mmHg) 1
100-109 2
90-99 3
<90
Tanda-tanda lain
1
Denyut ≥100/ menit
1
Melena
2
Sinkop
2
Penyakit Hepar*)
2
Gagal jantung**)
Tabel 5. Skor Blatchford20 *)Riwayat atau klinis/temuan laboratorium yang
menandakan penyakit hepar; **)Riwayat atau klinis/ temuan ekokardiografi yang
menandakan gagal jantung. Skor 0 dikategorikan risiko rendah, pasien dapat
dipulangkan.
1. Level hemoglobin >12,9 g/dL (laki- laki) atau >11,9 g/dL (perempuan)
2. Tekanan darah sistolik >109 mmHg
3. Pulsasi <100 /menit
15
c. Terapi Obat
reseptor H2 dalam mencegah perdarahan ulang PSMBA karena ulkus peptic kurang
bermanfaat. Penggunaan antifibrinolitik sebagai penghambat aktivasi plasminogen
ke plasmin, mencegah pecahnya fibrin dan menjaga stabilitas gumpalan, digunakan
untuk mencegah pendarahan yang berlebihan. Asam traneksamat adalah
antifibrinolitik yang sering digunakan untuk risiko perdarahan meningkat.
d. Terapi endoskopi
Ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau pembuluh darah yang
tampak. Hemostasisendoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena
varises esophagus. Ligasi varises merupakan pilihan pertama untuk mengatasi
perdarahan varises esophagus.
e. Indikasi Operasi21
Intervensi surgikal primer harus dipertimbangkan pada pasien dengan viskus yang
terperforasi (misalnya pada ulser duodenal yang terperforasi, ulser gastrik yang
terperforasi, atau sindroma Boerhaave). Pada pasien yang tidak dapat dioperasi,
pengobatan konservatif dengan nasogastric suction dan antibiotik spektrum luas
dapat dipertimbangkan. Endoscopic clipping juga dapat digunakan pada pasien-
pasien tersebut.
• Perdarahan yang berat dan mengancam nyawa yang tidak responsif terhadap
tindakan resusitatif.
• Kegagalan terapi medikal dan hemostasos endoskopik dengan perdarahan
berulang dan persisten.
• Adanya alasan lain untuk operasi (seperti perforasi, obstruksi, atau malignansi).
• Perdarahan yang berkepanjangan, dengan kehilangan ≥50% volume darah
pasien.
• Pasien dirawat di rumah sakit kedua kalinya untuk perdarahan peptic ulcer.
17
2.1.10. Prognosis21
Usia lebih dari 60 tahun merupakan sebuah marker independen untuk outcome
yang buruk dalam PSMBA, dengan angka mortalitas sekitar 12 – 25% pada pasien
golongan ini.
American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE) mengelompokkan
pasien dengan PSMBA berdasarkan usia dan kategori usia korelasi terhadap angka
mortalitas. ASGE mendapatkan angka mortalitas sebesar 3.3% pada kelompok usia
21-31 tahun, 10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan 14,4% pada pasien
dengan kelompok usia 71-80 tahun.
Beberapa faktor risiko ini dihubungkan dengan peningkatan mortalitas,
perdarahan berulang, dan kebutuhan untuk dilakukannya hemostasis endoskopik
ataupembedahan:
Pada pasien dengan syok hemoragik angka mortalitas meningkat hingga 30%.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Rusmini
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Wiraswasta, Lk II Brohol, Bajenis
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Buang air besar hitam dan muntah hitam
Telaah : Hal ini dialami oleh os 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. BAB hitam dengan frekuensi +4 kali dengan konsistensi padat. Muntah
hitam dialami dengan frekuensi 2 kali dalam 1 hari terakhir. Mual dijumpai.
Riwayat perdarahan spontan (mimisan, gusi berdarah) tidak dijumpai. Os juga
merasa lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu. Os menyangkal riwayat konsumsi
alkohol dan minum jamu-jamuan. Penurunan nafsu makan dijumpai namun
penurunan berat badan tidak dijumpai. Demam dan sesak nafas tidak dijumpai.
BAK (+) dalam batas normal dengan volume ±1500ml/hari. Riwayat BAK
berdarah, berpasir tidak dijumpai. Riwayat penyakit lain tidak dijumpai. Riwayat
keluarga dengan keluhan yang sama tidak dijumpai.
19
ANAMNESA ORGAN
Jantung Sesak nafas :(-) Edema : ( - )
Angina pectoris :(-) Palpitasi : ( - )
Lain-lain : ( - )
ANAMNESA FAMILI
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.
BB BB
BW = x 100% BMI =
TB − 100 (TB)2
45 45
BW = x 100% BMI =
155 − 100 (1.55)2
BW = 81,8% BMI = 18,7 kg/m2
Kesan : Normoweight
21
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+/+), ikterus (-/-), pupil isokor,
ukuran Ø 3mm/3mm, refleks cahaya direk (+/+)/indirek (+/+),
kesan:( - )
Lain-lain : ( - )
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat :(-)
Pembesaran kelenjar limfe :(-)
Posisi trakea : Medial, TVJ : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : ( - ), lain-lain : ( - )
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan pernafasan ( - )
Lain-lain :(-)
Palpasi
Nyeri tekan : ( -)
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri
Iktus : Teraba
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V / ICS VI
Peranjakan : ± 1 cm
22
Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS ICS IV
Batas kanan jantung : LPSD ICS IV
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan : -/-
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2, A2>A1, desah sistolis ( - ), tingkatan: ( - )
Desahan diastolis ( - ), lain-lain : ( - )
HR: 80x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-/-)
ABDOMEN
• Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
• Palpasi
Dinding abdomen : soepel pada seluruh permukaan abdomen, H/L/R
tidak teraba, (+)nyeri tekan epigastrium
Hati
Pembesaran :(-)
23
Permukaan :(-)
Pinggir :(-)
Nyeri tekan :(-)
Limpa
Pembesaran : ( - ), schuffner : ( - ), Heacket : ( - )
Ginjal
Ballotement : ( - ), Kiri / kanan, lain-lain : ( - )
Uterus / Ovarium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tumor : (-)
• Perkusi : Timpani
Pekak hati :(-)
Pekak beralih :(-)
• Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain :(-)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra : ( - )
RESUME
Keluhan utama : Melena dan hematemesis
Telaah: Hal ini dialami +/- 3 hari smrs. Frekuensi
BAB hitam +4 kali dengan konsistensi
ANAMNESA
padat. Mual (+), Hematemesis (+) dengan
frekuensi 2 kali dalam 1 hari ini, Lemas (+)
dan pucat (+). Nyeri ulu hati (+). RPT:
Tidak ada. RPO: Tidak ada.
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan Penyakit : Sedang
STATUS PRESENS
Keadaan Gizi :
Normal
IMT : 18,7 (Normoweight)
TANDA VITAL
Sens : Compos Mentis
TD : 100/70 mmHg
HR : 100x/i reg t/v cukup
RR : 20 x/i
Suhu : 36,5°C
STATUS LOKALISATA
PEMERIKSAAN FISIK Mata : Anemis (+/+)
T/H/M : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cm H2O
Thoraks : Suara pernafasan = vesikuler
Suara tambahan ( - )
Abdomen : soepel, peristaltik ( + ) Normal,
timpani. Nyeri ulu hati (+), H/L/R tidak teraba.
Ekstremitas : dalam batas normal
Darah : kesan anemia (Hb: 6,4 g/dL)
LABORATORIUM
RUTIN
26
PENATALAKSANAAN Medikamentosa :
• Inj Ceftriaxone 1gr/24 jam
• Inj Ondancentron 4mg/12 jam
• Inj Omeprazole 40 mg/12 jam
• Inj Asam tranexamat 500 mg/ 8 jam
• Sucralfat syr 3x CI
• Inj. Novorapid 8-8-8
RENCANA PENJAJAKAN
1. Transfusi Darah
27
BAB IV
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
15-8-021 BAB hitam (+), Tanda vital: PSMBA ec Tirah Baring
muntah hitam Sensorium: CM gastritis erosiva
(+), badan lemas TD: 110/70 mmHg, Hr: 80x/I, dd ulcer IVFD Ringer
(+), wajah pucat RR: 20x/I, T: 36,5 ºC bleedingdd Laktat 20gtt/I
(+)
Kepala: Anemis (+/+), ikterik stress ulcerdd makro
(-/-) variceal
Leher: TVJ R-2 H2O bleeding Inj Ceftriaxone
Thoraks: SP: Vesikuler (+/+), 1gr/24 jam
ST: (-/-) Anemia ec.
Abdomen: Soepel, timpani, perdarahan dd Inj Ondancentron
peristaltik (+) normal, nyeri penyakit kronik 4mg/12 jamInj.
tekan epigastrium (+)
Ekstremitas: Edema (-/-) DM Tipe II Asam Tranexamat
500mg/8 jam
Inj. Omepraazole
80mg/12 jam
Sucralfat syr
3XC1
Inj. Novorapid 8-
8-8
R/ Transfusi WB
1 bag + PRC 2
bag
Tanggal S O A P
16-8-021 BAB hitam (+), Tanda vital: PSMBA ec R/ PBJ
badan lemas (+), Sensorium: CM gastritis erosiva 16/08/2021
TD: 120/86 mmHg, Hr: 80x/I, dd ulcer
RR: 20x/I, T: 36,5 ºC bleedingdd Omeprazole tab
Kepala: Anemis (+/+), ikterik stress ulcerdd 2x1
(-/-) variceal
Leher: TVJ R-2 H2O bleeding Sukralfat syr 3xc1
Thoraks: SP: Vesikuler (+/+),
ST: (-/-) Anemia ec. Asam folat tab
Abdomen: Soepel, timpani, perdarahan dd 2x1
peristaltik (+) normal, nyeri penyakit kronik
tekan epigastrium (+) Domperidone tab
Ekstremitas: Edema (-/-) DM Tipe II 3x1
Hasil laboratorium
(15/08/2021):
Hb/HT/Leu/Plt: 8.0 / 27.5 /
12.000 / 210.000
29
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
Definisi Pasien R, perempuan, usia 54 tahun, datang
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) dengan keluhan BAB hitam dan muntah hitam.
adalah kehilangan darah dalam lumen saluran Hal ini dialami oleh os 3 hari SMRS. BAB
cerna yang terjadi di sebelah proksimal hitam dengan frekuensi 4 kali dengan
ligamentum treitz, mulai dari esofagus, gaster, konsistensi padat sedangkan muntah hitam
duodenum sampaipada bagian atas dari jejunum. dialami 2 kali dalam 1 hari ini. Hal ini tidak
pernah terjadi sebelumnya. Riwayat konsumsi
Insidensi PSMBA lebih besar dua kali lipat pada hati, dan gula(-)
Manifestasi klinik yang sering terjadi adalah adanya dengan konsistensi padat dan juga ditemukan
hematemesis yang kemudian dilanjutkan dengan hematemesis. Pada konjungtiva pasien terlihat
timbulnya melena. anemis.
Anamnesa
Hal ini dialami oleh os 3 hari sebelum masuk
Dalam anamnesa yang perlu ditekankan adalah
rumah sakit. BAB hitam dengan frekuensi +4
waktu terjadinya perdarahan, perkiraan darah yang
kali dengan konsistensi padat. Muntah hitam
keluar, riwayat perdarahan sebelumnya, riwayat
dialami dengan frekuensi 2 kali dalam 1 hari
perdarahan dalam keluarga, ada tidaknya perdarahan
terakhir. Mual dijumpai. Riwayat perdarahan
30
di bagian tubuh lain, penggunaan obat-obatan spontan (mimisan, gusi berdarah) tidak
terutama NSAID, penggunaan obat antiplatelet, dijumpai. Os juga merasa lemas dan pucat
kebiasaan minum alkohol, penyakit kronis, dan sejak 2 hari yang lalu. Os menyangkal riwayat
riwayat transfusi sebelumnya. konsumsi alkohol dan minum jamu-jamuan.
Penurunan nafsu makan dijumpai namun
penurunan berat badan tidak dijumpai. Demam
dan sesak nafas tidak dijumpai. BAK (+)
dalam batas normal dengan volume
±1500ml/hari. Riwayat BAK berdarah,
berpasir tidak dijumpai. Riwayat penyakit lain
tidak dijumpai. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama tidak dijumpai.
Endoskopi Diagnostik
Endoskopi merupakan pemeriksaan pilihan utama
untuk diagnosis, dengan akurasi diagnosis > 90%.
Dalam 24 jam pertama pemeriksaan endoskopi
merupakan standar perawatan yang
direkomendasikan.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
13. Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam
FK UI; 2010: 447-53.
14. Silverstein FE, GD, Tedesco FJ, Buenger NK, Persing J. The national
ASGE survey on upper gastrointestinal bleeding . II. Clinical prognostic
factors. Gastrointest endosc. 1981; 27:80-93.
15. Corley DA SA, Wolf M, Cook EF, Lee TH. Early indicators of prognosis
in upper gastrointestinal hemorrhage. Am J Gastroenterol.1998; 93:336-
40.
16. Aljebreen AM FC, Barkun AN. Nasogastric aspirate predicts high-risk
endoscopic lesions in patients with acute upper-GI bleeding. Gastrointest
Endosc. 2004; 59: 17.
17. Purnomo HD. Pengelolaan perdarahan akut saluran cerna bagian atas.
Dalam: Suharti C, Sugiri, Gasem MH, editor. Pertemuan ilmiah tahunan
XIV PAPDI; 2010 24-26 sept. Semarang (Indonesia): Badan Penerbit
Universitas Diponegoro; 2010:45-55.
18. Chak A CG, Llyod LE, Kolz CS, Barnhart BA, Wong RC. Effectiveness
of endoscopy in patients admitted to the intensive care unit with upper GI
hemorrhage. Gastrointest endosc. 2001; 53:6-13.
19. Grace HE. Approach to the patient with gross gastrointestinal bleeding. In:
Yamada T, ed. Atlas of Gastroenterology. 4th ed; 2009; 1-9.
20. Gralnek I.M, Barkun A.N, Bardou M. Management of acute bleeding from
a peptic ulcer. N Engl J Med. 2008; 359:928-37.
21. Cerulli, M. (2017). Upper Gastrointestinal Bleeding: Practice Essentials,
Background, Etiology. [online] Emedicine.medscape.com. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview [Accessed 27 Jul.
2017].
22. Cheung FK, Lau JY. Management of massive peptic ulcer bleeding.
Gastroenterol Clin North Am. 2009 Jun. 38(2):231-43. [Medline].
23. Pangestu A. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi keenam. Jakarta: Interna
Publishing.2014:187