Anda di halaman 1dari 14

Referat

INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Disusun Oleh:
Topan Dwi Setiawan
71 2020 050

Dosen Pembimbing:
dr. Edi Saputra, Sp.PD., FINASIM

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHPALEMBANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan referat dengan Judul

INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Disusun Oleh

Topan Dwi Setiawan


71 2020 050

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Palembang, Desember 2022


Pembimbing,

dr. Edi Saputra, Sp.PD., FINASIM

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Indikasi
Transfusi Darah”, sebagai salah satu tugas individu di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan ini belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai bahan pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih terutama kepada:
1. dr. Edi Saputra, Sp.PD., FINASIM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak ilmu, saran, dan bimbingan selama penyusunan referat.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan referat ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Ginjal.......................................................................................7
2.2 Fisiologi Ginjal.......................................................................................9
2.3 Cronic Kidney Disease (CKD)............................................................12
2.3.1 Definisi........................................................................................12
2.3.2 Epidemiologi...............................................................................13
2.3.3 Klasifikasi...................................................................................13
2.3.4 Etiologi dan Faktor Resiko.........................................................15
2.3.5 Patofisiologi................................................................................18
2.3.6 Manifestasi Klinis.......................................................................21
2.3.7 Diagnosis.....................................................................................24
2.3.8 Penatalaksanaan..........................................................................27
2.3.9 Komplikasi..................................................................................38
2.3.10 Prognosis...................................................................................39
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan..........................................................................................40
3.2 Saran.....................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Pada tubuh manusia sehat atau orang dewasa volume darah mencapai 7 %
dari berat badan. Terdapat tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan trombosit atau platelet. Warna darah dipengaruhi oleh
kadar oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) didalamnya. Darah arteri berwarna
merah muda karena banyak O2 yang berikatan dengan hemoglobin. Sedangkan
darah vena berwarna merah tua atau gelap karena kekurangan O 2. Eritrosit berfungsi
dalam mengantarkan oksigen dan zat makanan yang diperlukan tubuh serta
menyingkirkan CO2 beserta hasil buangan lainnya. Leukosit berperan untuk
melindungi tubuh terhadap benda asing. Trombosit berperan penting dalam proses
pembekuan darah. Proses pembentukan sel darah meliputi pembentukan sel darah
secara umum (hematopoiesis), stadium awal pembentukan eritrosit (eritropoiesis),
pembentukan leukosit (leukopoiesis) dan trombosit (trombopoiesis). Suatu kondisi
yang mengakibatkan berkurangnya volume darah maka akan mengakibatkan
berkurangnya masing-masing peran atau fungsi dari ketiga jenis sel darah sehingga
diperlukan tindakan berdasarkan indikasi yaitu transfusi darah.1
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari
seseorang (donor) ke orang lain (resipien). Dimana transfusi darah ini bisa berupa
darah lengkap atau hanya komponen-komponen darah yang dibutuhkan saja
misalkan preparat sel darah merah atau trombosit. Pada transfusi sel darah merah
hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada
kondisi anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau
penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah
dapat diterima.2
Transfusi leukosit tidak dianjurkan karena siklus hidupnya lebih singkat dan
juga efek samping yang ditimbulkannya lebih besar dibandingkan manfaatnya.
Sebelum melakukan tranfusi darah baik transfusi sel darah merah maupun
trombosit, darah pasien akan di tes untuk melihat kecocokan dengan darah pendonor
biasanya berlangsung selama 1 jam. Kemudian darah donor akan disaring dan
diiridiasi untuk memindahkan dan menonaktifkan beberapa sel, fungsinya untuk

5
menurunkan resiko terjadinya respon imun yag buruk terhadap darah. Setelah itu
diberikan Tylenol dan Benadryl sebelum transfusi untuk mencegah demam, dan
reaksi alergi. Dan darah pun siap untuk ditransfusi. Sedangkan untuk transfusi
trombosit diberikan bila trombosit <20.000/μL dimana meningkatkan resiko
terjadinya pendarahan. Pada mulanya diberikan trombosit donor acak. Tranfusi
trombosit konsentrat berulang dapat menyebabkan pembentukan zat anti terhadap
trombosit donor. Bila terjadi sensitisasi, donor diganti dengan HLA-nya (orang tua
atau saudara kandung atau pemberian gammaglobulin dosis terapi). Timbulnya
sensitisasi dapat diperlambat dengan menggunakan donor tunggal.2
Darah biasanya disimpan dalam komponen. Darah utuh segar selalu
dianggap sebagai standar untuk transfusi. Namun, kemajuan medis telah
memungkinkan penggunaan yang efisien dari berbagai komponen, seperti sel darah
merah yang dikemas (PRBC), konsentrat faktor individual, plasma beku segar
(FFP), konsentrat trombosit, dan kriopresipitat. Akibatnya, indikasi saat ini untuk
transfusi darah lengkap umumnya sangat sedikit. Hemoglobin dalam sel darah
merah mengikat oksigen dan merupakan sumber utama pengiriman oksigen tubuh.
Satu unit sel darah merah yang dikemas kira-kira 350 mL dan mengandung sekitar
250 mg zat besi. Maka komponen darah sangat penting dalam berbagai kondisi
terutama dalam kondisi kegawatdaruratan.3
Oleh karena hal tersebut, untuk mengenal lebih dekat mengenai indikasi
transfusi darah, sangat penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu mengetahui
kapan harus dilakukan transfusi darah yang sesuai dan akurat sesuai dengan indikasi
pasien.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
Darah adalah fluida yang mengalir pada tubuh manusia dan
vertebrata tingkat tinggi lainnya. Darah berperan penting dalam semua
proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Darah
berperan penting sebagai fluida yang membawa nutrisi ke seluruh bagian
tubuh, kemudian membawa kembali hasil metabolisme nutrisi tersebut
untuk kemudian dilanjutkan pada proses eksresi hasil metabolisme
tersebut yang melibatkan bantuan organ-organ eksresi seperti paru-paru,
ginjal, dan kulit.4
Sebanyak 7-8% berat tubuh manusia ditentukan oleh volume darah
yang mengalir setiap waktu melalui pembuluh arteri dan venanya yang
dipompa oleh jantung. Darah memiliki temperatur normal pada suhu 38°C,
dengan pH yang berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Peranan pH sangat
penting karena berperan sebagai sistem buffer untuk menjaga asam-basa
kondisi darah yang berpengaruh pada fisiologis manusia. Darah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi akan memiliki warna merah yang
lebih terang. Namun sebaliknya pada darah yang rendah kadar oksigennya
akan memiliki warna merah yang lebih gelap.4
Volume darah pada manusia berbeda dikarenakan perbedaan pada
jenis kelamin, yang menentukan proporsi ukuran tubuh. Laki-laki dewasa
memiliki kisaran volume darah 5-6 L, sedangkan pada wanita dewasa
berkisar antara 4-5 L. Darah sendiri memiliki dua komponen utama yang
terdiri dari komponen cair dan komponen padat. Komponen cair yaitu
plasma darah, dan komponen padat terdiri dari sel darah merah atau yang
disebut sebagai eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan keping darah
atau trombosit yang berperan dalam proses pembekuan darah.
Keseluruhan komponen darah yang mengalir pada tubuh manusia dikenal
sebagai whole blood, yang tersusun atas sebagian besar 55% adalah

7
plasma darah, dan sisanya sebanyak 45% adalah sel-sel darah.4
Adapun fungsi darah meliputi sebagai berikut:4
a) Penghantaran oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh dan jaringan
b) Pembentukan agen pembekuan darah
c) Homeostasis suhu tubuh
d) Pembentukan antibodi untuk melawan infeksi pathogen
e) Pengangkutan hasil metabolisme menuju ginjal dan hati untuk proses
filtrasi
f) Pengangkut hormon yang diekskresikan oleh sel-sel tubuh ke jaringan/
organ target
Darah memiliki hubungan yang erat dengan sistem peredaran
darah.
Sistem peredaran darah tidak dapat dilepaskan pula hubungannya dengan
sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem sekresi, dan
sistem kekebalan tubuh (imun) pada manusia. Darah juga dikenal sebagai
jaringan penghubung yang berbentuk cair (fluid connective tissue), karena
sel-sel darah turut mengalir dan bersirkulasi di dalam tubuh dan
menjalankan fungsi untuk sistem tubuh manusia. Darah yang mengalir
dalam tubuh manusia mengandung berbagai komponen yang dibutuhkan
untuk setiap sistem yang bekerja, seperti glukosa dan nutrient lainnya yang
dihantarkan ke setiap sel di setiap organ, sehingga mampu menyokong
fungsi fisiologis manusia.4

2.2 Hematopoesis
Hematopoiesis biasa juga disebut hemopoiesis (Haema: Darah,
Poiesis: membuat) merupakan proses pembentukan sel-sel darah secara
keseluruhan, yang meliputi proses pembentukan eritrosit, leukosit dan
tombosit. Pada embrio, hematopoiesis terjadi pertama kali pada yolk sac
lalu berlanjut terjadi pada liver, limpa, timus dan nodus limfatikus ketika
sudah menjadi janin.
Selanjutnya proses hematopoiesis terjadi pada sumsum merah pada
tulang tepat tiga bulan sebelum kelahiran janin dan berlanjut setelah proses

8
kelahiran hingga sepanjang hidup. Bagian inti dari tulang tersusun atas
sumsum merah dan sumsum kuning. Sumsum merah merupakan tempat
dibentuknya sel-sel darah sedangkan sumsum kuning tersusun sebagian
besar oleh jaringan adiposa (sel lemak).
Seiring proses pertumbuhan dan perkembangan, sumsum merah
pada tulang akan berganti menjadi sumsum kuning. Akan tetapi sumsum
kuning dapat kembali menjadi sumsum merah jika diperlukan, seperti saat
terjadi peningkatan proses pembentukan sel-sel darah. Sumsum merah
pada tulang merupakan jaringan ikat khusus yang tervaskularisasi dengan
baik, terletak pada area diantara trabekula pada tulang spons. Tulang pada
alat gerak atas, gelang bahu dan panggul serta bagian epifisis dari tulang
paha dan tulang lengan atas merupakan tulang-tulang yang memiliki
sumsum merah tempat terjadinya hematopoiesis. Sel-sel yang menyusun
sumsum merah pada tulang sebanyak 0,05-0,1% berasal dari jaringan
mesenkimal dan disebut sebagai pluripotent stem cells atau
hemocytoblasts. Sel-sel tersebut memiliki kemampuan untuk
berdiferensiasi dan berkembang menjadi seluruh sel yang dibutuhkan oleh
tubuh.
Hematopoiesis merupakan proses seluler yang menyebabkan sel-
sel progenitor di sumsum tulang mengalami diferensiasi menjadi sel-sel
darah yang matur dan memiliki fungsi biologis yang spesifik. Diantara
fungsi sel-sel darah adalah mengangkut oksigen dan nutrisi, membentuk
clot saat terjadi luka dan kerusakan pada pembuluh darah serta menjaga
tubuh dari infeksi sebagai sistem pertahanan tubuh (sistem imun).
Proses pembentukan sel-sel darah tersebut dibagi menjadi
Eritropoiesis (untuk pembentukan eritrosit), Granulositopoiesis,
Monositopoiesis dan Limfositopoiesis (untuk pembentukan leukosit
granuler, monosit dan limfosit) serta Trombositopoiesis (untuk
pembentukan trombosit).
Eritropoiesis dan trombopoiesis merupakan dua proses yang
berjalan secara terpisah, sedangkan granulositopoiesis dan
monositopoiesis berjalan secara simultan dan berhubungan.

9
Limfositopoiesis merupakan proses pembentukan limfosit dan paling
terpisah dari keempat proses lainnya.
Seluruh sel-sel darah berasal dari sel punca hematopoietik
(Hematopoietic stem cell) yang bersifat pluripoten. Sel punca
hematopoietik tersebut kemudian berdiferensiasi menghasilkan dua jenis
sel induk progenitor yang memiliki potensi terbatas (hanya akan
berdiferensiasi menjadi sel tertentu) yaitu Myeloid stem cell dan
Lymphoid stem cell (atau biasa disebut sebagai Common Myeloid.
Progenitor dan Common Lymphoid Progenitor. Myeloid stem cells
akan berdiferensiasi lebih lanjut dan membentuk sel eritrosit, trombosit,
granulosit dan monosit. Sementara Lymphoid stem cells akan
berdiferensiasi dan membentuk limfosit B, limfosit T serta sel NK
(Natural Killer). Lymphoid stem cell yang merupakan sel progenitor
limfosit akan bermigrasi dari sumsum tulang merah ke timus, limpa dan
nodus limfatikus sebagai organ limfoid tempat terjadinya diferensiasi dan
maturasi limfosit.

Gambar 2.1. Proses Hematopoesis

10
2.3 Transfusi Darah
2.3.1. Definsi

2.3.2. Prinsip

2.3.3. Mekanisme

2.3.4. Indikasi

2.3.5. Kontraindikasi

2.3.6. Efek Samping

2.3.7. Persiapan Transfusi

11
2.3.8. Prosedur Transfusi

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Fauzi, MR. 2017. Diagnosis dan Indikasi Transfusi Darah Pada Anemia
Aplastik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
1(1): 12-13.
2. Puspitasari. 2019. Buku Ajar Hematologi. UMSIDA PRESS. 1(1): 2.
3. Lotterman, S., & Sharma, S. 2022. Blood Transfusion. StatPearls Publishing:
NCBI Bookshelf.
Di akses pada 01 Desember 2022 :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499824/
4. Rosita, Amanah, & Arfira. 2019. Hematologi Dasar. Universitas Islam
Indonesia. Hal: 2-3.
5.

14

Anda mungkin juga menyukai