Anda di halaman 1dari 21

MAKALA H

PEMERIKSAAN DIFFERENT COUNT METODE


HAPUSAN DARAH TEPI
DI RS. ST. GABRIEL KEWAPANTE

Oleh
Wihelmina Florida, AMAK

YayasanStenmannsKewapante
RS. ST. GABRIEL KEWAPANTE
KEWAPANTE 86181 – MAUMERE – FLORES – NTT
NO.HP : 081237629456 Telp./ Fax : 0382 2425116
Email:rs.stgabriel@yahoo.co.id

2021
Lembaran Persetujuan dan Pengesahan

Makalah :

PEMERIKSAAN DIFFERENT COUNT METODE HAPUSAN

DARAH TEPI DI RS. ST. GABRIEL KEWAPANTE

Oleh:

Wihelmina Florida, AMAK

Bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan sebagai pegawai di


RS St. Gabriel Kewapante.

Disahkan Oleh:
Pembimbing

Sr. Veridiana M., SSpS, S.Tr. Kes

Telah diujikan di depan penguji pada


Hari / Tanggal : Selasa, 11 Mei 2021

Penguji
No PENGUJI NAMA PARAF

1. Penguji 1 Sr. Maria D. Gosta, SSpS S.Kep.Ns

2. Penguji 2 Sr. Maria K. Nasri, SSpS, S.Kep.Ns

3. Penguji 3 Sr. Veridiana M., SSpS, S.Tr. Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
’’Pemeriksaan Different Count Metode Hapusan Darah Tepi Di RS. St. Gabriel
Kewapante” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penyelesaian makalah
ini, penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, maka sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, atas berbagai
arahan dan bimbingannya pada proses penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap dengan makalah Pemeriksaan Diff Count metode hapusan darah
tepi ini dapat member banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan ATLM
pada khususnya. Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
malakah ini.

Maumere, 20 April 2021


Penulis
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN .......................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3


2.1 Darah ...................................................................................................................3
2.2 Leukosit ...............................................................................................................3
2.3 DiferensiasiLeukosit (Jenis-Jenis Leukosit) ........................................................7
2.4 Sediaan Apus Darah Tepi ...................................................................................10
2.5 Ciri-ciri sediaan apus yang baik .........................................................................11
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam pembacaan hasil...............11
2.7 Prosedur Pemeriksaan Diff Count.......................................................................11
2.8 Prosedur Pemeriksaan Diff Count di Laboratorium
RS St. Gabriel Kewapante.....................................................................................14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................15


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................15
3.2 Saran ...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................16


DAFTAR SINGKATAN

difft count ; differential counting


DPJP : Dokter Penanggungjawab Pasien
GLP : Good laboratorium Practice
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PDS PatKlin : Persatuan Dokter Spesialis Patologi Klinik
µl : Mikro liter
% : Persen
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia


karenaberfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan
lainnyauntuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalamigangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)
dan45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu
sekitarsepertiga belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel
darahmanusia terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit)
dantrombosit (keping darah).
Sel darah putih (lekosit) merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanantubuh. Lekosit berfungsi menyediakan pertahanan yang cepat dankuat
terhadapsetiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa jenis lekosit, yaitu
netrofil,eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Pada orang dewasa terdapatkira–
kira7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel darah putih (lekosit)yang
begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan pengecekan kadarsel
darah putih (lekosit).
Different counting / Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit
yang ada dalam darahberdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Untukmendapatkan jumlah absolut dari masing–masingjenis sel
maka nilai relatif (%)dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai contohnya,
dengan limfosit 30% danleukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000
atau 3.000.Hasil pemeriksaan ini dapatmenggambarkan secara spesifik kejadian dan
proses penyakit dalam tubuh, terutamapenyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung
ada 5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil,monosit, dan limfosit ( Brunner & Suddarth.
2002).
Di laboratorium RS. St. Gabriel Kewapante, penghitungan leukosit
menggunakan sistem analyzer yakni melakukan perhitungan dengan menggunakan
alat Hematologi analyzer Sysmex 3 diff, kamar hitung dan hapusan darah tipis.
Pemeriksaan perhitungan jenis leukosit / different count dilakukan dengan
menggunakan hapusan darah tepi namun sekarang pemeriksaan ini jarang sekali
diminta oleh DPJP. Berdasarkan buku register laboratorium pada tahun 2019 sampai
tahun 2020 tidak terdapat pemeriksaan diff count. Melihat pengertian diatas maka
penulis merasa tertarik untuk mengangkat topic makalah ini dengan judul

1
”Pemeriksaan different count metode hapusan darah tepi di RS. St. Gabriel
Kewapante” sehingga penulis semakin paham tentang pemeriksaan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian leukosit?


2. Apa pengertian hitung jenis leukosit ?
3. Apa yang dimaksud dengan basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit?
4. Bagaimana cara pemeriksaan hitung jenis leukosit?
5. Bagaimana untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian leukosit


2. Untuk mengetahui pengertian hitung jenis leukosit
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan basofil, eosinofil,
neutrofil,monosit, dan limfosit
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan hitung jenis leukosit.
5. Untuk mengetahui bagaimana mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang leukosit,
jenis-jenis dari setiap sel leukosit, dan semakin mengusai cara perhitungan jenis sel
leukosit atau yang dikenal dengan different count.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-
kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel
darah. Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa
eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Darah terdiri daripada beberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut
plasma darah. (Widayati, dkk, 2010).
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45%
bagiandari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cairan darah yang disebut plasma darah.
1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99% dari jumlah korpuskula).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidakdianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobindan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuangolongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakitanemia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%),
bertanggungjawab dalam proses pembekuan darah.
2. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya olehtubuh,
misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk
yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderitapenyakit leukimia,
sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderitapenyakit leukopenia.
3. Plasma darah
Pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan pembeku
darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein,berbagai jenis
garam.

2.2 Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah
putih. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula
spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair,
dalamsitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak
mempunyaigranula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk
ginjal. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit
tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Caroline, Astrid. 2013).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan
melalui proses diapedesis. Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-selendotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase
tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus
diambil (Caroline, Astrid. 2013).
Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya
bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Leukosit merupakan unit yang
aktifdari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum
tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe
(limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah
menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan Kebanyakan sel darah putih
ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius

Adapun jenis-jenis dari leukosit antara lain:

a. Monosit
Monosit adalah sel darah putih yang berjumlah 1-3% dalam tubuh kitayang
merupakan baris kedua pertahanan tubuh kita terhadap infeksi bakteridan
benda asing. Monosit adalah bagian dari kelompok sistem kekebalantubuh
kita yang tidak mempunyai butiran halus dalam sel (granula). Dalam melawan
infeksi bakteri dan benda asing, monosit dapat melawanwalaupun ukuran
bakteri dan benda asing lebih besar dengan memakannya.
Monosit beredar dalam darah sekitar 300-500 mikroliter darah yangdiproduksi
didalam sumsum tulang manusia dan menyerbar keseluruhtubuh dalam 3 hari
dengan masuk ke jaringan tubuh tertentu yangmengalami pematangan menjadi
makrofag yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh. Peningkatan jumlah
monosit disebut dengan monositosis,yang dapat dijumpai pada penyakit
seperti parotitis, herpes zoster, mononucleosis, infeksiosa, toksoplasmosis,
hemolitik, arthrithis, dan masih banyak lagi.
Fungsi dari monosit ini yaitu:
a) Menghancurkan sel-sel asing.
b) Mengangkat jaringan yang telah mati.
c) Membunuh sel-sel kanker.
d) Pembersih dari fagositosis yang dilakukan neutrofil.
e) Meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungitubuh.
f) Menunjukkan perubahan dalam kesehatan pasien dengan
banyaksedikitnya monosit dalam tubuh.

b. Basofil
Basofil adalah sel darah putih yang berjumlah 0,01-0,03% dari tubuhkita.
Basofil memiliki banyak granula sitoplasmik dengan jumlah dualobus. Basofil
merupakan kelompok dari granulosit yang dapat bergerak keluar menuju ke
jaringan tubuh tertentu. Basofil akan bekerja disaat adanya reaksi alergi pada
tubuh dengan mengeluarkan histamin, sehingga pembuluh darah menjadi
besar. Jumlah basofil akan bertambah banyakatau meningkat jika
meningkatnya jumlah alergi. Bertambah banyak jumlah basofil disebut
dengan basofilia.
Fungsi dari basofil ini yaitu:
a) Basofil berfungsi memberi reaksi antigen dan alergi dengan
b) mengaktifkan atau mengeluarkan histamin sehingga terjadiperadangan.
c) Mencegah adanya penggumpalan dalam pembuluh darah.
d) Membantu dalam memperbaiki luka.
e) Memperbesar pembuluh darah.

c. Neutrofil
Neutrofil adalah Sel darah putih yang berjumlah 50-60% dalam
darahyang merupakan kelompok granulosit karna memiliki butiran halus
(granula). Neutrofil juga diakatakan sebagai polymorphonucleardikarenakan
selnya memiliki bentuk yang aneh. dan memiliki 3 inti sel.
Neutrofil adalah sel yang paling pertama menghadang dan
melawanbakteri, virus dan benda asing lainnya yang berperan dalam proses
peradangan. Dari sifat fagosit yang dimilikinya, neutrofil menyerang dengan
menggunakan serangan respiratori yang memakai berbagai macamsubstansi
yang mengandung hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas,hipoklorit.
Neutrofil diproduksi dalam sumsum tulang dengan hasil produksineutrofil
sekitar 100 milliar neutrofil dalam sehari, dan akan meningkat menjadi
sepuluh kali lipat jika terjadi inflamasi kuat. Setelah keluar darisumsum
tulang, akan mengalami 6 tahap morgolis, yakni mielocit, metameolocit,
neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen.
Fungsi dari neutrofil ini yaitu:
a) Menanggapi mikroba.
b) Antibiotik dalam tubuh.
c) Berfungsi dalam proses peradangan.
d) Menghancurkan mikro organisme dan benda asing dengan memakannya
atau fagositosis.
e) Sebagai sel pertahanan tubuh dalam melawan infeksi.
f) Membantu menghapuskan stimulus yang berbahaya penyebab matinya sel
(nekrosis).
g) Membuat daerah yang kekurangan racun

d. Limfosit
Limfosit adalah sel darah putih berjumlah 20-25% dalam tubuh yang
merupakan jumlah terbanyak kedua setelah neutrofil. Limfosit dibentuk
didalam sumsum tulang dan di limfa. Limfosit juga dibagi menjadi duamacam
yakni limfosit kecil dan limfosit besar. Hasil dari produksi limfosit1 kubik
kurang lebih 8000 sel darah putih. jika sel tersebut mengalamipeningkatan
atau bertambah banyak maka akan menyebabkan penyakitleukimia atau
kanker darah.
Limfosit terbagi atas 5 jenis yakni Limfosit B, Sel T Helper, Sel T
sitotoksit, Sel T memori, dan Sel T Supresor. Limfosit B memproduksi
antibodi, Sel T Helper mengaktifkan dan mengarahkan sistem kekebalan
tubuh mikroorganisme, Sel T Sitotoksit mengeluarkan bahan kimia dalam
menghancurkan patogen, Sel T memori sistem kekebalan tubuh dalam
mengetahui patogen tertentu. Sel T Supresor untuk melindungi sel normal
tubuh.
Fungsi dari limfosit ini yaitu:
a) Menghasilkan antibody.
b) Mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.
c) Mengeluarkan bahan kimia dan menghancurkan pathogen.
d) Melindungi sel normal tubuh.
e) Mengetahui patogen tertentu.
f) Berubah menjadi antibodi (sel Plasma).
g) Melawan kanker

e. Eosinofil
Eosinofil adalah sel darah putih berjumlah 7% dari dalam sel darahputih
dan mengalami peningkatan terkait dengan adanya asma, alergi dan demam.
Eosinofil memiliki diameter 10 hingga 12 mikrometer. Eosinofil merupakan
kelompok dari granulosit yang bertugas dalam melawan parasityang memiliki
jangka waktu 8 hingga 12 hari. Eosinofil memiliki sejumlah zat kimiawi
seperti ribonuklease, histamin, lipase, eosinofil peroksidase dan
deoksribonuklease serta beberapa macam asam amino.
Fungsi darieosinofil ini yaitu:
a) Mencegah alergi.
b) Menghancurkan antigen antibody.
c) Berfungsi dalam menghancurkan parasit-parasit besar.
d) Berperan dalam respon alergi

2.3 Diferensiasi Leukosit (Jenis-Jenis Leukosit)


Hitung jenis leukosit disebut juga white blood cell differential atau biasa
disebut diff count, adalah pemeriksaan untuk menentukan jumlah dari jenis
leukosit yang dinyatakan dalam persen (%) dari total seluruh leukosit yang
dihitung. (Nugraga,G.2018).
Dalam jurnal Santoso Budi. 2010 menjelaskan Diferensiasi Leukosit
merupakan hitung jenis leukosit yang dilakukan bersama-sama dengan
pemeriksaan apus darah tepi dengan bentuk preparat darah apus adalah simetris
sehingga dimungkinkan distribusi sel merata atau hamper sama di setiap zona
pembacaan.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang
khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit,
eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih
spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya
menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan
jumlah leukosittotal (sel/μl). Pemeriksaan preparat apusan darah memberikan
informasi lebih lanjut mengenai morfologi sel eritrosit, leukosit, dan trombosit
(Mills 1998).
Tabel 1. Perbandingan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit dalam darah

Sel/µL (rata-rata)
Sel Kisaran normal
Sel darah putih total 9000 4000-11000
Netrofil 5400 3000-6000
Eosinofil 275 150-300
Basofil 35 00-100
Limfosit 2750 1500-4000
Monosit 540 300-600
Eritrosit pada pria 5,4 x 106
Eritrosit padawanita 4,8 x 106
Trombosit 300.000 200.000-500.000
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyakdari neutrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung
jenis leukositjuga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapanganlain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Bila pada hitung jenisleukosit, diperoleheritrosit berinti lebih dari 10 per 100
leukosit, maka jumlahleukosit/µl perlu dikoreksi.
Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkindiperoleh pada hitung jenis
leukosit:

a. Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi
nilainormal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan
kimiadan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan,
kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi,
seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan
dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcushemolyticus dan
Diplococcus pneumoniae menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan
infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak
menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofiliabiasanya lebih tinggi dari
pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah,respons terhadap infeksi
kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia.
Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang
karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance
sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada
bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone(ACTH)
pada orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi
berat tidak dijumpai netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini
disebutpergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai
netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi
berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa
netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak selmuda menunjukkan
infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yangkurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda
degenerasi,yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar
dangelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai
intipiknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma.
b. Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihinilai
normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang
dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis
yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit
kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesisseperti polisitemia
vera dan leukemia granulositik kronik.

c. Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilainormal.
Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemi agranulositik
kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan
kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi
basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

d. Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit
melebihi nilai normal. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis,
pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik
dan makroglobulinemia primer.

e. Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihinilai
normal. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti
leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit
kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada
beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostikpada
tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan
antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi
pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari
1/3.

f. Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang darinilai
normal. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golonganyaitu
meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan
pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui
penyebabnya.Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil
yangmemendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin
bekerjasebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap
leukosit.Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-
obatanseperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam
sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya
sepertipada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa;
cyclicneutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

g. Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang darinilai
normal.
Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurunseperti pada
penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkatyang dapat
disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis;dan
kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage danprotein
losing enteropathy.

h. Eosinopenia
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini
dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan
infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi korteks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan
basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut.Walaupun
demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal
kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit padaorang normal,
sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

2.4 Sediaan Apus Darah Tepi

Preparat darah apus tepi merupakan pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
penyaring. Pemeriksaan darah rutin terdiri dari hemoglobin, jumlah lekosit, hitung
jenis lekosit, dan laju endapan darah. Pemeriksaan penyaring terdiri dari gambaran
darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikolosit, dan
trombosit. Pereparat darah apus tepi ini meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu
pemeriksaan hitung jenis sel darah putih (termasuk pemeriksaan rutin) dan
gambaran sel darah serta unsur-unsur lain antara lain parasit, sel ganas dan lain-
lain. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkanhasil yang baik (Budiwiyono I, 1995)
Menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sediaan hapus darah tipis dan
sediaan hapus darah tebal. Sediaan hapus darah mempunyai kegunaan dalam
bidang parasitologi dan hematologi. (Ismid IS, 2000)
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler
atau vena. Dihapuskan pada kaca obyek pada keadaan tertentu dapat pula
digunakandarah EDTA. (Tjokronegoro A,1996 )

2.5 Ciri-ciri sediaan apus yang baik :

a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai 2/3
panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit
tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
d. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau
ujungsedimen.

Teknik pemeriksaan apus darah tepi yaitu, sediaan apus darah terdiri
atasbagian kepala dan bagian ekor. Pada bagian kepala sel-sel bertumpuk-tumpuk
terutama eritrosit, sehingga bagian ini tidak dapat dipakai untuk pemeriksaan
morfologi sel.
Eritrosit sebaiknya diperiksa di bagian belakang ekor, karena disini eritrosit
terpisahsatu sama lain.

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam pembacaan hasil:

a. Pembuatan sediaan apus yang kurang baik, misalnya tetesan darah terlalu
banyak atau sedikit, cara mendorong kaca penghapus tersendat-sendat, kaca
penghapus tidak menempel tepat pada kaca objek, sudut kaca penghapus
terlalu besar atau sebaliknya.
b. Kaca objek kotor atau berlemak
c. Pengecatan kurang baik, misalnya larutan cat terlalu asam atau basah yang
menyebabkan hasil pewarnaan terlalu merah atau biru, pembilasan tidak
bersih.(Riswanto,2013)

2.7 Prosedur Pemeriksaan Diff Count


Menurut Permenkes No. 37 tahun 2012, Good Laboratorium Practice (GLP) dan
PDS PatKlin, prosedur pemeriksaan Diff Count adalah sebagai berikut:

a. Metode : Diffcount

b. Prinsip
Setetes darah diletakan di atas kaca objek dan diratakan sedemikian rupa
sehingga terbentuk apusan yang tipis. Apusan diwarnai dengan pewarnaan
giemsa dan diamati pada mikroskop pada pembesaran 100x dengan
penambahan oil imersi. Bentuk-bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel.

c. Alat dan Bahan


1. Alat
Mikroskop Binokuler
2. Bahan
1) Sediaan Hapusan Darah (Preparat Indirect)
2) Oil Imers
3) Tissue Lensa

d. Cara Kerja
1. Pewarnaan Giemsa
1) Lakukan fiksasi sediaan apus dengan methanol. Genangi sediaan
dengan beberapa tetes methanol,biarkan beberapa saat sampai sediaan
mengering.
2) Encerkan larutan pewarna giemsa dengan buffer dengan perbandingan
1:9
3) Letakan sediaan apus yang telah difiksasi di atas rak pengecatan
4) Tetesi dengan larutan giemsa yang telah diencerkan pada seluruh
permukaan sediaan darah. Biarkan selama 15-20 menit.
5) Buang larutan pewarna giemsa tersebut kemudian bilas pada air
mengalir.
6) Letakan sediaan pada posisi vertical agar mengering di udara atau
dikeringkan dengan bantuan kipas angin.(Riswanto,2013)
2. Pembacaan Hasil
1) Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan.
2) Mikroskop dihidupkan dengan menekan tombol on.
3) Sediaan apusan darah yang telah diwarna atau dicat diletakkan di atas
meja mikroskop.
4) Sediaan diamati pada pembesaran lensa objektif 10x untuk
emnemukan lapang pandang.
5) Pembesaran lensa objektif diubah ke pembesaran 100x dengan
penambahan oil imersi.
6) Diamati sediaan apus darah, dicari daerah counting area (daerah
pembacaan dimana pada daerah ini eritrosit tampak tersebar merata.
7) Penghitungan jenis leukosit dilakukan pada counting area dengan
penghitungan sebanyak 100 sel leuosit, meliputi basosil, eosinofil,
neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit.
8) Hasil diff count dinyatakan dalam %.
2. Nilai Rujukan
No Jenis Leukosit Persentasi (%)
1 Eosinofil 1-4 %
2 Basofil 0-1%
3 Stab 2-5%
4 Segment 36-66%
5 Limfosit 22-40%
6 Monosit 4-8%

Gambar 1. Slide Pembacaan Diff Count

Gambar 2. Area Pembacaan Diff Count


Gambar 3. Jenis-jenis Leukosit yang diperoleh

Table : Contoh Cara menghitung diff count

LpSel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %
Basofil 0%
Eosinofil I 1%
Stab/Batang II III IIII II II I I II 18%
Segmen IIII IIII IIII IIII IIII IIII IIIIII III IIII IIII 47%
I
Limfosit II I III II IIII I II I II 18%
Monosit I III II I III II III I 16%
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

2.8 Prosedur Pemeriksaan Diff Count di Laboratorium RS St. Gabriel


Kewapante
Laboratorium RS St. Gabriel Kewapante telah melakukan pemeriksaan Diff
Count sesuai prosedur yang ditetapkan dalam Permenkes No. 37 tahun 2012,
Good laboratorium Practice dan PDS PatKlin dengan prinsip pemeriksaan yang
sama yakni setetes darah diletakan di atas kaca objek dan diratakan sedemikian
rupa sehingga terbentuk apusan yang tipis. Apusan diwarnai dengan pewarnaan
giemsa dan diamati pada mikroskop pada pembesaran 100 x dengan penambahan
oil imersi. Bentuk-bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel.
Di tuliskan langkah2 atau prosedurnya seperti apa?
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagaibagian dari sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan granulasi
sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi Basofil, Eosinofil,
dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit.
2. Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
3. Prinsip pemeriksaan Diffcount menurut Permenkes No. 37 tahun 2012, Good
laboratorium praktis dan PDS PatKlin adalah Setetes darah diletakan di atas kaca
objek dan diratakan sedemikian rupa sehingga terbentuk apusan yang tipis.
Apusan diwarnai dengan pewarnaan giemsa dan diamati pada mikroskop pada
pembesaran 100x dengan penambahan oil imersi. Bentuk-bentuk leukosit
dihitung hingga 100 sel.
4. Prosedur pemeriksaan Diffcount di laboratorium RS St. Gabriel Kewapante telah
mengikuti peraturan yang di tetapkan dalam Permenkes No. 37 tahun 2012, Good
laboratorium Practice dan PDS PatKlin.

3.2 Saran

1. Untuk ATLM
1). Agar ATLM semakin memahami tentang cara penghitung jenis lekosit.
2). Sekalipun jarang melakukan pemeriksaan Diff Count di laboratorium RS
Kewapante, diharapkan ATLM tetap mengupdate ilmu setiap waktu.

2. Untuk umum/non ATLM


Sebagai sumber pustaka untuk lebih mengenal dan mengerti tentang darah
khsusnya sel darah putih/leukosit serta manfaat dan kegunaannya. (Lebih kepada
laporan hasil kritis pada pemeriksaan leukosit)

3. Rumah Sakit
Sebaiknya mengadakan alat hematologi 5 Diff sehingga pembacaan Diff Count
tetap terlaksana setiap hari dalam pemeriksaan hematolgi lengkap dan bisa
memberikan gambaran diagnosa yang lebih tepat kepada pasien
DAFTAR PUSTAKA

Isma Dewi, 2016. Laporan Praktikum Hematologi, Hitung Jenis Leukosit. Denpasar. Di
https://www.academia.edu. Akses 16 april 2021. 12.00

Nugraha, G. 2017. Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Jakarta: Trans


Info Media

Riswanto,2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta:Alfamedia dan


Kanal Medika

Santoso Budi. 2010. Diferensiasi Leukosit Diferensiasi Leukosit Berdasarkan Zona


Baca Atas Dan Bawah Pada Preparat Darah Apus. Di https://jurnal.unimus.ac.id.
akses 20 april 2021. 03.30 pm

Permenkes No. 37 tahun 2012, Penyelenggaran Laboratorium Pusat Kesehatan


Masyarakat

Handbook Good laboratorium Practice (GLP). 2009. Quality Practice for regulated non-
clinical research and development. TDR WHO UNICEF

Anda mungkin juga menyukai