DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
JUDMAINNAH
B1D120108
PROGRAM STUDI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
sederhana ini tanpa hambatan yang berarti. Dimana dalam makalah
INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM ini kami membahas tentang
Pemeriksaan Darah.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM yaitu ibu Andi Maya Kesrianti,
S.Si. ,M.Kesatas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Judmainnah
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan pembelajaran.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Darah……....................................................................................................4
2.2 Fungsi Darah................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Darah.......................................................................................6
2.4 Jenis-jenis Pemeriksaan Darah.....................................................................6
2.4.1 Hematokrit (Hct) ................................................................................6
2.4.2 Hemoglobin (Hb) ...............................................................................9
2.4.3 Eritrosit .............................................................................................12
2.4.4 Leukosit.............................................................................................16
2.4.5 Trombosit..........................................................................................23
2.4.6 Laju Endap Darah.............................................................................26
2.4.7 Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)………………………...29
2.4.8 International Normalized Ratio (INR) …………………………….30
2.4.9 aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)…………………....30
2.4.10 Waktu Thrombin (Thrombin Time/TT)…………………………...31
2.4.11 Fibrinogen…………………………………………………………32
2.4.12 D – Dimer…………………………………………………………32
2.4.13 Glukosa Darah…………………………………………………….33
2.5 Indikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah………………………………35
iii
2.6 Kontraindikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah……………………….35
2.7 Persiapan Pasien…………………………………………………………36
2.8 Persiapan Alat……………………………………………………………37
2.9 Prosedur Kerja……………………………………………………………39
2.10 Manfaat Pemeriksaan……………………………………………………41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai
alat untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah
merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan
protein pernafasan yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya
molekul- molekul oksigen yang disebabkan oleh hemoglobin. Dalam darah juga
terdapat kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah juga
dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga
memiliki peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah
merah, sel darah putih serta kepingan darah.
Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat
badan atau empat sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah
banyak dan waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi
dari melahirkan, yang paling mendesak adalah mengganti cairan yang hilang
dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi penting karena akan
mengembalikan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Untuk mengantisipasi kebutuhan darah, Departemen Kesehatan membentuk
Unit Transfusi Darah dan Bank Darah yang bertugas menyediakan darah yang
layak untuk digunakan. Darah yang layak diberikan kepada pasien adalah darah
yang telah lulus uji saring dan cocok dengan darah pasien. Dalam setiap
pelayanan di Bank Darah mulai dari pengambilan darah donor sampai dengan
pemberian darah kepada pasien dilakukan pencatatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk menghindari adanya kesimpang siuran dalam makalah ini, maka kami
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya :
1.2.1 Apa definisi dari Darah ?
1.2.2 Apa fungsi dari Darah ?
1.2.3 Bagaimana Pemeriksaan Darah ?
1.2.4 Apa saja Jenis-jenis Pemeriksaan Darah ?
1.2.5 Indikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah ?
1.2.6 Kontraindikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah ?
1.2.7 Bagaimana Persiapan Pasien ?
1.2.8 Bagaimana Persiapan Alat ?
1.2.9 Bagaimana Prosedur Kerja ?
1.2.10 Apa Manfaat dari Pemeriksaan ?
Dalam penyusunan makalah ini kami memiliki beberapa tujuan dan manfaat:
2
1.3.10 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Manfaat
Pemeriksaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DARAH
Gambar 1. Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang
terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson :
2005)1. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua
bagian besar, yaitu: Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian
korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri atas sel darah putih atau leukosit,
sel darah merah atau eritrosit dan sel beku darah atau trombosit. Bagian cair,
merupakan plasma atau serum (tergantung bagaimana cara kita memperolehnya
mengandung bermacam - macam zat yang dalam garis besarnya dapat kita
kategorikan dalam beberapa golongan sebagai berikut:
Golongan Karbohidrat contohnya Glukosa
Golongan Protein contohnya Albumin, Globulin, Fibrinogen
Golongan Lemak/Lipid contohnya Cholesterol
Golongan Enzym contohnya Amylase, Transaminase
Golongan Hormon contohnya Insulia, Adrenalin
1
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC.
4
Golongan Mineral contohnya zat Besi(Fe), Kalium(K)
Golongan Vitamin contohnya Vitamin A, Vitamin K
Golongan ampas Metabolik contohnya Urea, Asam Urat, Kreatinin,Kreatin
Golongan zat warna contohnya Bilirubin dan lain-lainnya.
Kelihatannya bahan organic pada Plasma ialah Protein yang disebut Plasma
Protein yang berkisar 6-8%. Terdapat beberapa jenis protein yang berbeda sifat
dan fungsinya. Tubuh individu terdapat kira-kira 200-300 gram protein terdapat
dalam bentuk koloid dan mempengaruhi kekentalan (viskositas) darah (DepKes
RI, 1989)2.
Spesimen darah sering digunakan untuk pemriksaan hematologi rutin.
Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup sel -sel
darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan haemoglobin,
jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis
dan trombosit.
Pada pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan
sampel darah segar. Darah segar ( fresh whole blood) merupakan control yang
ideal untuk pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologi identik
dengan material yang akan diperiksa (Van Dun, 2007)3.
2.2 FUNGSI DARAH
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa. Eritrosit
selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel – sel ini mampu mengangkut
oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang -
cabangnya. Sebaliknya leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan,
sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan
fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam
sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Frances, K. Widmann, 1995)4.
2.3 PEMERIKSAAN DARAH
2
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat Dan Makanan.
3
Van Dun, L, 2007. Quality Control. Abbot Hematology
5
Pemeriksaan darah adalah bagian dari penilaian komponen sel darah secara
lebih lengkap, yaitu bertujuan dan bermanfaat dalam rangka mengetahui adanya
kelainan darah seperti anemia (Kurang darah merah), Adanya infeksi atau
kelaianan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah akibat
kelainan jumlah trombosit (Anonim, 2011)5.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok
umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan
darah, cedera vaskuler atau trauma (Anonim,2011).
b. Deskripsi
6
c. Implikasi klinik
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai
sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah
dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien
mengalami anemia sedang hingga parah.
Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada
ukuran
eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah
lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik
terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah
merah
terlihat normal.
Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.
d. Faktor pengganggu
Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang
tinggi demikian juga Hb dan sel darah merahnya.
Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada
kehamilan.
Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk
bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel
makrositik.
Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-
laki.
Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada
kelompok
umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang
7
lebih
rendah pada kelompok umur ini.
Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.
e. Hal yang harus diwaspadai
Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct
>60% terkait dengan pembekuan darah spontan
f. Metode pengukuran hemetokrit
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode
pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode
makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau
heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110
mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung
kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
Prinsip :
Sampel darah yang di sentrifusdalam waktu tertentu kemudian dibaca
volume dari masa erirosit yan telah dipadatkan didasar tabung dan
dinyatakan dalam sekian % dari volume semula (volume %)
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah
heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung
kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm.
Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin
(bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa
antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-
kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : Sampel darah dimasukkan ke dalam
tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup
8
dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan
15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca
hematokrit, nilainya dinyatakan dalam vol %.
Prinsip :
Sejumlah darah dimasukkan kedalam tabung kapiler lalu dilkukan
sentrifugasi untuk mendapatkan nilai hematokrit yang diukur
menggunakan Ht Reader.
2.4.2 Hemoglobin (Hb)
Gambar 2. Hemoglobin
a. Nilai normal
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
b. Deskripsi
9
Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda
secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian,
penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang
dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia,
jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit.
c. Implikasi klinik
Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia,
luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan
pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi.
Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan
dan luka bakar.
Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan
anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit
yang berhubungan dengan anemia.
d. Faktor pengganggu
Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb
demikian juga Hct dan sel darah merah.
Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai
aktif).
Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat
peningkatan volume plasma
Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang
dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa
Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb.
e. Hal yang harus diwaspadai
10
Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel
darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan
penurunan nilai ketiganya.
Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung
dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat
hemokonsenstrasi.
f. Tatalaksana
11
2.4.3 Eritrosit (sel darah merah)
Gambar 3. Eritrosit
a. Nilai normal
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
b. Deskripsi
c. Implikasi klinik :
Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat
anemia, serta respon terhadap terapi anemia
Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik.
Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia
sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang
tinggal di dataran tinggi.
d. Metode Pengukuran eritrosit
12
hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung.
Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit,
b. Implikasi klinik :
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi,
anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism,
terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi
valproat, disebut juga anemia makrositik.
13
Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit
yang abnormal.
MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya
variasi berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV
tetap
normal.
MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin
(AZT)
dan sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak
langsung.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler
rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
a. Deskripsi:
b. Implikasi Klinik:
Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
(Konsentrasi Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematocrit
Nilai normal : 32 – 36 g/dL
a. Deskripsi:
14
MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah
yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC,
hal ini tidak berlaku pada MCH.
b. Implikasi Klinik:
MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia
mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia
hipokromik.
MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4. Retikulosit
Perhitungan :
a. Deskripsi:
b. Implikasi Klinik
Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena
kerusakan sumsum tulang dengan anemia karena pendarahan atau
hemolisis (kerusakan sel darah) karena pendarahan atau hemolysis
akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan
sumsum tulang yang normal.
Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik,
penyakit sel sabit dan metastase karsinoma.
Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini
menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang
15
cukup (misal anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia
pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi).
Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan
efektifitas pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup
pada anemia kekurangan besi, jumlah retikulosit akan meningkat
20%; peningkatan secara proporsional terjadi ketika dilakukan
transfuse pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum
diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).
2.4.4 Leukosit (sel darah putih)
16
Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi
dengan leukemia.
Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3.
Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam
untuk eosinofil; Pewarnaan basa untuk basophil
Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya
sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore hari
Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun)
10.000-20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun
Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya nilai
leukosit
f. Metode pengukuran Leukosit
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih
mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil
yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk
memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang
memakai alat ini.
17
Tabel 1. Nilai Normal sel darah putih differensial
Deskripsi
Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasite
Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat
1) Neutrofil
Gambar 5. Neutrofil
Nilai normal: Segment : 36% - 73% SI unit : 0,36 – 0,73
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 – 0,12
Deskripsi
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang
perut.
Implikasi klinik
18
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh
infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan
gangguan myeloproliferatif.
Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan
oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi
bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan
infeksi berat.
Faktor pengganggu
2) Eosinofil
Gambar 6. Eosinofil
19
Nilai normal : 0% - 6%
Deskripsi
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada
tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil
juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai
eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.
Implikasi klinik
Faktor pengganggu
Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu
meningkat dari siang hingga setelah tengah malam. Karena itu,
jumlah eosinofil serial seharusnya berulang pada waktu yang sama
setiap hari.
Situasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik
menyebabkan penurunan eosinophil.
Setelah pemberian kortikosteroid, eosinofil menghilang.
20
3) Basofil
Gambar 7. Basofil
Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin
dan histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil
biasanya tinggi. Jaringan basofil disebut juga mast sel.
Implikasi klinik
Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia
granulositik dan basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi.
Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut,
reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.
4) Monosit
Gambar 8. Monosit
Nilai normal : 0%-11%
Deskripsi
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai
lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan
21
termasuk kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon.
Implikasi klinik
Monositosis berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasit
tertentu serta kolagen, kerusakan jantung dan hematologi.
Monositopenia biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi
mengindikasikan stres, penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik
dan imunosupresan.
5) Limfosit
Gambar 9. Limfosit
Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan
limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada
sirkulasi.
Implikasi klinik
Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan
gangguan hormonal
Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan
trauma.
22
Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe
sel yang dapat muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid,
setelah transfusi darah dan respon terhadap stres.
Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur
histokompabilitas.
Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.
Faktor pengganggu
23
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari.
Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat
di limfa.
c. Implikasi klinik:
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia
vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia
purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia,
multiplemyeloma dan multipledysplasia syndrome.
Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat
dapat menyebabkan trombositopenia
d. Faktor pengganggu
Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah
olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama
kehamilan
Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet
Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan
e. Hal yang harus diwaspadai
1. Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan
keganasan
2. Pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim
(>1000 x 103/mm3) akibat gangguan myeloproliferatif, lakukan
penilaian penyebab abnormalnya fungsi platelet.
3. Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 103/mm3 terkait dengan
kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan,
peteki dan ekimosis
4. Jumlah platelet > 50 x 103/mm3 tidak secara umum terkait dengan
perdarahan spontan.
24
f. Perawatan pasien
Interpretasi hasil pemeriksaan dan lakukan monitor yang sesuai. Amati
tanda dan gejala perdarahan saluran cerna, hemolisis, hematuria,
petekie, perdarahan vagina, epistases dan perdarahan gusi. Ketika
nampak hemorrhage, lakukan tindakan emergensi untuk
mengendalikan perdarahan dan hubungi dokter
Transfusi patelet dilakukan jika jumlah platelet <20 x 103/mm3 atau
terjadi perdarahan lesi tertentu. Satu unit konsentrasi platelet
meningkatkan jumlah 15 x 103/mm3.
g. Tata Laksana Trombositopenia
Dalam kondisi nilai platelet yang rendah secara signifikan (kurang dari
50 x 109/L) penting memastikan tidak ada obat yang mempengaruhi fungsi
platelet yang ada. Termasuk semua obat antiplatelet dan obat antiinflamasi
non steroid. Trombositopenia yang terkait dengan auto-imun biasanya
diatasi dengan kortikosteroid. Jika diduga terjadi reaksi karena alergi obat,
maka hentikan obat yang diduga menyebabkan reaksi alergi tsb.
25
Alat-alat :
1. Tabung reaks
2. Pipet 20 µl (adjusted), 2000 µl
3. Bilik hitung Improved Neubauer
4. Cawan Petri
5. Mikroskop
6. Counter
Spesimen : Darah EDTA
Cara Kerja :
1. Dipipetkan 2000 µl reagen ammonium oxalat 1% dan masukkan dalam
tabung reaksi
2. Ditambahkan ke dalam tabung 20 µl specimen darah, campur hingga
homogen
3. Cairan tersebut (reagen+darah) dipipet dengan pipet tetes, kemudian
sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar
hitung dan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung
terisi cairan dengan daya kapilaritasnya.
4. Letakkan kamar hitung kedalam cawan petri yang didalamnya ada
kertas tissue yang sudah dibasahi, inkubasi selama 15 menit.
5. Periksa dibawah mikroskop lensa obyektif 40X
6. Hitung trombosit. Perhitungan dilakukan dalam kotak eritrosit yaitu
dalam 10 kotak sedang.
2.4.6 Laju Endap Darah (LED)
a. Norma
26
plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh
berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.
c. Implikasi klinik
Nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya
tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit
Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid,
luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED >
50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan
pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein
dalam serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody
(ANA) Tes, reumatoid factor. Sedangkan peningkatan nilai LED
>100mm/jam selalu dihubungkan dengan kondisi serius, misalnya:
infeksi, malignansi, paraproteinemia, primary macroglobulinaemia,
hiperfibrinogenaemia, necrotizing vaskulitis, polymyalgia rheumatic.
Nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti,
anemia sel sabit, Hipofibrinogenemia, serum protein rendah Interaksi
obat dengan hasil laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan
kortison.
d. Metode Pemeriksaan LED
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu
metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan
menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya
jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED
meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih
tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali
panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode
Westergreen.
27
1. Metode Westergreen
28
Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet
Pasteur sampai tanda 0.
Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
2.4.7 Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)
a. Nilai normal:
10 – 15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar laboratorium)
b. Deskripsi
Mengukur secara langsung kelainan secara potensial dalam sistem
tromboplastin ekstrinsik (fibrinogen, protrombin, faktor V, VII dan X).
c. Implikasi klinik
Nilai meningkat pada defisiensi faktor tromboplastin ekstrinsik,
defisiensi vit.K, DIC (disseminated intravascular coagulation),
hemorrhragia pada bayi baru lahir, penyakit hati, obstruksi bilier,
absorpsi lemak yang buruk, lupus, intoksikasi salisilat. Obat yang perlu
diwaspadai: antikoagulan (warfarin, heparin)
Nilai menurun apabila konsumsi vit.K meningkat
d. Metode Pengukuran Prothrombin time
Menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku
setelah penambahan calcium chloride.
29
b. Deskripsi
c. Implikasi klinik
Sama dengan PT
2.4.9 aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)
a. Nilai normal : 21 – 45 detik ( dapat bervariasi antar laboratorium)
Rentang terapeutik selama terapi heparin biasanya 1,5 – 2,5 kali nilai
normal (bervariasi antar laboratorium).
b. Deskripsi
Mendeteksi defisiensi sistem thromboplastin intrinsik (faktor I, II, V,
VIII, IX, X, XI dan XII). Digunakan untuk memantau penggunaan
heparin.
c. Implikasi klinik
Meningkat pada penyakit von Willebrand, hemofilia, penyakit hati,
defisiensi vitamin K, DIC. Obat yang perlu diwaspadai: heparin,
streptokinase, urokinase, warfarin)
Menurun pada DIC sangat awal, hemorrhagia akut, kanker meluas
(kecuali mengenai hati)
d. Metode pengukuran aPTT
30
Gambar 14. Tes aPTT
31
2.4.11 Fibrinogen
32
a. Nilai normal: Negatif atau < 0,5 mcg /mL atau < 0,5 mg/L SI
Peningkatan palsu: pada kondisi titer reumatoid faktor yang tinggi,
adanya tumor marker (penanda) CA-125, terapi estrogen dan kehamilan
normal.
b. Deskripsi
c. Implikasi klinik:
Meningkat pada DIC, DVT, Emboli paru, gagal hati atau gagal ginjal,
kehamilan trimester akhir, preeklamsia, infark miokard, keganasan,
inflamasi, infeksi parah, pembedahan dan trauma.
b. Implikasi Klinik
33
2. Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh
kadar insulin yang berlebihan atau penyakit addison.
3. Obat-obatan golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan
kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL
4. Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL,
perlu dicurigai adanya diabetes mellitus.
5. Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya
glukosa pada urin dapat membantu menentukan masalah glukosa
dalam ginjal pasien.
c. Faktor Pengganggu
Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah
normal cenderung meningkat dengan penambahan umur. Penggunaan
kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan glukosa meningkat
secara signifikan pada jam kedua atau spesimen darah berikutnya.
kemudian penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi
glukosa. Dua minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk
mengukur kadar glukosa.
Insulin
Hipoglikemi oral
Salisilat dosis besar
Diuretik tiazid
Koertikosteroid
Estrogen dan Kontrasepsi Oral
Asam nikotinat
Fenotiazin
34
Litium
Propanolol
35
Kontraindikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan
penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.
2.7 PERSIAPAN PASIEN
a. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / µl darah.
b. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau
heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
c. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan
menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila
kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah
dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung
dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi
oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan
lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan
lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari
tengah malam sampai pagi.
d. Posisi pengambilan
36
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak
merasa asing atau menjadi obyek.
2.8 PERSIAPAN ALAT
2.8.1 Pengambilan darah vena
Persiapan alat:
Bak instrument
Spuit 3 atau 5 cc
Bengkok
Sarung tangan steril
Kapas alcohol dalam tempatnya
Plester dan gunting plester
Karet pembendung vena/ tourniquet
Perlak/ kain pengalas
Botol bertutup yg bersih& kering tempat bahan pemeriksaan/ specimen
Lokasi Pengambilan darah:
Vena mediana cubiti ( dewasa )
Vena jugularis superficialis ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
2.8.2 Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Persiapan alat:
Lancet
Kapas alcohol
Kapas kering
Sarung tangan
Larutan klorin 0,5 %
Pengalas
37
Botol tempat darah yang diberi label, alat pengukur HB (HB
Sahli),dll.tergantung jenis pemeriksaan.
Bengkok
Lokasi Pengambilan darah:
Ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )
Tumit / ibu jari kaki ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test
imunologi.
2.8.3 Pengambilan darah EDTA
Persiapan alat:
kapas alkohol
diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
Tabung reaksi pyrex 10 cc/tabung EDTA
kapas steril
plester
Reagensia : EDTA 10%
Lokasi Pengambilan darah:
vena mediana cubiti ( dewasa )
vena jugularis superficialis ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah EDTAbyang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit.
2.8.4 Pengambilan darah SITRAT
Persiapan alat:
kapas alkohol
diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
Tabung reaksi pyrex 10 cc
kapas steril
plester
38
Reagensia : Natrium sitrat 3.8%
Lokasi Pengambilan darah:
vena mediana cubiti ( dewasa )
vena jugularis superficialis ( bayi )
Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan laju endapan darah metode Weatergreen
dan pemeriksaan tes hemoragik.
2.9 PROSEDUR KERJA
2.9.1 Pengambilan darah vena
Pelaksanaan
Cuci tangan
Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan
diambil darahnya
Ikat bagian diatas daerah yang akan diambul darahnya dengan karet
pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.
Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol secara
sirkuler
Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan/tangan kiri
Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan, lalu aspirasi
apakah jarum sudah masuk vena
Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya kemudian hisap
sesuai kebutuhan.
Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan dengan kapas
alcohol dan diplester
Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang tersedia
(memasukkan agak miring dan tidak terlalu keras saat
menyemprotkannya)
Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk
pemeriksaan
39
Setelah selesai, penghisap spuit dikeluarkan dan diletakkan kedalam
bengkok
Cuci tangan.
2.9.2 Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Pelaksanaan:
Cuci tangan
Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi
kering kembali
Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang
Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, Pada ibu jari tusukan tegak
lurus dengan garis sidik jari
Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan
pada sisinya tusukan harus cukup dalam
Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes
darah berikutnya dipakai untuk Pemeriksaan.
Tekan bekas tusukan dengan kapas kering
Bereskan alat, buang alat suntik dengan benar.
Cuci tangan
2.9.3 Pengambilan darah EDTA
Pelaksanaan:
Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah
vena
Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi
EDTA 10%
Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis
spesimen
2.9.4 Pengambilan darah SITRAT
Pelaksanaan:
Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah
vena
40
Darah yang telah diambil sebanyak 1.6 ml dialirkan kedalam tabung
yang telah berisi natriumsitrat 3.8 % sebanyak 0.4 ml
Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis
spesimen
2.10 MANFAAT PEMERIKSAAN
Kegunaan pemeriksaan hematologis:
a) Menetapkan diagnosis suatu penyakit
b) Membantu diagnosis suatu penyakit
c) Untuk follow up sesuatu penyakit
d) Menetapkan terapi suatu penyakit
e) Untuk menetapkan prognose dari suatu penyakit
41
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel
yang terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar.
3.1.2 Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup
sel -sel darah dan bagian-bagian lain.
3.1.3 Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa.
3.1.4 Pemeriksaan darah adalah bagian dari penilaian komponen sel darah
secara lebih lengkap, yaitu bertujuan dan bermanfaat dalam rangka
mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia. Adanya infeksi atau
kelaianan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah
akibat kelainan jumlah trombosit.
3.1.5 Meliputi pemeriksaan haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV,
MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis dan trombosit.
3.1.6 Indikasi pemeriksaan laboratorium darah adalah hemostasis, urinalisis,
faal hati, faal ginjal dan glukosa darah.
3.1.7 Manfaat pemeriksaan darah adalah membantu menetapkan diagnose suatu
penyakit dan membantu dalam menetapkan pengobatan yang tepat.
3.2 PENUTUP
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI.
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC.
Van Dun, L, 2007. Quality Control. Abbot Hematology
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan
laboratorium. Ed. 9. Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda
Soebrata, J. Latu. Jakarta : EGC.
43