Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

INTERPRESTASI HASIL LABORATORIUM

DOSEN PEMBIMBING

Andi Maya Kesrianti, S.Si. ,M.Kes

DISUSUN OLEH :

JUDMAINNAH

B1D120108

PROGRAM STUDI

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
sederhana ini tanpa hambatan yang berarti. Dimana dalam makalah
INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM ini kami membahas tentang
Pemeriksaan Darah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah pengetahuannya


mengenai pemeriksaan darah. Isi makalah ini kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi dan berita. Makalah ini di
susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari kami
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM yaitu ibu Andi Maya Kesrianti,
S.Si. ,M.Kesatas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Makassar, 29 November 2020

Judmainnah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan pembelajaran.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Darah……....................................................................................................4
2.2 Fungsi Darah................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan Darah.......................................................................................6
2.4 Jenis-jenis Pemeriksaan Darah.....................................................................6
2.4.1 Hematokrit (Hct) ................................................................................6
2.4.2 Hemoglobin (Hb) ...............................................................................9
2.4.3 Eritrosit .............................................................................................12
2.4.4 Leukosit.............................................................................................16
2.4.5 Trombosit..........................................................................................23
2.4.6 Laju Endap Darah.............................................................................26
2.4.7 Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)………………………...29
2.4.8 International Normalized Ratio (INR) …………………………….30
2.4.9 aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)…………………....30
2.4.10 Waktu Thrombin (Thrombin Time/TT)…………………………...31
2.4.11 Fibrinogen…………………………………………………………32
2.4.12 D – Dimer…………………………………………………………32
2.4.13 Glukosa Darah…………………………………………………….33
2.5 Indikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah………………………………35

iii
2.6 Kontraindikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah……………………….35
2.7 Persiapan Pasien…………………………………………………………36
2.8 Persiapan Alat……………………………………………………………37
2.9 Prosedur Kerja……………………………………………………………39
2.10 Manfaat Pemeriksaan……………………………………………………41

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN...............................................................................................42
3.2 SARAN ...............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai
alat untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah
merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan
protein pernafasan yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya
molekul- molekul oksigen yang disebabkan oleh hemoglobin. Dalam darah juga
terdapat kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah juga
dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga
memiliki peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah
merah, sel darah putih serta kepingan darah.
Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat
badan atau empat sampai lima liter. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah
banyak dan waktu singkat akibat perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi
dari melahirkan, yang paling mendesak adalah mengganti cairan yang hilang
dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi penting karena akan
mengembalikan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Untuk mengantisipasi kebutuhan darah, Departemen Kesehatan membentuk
Unit Transfusi Darah dan Bank Darah yang bertugas menyediakan darah yang
layak untuk digunakan. Darah yang layak diberikan kepada pasien adalah darah
yang telah lulus uji saring dan cocok dengan darah pasien. Dalam setiap
pelayanan di Bank Darah mulai dari pengambilan darah donor sampai dengan
pemberian darah kepada pasien dilakukan pencatatan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk menghindari adanya kesimpang siuran dalam makalah ini, maka kami
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya :
1.2.1 Apa definisi dari Darah ?
1.2.2 Apa fungsi dari Darah ?
1.2.3 Bagaimana Pemeriksaan Darah ?
1.2.4 Apa saja Jenis-jenis Pemeriksaan Darah ?
1.2.5 Indikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah ?
1.2.6 Kontraindikasi Pemeriksaan Laboratorium Darah ?
1.2.7 Bagaimana Persiapan Pasien ?
1.2.8 Bagaimana Persiapan Alat ?
1.2.9 Bagaimana Prosedur Kerja ?
1.2.10 Apa Manfaat dari Pemeriksaan ?

1.3 TUJUAN MASALAH

Dalam penyusunan makalah ini kami memiliki beberapa tujuan dan manfaat:

1.3.1 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Definisi


Darah.
1.3.2 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Fungsi
Darah.
1.3.3 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Bagaimana
Pemeriksaan Darah.
1.3.4 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Jenis-jenis
Pemeriksaan Darah.
1.3.5 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Indikasi
dari Pemeriksaan Laboratorium Darah.
1.3.6 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami
Kontraindiksai Pemeriksaan Laboratorium Darah.
1.3.7 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Persiapan
Pasien.
1.3.8 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Persiapan
Alat.
1.3.9 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami prosedur
Kerja.

2
1.3.10 Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui dan memahami Manfaat
Pemeriksaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DARAH

Gambar 1. Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang
terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson :
2005)1. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua
bagian besar, yaitu: Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian
korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri atas sel darah putih atau leukosit,
sel darah merah atau eritrosit dan sel beku darah atau trombosit. Bagian cair,
merupakan plasma atau serum (tergantung bagaimana cara kita memperolehnya
mengandung bermacam - macam zat yang dalam garis besarnya dapat kita
kategorikan dalam beberapa golongan sebagai berikut:
 Golongan Karbohidrat contohnya Glukosa
 Golongan Protein contohnya Albumin, Globulin, Fibrinogen
 Golongan Lemak/Lipid contohnya Cholesterol
 Golongan Enzym contohnya Amylase, Transaminase
 Golongan Hormon contohnya Insulia, Adrenalin

1
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC.

4
 Golongan Mineral contohnya zat Besi(Fe), Kalium(K)
 Golongan Vitamin contohnya Vitamin A, Vitamin K
 Golongan ampas Metabolik contohnya Urea, Asam Urat, Kreatinin,Kreatin
 Golongan zat warna contohnya Bilirubin dan lain-lainnya.
Kelihatannya bahan organic pada Plasma ialah Protein yang disebut Plasma
Protein yang berkisar 6-8%. Terdapat beberapa jenis protein yang berbeda sifat
dan fungsinya. Tubuh individu terdapat kira-kira 200-300 gram protein terdapat
dalam bentuk koloid dan mempengaruhi kekentalan (viskositas) darah (DepKes
RI, 1989)2.
Spesimen darah sering digunakan untuk pemriksaan hematologi rutin.
Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup sel -sel
darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi pemeriksaan haemoglobin,
jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis
dan trombosit.
Pada pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan
sampel darah segar. Darah segar ( fresh whole blood) merupakan control yang
ideal untuk pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologi identik
dengan material yang akan diperiksa (Van Dun, 2007)3.
2.2 FUNGSI DARAH
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa. Eritrosit
selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel – sel ini mampu mengangkut
oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang -
cabangnya. Sebaliknya leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan,
sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan
fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam
sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Frances, K. Widmann, 1995)4.
2.3 PEMERIKSAAN DARAH

2
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat Dan Makanan.
3
Van Dun, L, 2007. Quality Control. Abbot Hematology

5
Pemeriksaan darah adalah bagian dari penilaian komponen sel darah secara
lebih lengkap, yaitu bertujuan dan bermanfaat dalam rangka mengetahui adanya
kelainan darah seperti anemia (Kurang darah merah), Adanya infeksi atau
kelaianan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah akibat
kelainan jumlah trombosit (Anonim, 2011)5.

Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,


hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah
lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari
neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit
(Anonim,2011 ).

Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok
umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan
darah, cedera vaskuler atau trauma (Anonim,2011).

2.4 JENIS-JENIS PEMERIKSAAN DARAH


Didalam Anonim (2011) Pemeriksaan darah terdapat 12 jenis yaitu :
2.4.1 Hematokrit (Hct)
a. Nilai normal

Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5

Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45

b. Deskripsi

Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume


darah total.
4
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Ed.9.
Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda Soebrata,J.Latu. Jakarta : EGC.
5
Anonim.2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI.

6
c. Implikasi klinik
 Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai
sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah
dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien
mengalami anemia sedang hingga parah.
 Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
 Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada
ukuran
eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
 Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah
lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik
terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah
merah
terlihat normal.
 Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
 Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.
d. Faktor pengganggu
 Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang
tinggi demikian juga Hb dan sel darah merahnya.
 Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada
kehamilan.
 Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk
bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel
makrositik.
 Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-
laki.
 Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada
kelompok
umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang

7
lebih
rendah pada kelompok umur ini.
 Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.
e. Hal yang harus diwaspadai
Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct
>60% terkait dengan pembekuan darah spontan
f. Metode pengukuran hemetokrit
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode
pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode
makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau
heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110
mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung
kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
Prinsip :
Sampel darah yang di sentrifusdalam waktu tertentu kemudian dibaca
volume dari masa erirosit yan telah dipadatkan didasar tabung dan
dinyatakan dalam sekian % dari volume semula (volume %)
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah
heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung
kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm.
Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin
(bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa
antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-
kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : Sampel darah dimasukkan ke dalam
tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup

8
dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan
15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca
hematokrit, nilainya dinyatakan dalam vol %.
Prinsip :
Sejumlah darah dimasukkan kedalam tabung kapiler lalu dilkukan
sentrifugasi untuk mendapatkan nilai hematokrit yang diukur
menggunakan Ht Reader.
2.4.2 Hemoglobin (Hb)

Gambar 2. Hemoglobin
a. Nilai normal
Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
b. Deskripsi

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi


oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat
rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme
(mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi
hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut
oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan
hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua.
Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini
berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah.

9
Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda
secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian,
penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang
dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia,
jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit.

c. Implikasi klinik
 Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
 Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia,
luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan
pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi.
 Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan
dan luka bakar.
 Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan
anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit
yang berhubungan dengan anemia.
d. Faktor pengganggu
 Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb
demikian juga Hct dan sel darah merah.
 Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
 Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai
aktif).
 Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat
peningkatan volume plasma
 Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang
dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa
 Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb.
e. Hal yang harus diwaspadai

10
 Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel
darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan
penurunan nilai ketiganya.
 Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung
dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat
hemokonsenstrasi.
f. Tatalaksana

Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya


nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut,
transfuse merupakan terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau
penurunan nutrisi maka diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau
asam folat.

g. Metode pengukuran Hemoglobin

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi


yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan
kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin
atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua
macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan


kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar
sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini
hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini
ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

11
2.4.3 Eritrosit (sel darah merah)

Gambar 3. Eritrosit
a. Nilai normal
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
b. Deskripsi

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-


paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-
paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area
permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb
dapat lebih banyak.

c. Implikasi klinik :
 Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat
anemia, serta respon terhadap terapi anemia
 Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik.
 Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia
sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang
tinggal di dataran tinggi.
d. Metode Pengukuran eritrosit

Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada


dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual

12
hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung.
Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit,

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan


isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis.
Larutan Pengencer yang digunakan adalah:

 Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri


klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia,
larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan
precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
 Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,
aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
 Natrium klorid 0.85 %
e. Susunan Sel Darah Merah
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata –
rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)
Nilai normal : 80 – 100 (fL)
a. Deskripsi :

MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah.


MCV menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai
Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau
Makrositik (ukuran kecil >100 fL).

b. Implikasi klinik :
 Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi,
anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
 Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism,
terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi
valproat, disebut juga anemia makrositik.

13
 Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit
yang abnormal.
 MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya
variasi berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV
tetap
normal.
 MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin
(AZT)
dan sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak
langsung.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler
rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
a. Deskripsi:

Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata


di dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas
warna (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah.
MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.

b. Implikasi Klinik:
 Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
 Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
(Konsentrasi Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematocrit
Nilai normal : 32 – 36 g/dL
a. Deskripsi:

Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah


merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan

14
MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah
yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC,
hal ini tidak berlaku pada MCH.

b. Implikasi Klinik:
 MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia
mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia
hipokromik.
 MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4. Retikulosit

Perhitungan :

Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100


Nilai normal : 0,5-2%

a. Deskripsi:

Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan


bagian dari rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
Peningkatan jumlah retikulosit mengindikasikan bahwa produksi sel
darah merah dipercepat; penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang berkurang.

b. Implikasi Klinik
 Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena
kerusakan sumsum tulang dengan anemia karena pendarahan atau
hemolisis (kerusakan sel darah) karena pendarahan atau hemolysis
akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan
sumsum tulang yang normal.
 Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik,
penyakit sel sabit dan metastase karsinoma.
 Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini
menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang

15
cukup (misal anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia
pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi).
 Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan
efektifitas pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup
pada anemia kekurangan besi, jumlah retikulosit akan meningkat
20%; peningkatan secara proporsional terjadi ketika dilakukan
transfuse pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum
diharapkan terjadi 7-14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).
2.4.4 Leukosit (sel darah putih)

Gambar 4. Sel darah putih


a. Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
b. Deskripsi

Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh


dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih:

 Granulosit: Neutrofil, eosinofil dan basophil


 Agranulosit: Limfosit dan monosit
c. Implikasi klinik:
 Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow).
Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat
disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah
menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun
tidak dapat dikatakan infeksi.

16
 Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi
dengan leukemia.
 Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3.
 Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam
untuk eosinofil; Pewarnaan basa untuk basophil
 Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya
sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore hari
 Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun)
10.000-20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun
 Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya nilai
leukosit
f. Metode pengukuran Leukosit

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung


leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah
(hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet
leukosit, kamar hitung dan mikroskop.

Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih
mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil
yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk
memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang
memakai alat ini.

g. Sel Darah Putih Differensial


 Nilai Normal

17
Tabel 1. Nilai Normal sel darah putih differensial
 Deskripsi
 Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
 Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasite
 Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
 Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
 Monosit melawan infeksi yang hebat
1) Neutrofil

Gambar 5. Neutrofil
Nilai normal: Segment : 36% - 73% SI unit : 0,36 – 0,73
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 – 0,12
Deskripsi
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang
perut.
Implikasi klinik

18
 Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh
infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan
gangguan myeloproliferatif.
 Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan
oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi
bakteri, infeksi virus, penyakit hematologi, gangguan hormonal dan
infeksi berat.

Faktor pengganggu

 Kondisi fisiologi seperti stres, senang, takut, marah, olahraga secara


sementara menyebabkan peningkatan neutrofil.
 Wanita yang melahirkan dan menstruasi dapat terjadi neutrofilia
 Pemberian steroid: puncak neutrofilia pada 4 hingga 6 jam dan
kembali normal dalam 24 jam (pada infeksi parah, neutrofilia tidak
terjadi).

Hal yang harus diwaspadai

Agranulositosis (ditandai dengan neutropenia dan leukopenia)


sangat berbahaya dan sering berakibat fatal karena tubuh tidak terlindungi
terhadap mikroba. Pasien yang mengalami agranulositosis harus diproteksi
terhadap infeksi melalui teknik isolisasi terbalik dengan penekanan pada
teknik pencucian tangan.

2) Eosinofil

Gambar 6. Eosinofil

19
Nilai normal : 0% - 6%

Deskripsi
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada
tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil
juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai
eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau monitoring penyakit.

Implikasi klinik

 Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau


jumlah absolut lebih dari 500. Penyebabnya antara lain: respon
tubuh terhadap neoplasma, penyakit Addison, reaksi alergi, penyakit
collagen vascular atau infeksi parasit.
 Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi.
Eosipenia dapat terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan
produksi glukokortikosteroid).

Faktor pengganggu

 Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu
meningkat dari siang hingga setelah tengah malam. Karena itu,
jumlah eosinofil serial seharusnya berulang pada waktu yang sama
setiap hari.
 Situasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik
menyebabkan penurunan eosinophil.
 Setelah pemberian kortikosteroid, eosinofil menghilang.

Hal yang harus diwaspadai

Eosinofil dapat tertutup oleh penggunaan steroid. Berikan perhatian pada


pasien yang menerima terapi steroid, epinefrin, tiroksin atau prostaglandin.

20
3) Basofil

Gambar 7. Basofil
Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin
dan histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil
biasanya tinggi. Jaringan basofil disebut juga mast sel.
Implikasi klinik
 Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia
granulositik dan basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi.
 Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut,
reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.
4) Monosit

Gambar 8. Monosit
Nilai normal : 0%-11%
Deskripsi
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai
lapis kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan

21
termasuk kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon.
Implikasi klinik
 Monositosis berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasit
tertentu serta kolagen, kerusakan jantung dan hematologi.
 Monositopenia biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi
mengindikasikan stres, penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik
dan imunosupresan.
5) Limfosit

Gambar 9. Limfosit
Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan
limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang beredar pada
sirkulasi.
Implikasi klinik
 Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan
gangguan hormonal
 Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan
trauma.

22
 Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe
sel yang dapat muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid,
setelah transfusi darah dan respon terhadap stres.
 Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur
histokompabilitas.
 Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.

Faktor pengganggu

 Limfositosis pada pediatri merupakan kondisi fisiologis pada bayi


baru lahir yang meliputi peningkatan sel darah putih dan limfosit yang
nampak tidak normal yang dapat keliru dengan keganasan sel
 Olahraga, stres emosional dan menstruasi dapat menyebabkan
peningkatan limfositosis

Hal yang harus diwaspadai:

Penurunan limfosit < 500/mm3 menunjukkan pasien dalam bahaya dan


rentan terhadap infeksi, khususnya infeksi virus. Harus dilakukan tindakan
untuk melindungi pasien dari infeksi

2.4.5 Trombosit (platelet)

Gambar 10. Trombosit


a. Nilai normal : 170 – 380. 103/mm3 SI : 170 – 380. 109/L
b. Deskripsi

Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit


diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit

23
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari.
Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat
di limfa.

c. Implikasi klinik:
 Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia
vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
 Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia
purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia,
multiplemyeloma dan multipledysplasia syndrome.
 Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat
dapat menyebabkan trombositopenia
d. Faktor pengganggu
 Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah
olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
 Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama
kehamilan
 Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet
 Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan
e. Hal yang harus diwaspadai
1. Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan
keganasan
2. Pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim
(>1000 x 103/mm3) akibat gangguan myeloproliferatif, lakukan
penilaian penyebab abnormalnya fungsi platelet.
3. Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 103/mm3 terkait dengan
kecenderungan pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan,
peteki dan ekimosis
4. Jumlah platelet > 50 x 103/mm3 tidak secara umum terkait dengan
perdarahan spontan.

24
f. Perawatan pasien
 Interpretasi hasil pemeriksaan dan lakukan monitor yang sesuai. Amati
tanda dan gejala perdarahan saluran cerna, hemolisis, hematuria,
petekie, perdarahan vagina, epistases dan perdarahan gusi. Ketika
nampak hemorrhage, lakukan tindakan emergensi untuk
mengendalikan perdarahan dan hubungi dokter
 Transfusi patelet dilakukan jika jumlah platelet <20 x 103/mm3 atau
terjadi perdarahan lesi tertentu. Satu unit konsentrasi platelet
meningkatkan jumlah 15 x 103/mm3.
g. Tata Laksana Trombositopenia

Pada kondisi rendahnya platelet yang kritis, transfusi platelet dapat


dilakukan untuk memberikan peningkatan sementara. Transfusi platelet
biasanya memiliki waktu paruh yang lebih pendek dan kecuali jika kondisi
penyebab sudah diatasi, maka sering diperlukan transfusi ulang.

Dalam kondisi nilai platelet yang rendah secara signifikan (kurang dari
50 x 109/L) penting memastikan tidak ada obat yang mempengaruhi fungsi
platelet yang ada. Termasuk semua obat antiplatelet dan obat antiinflamasi
non steroid. Trombositopenia yang terkait dengan auto-imun biasanya
diatasi dengan kortikosteroid. Jika diduga terjadi reaksi karena alergi obat,
maka hentikan obat yang diduga menyebabkan reaksi alergi tsb.

h. Metode pemeriksaan trombosit


 Direct counting dengan bilik hitung
 Prinsip :
Darah diencerkan dengan Ammonium oxalate 1 % maka sel-sel
selain trombosit dan eritrosit dilisiskan dan darah menjadi lebih encer
sehingga trombosit lebih mudah dihitung. Jumlah trombosit dihitung dalam
bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran sedang
 Reagensia :
 Larutan Amonium Oksalat 1% (Bisa juga digunakan Rees Ecker)

25
 Alat-alat :
1. Tabung reaks
2. Pipet 20 µl (adjusted), 2000 µl
3. Bilik hitung Improved Neubauer
4. Cawan Petri
5. Mikroskop
6. Counter
 Spesimen : Darah EDTA
 Cara Kerja :
1. Dipipetkan 2000 µl reagen ammonium oxalat 1% dan masukkan dalam
tabung reaksi
2. Ditambahkan ke dalam tabung 20 µl specimen darah, campur hingga
homogen
3. Cairan tersebut (reagen+darah) dipipet dengan pipet tetes, kemudian
sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar
hitung dan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung
terisi cairan dengan daya kapilaritasnya.
4. Letakkan kamar hitung kedalam cawan petri yang didalamnya ada
kertas tissue yang sudah dibasahi, inkubasi selama 15 menit.
5. Periksa dibawah mikroskop lensa obyektif 40X
6. Hitung trombosit. Perhitungan dilakukan dalam kotak eritrosit yaitu
dalam 10 kotak sedang.
2.4.6 Laju Endap Darah (LED)
a. Norma

Pria <15mm/1 jam

Wanita <20mm/1 jam


b. Deskripsi

LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)


adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi

26
plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED dipengaruhi oleh
berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.

c. Implikasi klinik
 Nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya
tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit
Hodkin’s, gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid,
luka bakar, kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED >
50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan
pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein
dalam serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody
(ANA) Tes, reumatoid factor. Sedangkan peningkatan nilai LED
>100mm/jam selalu dihubungkan dengan kondisi serius, misalnya:
infeksi, malignansi, paraproteinemia, primary macroglobulinaemia,
hiperfibrinogenaemia, necrotizing vaskulitis, polymyalgia rheumatic.
 Nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti,
anemia sel sabit, Hipofibrinogenemia, serum protein rendah Interaksi
obat dengan hasil laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan
kortison.
d. Metode Pemeriksaan LED
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu
metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan
menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya
jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED
meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih
tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali
panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode
Westergreen.

Prosedur pemeriksaan LED yaitu:

27
1. Metode Westergreen

Gambar 11. Pipet Westergreen dan Rak Pipet Westergreen


 Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan
sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium
sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85
% 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%).
Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
 Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
 Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari
getaran maupun sinar matahari langsung.
 Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
2. Metode Wintrobe

Gambar 12. Pipet Wintrobe


 Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-
kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

28
 Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet
Pasteur sampai tanda 0.
 Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
 Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
2.4.7 Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)
a. Nilai normal:
10 – 15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar laboratorium)
b. Deskripsi
Mengukur secara langsung kelainan secara potensial dalam sistem
tromboplastin ekstrinsik (fibrinogen, protrombin, faktor V, VII dan X).
c. Implikasi klinik
 Nilai meningkat pada defisiensi faktor tromboplastin ekstrinsik,
defisiensi vit.K, DIC (disseminated intravascular coagulation),
hemorrhragia pada bayi baru lahir, penyakit hati, obstruksi bilier,
absorpsi lemak yang buruk, lupus, intoksikasi salisilat. Obat yang perlu
diwaspadai: antikoagulan (warfarin, heparin)
 Nilai menurun apabila konsumsi vit.K meningkat
d. Metode Pengukuran Prothrombin time
Menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku
setelah penambahan calcium chloride.

Gambar 13. Tes PT


2.4.8 International Normalized Ratio (INR)
a. Nilai normal: 0,8 – 1,2

29
b. Deskripsi

Menstandarkan nilai PT antar laboratorium. Digunakan untuk


memantau penggunaan warfarin.

c. Implikasi klinik
Sama dengan PT
2.4.9 aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)
a. Nilai normal : 21 – 45 detik ( dapat bervariasi antar laboratorium)
Rentang terapeutik selama terapi heparin biasanya 1,5 – 2,5 kali nilai
normal (bervariasi antar laboratorium).
b. Deskripsi
Mendeteksi defisiensi sistem thromboplastin intrinsik (faktor I, II, V,
VIII, IX, X, XI dan XII). Digunakan untuk memantau penggunaan
heparin.
c. Implikasi klinik
 Meningkat pada penyakit von Willebrand, hemofilia, penyakit hati,
defisiensi vitamin K, DIC. Obat yang perlu diwaspadai: heparin,
streptokinase, urokinase, warfarin)
 Menurun pada DIC sangat awal, hemorrhagia akut, kanker meluas
(kecuali mengenai hati)
d. Metode pengukuran aPTT

Menghitung waktu yang diperlukan plasma darah untuk membeku


setelah penambahan kaolin ( hydrated alumunium silicate) dan cephalin.

30
Gambar 14. Tes aPTT

2.4.10 Waktu Thrombin (Thrombin Time/TT)


a. Nilai normal
Dalam rentang 3 detik dari nilai kontrol (nilai kontrol: 16-24
detik), bervariasi antar laboratorium.
b. Deskripsi
Pemeriksaan yang sensitif untuk defisiensi fibrinogen
c. Implikasi klinik
 Meningkat pada DIC, fibrinolisis, hipofibrinogenemia, multiple
mieloma, uremia, penyakit hati yang parah. Obat yang perlu
diwaspadai: heparin, low-molecular-weight heparin/LMWH,
urokinase, streptokinase, asparaginase. 60% kasus DIC menunjukkan
TT meningkat. Pemeriksaan TT kurang sensitif dan spesifik untuk DIC
dibandingkan pemeriksaan lain
 Menurun pada hiperfibrinogenemia, hematokrit >55%

31
2.4.11 Fibrinogen

Gambar 15. Fibrinogen


a. Nilai normal: 200 – 450 mg/dL atau 2,0 – 4,5 g/L (SI unit)
Nilai kritis: < 50 atau > 700 mg/dL
b. Deskripsi
Memeriksa lebih secara mendalam abnormalitas PT, aPTT, dan TT.
Menapis adanya DIC dan fibrinogenolisis.
c. Implikasi klinik:
 Meningkat pada: penyakit inflamasi contoh: arthritis reumatoid, infeksi,
infark miokard akut, stroke, kanker, sindrom nefrotik, kehamilan dan
eklampsia.
 Menurun pada: DIC, penyakit hati, kanker, fibrinolisis primer,
disfibrinogenemia, meningkatnya antitrombin III.
2.4.12 D – Dimer

Gambar 16. D-dimer

32
a. Nilai normal: Negatif atau < 0,5 mcg /mL atau < 0,5 mg/L SI
Peningkatan palsu: pada kondisi titer reumatoid faktor yang tinggi,
adanya tumor marker (penanda) CA-125, terapi estrogen dan kehamilan
normal.
b. Deskripsi

Menilai salah satu produk degradasi fibrin. Terdiri dari berbagai


ukuran fibrin terkait silang (cross-linked).

c. Implikasi klinik:

Meningkat pada DIC, DVT, Emboli paru, gagal hati atau gagal ginjal,
kehamilan trimester akhir, preeklamsia, infark miokard, keganasan,
inflamasi, infeksi parah, pembedahan dan trauma.

2.4.13 Glukosa Darah

Glukosa darah dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan


perubahan glikogen dalam hati. Pemeriksaan glukosa darah adalah
prosedur skrinning tes yang menunjukkan ketidakmampuan sel pankreas
memproduksi insulin, ketidakmampuan usus halus mengabsorbsi glukosa,
ketidakmampuan hati mengumpulkan dan memecahkan glikogen.

a. Nilai Normal Glukosa Test

 Glukosa Puasa          : 70 - 100 mg/ dL


 Glukosa 2 Jam PP    : < 140 mg/ dL
 Glukosa adrandom   : < 180 mg /dL

b. Implikasi Klinik

1. Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai


puasa >120 mg/ dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan),
stres akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defesiensi kalium,
penyakit yang kronik, dan sepsis.

33
2. Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh
kadar insulin yang berlebihan atau penyakit addison.
3. Obat-obatan golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan
kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL
4. Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL,
perlu dicurigai adanya diabetes mellitus.
5.  Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya
glukosa pada urin dapat membantu menentukan masalah glukosa
dalam ginjal pasien.

c. Faktor Pengganggu
Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah
normal cenderung meningkat dengan penambahan umur. Penggunaan
kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan glukosa meningkat
secara signifikan pada jam kedua atau spesimen darah berikutnya.
kemudian penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi
glukosa. Dua minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk
mengukur kadar glukosa.

Perubahan diet (misalnya penurunan berat badan) sebelum


pemeriksaan dapat menghilangkan toleransi karbohidrat dan terjadi "false
diabetes". Beberapa obat mengganggu kadar toleransi glukosa (tidak
terbatas pada) :

 Insulin
 Hipoglikemi oral
 Salisilat dosis besar
 Diuretik tiazid
 Koertikosteroid
 Estrogen dan Kontrasepsi Oral
 Asam nikotinat
 Fenotiazin

34
 Litium
 Propanolol

Jika memungkinkan, obat tersebut seharusnya dihentikan selama


paling kurang 3 hari sebelum pemeriksaan.

2.5 INDIKASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH


Indikasi pemeriksaan hematologi:
A. Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan
pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan
keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel
pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
B. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit
seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum.
C. Faal ginjal
D. Faal hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini
dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan
juga dari system porta.
E. Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai
sumber utama energi di dalam tubuh.
F. HbA1C merupakan hemaglobin yang terikat dengan glukosa
(terglikolasi).
G. Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah.
Indikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit
paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes Melitus berhubungan
dengan kondisi asidosis diabetic.
2.6 KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

35
Kontraindikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan
penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.
2.7 PERSIAPAN PASIEN
a. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma
akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan
susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel / µl darah.
b. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan
jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan
mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau
heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
c. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan
menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila
kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah
dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung
dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut
pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan
kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi
oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan
lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan
lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari
tengah malam sampai pagi.
d. Posisi pengambilan

36
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak
merasa asing atau menjadi obyek.
2.8 PERSIAPAN ALAT
2.8.1 Pengambilan darah vena
 Persiapan alat:
 Bak instrument
 Spuit 3 atau 5 cc
 Bengkok
 Sarung tangan steril
 Kapas alcohol dalam tempatnya
 Plester dan gunting plester
 Karet pembendung vena/ tourniquet
 Perlak/ kain pengalas
 Botol bertutup yg bersih& kering tempat bahan pemeriksaan/ specimen
 Lokasi Pengambilan darah:
 Vena mediana cubiti ( dewasa )
 Vena jugularis superficialis ( bayi )
 Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
2.8.2 Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
 Persiapan alat:
 Lancet
 Kapas alcohol
 Kapas kering
 Sarung tangan
 Larutan klorin 0,5 %
 Pengalas

37
 Botol tempat darah yang diberi label, alat pengukur HB (HB
Sahli),dll.tergantung jenis pemeriksaan.
 Bengkok
 Lokasi Pengambilan darah:
 Ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )
 Tumit / ibu jari kaki ( bayi )
 Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test
imunologi.
2.8.3 Pengambilan darah EDTA
 Persiapan alat:
 kapas alkohol
 diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
 Tabung reaksi pyrex 10 cc/tabung EDTA
 kapas steril
 plester
 Reagensia : EDTA 10%
 Lokasi Pengambilan darah:
 vena mediana cubiti ( dewasa )
 vena jugularis superficialis ( bayi )
 Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah EDTAbyang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit.
2.8.4 Pengambilan darah SITRAT
 Persiapan alat:
 kapas alkohol
 diaspossible syringe / vacutainer 10 cc
 Tabung reaksi pyrex 10 cc
 kapas steril
 plester

38
 Reagensia : Natrium sitrat 3.8%
 Lokasi Pengambilan darah:
 vena mediana cubiti ( dewasa )
 vena jugularis superficialis ( bayi )
 Tujuan:
Mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan laju endapan darah metode Weatergreen
dan pemeriksaan tes hemoragik.
2.9 PROSEDUR KERJA
2.9.1 Pengambilan darah vena
Pelaksanaan
 Cuci tangan
 Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat yang akan
diambil darahnya
 Ikat bagian diatas daerah yang akan diambul darahnya dengan karet
pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.
 Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol secara
sirkuler
 Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan/tangan kiri
 Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan, lalu aspirasi
apakah jarum sudah masuk vena
 Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya kemudian hisap
sesuai kebutuhan.
 Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan dengan kapas
alcohol dan diplester
 Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang tersedia
(memasukkan agak miring dan tidak terlalu keras saat
menyemprotkannya)
 Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium untuk
pemeriksaan

39
 Setelah selesai, penghisap spuit dikeluarkan dan diletakkan kedalam
bengkok
 Cuci tangan.
2.9.2 Pengambilan darah Perifer (pembuluh darah tepi)
Pelaksanaan:
 Cuci tangan
 Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi
kering kembali
 Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang
 Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, Pada ibu jari tusukan tegak
lurus dengan garis sidik jari
 Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan
pada sisinya tusukan harus cukup dalam
 Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes
darah berikutnya dipakai untuk Pemeriksaan.
 Tekan bekas tusukan dengan kapas kering
 Bereskan alat, buang alat suntik dengan benar.
 Cuci tangan
2.9.3 Pengambilan darah EDTA
Pelaksanaan:
 Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah
vena
 Darah yang telah diambil dialirkan kedalam tabung yang telah berisi
EDTA 10%
 Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis
spesimen
2.9.4 Pengambilan darah SITRAT
Pelaksanaan:
 Teknis pengambilan darah serupa dengan pengambilan sample darah
vena

40
 Darah yang telah diambil sebanyak 1.6 ml dialirkan kedalam tabung
yang telah berisi natriumsitrat 3.8 % sebanyak 0.4 ml
 Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis
spesimen
2.10 MANFAAT PEMERIKSAAN
Kegunaan pemeriksaan hematologis:
a) Menetapkan diagnosis suatu penyakit
b) Membantu diagnosis suatu penyakit
c) Untuk follow up sesuatu penyakit
d) Menetapkan terapi suatu penyakit
e) Untuk menetapkan prognose dari suatu penyakit

41
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel
yang terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar.
3.1.2 Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup
sel -sel darah dan bagian-bagian lain.
3.1.3 Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi,
pengatur suhu dan pemelihara keseimbangan cairan, asam dan basa.
3.1.4 Pemeriksaan darah adalah bagian dari penilaian komponen sel darah
secara lebih lengkap, yaitu bertujuan dan bermanfaat dalam rangka
mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia. Adanya infeksi atau
kelaianan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah
akibat kelainan jumlah trombosit.
3.1.5 Meliputi pemeriksaan haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV,
MCH, MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis dan trombosit.
3.1.6 Indikasi pemeriksaan laboratorium darah adalah hemostasis, urinalisis,
faal hati, faal ginjal dan glukosa darah.
3.1.7 Manfaat pemeriksaan darah adalah membantu menetapkan diagnose suatu
penyakit dan membantu dalam menetapkan pengobatan yang tepat.
3.2 PENUTUP

Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa


membacanya, memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk
belajar mengetahui lebih jelas apa dan bagaimana apa dan bagaimana membaca
interpretasi data dari pemeriksaan daraha dari laboratorium. Demi sempurnanya
makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.

42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kemenkes RI.
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Volume 2. Jakarta : EGC.
Van Dun, L, 2007. Quality Control. Abbot Hematology
Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan
laboratorium. Ed. 9. Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda
Soebrata, J. Latu. Jakarta : EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai