Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TATA LAKSANA KESELAMATAN DAN KEAMANAN PROSEDUR


KERJA PADA FLEBOTOMI

DOSEN PEMBIMBING
Andi Maya Kesrianti, S.Si. ,M.Kes

DISUSUN OLEH :
JUDMAINNAH
B1D120108

PROGRAM STUDI
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2021

Flebotomi 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah ada sejak lama yang
telah dikenal manusia dan menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien.
Teknik pengeluaran darah yang pertama (tahun 100 SM) dilakukan oleh
dokter-dokter Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal
Hippocrates dengan sebutan “Bapak Ilmu Kedokteran” (abad 5 SM) seni
pengambilan darah mengalami banyak perubahan, demikian pula berbagai alat
untuk keperluan pengambilan dan penampungan bahan darah. Lanset untuk
pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan
tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang
dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Menjelang akhir abad ke 19 barulah teknologi mengambil alih dan
memproduksi “lintah artificial”. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan
darah dan mudah diperoleh di pasaran (Alimul Hidayat, dkk. 2004).
Pemeriksaan Laboratorium yang dirancang untuk tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan juga sebagai panduan
untuk mempermudah Dokter dalam menentukan jenis pemeriksaan bagi
pasien. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan
langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium. Dimana yang harus diperhatikan dalam hal
pengelolaan spesimen adalah cara pengambilan, penyimpanan atau pun
pengiriman spesimen. Adapun tujuan dari pemahaman cara pengelolaan
spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat
dalam pemeriksaan secara makroskopis atau mikroskopis dan spesimen tidak
rusak dalam rentang waktu pengiriman ke laboratorium (Bakta, I. 2006).
Dalam pemerikaasan biologis untuk menilai kesehatan seseorang
diperlukan suatu spesimen baik berupa darah maupun urin sebagai agent atau
bahan uji. Sejauh ini spesimen darah masih menjadi pilihan utama pada
beberapa pemeriksaan. Pada spesimen darah sendiri, cara pangambilannya
berbeda dengan pengambilan spesimen urin. Pengambilan spesimen darah

Flebotomi 2
membutuhkan teknik khusus dan disarankan dilakukan oleh tenaga medis
yang berpengalaman, sehingga tata cara pengambilan spesimen darah melalui
teknik flebotomi dianggap penting untuk dilakukan (Tri Ratnaningsih, dr,
Mkes, SpPK (K). 2009).
Flebotomi (dalam bahasa Inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani
phleb dan tomia, yang mana Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia
berarti mengiris atau memotong “cutting”. Dahulu dikenal dengan istilah
venasectie (dari Belanda), venesection atau venisection (dari Inggris). Jadi
tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pada pengambilan darah
dengan cara vena seksi (venasection) dan tidak sempit maknanya juga karena
mencakup darah vena, darah kapiler, dan darah arteri. Tujuan flebotomi adalah
untuk menghindari kesalahan saat pengambilan darah yang dapat
mempengaruhi pemeriksaan (Arif, M. 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian flebotomist dan cara memperoleh darah?
2. Apa saja macam-macam pembuluh darah dan masing-masing
perbedaannya?
3. Bagiamana pelaksanaan K3 pada teknik flebotomi (Pre, Analitik, Post)?
4. Apa saja alat yang digunakan untuk flebotomi?
5. Bagiamana pemilihan letak vena dalam pengambilan darah vena?
6. Dimana saja lokasi pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri?
7. Bagaimana cara pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri?
8. Apa saja macam-macam tabung vakum beserta fungsinya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini dilihat pada rumusan masalah di atas, adalah
sebagai berikut :
1. Untuk dapat menjelaskan pengertian flebotomist dan cara memperoleh
darah.
2. Untuk dapat menyebutkan macam-macam pembuluh darah dan masing-
masing perbedaannya.
3. Untuk dapat menjelaskan pelaksanaan K3 pada teknik flebotomi (Pre,
Analitik, Post).
4. Untuk dapat menyebutkan alat yang digunakan untuk flebotomi.
5. Untuk dapat menjelaskan pemilihan letak vena dalam pengambilan darah
vena.
6. Untuk dapat menyebutkan lokasi pengambilan darah vena, kapiler, dan
arteri.
7. Untuk dapat menjelaskan cara pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri.
8. Untuk dapat menyebutkan macam-macam tabung vakum beserta
fungsinya.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu :
1. Dapat memberikan informasi mengenai pengertian flebotomist dan cara
memperoleh darah.
2. Dapat memberikan informasi mengenai macam-macam pembuluh darah
dan masing-masing perbedaannya.
3. Dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan K3 pada teknik
flebotomi (Pre, Analitik, Post).
4. Dapat memberikan informasi mengenai alat yang digunakan untuk
flebotomi.
5. Dapat memberikan informasi mengenai pemilihan letak vena dalam
pengambilan darah vena.
6. Dapat memberikan informasi mengenai lokasi pengambilan darah vena,
kapiler, dan arteri.
7. Dapat memberikan informasi mengenai cara pengambilan darah vena,
kapiler, dan arteri.
8. Dapat memberikan informasi mengenai macam-macam tabung vakum
beserta fungsinya.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Flebotomist dan Cara Memperoleh Darah
Flebotomist adalah seorang tenaga medis yang telah mendapat latihan
untuk mengeluarkan dan menampung spesimen darah dari pembuluh darah
vena, arteri atau kapiler. Dalam praktek laboratorium klinik, terdapat 3 macam
cara memperoleh darah, yaitu (Arif, M. 2011) :
1. Melalui tusukan vena (venipuncture).
2. Tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi.
3. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu
istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.

2.2 Macam-Macam Pembuluh Darah dan Masing-Masing Perbedaannya


Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang
merupakan pembuluh darah halus).
a. Pembuluh Nadi
Tempat agak ke dalam, dinding pembuluh tebal, kuat, dan elastis. Aliran
darah berasal dari jantung, denyut terasa katup hanya disatu tempat dekat
jantung. Bila ada luka darah memancar keluar.
b. Pembuluh Vena
Dinding pembuluh tipis, tidak elastis dekat dengan permukaan tubuh (tipis
kebiru-biruan). Aliran darah menuju jantung, denyut tidak terasa, katup
disepanjang pembuluh. Bila ada luka darah tidak memancar. Sistem
peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.
c. Pembuluh kapiler
Dalam keadaan normal darah ada didalam pembuluh darah, ujung arteri
bersambung dengan kapiler darah dan kapiler darah bertemu dengan vena
terkecil (venula) sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah
walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini disebut sistem peredaran darah
tertutup (Evelyn C. Pearce. 2009).
Perbedaan antara Darah Arteri, Vena, dan Kapiler adalah :
 Darah arteri banyak oksigen, berwarna merah terang, apabila terpotong
darah menyemprot keluar seirama denyutan jantung. Kandungan glukosa
lebih tinggi, sel darah putih dan merah, Hb, Ht lebih rendah dibandingkan
darah vena. Biasa dipakai untuk analisa gas darah.
 Darah vena warna lebih tua, agak ungu, sedikit oksigen, apabila terpotong
darah keluar dengan aliran yang rata. Lokasi pengambilan darah
berpengaruh pada komposisi darah vena. Mengandung pH lebih rendah,
biasanya pemeriksaan laboratorium menggunakan darah vena.
 Darah kapiler terus berubah susunan dan warna karena pertukaran gas,
pendarahan kapiler dikenal dari mengalirnya darah perlahan ke
permukaan. Kadar glukosa lebih tinggi, kadar potasium, kalsium, total
protein lebih rendah. Leukosit dan Large Leucoyte Ratio (LLR) lebih
tinggi dari vena. Sel darah merah, trombosit, Hb, Ht sama dengan vena
(Wikipedia. 2018).

2.3 Pelaksanaan K3 pada Teknik Flebotomi (Pre, Analitik, Post)


Tata pelaksanaan keselamatan sangat penting untuk dipelajari. Tujuan
utama tata pelaksanaan keselamatan dan keamanan prosedur kerja adalah
untuk pencegahan infeksi terhadap petugas pasien dan pasien. Sangat penting
untuk mengerti bagaimana infeksi dapat terjadi, mencegah penularan dengan
cara melindungi diri dan pasien dari kuman-kuman infeksius. Kewaspadaan
standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode pengendalian infeksi
terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi
menularkan (infeksius) yang meliputi dari (Rikawati, S. ST. 2010) :
1. Kebersihan tangan.
Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran
infeksi yang bertujusn untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara
mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme.
2. Pemakaian alat pelindung diri.
a. Sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah.
b. Masker yang cukup besar untuk menutupi hidung, mulut dan dagu
bertujuan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu berbicara,
batuk atau bersin serta mencegah percikan darah memasuki hidung
atau mulut.
c. Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada pada
rambut dan melindungi alat-alat atau daerah steril dan melindungi
kepala/rambut petugas phlebotomi.
d. Jas laboratorium/apron/celemek berfungsi untuk melindungi dari
percikan dekontaminasi darah. Apabila terkena darah harus diganti.
e. Sepatu pelindung/pelindung kaki yaitu untuk melindungi kaki dari
percikan darah atau jatuhnya peralatan yang memungkinkan mengenai
kaki.
Urutan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yaitu jas lab, masker, kaca
mata dan sarung tangan, sedangkan urutan melepas Alat Pelindung Diri
(APD) adalah sarung tangan, kaca mata, jas lab kemudian masker.
Pada tahap pre analitik tata keselamatan kerja saat phlebotomy adalah
menggunakan APD dan mempersiapkan segala seuatu yang dibutuhkan sesuai
dengan tujuan pengambilan sampel sehinggan tidak mengganggu kegiatan
analitik, tidak lupa pula memberikan pelabelan pada spesimen, memastikan
kosndisi steril pada semua alat atau ruang yang digunakan serta memastikan
spesimen layak. Sedangkan pada tahap pasca analitik adalah dengan mencuci
tangan setelah melakukakan sampling, membuang sampah infeksius pada
tempat sampah masing-masing, memisahkan antara limbah padat, cair dan
benda tajam, melakukan desinfeksi alat maupun ruangan (Cengiz, M. & Ulker,
P. etc. 2009).

2.4 Alat yang digunakan untuk Flebotomi


Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji
laboratorium, maka prosedur pengambilan sampel darah harus dilakukan
dengan benar. Mulai dari persiapan peralatan, pemilihan jenis antikoagulan,
pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai dengan pelabelan. Alat- alat
yang dipergunakan untuk pengambilan darah vena adalah sebagai berikut
(Mengko, R. 2013) :
1. Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian
injeksi intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang
dapat dipergunakan untuk mengukur jumlah darah yang akan diambil,
volume spuit bervariasi dari 1 mL, 3 mL, 5 mL, bahkan ada yang sampai
50 mL yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde atau syring
pump.
2. Tourniquet merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari
karet sintesis yang bisa merenggang. Digunakan untk penghebat atau
pembendung pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan
phlebotomy. Adapun tujuan pembendungan ini adalah untuk fiksasi,
pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah tekanan
vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan
darah ke dalam spuit.
3. Kapas alkohol merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah
menyerap dan dibasahi dengan antiseptik berupa etil alkohol. Tujuan
penggunaan kapas alkohol ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang
dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area
penusukan agar resiko infeksi dapat ditekan.
4. Kapas kering merupakan bahan dari woll atau kapas yang mudah
menyerap, biasanya digunakan untuk menutupi tusukan setelah selesai
pengambilan darah.
5. Needle, Wing Needle ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk
pengambilan darah secara vakum. Needle ini bersifat non fixed atau
mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta container vacum.
Penggantian needle dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan besarnya
vena yang akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang
menghendaki pengambilan dengan jarum kecil.
6. Vacuum Tube atau tabung vakum oertama kali dipasarkan dengan nama
dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa
udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum,
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
7. Plester digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas flebotomi,
sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya
infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.

2.5 Pemilihan Letak Vena dalam Pengambilan Darah Vena


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada interior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica dapat menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan
arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata
tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di
daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-
hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil (Cengiz, M. & Ulker,
P. etc. 2009).

2.6Lokasi Pengambilan Darah Vena, Kapiler, dan Arteri


Mencari 3 vena yang paling mudah ditemukan di daerah antikubiti
dengan cara melihat atau dengan cara palpasi. Vena mediana, vena cubiti
mediana, dan vena cephalica mediana, secara tipikal berada ditengah daerah
antikubiti. Vena cephalica berada di lateral dan vena basilica berada di medial.
Adapun pemilihan vena berdasarkan beberapa alasan, yaitu (R.
Gandasoebrata. 1992) :
1. Dekat-vena mediana paling dekat dengan permukaan kulit, sehingga
mudah diakses.
2. Tidak bergerak-vena mediana merupakan vena yang paling tidak
bergerak ketika jarum menusuk sehingga tusukan dapat berhasil
dengan sukses.
3. Aman-tusukan pada vena mediana kurang beresiko.
4. Nyaman-vena mediana tidak terlalu membuat rasa tidak nyaman saat
ditusuk.
Terdapat lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darahnya antara lain
adalah :
 Lengan pada sisi mastectomy
 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah di daerah ini dapat
menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu (Kiswar, R. 2014)

2.7 Cara Pengambilan Darah Vena, Kapiler, dan Arteri


2.7.1 Pengambilan Darah Vena
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
1. Pengambilan Darah Vena dengan Syringe
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik
(syringe) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai
laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah
sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum
yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan
terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan
suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena
yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil) (Joyce Le Fever Kee.
2007).
Gambar Pengambilan Darah Vena dengan Syringe
Adapun prosedur kerja pengambilan darah vena dengan syringe antara
lain:
 Lakukan penjelasan kepada pasien (tentang apa yang dilakukan
terhadap pasien, kerjasama pasien, sensasi yang dirasakan pasien,
dan sebagainya (Mengurangi rasa cemas dan meningkatkan
kerjasama. Mencegah hiperventilasi akibat ansietas, yang
menimbulkan perubahan sementara pada gas darah).
 Cari vena yang akan ditusuk (superfisisal, cukup besar, lurus,
tidak ada peradangan, tidak diiinfus). (Meningkatkan kemudahan
insersi jarum. Memungkinkan perawat menempatkan jarum
menjadi paralel dengan vena. Sehingga saat vena dipungsi, resiko
menusuk vena sampai tembus keluar berkurang.Vena yang diinfus
harus dihindari karena meningkatkan resiko bercampurnya cairan
infuse dengan sampel darah yang akan diambil yang dapat
mengakibatkan hasil test tidak valid).
 Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan bantuan tangan kiri
operator atau diganjal dengan telapak menghadap ke atas sambil
mengepal (Memungkinkan dilatasi vena sehingga vena dapat
dilihat).
 Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas steril
yang telah dibasahi alkohol 70% dan biarkan sampai kering.
Fungsi lain dari penggunaan kapas alkohol yaitu mengurangi
resiko bakteri yang berada di kulit memasuki tempat pungsi.
 Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-kira 4-5 jari
dari tempat penusukan agar vena tampak lebih jelas (bila
tourniquet berupa ikatan simpul terbuka dan arahnya ke atas)
(Meninggalkan dilatasi vena. Tourniquet harus menghambat aliran
vena, bukan aliran arteri. Aliran arteri yang terhenti mencegah
pengisian vena).
 Pembendungan tidak boleh terlalu lama maksimal 2 menit, terbaik
1 menit. Hal ini dilakukan untuk mencegah hemokonsentrasi dan
hematoma. Tourniquet dilepaskan ketika darah mulai mengalir ke
dalam spuit.
 Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang akan diambil,
cek jarum dan karetnya. (Memastikan spuit cukup untuk jumlah
darah yang diambil).
 Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarumnya dan
dorong penghisap sampai ke ujung depan. (Mencegah terlepasnya
jarum dari spuit, dan mengeluarkan udara dalam spuit).
 Fiksasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ibu jari tangan
kiri. (Meningkatkan dilatasi vena dan mencegah bergesernya vena).
 Tusukkan jarum dengan sisi menghadap ke atas membentuk sudut
15-300 sampai ujung jarum masuk ke dalam vena dan terlihat darah
dari pangkal jarum.
 Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk sudut.
(Menghindari pergeseran jarum).
 Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan volume
darah yang diinginkan. (Memastikan jumlah darah yang diambil
sesuai dengan yang diinginkan).
 Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi aliran balik darah, mencegah hemokonsentrasi,
dan hematoma, serta memperlancar aliran darah kembali.
 Letakkan kapas alkohol 70% di atas jarum, cabut jarum dengan
menekan kapas menggunakan tangan kanan pada bekas tusukan
selama beberapa menit untuk mencegah pendarahan, plester, tekan
dengan telunjuk dan ibu jari pasien selama kurang lebih 5 menit.
(Ini dilakukan untuk mencegah pendarahan).
 Lepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya
supaya tidak terjadi hemolisa.
 Tuangkan darah ke dalam tabung atau wadah penampungan yang
volumenya sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta dan
diberi label.
 Jika menggunakan antikoagulan, kocok tabung atau wadah
beberapa menit agar antikoagulan tercampur dengan darah dan
tidak terjadi pembekuan darah.
2. Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum (vacuntainer)
Pengambilan spesimen darah dengan menggunakan alat
vacuntainer yaitu dengan memanfaatkan bantuan vacuum sehingga darah
dari lumen akan tertarik/mengalir dengan sendirinya ke dalam
vacuntainer. Tabung vakum berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan
untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada
tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi
untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat
mendorong tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak
perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup
sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara
bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes
biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung
dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman.
Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada
pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya yaitu
sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak
bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk (Joyce Le Fever
Kee. 2007).
Gambar Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum (vacuntainer)
Adapun prosedur kerja pengambilan darah vena dengan tabung vakum
(vacuntainer), antara lain :
 Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti jarum, kapas alkohol
70%, tali pembendung (tourniquet), plester, dan tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dan sebagainya.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (tourniquet) kira-kira 10 cm di atas lipat
siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic.
 Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena, vena
teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis, dan memiliki dinding
tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum
bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabuh pertama terisi,
cabut, dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
 Lepas tourniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik
jarum. Tekan kapas beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15
menit. Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka.

2.7.2 Pengambilan Darah Kapiler


Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture
yang berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Cara
pengambilan darah kapiler ini digunakan bila jumlah darah yang
digunakan atau dibutuhkan sedikit yaitu kurang dari 0,5 ml darah.
Biasanya digunakan hanya untuk satu atau dua macam pemeriksaan saja.
Misalnya hanya untuk hemoglobin, hapusan darah, eritrosit atau hitung
leukosit. Secara umum tidak ada perbedaan yang bermakna antara darah
kapiler dan darah vena sebagai spesimen pemeriksaan hematologi, asalkan
proses pengambilannya mengikuti ketentuan yang baku dan tidak
tercampur cairan jaringan atau alkohol 70% antiseptik.
Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga,
dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Untuk
anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau ibu jari kaki. Jangan menusuk pada bagian tangan bayi karena
akan tertusuk tembus hingga ke tulang sehingga akan menyebabkan
kerusakan jaringan tulang pada bayi. Dalamnya tusukkan maksimal 2,5
mm, karena bila melebihi pada bayi akan terkena tulang kalkaneus. Tempat
yang dipilih tidak boleh terlihat adanya gangguan peredaran darah seperti
cyanosis (kebiruan) atau pucat. Lokasi pengambilan tidak boleh
menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat),
vasodilatasi (oleh radang, trauma, dan sebagianya), kongesti atau sianosis
setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan
sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa,
kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary
method) (Kosasih E. N. 2008).

Gambar Pengambilan Darah Kapiler


Adapun prosedur kerja pengambilan darah kapiler antara
lain :
 Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alkohol 70%.
 Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol
70%, biarkan kering.
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
 Penusukkan dilakukan dengan gerakkan yang cepat dan tepat
sehingga terjadi luka yang dalamnya 3 mm. Pada jari tusuklah
dengan arah tegak lurus pada garis–garis sidik jari kulit dan jangan
sejajar. Bila memakai anak daun telinga (cuping telinga), tusuklah
pinggirnya, bukan sisinya. Tusukkan harus cukup dalam supaya
darah mengalir keluar dengan mudah.
 Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah
tidak harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika
ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena
darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di
atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
 Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai
kapas kering karena ini mungkin tercampur dengan alkohol, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan hematologi.
 Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan
diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan.

2.7.3 Pengambilan Darah Arteri


Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di
daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri
brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan
darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas
darah (Sacher RA, Mc Pherson RA. 2004).

Gambar Pengambilan Darah Arteri


Adapun prosedur kerja pengambilan darah arteri antara lain :
 Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan
dilakukan sampling.
 Pilih bagian arteri radialis.
 Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
 Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan
letak arteri.
 Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu
tusukkan jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi
jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat
memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
 Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik
jarum dan segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan
kapas kuat-kuat selama ± 2 menit. Pasang plester pada bagian ini
selama ± 15 menit. Jangan melepaskan jarum sebelum tourniquet
dilepas.

2.8 Macam-Macam Tabung Vakum beserta Fungsinya


Tabung vakum merupakan tabung yang telah hampa udara yang
diproduksi oleh perusahaan, sehingga saat pengambilan darah maka akan
tersedot sendiri dengan gaya vakum tabung ini. Tabung vakum rata-rata
terbuat dari kaca antipecah atau plastik bening dengan berbagai ukuran
volume yang berisi zat additif didalamnya. Tabung vakum dibedakan
jenisnya berdasarkan warna tutup dan etiketnya, berikut kode warna untuk
tiap tabung vakum (Mengko, R. 2013) :
1. Tutup dan Etiket Merah (Red Top)
Tabung jenis ini telah berisi reagent Clot Activator yang akan
mempercepat pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk Kimia darah,
Serologi dan Bank Darah. Waktu pembekuan ideal 60 menit (sesuai
standart NCCLS/National Committee Clinical Laboratory System) tetapi
bisa di sentrifuge dibawah 60 menit asalkan sampel sudah mengental.
Sample harus segera di sentrifuge dalam waktu maksimal 2 jam (dari
pengambilan sampel). Di sentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit.
Penyimpanan sampel : 22°C (dapat digunakan sampai 8 jam), 4°C
(dapat digunakan 8-48 jam), -20°C (dapat digunakan diatas 48 jam).
Ukuran tersedia 4 mL, 6 mL, dan 10 mL.
2. Tutup dan Etiket Ungu muda (Lavender)
Berisi antikoagulan K3EDTA, sehingga darah diperoleh tidak beku.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Ukuran tersedia 1
mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 6 mL, dan 8 mL.
3. Tutup dan Etiket Ungu (Violet)
Berisi antikoagulan K2EDTA, untuk mencegah pembekuan darah.
Umumnya digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Yang membedakan
hanyalah isi dari antikoagulannya saja dibandingkan dengan K3EDTA
lavender. Dinding tabung bagian dalam dilapisi pengawet sehingga dapat
memperpanjang waktu hidup dan metabolisme Sel darah Merah setelah
proses pengambilan darah. Berisi antikoagulan K2EDTA (Ethylene Tetra
Acetic Acid) yang berbentuk Spray dry. Setelah darah masuk penuh ke
tabung ‘segera mungkin’ lakukan homogenisasi sebanyak 6x untuk
menghindari penggumpalan thrombosit karena pada situasi thrombosit
sangat bagus darah cepat sekali menggumpal. Agar mesin dapat membaca
leukositenya disarankan sample darah yang masuk ketabung minimal 75%
dari ml tabung yang dipakai. Ukuran tersedia 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 6
mL, dan 8 mL.
4. Tutup dan Etiket Biru (Blue)
Berisi Trisodium sitrat 3,2% sesuai standart NCCLS dengan rasio
sampel darah : citrate = 9 : 1 (rasio yang selalu konstan akurasinya).
Didesign khusus untuk tes koagulasi dan agregasi thrombosit. Dilapisi
oleh double cover, yaitu : Poly Propylene (bagian dalam) agar tidak ada
penguapan aditive, terjaga kevakuman. Poly Ethyline (bagian luar) mampu
mengurangi insiden aktivasi platelet. Tersedia ukuran 1,8 mL, 2,7 mL, dan
4,5 mL (Full Draw).
5. Tutup dan Etiket Hijau (Green)
Berisi Lithium Heparin dengan gel (PGS), baik digunakan sebagai
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion yang
ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah,
Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim. Dihomogenisasi 6x dan di
sentrifuge pada 1300-2000 rpm selama 10 menit dan kemudian plasma
siap untuk dianalisa. Tersedia ukuran 1 mL, 2 mL, 3,5 mL, 5 mL, dan 8
mL.
6. Tutup dan Etiket Abu-Abu (Grey)
Berisi Kalium Oxalate berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF yang
berfungsi sebagai pengawet sehingga dapat menstabilkan kadar gula
darah selama 24 jam pada suhu ruangan dan selama 48 jam jika disimpan
pada suhu 4°C. NaF menghambat enzim Phosphoenol Pyruvate dan kerja
urease (mencegah Glycolysis). Ukuran tersedia 2 mL, dan 3 mL.
7. Tutup dan Etiket Kuning (Yellow)
Disebut juga SST II/Serum Separator Tube. Berisi Silica sebagai Clot
Activator dan Polymer Gel Innert sebagai pemisah serum sehingga
diperoleh kualitas serum yang bagus dan mengurangi resiko timbulnya
fibrin yang bisa menyumbat instrument. Waktu mendapatkan serum
hanya separuh dari Clot Activator/Red Top maka lebih menghemat waktu
dan biaya. SST II / Serum Separator Tube. Sebagai pilihan terbaik untuk
pemeriksaan kimia darah cito. Serum yang diperoleh lebih banyak jika
dibanding dengan Clot Activator/Red Top sehingga efisien dalam
pengambilan darah. Memungkinkan untuk penundaan analisa specimen
(diambil malam hari dan diproses/dianalisa esok hari). Satu tabung
berfungsi sebagai penyimpan sekaligus analisa tube sehingga mengurangi
kesalahan identifikasi. Setelah specimen masuk tabung dihomogenisasi
6x kemudian diamkan 15-30 menit (mengurangi resiko fibrin).
Dicentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit (swing head) atau 15 menit
(fixed angle). Ukuran tersedia 3,5 mL, 5 mL, dan 8,5 mL.
8. Tutup dan Etiket Hijau muda (Citrus)
Berisi Lithium Heparin sangat banyak digunakan sebagai
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion
yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia
Darah, Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim.
9. Tutup dan Etiket Jingga (Orange)
Tabung tidak hampa/vakum, berisi Clot Activator yang berisi gel.
Digunakan untuk laboratorium yang tidak memerlukan tabung vakum
untuk mengumpulkan darah. Dapat digunakan pemeriksaan Kimia darah
dan Serologi. Ukuran tabung 5 mL.
10. Tutup dan Etiket Hitam (Black)
Berisi Trisodium sitrat 3,8% untuk pemeriksaan LED/ESR metode
Westergren. Ukuran tabung dengan isi 2,4 mL volume cairan.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa flebotomi
atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari kata Yunani phleb
dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/
memotong (cutting), sehingga dapat diartikan pemotongan pembuluh vena.
Flebotomi dapat dilakukan dengan cara tusukan vena, tusukan arteri, dan
tusukan kapiler. Flebotomist adalah seorang tenaga medis yang telah
mendapat latihan untuk mengeluarkan dan menampung spesimen darah dari
pembuluh darah vena, arteri, dan kapiler. Dalam melakukan pengambilan
darah baik pada vena, arteri, ataupun kapiler perlu mengetahui langkah-
langkah yang harus dilakukan serta penyimpanan darah dalam tabung dengan
berbagai warna dan fungsinya masing-masing.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah saya susun, saya menyadari bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini untuk itu
saya sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami pokok bahasan, bagi
para pembaca dan khususnya bagi saya sebagai penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz, Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum


Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Arif, M. 2011. Dasar - Dasar Flebotomi. Makassar : LEPHAS.
Bakta, I. 2006. Hematologi Klinik ringkas. Jakarta : EGC.
Cengiz, M. & Ulker, P. etc. 2009. Influence Of Tourniquet Application On
Venous Blood Sampling For Serum Chemistry, Hematological Parameters,
Leukocyte Activation And Erythrocyte Mechanical Properties, 47, Hal.
769–776.
Evelyn C. Pearce. 2009. Anatomy and Physiology For Nurse. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Joyce Le Fever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik.
Edisi 6. EGC.
Kiswar, R. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Kosasih E. N. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Karisma
Publising Group. Jakarta.
Mengko, R. 2013. Instrumen Laboratorium Klinik. ITB : Bandung.
Rikawati, S. ST. 2010. Kompetensi Frofesional Flebotomi. Samarinda : Analis
Group.
R. Gandasoebrata. 1992. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Bandung.
hal 7-82.
Sacher RA, Mc Pherson RA. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Edisi 11. Penerjemah: Brahm Pendit, Dewi Wulandari.
Jakarta: EGC.
Tri Ratnaningsih, dr, Mkes, SpPK (K). 2009. Bagian patologi Klinik Fak.
Kedokteran UGM. Flebotomi. Jogjakarta.
Wikipedia. Darah. Wikipedia Project. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal
1 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai