Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PLEBOTOMI ( T )

LCS,TRANSUDAT,EXUDAT

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


MATA KULIAH PLEBOTOMI ( T )

Dosen : 1. Budi siswanto,S,Kep,NERS,M.Sc,AIFM (BS)


2. dr.Citra Trisna,MARS (CT)
3. Mellysa Rahmita,S.ST,M.SI (MR)
4. Shufiyani,S.ST

Kelompok XIII :
Di susun oleh

1. Dyah Larassati
2. Siti Nurhasanah
3. Siti Rohmah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN ANALIS KESEHATAN BANTEN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya yang judul “Gangguan Sistem
Perkemihan”.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata
kuliah “ PLEBOTOMI ”. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik
dalam menuliskan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terimaksih kepada yang
terhormat dosen pengampu, bapak Budi Siswanto, Skep, MSC, Ibu dr. Citra
Trisna MARS dan ibu Aminah, M.SI. atas bimbingan beliau, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan juga para kerabat yang ikut
membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan
wawasan bagi para pembaca tentang “LCS, TRANSUDAT, EKSUDAT”
secara bersama-sama dan mengekplorasi secara mandiri.

Makalah plebotomi | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang............................................................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
1. Defenisi ........................................................................................................................................................ 6
1.1. LCS ............................................................................................................................................... 6
1.2. Transudat ...................................................................................................................................... 6
1.3. Eksudat ...................................................................................................................................................... 7
2. Proses Pembentukan LCS, Transudat, Eksudat .................................................................................... 10
3. Perbedaan Transudat Eksudat ........................................................................................................ 14
4. Cara Pengambilan Spesimen ................................................................................................................... 15
5. Cara Pemeriksaan LCS, Transudat, Eksudat ......................................................................................... 17
3.1. Pemeriksaan LCS (Liquor Cerbro spinal ) ............................................................................................ 17
3.2. Pemeriksaan untuk Transudat dan Eksudat .......................................................................................... 19
3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Pemeriksaan……………...…………………….....23

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 26


Kesimpulan..................................................................................................................................................... 26
Saran ................................................................................................................................................................ 26
Daftar Pustaka ................................................................................................................................................ 27

Makalah plebotomi | 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan yang
menggenangi otak dan akord tulang belakang. Cairan serebrospinal adalah satu
dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua lainnya adalah
pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid,
serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak,
dan itu diserap ke dalam sistem vena. Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan
CSF naik, dan hasilnya adalah hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi
jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan cairan menumpuk. CSF diperoleh
dalam pungsi lumbal dianalisa untukmendeteksi penyakit.
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah
satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma
atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih
1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml
(rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari
cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk
sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan
serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan
dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi.
Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu,
maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan
serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik.
Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-
penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan
penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal
adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk

Makalah plebotomi | 4
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil
cairan. Cairan itu terdapat ump dalam rongga serosa perikardium rongga pleura,
rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang
dilappisi mesontel dapat bergerak tampa geseran. Jumlah itu mungkin bertambah
pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis,dsb), sedangkan exudat bertalian
dengan salah satu proses peradangan.
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud
untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan
tentang causanya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang
meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat
pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang
rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan
dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan
atau rongga badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih
yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas
vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat
terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran
lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang
menyebabkan emigrasinya.
Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam
jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah

Makalah plebotomi | 5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi LCS, Transudat dan Eksudat

1.1 LCS ( Liquor Cerebro spinal )


Liquour Cerebro Spinalis adalah Cairan jernih yang menyelimuti susnan
syaraf pusat yang menggenangi otak dan medula spinalis ,cairan otak yang
diambil melalui pungsi lumbal. LCS terutama dibuat oleh pleksus koroideus
(terdapat pada ventrikel tertius, ventrikel quartus dan ventrikel lateralis).
Fungsi: Alat pelindung otak dari trauma,bahan lubrikasi sistem nervus
centralis,transpor nutrisi,pelepasan hasil metabolisme
1.2 Transudat
Transudat adalah Penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupakan proses radang. jenis
transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan
protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi
penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan
atau rongga badan, tanpa radang
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil
cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga
perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi
mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal
hamper tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah
pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan.

Makalah plebotomi | 6
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan
koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang
menyertai transudat seperti pada tabel 2. Tingginya penyakit jantung sebagai
penyebab efusi pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang
terbanyak dan penyebab kematian utama di Indonesia..
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud
untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan
tentang causanya.
1.3 Exudat
Eksudat adalah Cairan paologis dan sel yang keluar dari kapiler masuk ke
dalam jaringan pada waktu radang.Cairan ini tertimbun sebagai akibat
permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai
akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit
yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam
jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi…termasuk discharge yang
patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal.
Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura
seperti infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi
terbanyak di Indonesia dan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan
diagnosis, kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan,
lingkungan dan lain sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi.
Demikian juga dengan keganasan, biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang
telah berkomplikasi pada organ lainnya.

Makalah plebotomi | 7
2. Jenis-jenis Transudat dan Eksudat
Jenis-jenis Transudat terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Hidrotoraks
Adalah kondisi penumpukan cairan yang abnormal pada rongga pleura. Cairan
yang dimaksud mangandung protein dan sel.
2) Hidroperikardium
Adalah cairan tertunda dalam jaringan disebut adema atau dropsy. Jika kelebihan
cairan dikumpulkan dikemeja atrium, maka itu adalah hydropericardium.
3) Hidroperitoneum (asites)
Adalah penimbuhan cairan di dalam rongga peritoneum.
Jenis-jenis eksudat terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Eksudat non seluler,
Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b. Eksudat fibrinosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang
terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling
sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang
bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang
bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
c. Eksudat musinosa (eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat
sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat
lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari

Makalah plebotomi | 8
aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat
musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang
paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi
pemafasan bagian atas.

2) Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
a. Eksudat netrofilik
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga
bagian cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam
ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi
bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa
tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan
enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim
hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan
mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di
bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
Jadi pus terdiri dari :
a. neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
b. hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
c. eksudat cair dari proses radang
d. bakteri-bakteri penyebab
e. nekrosis liquefactiva.

Makalah plebotomi | 9
3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang
terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

Fungsi Transudat Eksudat


Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta
adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan.
3. Proses Pembentukan LCS, Transudat dan Eksudat
3.1 Proses terbentuknya LCS
Liquor serebrospinal (LCS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang
menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim,
yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul
danmembentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel
epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks,
dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma
diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler
fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini
mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul
besar dan kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif. Pembentukan LCS
melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh
karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada
epitel khoroid melalui proses metabolik aktif.

Makalah plebotomi | 10
Mekanisme sekresi LCS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut: Natrium
dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus sehingga
menimbulkan muatan positif di dalam LCS. Hal ini akan menarik ion-ion
bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam LCS. Akibatnya terjadi kelebihan
ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan
ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan
osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui
membran khoroideus ke dalam LCS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik
abhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na
dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K Pump yang
terjadi dgnbantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan. Obat
yang menghambat proses ini dapat menghambat produksi LCS. Penetrasi obat-
obat dan metabolit lain tergantung kelarutannya dalam lemak. Ion campuran
seperti glukosa, asam amino, amin danhormon tyroid relatif tidak larut dalam
lemak, memasuki LCS secara lambat dengan bantuan sistim transport membran.
Juga insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas ini
(carrier) bersifat stereospesifik, hanya membawa larutan yang mempunyai
susunan spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di LCS.
Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium
disekresi ke LCS dgnmekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari
LCS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke LCS dan jaringan
otak juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya
dalam CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi
menentukan masuknya protein serum ke dalam LCS dan juga pengeluaran CO2.
Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke LCS dan juga pengeluaran CO2.
Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke LCS dan ruang interseluler,
demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan
intervena cairan hipotonik dan hipertonik.
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan LCS: yang pertama dan
terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit)
terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan LCS yang dihasilkan oleh

Makalah plebotomi | 11
ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. LCS bukan
hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses
enzimatik. LCS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe
masuk ke dalam ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke
dlam ventrikel IV. Tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2
foramen ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus
lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang
berada dibagian tengah atap ventrikel III memungkinkan LCS keluar dari sistem
ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid. LCS mengisi rongga
subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2, juga mengisi
keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, LCS mengalir
perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan
berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar LCS akan
diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis
superior.
Yang mempengaruhi alirannya adalah metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik
aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah. LCS akan melewati
villi masuk ke dalam aliran adrah vena dalam sinus. Villi arakhnoid berfungsi
sebagai katup yang dapat dilalui LCS dari satu arah, dimana semua unsur pokok
dari cairan LCS akan tetap berada di dalam LCS, suatu proses yang dikenal
sebagai bulk flow.LCS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi
batang otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang terdapat pada
sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler pada piameter
mampu memindahkan LCS dengan cara difusi melalui dindingnya. Perluasan
rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan sekeliling
pembuluh darah membawa juga selaput piametr disamping selaput arakhnoid.
Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraselluler dan css
dalam rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel
sehingga metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga
subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat, lapisan pia dan arakhnoid

Makalah plebotomi | 12
bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan diri pada tingkatan
kapiler.

3.2 Mekanisme terbentunya transudat dan eksudat yaitu :


Pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut. Dalam keadaan normal, cairan
bergerak antara pembuluh darah dan cairan ekstravaskuler, disini terdapat
keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan hidrostatik yang
mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam
pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya:
1. Tekanan hidrostatik meningkat.
2. Tekanan koloid osmotik
3. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan
pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air,
elektrolit, dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah,
sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan istilah ultrafiltrasi.
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan
kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya
protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk
ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada
cairan ini meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada:
1. Sindroma nefrotik
2. Sirosis hepatic
3. Gagal jantung

Makalah plebotomi | 13
4. Perbedaan LCS, Transudat, dan Eksudat

LCS TRANSUDAT EKSUDAT

Merupakan proses
radang Bukan proses radang Merupakan proses radang

Bakteri (+) Bakteri (-) Bakteri (+)

Tidak berwarna Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya

Jernih Jernih dan encer Keruh dan kental

Tidak menyusun bekuan Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan

Jumlah leukosit 0 – 5
sel/mm Jumlah leukosit <500 Jumlah leukosit >500 sel/µl

Kadar protein 15 – 45
mg/dl Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl

Kadar glukosa 50 – 75 Kadar glukosa sama Kadar glukosa lebih kecil


ml dengan plasma darah dari plasma darah

Bj 1003 – 1008 Bj < 1.018 Bj > 1.018

Makalah plebotomi | 14
5. Cara pengambilan spesimen

5.1 Alat dan Bahan

• Sarung tangan
• Baju steril
• Duk Lubang
• Kassa steril, kapas dan plester
• Jarum pungsi lumbal no. 19,20,23
• Manometer spinal
• Two wy tap
• Depper
• Spuit dan jarum (untuk aastesi lokal )
• Antiseptic : Povidon iodine dan alcohol 70%
• Lidocain 1 % 2 x ml
• Tabung reaksi untuk menampung cairan serebrospinal

5.2 Cara Memperoleh Bahan :

1. Bahan dari (rongga perut, pleura, perikardium,sendi, kista, hidrocycle),


di dapat dengan pungsi.
2. Sebagai tempat gunakan penampung biasa , untuk biakan digunakan
penampung steril, dan juga penampung dengan anti koagulan( Citrat
20% atau heparin steril)
3. Jumlah cairan yg diambil disesuaikan dengan jenis pemeriksaan. Cara
menampungpun sebaiknya disesuaikan dengan jenis pemeriksaan
4. Menampung sampel Jika akan dilakukan pemeriksaan nonbakteriologi,
siapkan 3 tabung, tabung 1 u/menampung beberapa tetes yg keluar dr
jarum pungsi, tabung ini tdak dipakai karen kemungkinan terdapat
sedikit darah dari tindakan mengambil sampel.
5. Tabung 2 & 3 di isi masing-masing 2-4 mL LCS Jika hendak
melakukan pemeriksaan bakteriologis tabung ketiga harus tabung steril
yang isinya bisa digunakan untuk pemeriksaan bakterioskopi atau
pembiakan Makroskopis (warna, kekeruhan,sediment, bekuan)

Makalah plebotomi | 15
5.3. Prosedur Pungsi Lumbal

5.3.1. Persiapan Lumbal Punksi:

 Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP


 Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan
pasen/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi

5.3.2. Cara pengamblan Lumbal fungsi

 Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi
maksimal
(lutut di tarik ke arah dahi )
 Tentukan daerah pungsi lumbal (antara L3-L4 atau L4-L5) yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan
garis antara kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan
kanan.
 Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10
cm
dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup
dengan
duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
 Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan
menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
 Tusukkan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan
jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan
mulut jarum terbuka ke atas samapai menembus duramater. Jarak antara
kulit
dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan
keadaan
gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada
umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
 Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan
aliran
cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke
kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
 Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.

Makalah plebotomi | 16
6. Pemeriksaan LCS, Transudat dan Eksudat

6.1.Pemeriksaan LCS (Liquor Cerbro spinal )


Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :

6.1.1. Makroskopik
 Warna
 Kekeruhan (Kejernihan)
 Bekuan
 BJ
 pH
6.1.2. Mikroskopik
 Hitung Jumlah Sel
 Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
6.1.3. Kimiawi
 Pandy
 Nonne
 Protein
 Glukosa
 Chlorida

Makalah plebotomi | 17
6.1.4 Bakteriologi (Pembiakan)
a. Makroskopik
 Metode : Visual (Manual)
 Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik
meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
b. Mikroskopik
1) Hitung Jumlah Sel
 Metode : Bilik Hitung
 Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit
dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung
di bawah mikroskop.
 Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
2) Hitung Jenis Sel
 Metode : Giemsa Stain
 Tujuan : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear
dalam cairan LCS

Makalah plebotomi | 18
6.2. Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4
macam, yaitu :
a. Pemeriksaan makroskopis
b. Pemeriksaan mikroskopis
c. Pemeriksaan kimia
d. Pemeriksaan bakterioskopi

6.2.1 Pemeriksaan makroskopis


Pemeriksaan makroskopis meliputi, yaitu :
1. Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan
dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
2. Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu,
merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat,
darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning,
chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
3. Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh.
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjtu
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik,
fibrineus, dll.

Makalah plebotomi | 19
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat
menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur.
Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.

4. Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali
kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli
mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
5. Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini
penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup,
penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya
memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut
memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
6. Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping,
sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat.
Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat
dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.

6.2.2 Pemeriksaan Mikroskopis


Pemeriksaan mikroskopis yaitu sebagai berikut :
1) Hitung Jumlah Sel Lekosit
Metode :
Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
Tujuan :
Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel
cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.

Makalah plebotomi | 20
2) Menghitung jumlah leukosit
Kalau cairan berupa purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah
leukosit. Tindakan ini baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau
yang agak keruh saja.
Pada cairan jernih pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah
leukosit dalam cairan otak. Untuk cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran
yang sesuai.
Bahan pengenceran sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk, Karen
cairan turk itu mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul.
semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat
eksudat.

3) Menghitung jenis sel


Menghitung jenis sel biasanya hanya membedakan dua golongan jenis sel
yaitu golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan
golongan sel polinuklear atau “segment”. Dalam golongan limfosit ikut terhitung
limfosit, sel-sel mesotel, sel plasma, dsb.
Perbandingan banyak sel dalam golongan –golongan itu memberi petunjuk
kearah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Catatan :
Hasil hitung jenis dapat memberikan keterangan tentang jenis radang yang
menyertai proses radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang
proses itu semakin bertambah “limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang
menahun menghasilkan hanya limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel
ganas sangat penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan

Makalah plebotomi | 21
cara seperti di atas, melainkan mewajibkan teknik khusus menurut Papanicolaou.
Meskipun teknik Papanicolaou tidak diterangkan di sini, perlu diketahui bahwa
bahan yang diperoleh tidak boleh membeku. Proses pembekuan hendaknya di
cegah dengan menggunakan EDTA atau heparin.

6.2.3 Pemeriksaan Kimia


Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein
dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal
mempunyai susunan yang praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa
albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama sperti
plasma, sedangkan eksudat biasanya berisi kurang banyak glukosa teristimewa
jika eksudat itu mengandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan eksudat praktis hanya fibrinogen saja. Dalam
transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam eksudat
kadar protein 4-6 g/dl.
1. Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan
transudat dan eksudat dengan cara amat sederhana.
2. Kadar protein
Menentukan kadar protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik
dalam membedakan transudat dari eksudat. Kadar protein dalam transudat
biasanya kurang dari 2,5 g/dl sedangkan eksudat berisi lebih dari 4 g/dl.
Penetapan ini tidak memerlukan cara yang teliti.

3. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitungkan jenis sel dan pulaslah
menurut Gram dan menurut Ziehl-neelsen.
Metode : Gram

Makalah plebotomi | 22
6.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Pemeriksaan LCS
Transudat dan eksudat
 .LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung,
tidak dapat diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan
pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan merah sebagaimana
darah membeku.

 Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena


bekuan terdiri atas benang fibrin.

 Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada


kekeruhan.
Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu
dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent,
serosanguineus, hemoragik, fibrineus, dll
Kekeruhan pada transudat eksudat terutama disebabkan oleh :
 Leukosit : Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur.
 Eritrosit : Kekeruhan berwarna kemerah-merahan
Adanya kekeruhan pada transudat eksudat dinyatakan dengan :
1. Serous
2. Seropurulen
3. Serosanguinis
4. Putrid
5. Purulent
6. Serofibrinous
1. Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa
atau encer.
2. Positif

Makalah plebotomi | 23
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat
biasanya menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah.

3. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan
cairan rongga badan yang normal, yaitu bukan transudat dan eksudat

E. Interprestasi Hasil
Interprestasi hasil pemeriksaan transudat dan eksudat yaitu :
1.Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
Hijau :bilirubin
Merah :darah
Putih kekuningan : pus
Putih susu :chylus
Biru kehijauan :bakteri pyogenes

b. Bau
Transudat : tidak khas
Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri).

c. Kekeruhan
Transudat : jernih
Eksudat : jernih

d. Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030

Makalah plebotomi | 24
e. Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Transudat < 500 sel/ul
Eksudat > 500 sel/ul
b. Hitung Jenis Sel Leukosit
Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit).
Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen
c. Pemeriksaan Bakteriologi
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
Eksudat : Ditemukan bakteri
4. Pemeriksaan Kimiawi
a. Protein kualitatif (Rivalta test)
Transudat : (+) lemah
Eksudat : (+) kuat
b. Protein kuantitatif (Esbach)
Transudat : 2,5 g/dl
Eksudat : 4 g/dl

Makalah plebotomi | 25
PENUTUP

A. Kesimpulan
Liquour Cerebro Spinalis adalah cairan otak yang diambil melalui pungsi
lumbal. LCS terutama dibuat oleh pleksus koroideus (terdapat pada ventrikel
tertius, ventrikel quartus dan ventrikel lateralis).
Fungsi: Alat pelindung otak dari trauma,bahan lubrikasi sistem nervus
centralis,transpor nutrisi,pelepasan hasil metabolisme.untuk
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang
meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat
pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang
rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan
dalam cairan tubuh.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih
yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas
vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat
terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran
lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang
menyebabkan emigrasinya.
Cara pemeriksaan LCS,transudat dan eksudat terbagi atas empat macam yaitu
pemeriksaan makroskopi, mikroskopi, kimia, dan baterioskopi.untuk memperoleh
spesiemen LCS,transudat ,Exudate harus di perhatikan persiapan
pasien,penampungan spesimen dan voulme spesimen yang di butuhkan.

B. Saran
Diharapakan agar dapat mengetahui apa yang dimasud dengan LCS, transudat
dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksuda

Makalah plebotomi | 26
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Dian Rakyat


https://ennyetu.wordpress.com/makalah-transudat-eksudat/
http://priyantoamak.blogspot.com/2011/10/makalah-kimia-klinik.html
http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-fikes-transudat-dan-eksudat.html
http://reginareremulyagan.blogspot.com/2011/05/transudateksudat.html

Makalah plebotomi | 27

Anda mungkin juga menyukai