Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FLEBOTOMI

PERATURAN DAN KEWENANGAN FLEBOTOMIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Sampling dan
Phlebotomi di semester genap

Dosen Pengampu: Wiwin Wiryanti, S.Pd, M.Kes

Disusun oleh:

Nama : Farah Salvia Maharani

NIM : P17334119411

Kelas : DIV-1A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peraturan dan Kewenangan
Flebotomis ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Wiwin Wiryanti, S.Pd, M.Kes pada mata kuliah Flebotomi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kewajiban dan peranan seorang Flebotomis bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen mata kuliah Flebotomi
selaku yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Cimahi, 4 Februari 2020

Farah Salvia Maharani

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 1
C. TUJUAN............................................................................................................................ 2
D. MANFAAT ....................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. DEFINISI FLEBOTOMI ................................................................................................ 3
B. KOMPETENSI DASAR SEORANG FLEBOTOMIS ................................................... 3
C. FUNGSI DAN PERAN SERTA TANGGUNG JAWAB ATLM SEBAGAI
FLEBOTOMIS ....................................................................................................................... 3
1. Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Medis .............................................................. 4
2. Peran Ahli Teknologi Laboratorium Medis ................................................................ 4
D. ASPEK HUKUM DAN PERUNDANGAN FLEBOTOMI ........................................... 4
E. KEWENANGAN FLEBOTOMIS.................................................................................. 5
F. KOMPETENSI WAJIB SEORANG FLEBOTOMIS .................................................... 7
G. PROSEDUR FLEBOTOMI YANG BAIK DAN BENAR ............................................ 7
H. KOMPLIKASI FLEBOTOMI ...................................................................................... 10
I. K3 PADA TEKNIK PHLEBOTOMI (PRE, ANALITIK, POST) ............................... 13
J. CONTOH KASUS YANG MELIBATKAN FLEBOTOMIS ...................................... 14
BAB III.................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 17
B. SARAN ......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal manusia dan
menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama (tahun
100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum
dikenal Hippocrates dengan sebutan”Bapak Ilmu Kedokteran” (abad 5 SM), seni
pengambilan darah banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai alat untuk
keperluan pengambilan dan penampunngan bahan darah. Lanset untuk pengambilan
darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada
lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter (practitioner) melubangi
vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah
teknologi mengambil alih memproduksi “lintah artificial”. Kini telah dikenal beragam
alat pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan spesimen darah pasien saat ini masih dilaksanakan oleh
teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium maupun diruang perawatan;
padahal jabatan dan kandungan tugas seorang teknisi atau analis laboratorium tidak
sejalan dengan tannggung jawab dan kegiatan/aktivitas seorang pengambil spesimen
darah(dalam hal ini seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis
laboratorium adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis
adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal: sifat,perilaku,masalah
intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit banyaknya bias menjadi penghalang
dalam kelancaran proses pengambilan spesimen darah dan hal-hal ini pula yang harus
bias dihadapi dan diatasi seorang flebotomis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan Flebotomi?


2. Apa saja kompetensi minimal seorang Flebotomis?
3. Apa fungsi, peran, dan tanggung jawab seorang ATLM sebagai Flebotomis?
4. Apa saja aspek hukum dan perundangan Flebotomi?
5. Apa kewenangan seorang Flebotomis?
6. Apa kompetensi yang wajib dimiliki seorang Flebotomis?
7. Bagaimana prosedur Flebotomi yang baik dan benar?

1
8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada proses Flebotomy?
9. Bagaimana penerapan k3 pada teknik Flebotomi (pre, analitik, post)?
10. Apa saja contoh kasus yang melibatkan seorang Flebotomis?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dibentuknya makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mahasiswa jurusan Teknologi Laboratorium Medik memahami tentang pengertian,
fungsi, dan peran Flebotomi, juga mengetahui kompetensi minimal seorang
Flebotomi.
2. Mengenal peraturan dan kewenangan seorang Flebotomis sebagai acuan dalam
menjalankan perannya.
3. Mengetahui komplikasi dan kegagalan yang dapat terjadi pada Flebotomi dengan
maksud tujuan mencegah hal terjadinya hal serupa.

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan makalah ini adalah menambahan
pemahaman dan pengetahuan tentang flebotomi meliputi fungsi, peran, dan tanggung
jawab Ahli Teknologi Laboratorium Medis sebagai Flebotomis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI FLEBOTOMI

Flebotomi (bahasa inggris: phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan tomia.
Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”).
Dulu dikenal istilah vena sectie (Bld), venesection atau veni section(Ing). Sedangkan
Flebotomis adalah seorang tenaga medik yang telah mendapat latihan untuk
mengeluarkan dan menampung spesimen darah dari pembuluh darah vena, arteri atau
kapiler. Teknik flebotomi merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk
tujuan tes laboratorium atau bisa juga pengumpulan darah untuk didonorkan.

B. KOMPETENSI DASAR SEORANG FLEBOTOMIS

Adapun kompetensi minimal seorang flebotomi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Flebotomis mampu berkomunikasi dengan pasien untuk menjelaskan tujuan
pengambilan darah, apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, menjelaskan
tujuan dan cara persiapan pasien
2. Mampu mengerjakan tugas-tugas administrasi
3. Harus mengerti dan mematuhi prosedur keselamatan pasien dan dirinya.
4. Harus dapat menyiapkan bahan dan alat-alat yang akan digunakan serta memilih
antikoagulansia
5. Harus memahami prosedur dan tehnik flebotomi venipuncture dan skinpuncture yang
benar
6. Melakukan labelisasi pada tabung / wadah sampel secara benar
7. Mampu melakukan tranportasi sampel secara benar serta tepat waktu ke laboratorium
8. Harus mampu menangani komplikasi akibat pelaksaan flebotomi secara benar dan
cepat. (Rikawati 2010)

C. FUNGSI DAN PERAN SERTA TANGGUNG JAWAB ATLM SEBAGAI


FLEBOTOMIS

Saat ini flebotomi merupakan salah satu pekerjaan di bidang kesehatan yang
mengalami perrkembangan yang pesat. Istiah flebotomis diterapkan kepada orang yang

3
telah dilatih untuk melakukan flebtomi. Tangung jawab utama flebotomis adalah
mengumpulkan darah untuk analisis laboratorium,yang diperlukan untuk diagnosis dan
perawatan pasien. Keterampilan manual yang diperlukan adalah kemampuan untuk
memperoleh spesimen darah dengan cara teknik pungsi vena ,pungsi kulit dan pungsi
arteri. Keterampilan mental yang diperlukan adalah kemampuan untu mengatur secara
efisien,melakukan tanpa tekanan dan mengikuti prosedur standar tertulis. Pengetahuan
menyeluruh tentang persyaratan tes laboratorium dan kebijakan bagain juga diperlukan.

1. Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Medis


a. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen
b. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan spesimen
c. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/ instrumen laboratorium
d. Mengevaluasi data laboratorium
e. Mengevaluasi teknik, instrumen, dan prosedur baru laboratorium secara efektif
dan efisien
f. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan
laboratorium
g. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik
kelaboratoriuman
h. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan

2. Peran Ahli Teknologi Laboratorium Medis


a. Pelaksanaan teknis dalam pelayanan laboratorium kesehatan
b. Penyedia teknis operasional laboratorium kesehatan
c. Peneliti dalam bidang laboratorium kesehatan
d. Penyuluh dalam bidang laboratorium kesehatan (Promotion Health Laboratory)

D. ASPEK HUKUM DAN PERUNDANGAN FLEBOTOMI

Adapun Legalitas Phlebotomi adalah sebagai berikut :

1. Keputusan MENKES No 04 / MENKES / SK / 2002 Tentang laboratorium


kesehatan swasta dituliskan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab perawat
yang bekerja di Laboratorium swasta adalah melakukan tindakan pengambilan
spesimen.

4
2. Peraturan MENPAN No 08 Tahun 2006 Tentang Analis kesehatan pegawai negeri
(Pranata LAboratorium) Tugas pelayanan laboratorium kesehatan di bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toxicology, kimia
lingkungan dan patologi anatomi.

3. Keputusan Mentri Kesehatan dan Mentri Kesejahteraan Sosial RI N0 141 /


MENKESKESOS / SK/ II/ 2001 Tentang petunjuk teknis pelaksanan pejabat
fungsional pranata laboratorium kesehatan.

a. Point 21 : Mempersiapkan pasien, yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum


pengambilan spesimen, memberi petunjuk pada pasien tentang
persiapan atau tindakan yang harus dilakukan sampai dengan
mengatur posisi pasien.

b. Point 22 : Mempersiapkan peralatan dan bahan penunjangan untuk


mengambil spesimen atau sample di laboratorium yaitu kegiatan
yang dilakukan sebelum mengambil spesimen atau sampel di
laboratorium.

c. Point 26 : Mengambil spesimen atau sampel dengan tindakan sederhana


yaitu mengambil spesimen atau sampel dengan teknik atau
prosedur yang mudah serta catat identitas pasien.

E. KEWENANGAN FLEBOTOMIS

Seorang phlebotomist berwenang dalam melakukan phlebotomy oleh karena telah


memperoleh kewenanga, izin dari pemerintah serta legalitasnya diatur dalam peraturan
perundang undangan. Kewenangan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti dengan sendirinya memiliki
kewenangan.
Seorang phlebotomist berkompeten dalam melakukan phlebotomy karena telah
mendapat pendidikan ataupun pelatihan yang sesuai dengan profesinya. Kemampuan
yang dimiliki seorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap profesional untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya
(Kemenkes, 2012)
Sertifikat kompetensi merupakan surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang
analis kesehatan untuk menjalankan indakan plebotomi setelah lulus uji kompetensi Uji

5
kompetensi dilaksanakan oleh PATELKI cq Komite Nasional Sertifikasi Profesi Analis
Kesehatan.
Standar Profesi analis kesehatan dalam phlebotomy memiliki dasar hukum
Kepmenkes I No : 370/Menkes/SK/III/2007. Standart profesi merupakan dasar
kewenangan bagi seorang tenaga Analis Kesehatan dalam melaksanakan pekerjaan
profesionalnya di Laboratorium Kesehatan dan merupakan acuan standar kompetensi
yang digunakan dalam standar pendidikan, pelayanan, uji kompetensi.
Standar Pelayanan analis kesehatan berdasarkan pada Permenkes No. 411 Tahun
2010 tentang Laboratorium Klinik – Pasal 17 ayat (2) tenaga analis kesehatan dan tenaga
teknis yang setingkat mempunyai tugas dan tanggung jawab : Melaksanakan
pengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan laboratorium sesuai standar
pelayanan dan SOP.
Untuk pasien di rumah sakit persetujuan tindakan kedokteran (informed consent )
yang berhubungan dengan flebotomi berupa paket dari pengisian formulir yang akan
ditandatangani antara dokter yang menangani dengan pihak pasien, saksi keluarga dan
saksi dari rumah sakit.
Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Dasar hukum dari inform concent adalah : (1) Keputusan Menteri Kesehatan No.
585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik, (2) UU No. 23 tahun
1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 53 ayat (2) dan penjelasannya, dan (3) PP No. 18
tahun 1981 tentang Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1) etiologi/patogenesis
penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul, kemungkinan lanjut penyakit
itu jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis penyakit, merupakan sebutan nama dari
penyakit yang diderita menurut bahasa kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan
penjelasan tentang jalannya perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4)
risiko, kemungkinan yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.
Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi perorangan, (2)
proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya penipuan dan paksaan, (4)
menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk introspeksi diri, (5) promosi dari
keputusan yang rasional, dan (6) keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip
otonomi suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.

6
Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh informasi mengenai
penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap dirinya, (2) hak
untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan, (3) hak untuk memilih
alternatif lain (jika ada), dan (4) hak untuk menolak usul tindakan yang hendak
dilakukan.

F. KOMPETENSI WAJIB SEORANG FLEBOTOMIS

Profesi kesehatan adalah pekerjaan yang memenuhi kriteria mempunyai pendidikan


formal untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan (Kompetensi), diberikan
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan kepada klien maupun tenaga kesehatan
lain,melaksanakan pelayanan melalui kode etik dan standar pelayanan yang diakui
masyarakat.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat beberapa pasal yang
menjelaskan kompetensi tenaga kesehatan, diantaranya :
1. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum (Pasal 22 : 1)
2. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
(Pasal 23 : 1)
3. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki
(Pasal 23 : 2)
4. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan, kode etik standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional (Pasal 24 : 1)
5. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur oleh Organisasi Profesi. (Pasal 24 : 2)

G. PROSEDUR FLEBOTOMI YANG BAIK DAN BENAR

Adapun prosedur kerja seorang flebotomi antara lain :


1. Persiapan
Isi Formulir permintaan:
a. Nama pasien lengkap e. Jenis tes
b. Jenis kelamin, Usia f. Nama pengambil bahan
c. Alamat, No telp, No Hp g. No MR
d. Tanggal / Jam pengambilan h. Ruang

7
Persiapan Punksi:
a. Pilih Tabung vacum yang sesuai
b. Beri label pada tabung
c. Persiapkan alat dan bahan sebelum punksi
Prosedur Higiene:
a. Cuci Tangan
b. Gunakan sarung Tangan
Strategi Komunikasi:
a. Mengucapkan salam
b. Melakukan pendekatan secara professional
c. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan lengkap
d. Memberi penjelasan dari tujuan dan proses pengambilan bahan pemeriksaan
e. Memberi penyuluhan kesehatan
f. Mengucapkan terimakasih.
2. Persiapan Pasien
Pasien dalam keadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit sedikit,
proses cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.
3. Posisi Pasien
Pasien duduk atau berbaring dengan nyaman. Pada posisi duduk lengan
diletakkan di atas meja atau tempat tidur, dapat menggunakan bantal untuk
memberikan posisi nyaman. Pada posisi berbaring lengan diulurkan lurus dari bahu
sampai pergelangan tangan. Idealnya posisi pasien saat pengambilan sampel darah
harus dicatat Perbedaan posisi dapat mempengaruhi hasil.
4. Pemilihan daerah Punksi Vena
Vena yang tepat umtuk pengambilan darah : vena mediana cubiti (terbaik),
vena cephalica atau vena basilica (besar, elastis, bentuk lurus dan rangsang sakit
kurang).
5. Pemasangan Touniquet
Torniqeut dipasang 2-3 inchi di atas vena yang akan dipungsi (5-10 cm/ 4–5 jari
di atas vena yang akan dipungsi). Pemasangan jangan terlalu kencang, tidak lebih
dari 1 menit dan apabila pungsi vena tertunda, sebaiknya dilepas terlebih dulu dan
dipasang kembali sebelum dilakukan pungsi.
6. Desinfeksi daerah Punksi

8
Menggunakan kapas atau kasa yang mengandung alkohol 70%. Cara
pembersihan harus diperhatikan. Ditunggu sampai alkohol kering sebelum
dilakukan pungsi.
a. Pegang spuit menggunakan tangan kanan.
b. Periksa jarum, pegang spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada
pangkal jarum/
c. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri di atas pembuluh darah
supaya pembuluh darah tidak bergerak.
d. Kedalaman jarum masuk pembuluh darah sekitar 1 – 1,5 cm.
e. Tusukkan ujung jarum pada vena yang dikehendaki dengan sudut 15-30
derajat.
f. Bila darah sudah tampak mengalir kedalam spuit, fiksasilah
g. Lepas torniquet segera setelah darah mengalir, lalu isi spuit sejumlah yang
dikehendaki.
h. Letakkan kapas kering pada tempat pungsi, jarum ditarik pelan-pelan.
i. Lepaskan jarum dari sempritnya dan alirkan kedalam tabung yang tersedia
melalui dindingnya.
7. Pengambilan Darah Vena menggunakan Vacutainer
a. Pegang jarum pada bagian tutup yang berwarna dengan satu tangan, kemudian
putar dan lepaskan bagian berwarna putih dengan tangan lainnya.
b. Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang berwarna tetap pada jarum.
c. Posisi pungsi telah siap, lepaskan tutup jarum yang berwarna. Lakukanlah
pungsi vena seperti biasa.
d. Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada
pinggiran holder dan ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung sampai
ujung holder.
e. Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung.
f. Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara otomatis
(Ratnaningsih, 2009)
8. Pasca Phlebotomi
a. Membuang jarum bekas ke dalam disposal container khusus untuk jarum
b. Memberi label identitas sample pada masing-masing tabung vakum..
c. Memperhatikan petunjuk khusus spesimen.
d. Mengucapkan ucapan terimakasih kepada pasien.

9
e. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan antiseptic.
f. Mendistribusikan spesimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

H. KOMPLIKASI FLEBOTOMI

Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi meliputi :


1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat
sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejalanya dapat berupa rasa pusing,
keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur, bahkan bisa sampai muntah.
a. Cara mengatasi :
1) Hentikan pengambilan darah
2) Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satusisi
3) Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
4) Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggange.
5) Minta pasien menarik nafas panjang
6) Pasien yang tidak sempat dibaringkan ,diminta menundukan kepala diantara
kedua kakinya dan menarik nafas panjang.
b. Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan, Pasien
dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah, kursi pasien mempunyai
sandaran dan tempat/ sandaran tangan
2. Rasa Nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum
yang terlalu kuat.
a. Cara pencegahan
1) Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah
mongeringsebelum pengambilan darah dilakukan.
2) Penarikan jarum tidak terlalu kuat
3) Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal
Flebotomi: jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah.
a. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :

10
1. Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
2. Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena
3. Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang
lama ditekan.
4. Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum
dikendurkane. Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat
turniket.
b. Cara mengatasi
Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan
kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), Kalau
perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri
4. Pendarahan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system kouglasi darah
Perdarahan terjadi karena pasien mengalami pengobatan dengan obat
antikougulan, pasien menderita gangguan pembekuan darah (
trombositopenia,defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia ), Pasien
mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukanprotrombin, fibrinogen
terganggu )
a. Cara mengatasi
Melepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain
kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), kompres
untuk mengurangi rasa nyeri
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya
terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket
atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan,
rhinitis,radang selaput mata,shock. Cara pencegahan dengan memakai plester atau
sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Trombosis
Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempatyang
sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat
dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Pencegahan dengan mengi
pengambilan hindari pengambilan berulang ditempat yang sama.
7. Radang Tulang
11
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan
pemakaian lanset yang berukuran panjang. Cara mengatasi dengan menggunakan
lanset yang ukurannya sesuai.
8. Anemia
Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan
darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapatmenyebabkan selulitis,
abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut
mula-mula tampak seperti lekukan
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi
penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke
lengan, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya. serangan kejang (seizures)
dapat Terjadi. Pencegahan dengan menghentikan pengambilan darah, baringkan
pasien dengan kepala dimiringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar
lidah tidak tergigit.
10. Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam. Jarum
terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena
kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap
dengan cepat, menggunakan tabung yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.
11. Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang ketat
dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangandengan pemijatan atau
massage. Hal ini akan menyebabkan peningkatankadar hematokrit dan elemen
seluler lainnya, protein total, GTO, lipid total, kolestrol dan besi (Fe).
12. Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan
intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari sebisanya,
jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal
tempat infuse dan buang 3-5 cc darahyang pertama diambil.

12
I. K3 PADA TEKNIK PHLEBOTOMI (PRE, ANALITIK, POST)

Tata pelaksanaan keselamatan sangat penting untuk dipelajari. Tujuan utama tata
laksana keselamatan dan keamanan prosedur kerja adalah untuk pencegahan infeksi
terhadap petugas pasien dan pasien. Sangat penting untuk mengerti bagaimana infeksi
dapat terjadi, mencegah penularan dengan cara melindungi diri dan pasien dari kuman-
kuman infeksius. Kewaspadaan standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode
pengendalian infeksi terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi
menularkan (infeksius) yang meliputi dari:
1. Kebersihan tangan.
Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran infeksi yang
bertujusn untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi
jumlah mikroorganisme.
2. Pemakaian alat pelindung diri.
a. Sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah.
b. Masker Yang cukup besar untuk menutupi hidung, mulut dan dagu bertujuan
menahan cipratan yang keluar sewaktu berbicara, batuk atau bersin serta
mencegah percikan darah memasuki hidung atau mulut.
c. Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada pada rambut
dan melindungi alat-alat atau daerah steril dan melindungi kepala/rambut
petugas plebotomi.
d. Jas laboratorium/apron/celemek melindungi dari percikan dekontaminasi
darah. Bila terkena darah harus diganti.
e. Sepatu pelindung/pelindung kaki yaitu untuk melindungi kaki dari percikan
darah atau jatuhnya peralatan yang memungkinkan mengenai kaki. Tindakan
Yang Dilakukan Saat Terjadi Kecelakaan Kerja Seorang Pengambil Darah
Atau Sampel (Plebotomist)
Urutan pemakaian APD yaitu jas lab, masker, kaca mata dan sarung tangan, sedangkan
urutan melepas APD adalah sarung tangan, kaca mata, jas lab kemudian masker.
Pada tahap pre analitik tata keselamatan kerja saat phlebotomy adalah menggunakan
APD dan mempersiapkan segala seuatu yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan
pengambilan sample sehinggan tidak mengganggu kegiatan analitik, tidak lupa pula
memberikan pelabelan pada spesimen, memastikan kosndisi steril pada semua alat atau
ruang yang digunakan serta memastikan spesimen layak. Sedangkan pada tahap pasca
13
analitik adalah dengan mencuci tangan setelah melakukakan sampling, membuang sampah
infeksius pada tempat sampah masing-masing, memisahkan antara limbah padat, cair dan
benda tajam, melakukan desinfeksi alat maupun ruangan.

J. CONTOH KASUS YANG MELIBATKAN FLEBOTOMIS

Judul Kasus 1 : Lengan Pasien RSUD Magetan Bengkak dan Gosong Usai Diambil
Darahnya

Supari, pria berusia 48 tahun warga Taman Asri Pilangasri Magetan bermaksud
memeriksa kesemutan di bagian kaki, tetapi beliau bernasib kurang mengenakkan.
Pasalnya, lengan kiri tiba-tiba berubah bengkak dan kulitnya gosong. Kondisi ini dialami
sejak 4 hari lalu.
Peristiwa berawal pada hari Senin, 24 November, saat Supari berobat ke RSUD dr.
Sayidiman Magetan. Ia mengeluhkan kakinya yang selalu kesemutan. Kemudian oleh
petugas laboratorium diambil darahnya sebelah kanan dengan cara disuntik. Selang dua
jam kemudian petugas kembali mengambil darahnya di lengan kiri. Namun 5 menit usai
diambil darahnya Supari merasa lengannya terasa bengkak dan sakit. Saat pulang dari
rumah sakit dengan naik motor, Supari semakin merasakan sakit pada lengannya. Bahkan
sesampai di rumah kulit lengan Supari berubah gosong dan badan panas dingin.
Merasakan ada kelainan di lengannya, pada hari Selasa, 25 November, Supari
kembali ke rumah sakit menanyakan kondisi penyakitnya. Namun oleh pihak rumah sakit
Supari hanya diberi resep dan salep. Sayangnya hingga hari ini lengan kiri Supari masih
bengkak dan kulitnya masih gosong. Direktur RSUD dr. Sayidiman Magetan, Mahatma,
menganggap bukan kesalahan petugas rumah sakit. Alasannya petugas melakukan
tugasnya sesuai prosedur.
Diduga bengkaknya lengan dan kulit gosong disebabkan pecahnya pembuluh
darah. Pasalnya, setiap manusia pasti ada pembuluh darah yang tipis yang disebut
aniorisma. Pihaknya, jelas akan bertanggung jawab mengobati si pasien hingga sembuh.
Akibat kejadian ini Supari akhirnya tak bisa melakukan aktivitasnya disebabkan lengan
kirinya masih membengkak dan gosong

14
Judul Kasus 2 : Salah Suntik Bikin Pasien Meninggal, 2 Perawat di Aceh Dibui 2
Tahun

Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh,
Aceh Barat, Aceh, divonis masing-masing 2 tahun penjara karena terbukti salah
menyuntik pasien hingga meninggal dunia. Keduanya ialah Erwanty dan Desri Amelia
Zulkifli.

Dikutip detikcom dari situs resmi Pengadilan Meulaboh, Jumat (31/1/2020), kasus
tersebut bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke rumah sakit karena karena tertusuk
kayu pada paha kiri sampai ke bokong. Dia masuk ke ruang IGD pada Jumat, 19 Oktober
2018. Sejam berselang, tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap korban. Setelah
selesai menjalani operasi, korban dipindahkan ke ruang perawatan anak. Dokter
kemudian memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang bertugas jaga
untuk memberikan obat kepada korban.

Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa Desri membuka buku rekam
medis untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia melihat ketersediaan obat
pada kotak obat Reza hanya satu. Desri kemudian mengatakan kepada Erwanty ada
beberapa obat yang harus disuntikkan ke Reza. Erwanty selanjutnya memerintahkan
Desri untuk meresepkan obat ke dalam Kartu Obat Pasien (KOP) untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan obat di depo.

Tak lama berselang, Desri meminta orang tua korban mengambil obat di depo obat.
Petugas di sana sempat menanyakan keberadaan pasien. Namun, karena ayah korban
tidak dapat berbicara, akhirnya diserahkan obat tersebut setelah petugas melihat data
korban. Saat itu, petugas mengira Reza masih berada di dalam ruang operasi. Setelah
obat dikantongi, terdakwa kemudian memerintahkan untuk menyuntik ke korban.

Reza mendapat suntikan obat beberapa kali dalam beberapa menit. Sekitar pukul
00.05 WIB, Sabtu, 20 Oktober 2018, Desri memanggil Erwanty, lalu mengabarkan
kondisi Reza melemah. Erwanty mengecek keadaan Reza dan mendapatkan kondisi nadi
serta pernapasan korban sudah melemah. Seorang perawat di ruang anak memberi tahu
kedua terdakwa bahwa keduanya salah menyuntik obat ke tubuh Reza. Hal itu
menyebabkan Reza meninggal dunia.

15
Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres Aceh Barat. Polisi memeriksa
sejumlah sakti tersebut kedua terdakwa. Erwinty dan Desri selanjutnya dikirim ke
pengadilan. Dalam persidangan di PN Meulaboh, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut
keduanya dengan hukuman masing-masing 2 tahun 6 bulan penjara. Namun majelis
hakim memvonis keduanya lebih ringan.

Majelis hakim yang diketuai Zulfadly dengan hakim anggota Muhammad Al-Qudri
dan Irwanto menyatakan kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan kematian bagi
penerima pelayanan kesehatan.

"Menjatuhkan pidana terhadap diri para terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara masing-masing selama dua tahun," putus Zulfadly dalam persidangan yang
digelar, Kamis (30/1) kemarin.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari kata Yunani
phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/
memotong (cutting). Sehingga dapat diartikan pemotongan pembuluh vena. Dalam
melakukan phlebotomis Legalitas phlebotomynya diatur dalam perundang-undangan.
Prosedur phelbotomi harus mempersiapkan tahap pre, analitik dan post analitik dan
dilakukan sesuai SOP. Sehingga dalam melakukan phlebotomy sesuai dengan tujuan,
fungsi serta tanggung jawab professional phlebotomy. Dalam penjaminan mutu
phlebotomy, aspek keprofesionalan, tanggung jawab, pendokumentasian serta kesesuain
dengan prosedur pelayanan standart mejadi tolok ukur phlebotomy.

B. SARAN

Seorang analis kesehatan kita hendaknya mampu menerapkan kompetensi standart


dan standart professional phlebotomy sehingga dalam menjalankan tugas sebagai petugas
kesehatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu untuk pelanggan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Arfan, Andhy (2017). Makalah Flebotomi. Diakses pada Selasa 4 Februari 2020 :
(https://www.academia.edu/35649352/MAKALAH_FLEBOTOMI)
2. Ardiningsih, Rochmi (2018). Phlebotomi. Diakses pada Selasa 4 Februari 2020 :
(https://www.academia.edu/9045662/PHLEBOTOMI)
3. Tohari,Imam (2014). Lengan Pasien RSUD Magetan Bengkak dan Gosong Usai
Diambil Darahnya. Diakses pada Selasa 4 Februari 2020 :
(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2761202/lengan-pasien-rsud-magetan-
bengkak-dan-gosong-usai-diambil-darahnya)
4. Setyadi, Agus (2020). Salah Suntik Bikin Pasien Meninggal, 2 Perawat di Aceh Dibui
2 Tahun. Diakses pada Selasa 4 Februari 2020 :
(https://news.detik.com/berita/d-4880701/salah-suntik-bikin-pasien-meninggal-2-
perawat-di-aceh-dibui-2-tahun)

18

Anda mungkin juga menyukai