Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK KORUPSI TERHADAP POLITIK & DEMOKRASI,

PENEGAKAN HUKUM, PERTAHANAN & KEMANAN, DAN


TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Pengetahuan Budaya Anti
Korupsi di semester ganjil

Disusun oleh:
Asrul Yudha P17334119406
Farah Salvia Maharani P17334119411
Intan Ayu Fazriah P17334119416
Lutviah Putri Oktaviani P17334119424
Santi Maulina P17334119429
Vira Dwi Aliifah P17334119440
Wafa Huriyatudz Dzakiyyah P17334119441

Kelas:
DIV – 4A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Jalan Babakan Loa, No. 10 A. Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara
Kota Cimahi, 40514; Telp / Fax : (022) 6628141
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang saya panjatkan puji
dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada jungjunan kita yaitu Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat secara fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengetahuan Budaya Anti Korupsi
yang berjudul Dampak Korupsi Terhadap Politik & Demokrasi, Penegakan Hukum, Pertahanan &
Kemanan, Dan Terhadap Kerusakan Lingkungan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, 17 Juli 2022

Penulis

ii | P a g e
DA FT AR IS I
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
ISI ................................................................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Korupsi ............................................................................................................... 3
2.2. Dampak Korupsi Bidang Politik .......................................................................................... 5
2.3. Dampak Korupsi Terhadap Bidang Demokrasi ................................................................... 6
2.4. Dampak Korupsi Terhadap Bidang Penegakan Hukum ...................................................... 8
2.5. Dampak Korupsi Terhadap Bidang Pertahanan & Keamanan ............................................. 9
2.6. Dampak Korupsi Terhadap Kerusakan Lingkungan .......................................................... 13
BAB III......................................................................................................................................... 16
PENUTUP.................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 16
3.2 Saran .................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi berasal dari bahasa Latin “Corruptio” atau “Corruptus”, yang kemudian
diadopsi oleh banyak bahasa di Eropa, misalnya di Inggris dan Perancis “Corruption” serta
Belanda “Corruptie”, dan selanjutnya dipakai pula dalam bahasa Indonesia “Korupsi”.
Secara harfiah/bahasa sehari-hari korupsi berarti kebusukan, keburukan, ketidakjujuran,
dapat disuap. Dalam kaidah bahasa menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai : “perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Korupsi merupakan salah satu masalahan besar yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir di setiap kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak
asing lagi dengan kata tersebut. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di negara ini tidak
terlepas dari kelalaian pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap setiap pejabat
negara. Lemahnya pengawasan menyebabkan setiap individu maupun kelompok mempunyai
ruang untuk melakukan tindakan korupsi. Selain lemahnya pengawasan pemerintah, banyak
pejabat yang menyalahgunakan kekuasaannya sehingga dapat melakukan korupsi.

Dampak semakin banyaknya korupsi di Indonesia menunjukan sebuah degradasi


diantaranya pada birokrasi pemerintahan, sistem penegakan hukum, sosial dan kemiskinan
rakyat. Tindakan korupsi dapat dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal seperti
rendahnya ekonomi, tingginya angka pengangguran, kurangnya moral seseorang, lemahnya
hukum, rendahnya pendidikan tentang pencegahan korupsi, dan lainnya. Hal tersebut akan
menimbulkan berbagai dampak pada berbagai sektor di Indonesia. Sebagai mahasiswa,
harus mengetahui dampak korupsi di berbagai bidang seperti bidang politik dan demokrasi,
penegakan hukum, pertahanan dan keamanan, serta terhadap lingkungan agar dapat
dilakukan pencegahan di masa yang akan datang.

-1-|Page
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi?


1.2.2 Bagaimana dampak korupsi terhadap penegakan hukum?
1.2.3 Bagaimana dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan?
1.2.4 Bagaimana dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi


1.3.2 Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap penegakan hukum
1.3.3 Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan
1.3.4 Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan

-2-|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KORUPSI


Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti kerusakan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral kesucian. Menurut
Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Menurut Sayed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and the Disting of
Asia” menyatakan “bahwa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi adalah
penyuapan, pemerasan, nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan untuk
kepentingan pribadi.”13Manifestasi dari sebuah perilaku bisa dikategorikan sebagai
praktek korupsi, menurut Hussein Alatas, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.
2. Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan.
3. Korupsi melibatkan elemen saling menguntungkan dan saling berkewajiban.
4. Pihak-pihak yang melakukan korupsi biasanya bersembunyi dibalik justifikasi
hukum.
5. Pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi adalah pihak yang berkepentingan
terhadap sebuah keputusan dan dapat mempengaruhi.
6. Tindakan korupsi adalah penipuan baik pada badan publik atau masyarakat
umum.
7. Setiap tindak korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
8. Setiap tindak korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka
yang melakukan korupsi.
9. Suatu perubahan korupsi melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.

Menurut Robert Klitgaard, “Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari
tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang

-3-|Page
menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar
aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi”.
Robert Klitgaard, dalam hal ini melihat korupsi yang lebih khas bagi pejabat publik
atau pejabat negara sebagai tindakan “menggunakan jabatan untuk (memperoleh)
keuntungan pribadi”. Menurut Robert Klitgard secara historis konsep tersebut merujuk
pada tingkah laku politik. Kata korupsi menurutnya menimbulkan serangkaian gambaran
jahat. Kata itu berarti apa saja yang merusak keutuhan.
Sementara, menurut Jeremy Pope, “Korupsi melibatkan perilaku dipihak para
pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri sipil. Mereka 13 secara tidak
wajar dan tidak sah memperkaya diri sendiri atau orang yang dekat dengan mereka dengan
menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan kepada mereka”.
Menurut M. Mc. Mullan, Seorang pejabat pemerintahan dikatakan koruptor apabila
ia menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang ia bisa
lakukan dalam tugas jabatannya pada hal ia selama menjalankan tugasnya seharusnya tidak
boleh berbuat demikian. Atau dapat berarti menjalankan kebijaksanaannya secara sah
untuk alasan yang tidak benar dan dapat merugikan kepentingan umum. Yang
menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan (Martiman Prodjohamidjojo : 9)
Sedangkan menurut Sam Santoso, Korupsi adalah bentuk lain dari pencurian.
Korupsi merupakan wujud penyimpangan tingkah laku tugas resmi suatu jabatan secara
sengaja untuk memperoleh keuntungan berupa status, kekayaan atau uang untuk
perorangan, keluarga dekat atau kelompok sendiri. Konon untuk memperoleh jabatan itu
ada biayanya, yang dianggap sebagai kewajiban oleh pelakunya. Karena itu, setelah pejabat
ia merasa punya hak untuk korupsi (Sam Santoso, 2003 : 14)
Rumusan pengertian korupsi menurut peraturan perundang-undangan yang
terdapat pada pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut:
• Pasal 2 ayat (1) UUPTPK No. 31 Tahun 1999:
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
• Pasal 3 UUPTPK No. 31 Tahun 1999

-4-|Page
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
• Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian korupsi menurut UU No. 31 Tahun
1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah :
Perbuatan setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Pada Pejabat pemerintah biasanya terdapat unsur penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya.

2.2. DAMPAK KORUPSI DI BIDANG POLITIK


1. Pemimpin Koruptor
Adanya praktik suap dari para calon-calon pemimpin partai saat pesta demokrasi akan
membuat bayangan bahwa mereka juga akan menjadi calon koruptor. Tradisi ini sudah
lama terjadi, para calon pemimpin selalu memberikan uang ataupun dalam bentuk
sembako agar masyarakat memilih dia saat pemilihan.
Masyarakat seolah-olah dituntut untuk memilih pemimpin koruptor. Mereka hanya
menjanjikan hal-hal yang mungkin tidak akan dilakukan ketika ia menjabat. Tradisi
seperti ini harus kita hentikan.
2. Publik Tidak Lagi Percaya Demokrasi
Korupsi juga menyebabkan publik tidak lagi percaya pada demokrasi. Semua pejabat
negara, legislatif, maupun petinggi pejabat negara tidak lagi dipercaya oleh publik
karena banyaknya koruptor dari dalam sana. Bahkan publik bisa saja tidak akan
memilih siapapun saat pemilihan umum karena tindakan korupsi ini, ini dapat jadi
pertimbangan publik. Keadaan seperti ini harus diatasi dengan kepemimpinan yang
bersih, jujur, dan adil.
3. Menguatnya Plutokrasi
Plutokrasi adalah sistem politik yang dikuasai oleh kamu yang memiliki modal besar.
Setiap perusahaan besar memiliki hubungan dengan partai-partai tertentu. Beberapa
pengusaha juga menjadi ketua partai politik tertentu. Ini membuat kepentingan

-5-|Page
perusahaan dan partai menjadi tidak sesuai. Ketua partai ini dapat melakukan tindakan
suap dengan mudah jika mereka ingin menang karena banyaknya modal yang mereka
punya.
4. Kedaulatan Rakyat Hancur
Dunia politik hanya milik sekelompok orang di dalam partai politik saja. Mereka akan
terus bersaing dengan partai lain hanya untuk meraih kemenangan mereka semata.
Tentunya yang menang akan dapat menguasai semuanya. Hanya mereka-mereka lah
sekelompok orang di dalam partai politik yang menang, rakyat hanya ada pada
kemiskinan dan masa depan negara yang tidak jelas.

2.3. DAMPAK KORUPSI DI BIDANG DEMOKRASI


Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Korupsi akan
menyebabkan hal ini semakin tergerus karena kebiasaan korupsi menimbulkan pemerintahan
yang tidak transparan karena orang membeli, membagi jabatan, dan promosi seseorang dalam
jabatan melalui tindakan korupsi.
Korupsi menjadi problem bagi kedaulatan rakyat dan prinsip kesamaan politik dalam
dua arti: Perilaku koruptif para politisi atau wakil rakyat akan menyebabkan kehilangan
legitimasi dan kepercayaan. Kepercayaan yang diberikan rakyat pada partai-partai atau wakil-
wakil rakyat dalam pemilu, memang tidak memaksa wakil rakyat dan partai partai politik
untuk terikat pada aspirasi yang dititipkan oleh para pemilih. Tetapi karena partai-partai mau
terpilih kembali dalam pemilu berikutnya, mereka tidak dapat begitu saja mempermainkan
kepercayaan para pendukung mereka. Kedua, melalui dan dengan korupsi kekuasaan politik
tidak lagi dilegitimasikan oleh partisipasi warga negara dalam proses politik, melainkan oleh
keuntungan ekonomi dalam suatu hubungan transaksional. Dalam hal ini korupsi
menyebabkan pergeseran prioritas politik, bila keputusan-keputusan politik tidak lagi
didasarkan pada kriteria-kriteria obyektif dan argumentasi rasional, melainkan ditentukan oleh
kepentingan-kepentingan pemilik modal. Korupsi adalah sebuah strategi dari pelaku/elite
ekonomi yang dengan keunggulan ekonomi dapat mempengaruhi secara ilegitim proses
politik.
Jika seseorang warga negara tak lagi berkesempatan bagaimana memahami kejahatan
korupsi yang bersifat masif dan terstruktur dan tidak memperoleh penjelasan tentang seluruh

-6-|Page
fenomena itu, politisi atau partai mana yang melakukan kejahatan korupsi, maka ia
berkecenderungan untuk mengarahkan ketidak percayaannya tidak lagi pada pribadi atau
partai tertentu, melainkan pada seluruh sistem kenegaraan, atau institusi negara hukum.
Ketidakpercayaan pada seluruh sistem kenegaraan selanjutnya menyuburkan berbagai jenis
kejahatan dalam masyarakat.
Semakin tinggi intensitas korupsi semakin besar pula intensitas kejahatan. Dalam
peradaban modern prinsip negara hukum demokratis justru dikonstruksikan untuk
memecahkan konflik-konflik normatif dengan damai dan adil. Sebaliknya korupsi
menyebabkan segala konflik normatif dalam masyarakat diselesaikan dengan kekerasan,
karena masyarakat tidak lagi percaya akan penegakan hukum.
Berikut potensi ancaman korupsi terhadap demokrasi menurut Tina Olteanu (2012)
1. Ancaman terhadap persamaan politik:
- Mempertajam ketidaksamaan politik
- Monopoli segelintir elite
2. Ancaman terhadap kedaulatan rakyat:
- Kinerja parlemen makin jauh dari kepentingan rakyat
- Penyalahgunaan Jabatan oleh DPR
- Personalisasi Kekuasaan Pemufakatan Jahat dengan Pengusaha
- Lemahnya kemauan DPR dalam Usaha pemberantasan Korupsi
- Terbatasnya kesempatan akses ke dalam dunia pendidikan dan dunia informasi
- Kurangnya Jaminan hidup dan sosial
- Tidak sama ratanya pembagian kekuasaan
3. Ancaman terhadap prinsip negara hukum:
- Kurangnya dukungan terhadap usaha pemberantasan korupsi
4. Ancaman terhadap kepercayaan masyarakat:
- Kurangnya dukungan masyarakat bagi sistem politik dan elite politik
- Kehilangan kepercayaan masyarakat pada demokrasi

-7-|Page
2.4. DAMPAK KORUPSI DI BIDANG PENEGAKAN HUKUM

Penegakan hukum adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan keseriusan tinggi,


komitmen dan semangat menegakkan keadilan yang utuh. Penegak hukum akhirnya bukanlah
seorang yang sekedar digerakkan oleh pasal-pasal dalam perundang-undangan, tetapi harus
mengkontekstualisasi dan mengobyektifikasi nilai-nilai yang ada dalam teks terhadap fakta-
fakta yang berkembang sehingga keberadaan teks yang mati tersebut selaras dengan semangat
konteks yang selalu dinamis, hidup dan tidak bermakna tunggal (Ash-shidiqqi, 2020).
Korupsi dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penegakan hukum, diantaranya adalah
sebagai berikut.

1. Menimbulkan fungsi pemerintahan mandul.


Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya
yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat
mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja (Salama, 2014). Pada
tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial sering
bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih
nyata. Selanjutnya masyarakat cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu
lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi. Di sisi lain lembaga politik sering
diperalat untuk menopang terwujudnya kepentingan pribadi dan kelompok. Ini
mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit
(vested interest). Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan,
sebagai pengampu kebijakan negara, dapat terjadi karena korupsi menghambat peran
negara dalam pengaturan alokasi, menghambat negara melakukan pemerataan akses dan
asset dan memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan
politik. Oleh karena itu suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan
mengabaikan tuntutan pemerintahan yang layak. Hal ini dapat mencapai titik yang
membuat orang tersebut kehilangan sensitifitasnya dan akhirnya menimbulkan bencana
bagi rakyat.

2. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara.


Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi di Indonesia dan
marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan kepercayaan masyarakat

-8-|Page
terhadap lembaga tersebut hilang (Natalia, 2019). Seharusnya suatu sistem hukum
diciptakan oleh otoritas pemerintah atas dasar kepercayaan masyarakat, dengan harapan
bahwa melalui kedaulatan pemerintah (government sovereignty), hak-hak mereka dapat
dilindungi. Dengan demikian, pemerintah menciptakan keteraturan dalam kehidupan
berbangsa serta bernegara. Sudah menjadi tugas dari lembaga-lembaga tersebut untuk
melaksanakannya, bukan sebaliknya.

2.5. DAMPAK KORUPSI DI BIDANG KEAMANAN DAN PERTAHANAN


Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang korupsi, baik uang maupun kekuasaan,
muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di tubuh angkatan
bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan
oknum TNI/Polri yang seringkali berlindung di balik institusi Pertahanan dan Keamanan. Tim
peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Indria Samego (1998)
mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat korupsi:
1. Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan angkatan
bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan pembangunan ekonomi
nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat bahwa ABRI memang
sangat peduli pada pembangunan ekonomi. Padahal, pada kenyataannya ABRI memiliki
sumber dana lain di luar APBN
2. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para pengusaha
keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak
mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara
keseluruhan.
3. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga menimbulkan
rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama. Karena itu,
demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan militer, mereka yang mendapatkan
jabatan di perusahaan negara atau milik ABRI memberikan sumbangsihnya pada mereka
yang ada di lapangan.
4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat
profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang mengenyam kenikmatan
berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama pribadi. Selain itu, sifat
dan nasionalisme dan janji ABRI, khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal

-9-|Page
kepentingan nasional dan untuk mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa
Indonesia lambat laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi
pengawal bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan
kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi pula dikotomi,
tidak saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara perwira yang profesional
dan Saptamargais dengan para perwira yang berorientasi komersial.

Adapun dampak-dampak yang nyata terlihat dari adanya korupsi di bidang Pertahanan dan
Keamanan sebagai berikut :

1. Kerawanan Hankamnas Karena Lemahnya Alutsista


Indonesia adalah negara nomor 15 terluas di dunia, dengan luas daratan
keseluruhan 1.919.440 km dan luas lautan 3.2 juta km2. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat
garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141
derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan
Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977
mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu
digabungkan, maka luas Indonesia akan sepanjang London sampai Iran, sebuah wilayah
yang sangat besar
Lima pulau besar di Indonesia adalah: Sumatera dengan luas 473.606 km persegi,
Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan
luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan
luas 421.981 km persegi.
Dengan penduduk yang 230 juta jiwa, tentara yang melindungi negara berjumlah
316.00 tentara aktif dan 660.000 cadangan, atau hanya sekitar 0,14% dibandingkan dengan
jumlah penduduk. Dengan bentuk negara kepulauan seperti ini tentunya masalah
kerawanan hankam menjadi sesuatu yang sangat penting. Alat pertahanan dan SDM yang
handal akan sangat membantu menciptakan situasi dan kondisi hankam yang kondusif.
Kondisi hankam yang kondusif ini merupakan dasar dan penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita

- 10 - | P a g e
dari berbagai media tentang bagaimana negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah
Negara Indonesia, baik dari darat, laut maupun udara. Hal ini mengindikasikan bahwa
sistem pertahanan dan keamanan Indonesia masih sangat lemah. Tentunya hal ini sangat
berhubungan dengan alat dan SDM yang ada.
Sudah seharusnya Negara Indonesia mempunyai armada laut yang kuat dan modern
untuk melindungi perairan yang begitu luasnya, serta didukung oleh angkatan udara
dengan pesawat-pesawat canggih yang cukup besar yang mampu menghalau pengganggu
kedaulatan dengan cepat, tentunya juga harus dibarengi dengan kualitas dan integritas yang
tinggi dari TNI yang kita banggakan.Tentunya ini membutuhkan anggaran yang besar.
Apabila anggaran dan kekayaan negara ini tidak dirampok oleh para koruptor maka semua
itu akan bisa diwujudkan. Dengan ini Indonesia akan mempunyai pertahanan dan
keamanan yang baik yang pada akhirnya menghasilkan stabilitas negara yang tinggi.

2. Lemahnya Garis Batas Negara


Indonesia dalam posisinya berbatasan dengan banyak negara, seperti Malaysia,
Singapura, China, Philipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia. Perbatasan ini ada
yang berbentuk perairan maupun daratan. Daerah-daerah perbatasan ini rata-rata terisolir
dan mempunyai fasilitas yang sangat terbatas, seperti jalan raya, listrik dan energi, air
bersih dan sanitasi, gedung sekolah dan pemerintahan dan sebagainya. Kondisi ini
mengakibatkan masyarakat yang hidup di wilayah perbatasan harus menanggung tingginya
biaya ekonomi. Kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah tapal batas dengan negara lain,
seperti yang terjadi di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan
Malaysia, mengakibatkan masyarakat lebih cenderung dekat dengan negara tetangga
Malaysia karena negara tersebut lebih banyak memberikan bantuan dan kemudahan hidup
bagi mereka. Bahkan masyarakat tersebut rela untuk berpindah kewarganegaraan menjadi
warga negara Malaysia apabila kondisi kemiskinan ini tidak segera ditanggapi oleh
pemerintah Indonesia. Hal ini akan semakin menimbulkan kerawanan pada perbatasan dan
berakibat melemahnya garis batas negara. Kondisi ini ternyata hampir merata terjadi di
wilayah perbatasan Indonesia. Perekonomian yang cenderung tidak merata dan hanya
berpusat pada perkotaan semakin mengakibatkan kondisi wilayah perbatasan semakin
buruk.

- 11 - | P a g e
Sisi lain dari permasalahan perbatasan, Indonesia mencatat kerugian yang sangat
besar dari sektor kelautan, seperti yang dilansir oleh kementerian Kelautan dan Perikanan
RI yang menyatakan bahwa Indonesia mengalami kerugian 9,4 Triliun Rupiah per tahun
akibat pencurian ikan oleh nelayan asing (www.tempointeraktif.com/ hg/bisnis, 12 April
2011). Nelayan asing dari Malaysia, Vietnam, Philipina, Thailand sering sekali melanggar
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan meneruk kekayaan laut yang ada di
dalamnya. Hal ini terjadi berulang kali dan sepertinya Indonesia belum mampu mengatasi
masalah ini.
Kondisi ini semakin jelas, bahwa negara seluas 1,9 juta km persegi ini ternyata
hanya dijaga oleh 24 kapal saja, dan dari 24 kapal tersebut hanya 17 kapal yang dilengkapi
dengan senjata yang memadai, seperti yang dijelaskan oleh Syahrin Abdurahman, Dirjen
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP), Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI (www.tempointeraktif.com/ hg/bisnis/, 12 April 2011).
Selain itu wilayah tapal batas ini sangat rawan terhadap berbagai penyelundupan
barangbarang illegal dari dalam maupun luar negeri, seperti bahan bakar, bahan makanan,
elektronik, sampai penyelundupan barang-barang terlarang seperti narkotika, dan senjata
dan amunisi gelap. Selain itu juga sangat rawan terjadinya human trafficking, masuk dan
keluarnya orang-orang yang tidak mempunyai izin masuk ke wilayah Indonesia atau
sebaliknya dengan berbagai alasan. Kita bisa bayangkan, andaikan kekayaan negara tidak
dikorupsi dan dipergunakan untuk membangun daerah-daerah perbatasan, maka negara ini
akan semakin kuat dan Makmur.
3. Menguatnya Sisi Kekerasan Dalam Masyarakat
Kondisi kemiskinan pada akhirnya memicu berbagai kerawanan sosial lainnya
yang semakin membuat masyarakat frustasi menghadapi kerasnya kehidupan. Kondisi ini
membuat masyarakat secara alamiah akan menggunakan insting bertahan mereka yang
sering kali berakibat negatif terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Masyarakat menjadi sangat apatis dengan berbagai program dan keputusan yang
dibuat oleh pemerintah, karena mereka menganggap hal tersebut tidak akan mengubah
kondisi hidup mereka. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung berusaha
menyelamatkan diri dan keluarga sendiri dibanding dengan keselamatan bersama, dengan
menggunakan cara-cara yang negatif.

- 12 - | P a g e
Akumulasi dari rasa tidak percaya, apatis, tekanan hidup, kemiskinan yang tidak
berujung, jurang perbedaan kaya dan miskin yang sangat dalam, serta upaya
menyelamatkan diri sendiri menimbulkan efek yang sangat merusak, yaitu kekerasan.
Setiap orang cenderung keras yang pada akhirnya perkelahian masal pemuda, mahasiswa
dan anak sekolah setiap hari kita dapatkan beritanya di koran dan televisi. Penyelesaian
berbagai masalahpun pada akhirnya lebih memilih kekerasan dari pada jalur hukum, karena
sudah tidak ada lagi kepercayaan kepada sistem dan hukum. Belum lagi permasalahan lain
yang lebih dahsyat yang dihubungkan dengan agama dan kepercayaan. Kekerasan seperti
ini mengakibatkan perang saudara yang sangat merugikan baik material maupun bahkan
berimbas kepada budaya dan tatanan masyarakat, seperti yang pernah terjadi di Ambon,
Poso dan beberapa wilayah di Indonesia

2.6. DAMPAK KORUPSI TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN

1. Menurunya Kualitas Lingkungan


Kerusakan lingkungan hidup ini dipicu oleh berbagai sebab, seperti kepentingan
ekonomi, dimana hasil hutan yang ada di eksploitasi besar-besaran untuk mendapatkan
keuntungan. Eksploitasi ini dianggap paling mudah dan murah untuk mendapat
keuntungan, namun disisi lain eksploitasi yang dilakukan tidak dibarengi dengan upaya
penanaman kembali (reboisasi) yang baik dan terencana, sehingga hasil eksploitasi hutan
ini meninggalkan kerusakan yang parah bagi lingkungan.
Kerusakan ini juga diakibatkan oleh lemahnya penegakan. Pembalakan-
pembalakan liar (illegal loging) disinyalir adalah faktor utama kerusakan hutan dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah tidak pernah terungkap kasusnya secara
tuntas. Semua berjalan seperti tidak ada yang berlaku.

2. Menurunnya Kualitas Hidup


Lingkungan hidup yang telah rusak bukan saja akan menurunkan kualitas lingkungan
itu sendiri, namun lebih jauh akan berdampak terhadap menurunnya kualitas hidup
manusia yang ada di dalamnya, serta kualitas hidup global. Kerusakan hutan hujan tropis
yang akut akan mengurangi persediaan oksigen untuk bumi secara keseluruhan. Artinya
dengan kerusakan hutan hujan tropis akan membuat kualitas udara yang kita hirup
menjadi berkurang. Sementara asap hasil pembakaran kendaraan bermotor dan industri

- 13 - | P a g e
terus diproduksi dalam jumlah masal, dimana oksigen yang dihasilkan oleh hutan tidak
cukup untuk menggantikan kerusakan kualitas kesehatan manusia yang menghirupnya.

Dampak buruk korupsi terhadap pelestarian lingkungan sekarang ini sudah terlihat
dimana-mana, bukan hanya dengan lingkungan fisik, melainkan juga lingkungan sosial
budaya. Terhadap lingkungan fisik yakni penyimpangan terhadap anggaran pembangunan
sarana prasarana yang dapat membahayakan kualitas pelayanan perekonomian. Begitupun
penyalahgunaan pengelolaan hutan lindung yang membuat ekosistem terganggu,
menimbulkan banjir, longsor,berdampak kerugian materi dan jiwa pada masyarakat. Penyalah
gunaan wewenang yang berdampak terhadap lingkungan kelautan juga terjadi, sebagai contoh
adanya penyalahgunaan perizinan pengelolaan potensi kelautan. Kasus terbaru adalah
bagaimana seorang kepala daerah memberikan izin alih fungsi lahan hutan menjadi
perumahan elit kepada sebuah perusahaan pengembang. Kebijakan kepada daerah itu jelas
membahayakan ekosistem lingkungan dan dapat menyebabkan banjir yang berkelanjutan
karena hilangnya fungsi kawasan penyangga hujan.

Bukan hanya lingkungan fisik yang berubah, lingkungan sosial juga dapat berubah
seperti penggusuran dan pengalihan penduduk yang tidak semestinya.Selain itu, dapat pula
terjadi dengan pemberian izin pendirian industri tanpa mempertimbangan analisa dampak
lingkungan ( AMDAL ) secara serius. Berikut ini beberapa contoh :
1. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat merugikankhususnya bagi
kualitas lingkungan itu sendiri. Efek rumah kaca(greenhouse effect ) misalnya. Hutan
merupakan paru-paru bumi yangmempunyai fungsi menyerap gas CO2. Efek rumah
kaca menimbulkankenaikan suhu atau perubahan iklim bumi pada umumnya
(globalwarming).
2. Industri-industri yang didirikan, tanpa dilihat bagaimana acara mereka mengolah
limbah industri dapat merugikan lingkungan, bahkan membahayakan kesehatan
masyarakat. Baru-baru ini terjadi kejadian luar biasa di suatu daerah ketika air sungai
berbah menjadi berwarna merah. Setelah diselidiki pihak setempat, ternyata itu
bukanlah akibat perubahanalami, melainkan akibat limbah pabrik yang dibuang ke
sungai.

- 14 - | P a g e
3. Perusakan hutan hujan tropis yang akut akan mengurangi persediaan oksigen bukan
hanya untuk wilayah tersebut, namun juga oksigen untukbumi secara keseluruhan.
Berkurangnya kualitas udara tentunya juga akan berakibat pada menurunnya kualitas
kesehatan mausia yang menghirupnya.
4. Kerusakan yang terjadi di perairan seperti pencemaran sungai dan laut, juga
mengakibatkan menurunnya kualitas hidup.Kerusakan yang terjadi tentu saja harus
segera diperbaiki demi kembalinya kelestarian alam dan lingkungan serta kualitas
hidup kita sendiri.

Pengambalian lingkungan yang rusak bisa memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun dan
menghabiskan dana yang tidak sedikit dalam proses perbaikan itu, generasi kita sendiri telah
mengalami kondisi yang sulit. Karena itu, saat ini Indonesia masih memiliki hutan dan lingkungan
yang bisa diselamatkan adalah lebih baik mencegah seseorang atau sekelompok orang melakukan
niat jahatnya daripada memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan.

- 15 - | P a g e
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Menurut peraturan perundang-undangan pada pasal 2 ayat (1) UUPTPK No.31 Tahun
1999, korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Korupsi ini memberikan dampak yang buruk terhadap politik, demokrasi,
penegakkan hukum, pertahanan dan keamanan, dan kerusakan lingkungan. Adapun dampak
terhadap bidang politik, yaitu adanya pemimpin koruptor, dimana adanya praktik suap dari para
calon pemimpin partai yang membuat bayangan bahwa mereka juga akan menjadi calon koruptor,
publik menjadi tidak percaya demokrasi, menguatnya plutokrasi, hancurnya kedaulatan rakyat.
Dampak korupsi terhadap demokrasi, yaitu ancaman terhadap persamaan politik,
kedaulatan rakyat, prinsip negara hukum, kepercayaan masyarakat. Dampak terhadap penegakkan
hukum, yaitu menimbulkan fungsi pemerintahan mandul, dimana korupsi menghambat
berjalannya fungsi pemerintahan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik. Selain itu juga
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga negara. Dampak terhadap
bidang pertahanan dan keamanan, yaitu kerawanan hankamnas karena lemahnya alutsista,
lemahnya garis batas negara, menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat. Dampak korupsi
terhadap lingkungan, yaitu menurunya kualitas lingkungan, dan menurunnya kualitas hidup
manusia.

3.2 SARAN
Korupsi merupakan salah satu permasalahan besar yang tengah dihadapi oleh bangsa ini,
yang telah menimbulkan beberapa dampak yang sangat merugikan terhadap bidang politik,
demokrasi, penegakkan hukum, pertahanan dan keamanan, dan kerusakan lingkungan. Kita
sebagai mahasiswa yang telah mengetahui beberapa dampak yang timbul melalui makalah ini,
diharapkan dapat memahami bagaimana dampaknya dan juga melakukan pencegahan di masa
yang akan mendatang.

- 16 - | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

BPPSDMK (2016). Pengetahuan Budaya Anti Korupsi. Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi. Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumberdaya Manusia Kesehatan Kemenkes RI, 1-254

Mathias Daven, (2016), Korupsi Dan Demokrasi, Jurnal Ledalero, Vol. 15, No.1, hh 47-
73

Shinta, d. (n.d.). Dampak Korupsi Terhadap Pelestarian Lingkungan . Poltiteknik


Kesehatan Surabaya, 3-5.

Qamrul, Z. R. (2015). Sistem Pembuktian Terbalik dalam Tindak Pidana Korupsi


(Doctoral dissertation, Untag 1945 Surabaya).

Rahmat Hidayat. (2014). Makalah Dampak Tindakan Korupsi.(Online) (Available:


http://forester-untad.blogspot.com/2014/05/makalah-dampak-tindakan-
korupsi.html) Retrieved 2022, 16 July.

- 17 - | P a g e

Anda mungkin juga menyukai