Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN AST DAN ALT

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Ani Riyani, M. Kes
Dra. Nani Kurnaeni,MM.Kes
DewiNurhayati, S.Si., M. Si
FusvitaMerdekawati, S.ST., M.Si
Tety Rosmawati, Amd.AK

Disusun oleh:

Kelompok 5 D4-3A
1. AsrulYudhaFadhiila (P17334119406)
2. Desy Lianti (P17334119409)
3. Farah Salvia Maharani (P17334119411)
4. Lutviah Putri Oktaviani (P17334119424)
5. Vira Dwi Aliifah (P17334119440)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2020/2021
Hari/Tanggal Jumat, 20 Agustus 2021
JenisPeneriksaan AST (Aspartat Aminotransferase), ALT (Alanin Aminotransferase)
Metode KinetikReaksiEnzimatik
Tujuan  Mengetahui kadar AST/SGOT dalam serum/plasma manusia.
 Untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan
pendeteksian infeksi bahan kerusakan pada jaringanotot. Jantung
bahkan hati
 Mengetahui kadar ALT/SGPT pada serum/plasma manusia.
 Untukmengetahuikondisi pada organ hati dan
menggambarkanfungsihatisertaskriningadanyakerusakan pada
organ hati.
Prinsip  AST
L-aspartatbereaksidengan 2-oksaloglutarat denganbantuanenzim
AST membentukoksaloasetat dan L-glutamat. Oksaloasetat yang
terbentukakanmereduksi NADH
denganbantuanenzimMalatDehidrogenase (MDH) membentuk L-
malat dan NAD+. Aktivitaskatalitik AST
ditentukandenganmengukurpenurunanabsorban pada Panjang
gelombang 340 nm, diukur pada Fotometer/Spektofotometer.
 ALT
L-alanine bereaksidengan 2-oksaloglutarat denganbantuanenzim
ALT membentukpiruvatat dan L-glutamat. Piruvat yang
terbentukakanmereduksi NADH
denganbantuanenzimLaktatDehidrogenase (LDH) membentuk L-
laktat dan NAD+. Aktivitaskatalitik ALT
ditentukandenganmengukurpenurunanabsorban pada Panjang
gelombang 340 nm, diukur pada Fotometer/Spektofotometer.

Dasar Teori Hati adalah organ penting, dan kelenjar terbesar pada tubuh
manusia. Hati memiliki berat sekitar 1,5 kg atau 2% berat badan
orang dewasa normal. Hati terletak dalam rongga perut dibawah
diafragma. Hati penting dalam tubuh karena memiliki beberapa
fungsi yaitu pengolahan metabolik, detoksifikasi zat sisa, sintesis
protein plasma, tempat penyimpanan, pengaktifan vitamin D,
pengeluaran bakteri dan sel darah merah, ekskresi kolesterol, dan
penghasil empedu. Pada biokimiawi hati peningkatan Aspartate
Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT), dan Alanine Aminotransferase (ALT)
atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase prevalensinya
meningkat menjadi 62,84% dan selanjutnya menjadi 75,1% dari
2005-2008. (Aldrin, 2015)
SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase) adalah
enzim transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino
Transferase) katalisator perubahan dari asam amino menjadi
asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada serum dan jaringan
terutama dan hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi ke
dalam serum menunjukkan adanya kerusakan utama pada
jaringan jantung dan hati. Pada penderita infark jantung, SGOT
akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-
36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari ke tiga
sampai hari ke lima. (Sutedjo, AY. SKM, 2008)
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu
gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto
disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama
yang masih popular. Dua aminotransferase yang paling sering
diukur adalah alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu
disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate
aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-
oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST
memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat
ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi
defisiensi Vitamin B6 (misal, hemodialysis, malnutrisi). (Reza A,
Banundari Rachmawati, 2017)
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama
banyak dijumpai di hati, karena peran penting organ ini dalam
sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam amino ke
jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-
satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan
ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT
dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima,
dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas
yang relative tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST
terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga
memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST
tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk
kerusakan hati apabila keduanya meningkat. Cedera akut pada
hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan  peningkatan
baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pengukuran
aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat
untuk memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau
cedera hati lain. (Reza A, Banundari Rachmawati, 2017)
Alat dan Bahan Alat :
1. Fotometer
2. Mikropipet
3. Tabung khan
4. Tip (kuning dan biru)
5. Tissue
Bahan :
 AST
1. Sampel
- Serum tidakhemolisis
- Plasma tidakdengan heparin
- Stabil 24 jam (suhuruang), 7 hari (2-8°C), 1 tahun (-
20°C), dan 7 hari (suhuruang + pyridoxal phosphate (0,1
nM)
2. Reagen AST/SGOT (R1 buffer enzim& R2 koenzim)
 ALT
1. Serum (serum/plasma)
2. Reagen ALT/SGT (R1 buffer enzim& R2 koenzim)
Cara Kerja a) AST
 StabilitasPenyimpanan
1. Disimpanjauhdaricahaya, tertutuprapatdalambotolaslinya
pada suhu 2-8ᵒC.
2. Untukreagen yang
belumdibukadapatstabilsampaitanggalkadaluwarsa yang
tertera pada kit.
3. Untukreagen yang telahdilarutkan, reagenkerja (Vial R1)
stabilselama 60 haribilabebasdarikontaminasi.
4. Buang reagenjikakeruh.
 PenangananSpesimen
1. Serum yang digunakantidakbolehmengalamihemolisis.
2. Jangangunakan plasma heparin.
3. AST stabildalam serum atau plasma untuk :
- 24 jam pada suhukamar
- 28 hari pada 2-8°C
- 1 tahun pada -20°C
Dapatmenambahkanpridoksalfosfat (0,1 nM)
meningkatstabilitas pada suhukamarhingga 7 hari.
 Cara Kerja
1. Lakukan setting alat
- Panjang gelombang 340 nm
- Suhu 37°C
2. Diamkanspesimen dan reagen pada suhukamar.
3. Pipetsampel dan reagen, sebagaiberikut:
Automated Manual procedure
analyzer
Reagen 1 200 µl 1000 µl
Reagen 2 20 µl 100 µl
Mix, wait for 15 sec then add:
Specimen 25 µl 100 µl
4. Homogenkanlarutan.
5. Catatabsorbansiawalsetelah1 meni pada 340 nm,
kemudianbacaabsorbannya 3 kali setiapmenitselama3 menit.
6. Hitungperubahanabsorban per menit.

b) ALT
 StabilitasPenyimpanan
1. Reagen yang belumdipakaistabilsampaitanggalkadaluwarsa
yang tertera pada label kit.
2. Setelah dilarutkanreagenkerja (vial R1) stabilselama 60
harisaatbebasdarikontaminasi.
3. Buang reagenjikakeruhataujikaabsorbansidiukur pada 340
nm adalah < 1.000.
4. Jangangunakanreagenkerjasetelahtanggalkedaluwarsa yang
tertera pada label kit.
 PenangananSpesimen
1. Serum yang tidak mengalami hemolisis.
2. Jangan gunakan plasma heparin.
3. ALT stabil dalam serum atau plasma untuk:
- 24 jam pada suhu kamar.
- 7 hari pada 2-8°C.
 CaraKerja
1. Diamkanreagen dan specimen pada suhukamar.
2. Pipetreagendalamkuvet thermostat sebagaiberikut:
Reagen 1 mL 3.
Inkubasi pada suhu 37°C.
Spesimen 100 µL

4. Homogenkan.
5. Catatabsorbansiawalsetelah 1 menit pada λ 340 nm.
6. Catatkembaliabsorbansinyasetiapmenitselama 3 menit.
7. Hitungperubahanabsorbansi per menit.

Pembacaan/Interpretasi
Hasil Nilai normal SGPT/ALT 5-35 U/L (Evelyn 2013, h. 479)
Nilai normal SGOT/AST 10-40 U/L (Kurniawan 2014, h. 76)
Nilai rujukan (Ariffriana 2016, h. 132) :
Pria: <50 U/L
Wanita: <35 U/L

Pembahasan Masalah Klinis yang dapat mempengaruhi pada nilai SGOT


abnormal menurut Marwoto Wirasmi (2010) diantaranya
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
1. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan
hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi,
pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
2. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi
saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif,
tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
3. Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis,
sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular
accident (CVA)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


1. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar
SGOT/AST
2. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-
vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST
3. Hemolisis sampel darah
4.  Obat-obatan dapat meningkatkan kadar: antibiotik
(ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin,
vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),
antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane),
indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin,
kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan
kadar serum positif atau negatif yang keliru.

Kesimpulan AST (SGOT) dan ALT (SGPT) adalah indikator-indikator


yang sensitif dari kerusakan hati dari tipe-tipe penyakit yang
berbeda. Namun harus ditekankan bahwa tingkat-tingkat enzim-
enzim hati yang lebih tinggi dari normal tidak harus secara
otomatis disamakan dengan penyakit hati. Mereka mungkin atau
mereka bukan persoalan-persoalan hati. Interpretasi (penafsiran)
dari tingkat-tingkat AST dan ALT yang naik tergantung pada
seluruh gambaran klinis dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman mengevaluasi penyakit hati.Tingkat-tingkat yang
tepat dari enzim-enzim itu tidak berkorelasi baik dengan luasnya
kerusakan hati atau prognosis. Jadi, tingkat-tingkat AST (SGOT)
dan ALT (SGPT) yang tepat tidak dapat digunakan untuk
menentukan derajat kerusakan hati atau meramalkan masa depan.
Contohnya, pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut mungkin
mengembangkan tingkat-tingkat AST dan ALT yang sangat
tinggi (adakalanya dalam batasan ribuan unit/liter). Namun
kebanyakan pasien-pasien dengan virus hepatitis A. (Giantini
Astuti, 2012)

DosenPembimbing Praktikan

Anda mungkin juga menyukai