DOSEN :
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1 ARSITEKTUR
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.3.Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
3.1.KESIMPULAN ....................................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik. Jumlahnya
tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika bangsa ini tidak
lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman terus bergerak dan berubah,
namun tetap ada yang tidak berubah dari mahasiswa, yaitu semangat dan
idealisme. Semangat-semangat yang berkobar terpatri dalam diri mahasiswa,
semangat yang mendasari perbuatan untuk melakukan perubahan-perubahan
atas keadaan yang dianggapnya tidak adil. Mimpi-mimpi besar akan
bangsanya. Intuisi dan hati kecilnya akan selalu menyerukan idealisme.
Mahasiswa tahu, ia harus berbuat sesuatu untuk masyarakat, bangsa dan
negaranya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi pada umumnya ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara perusahaan
dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi adalah
menyelewengkan atau menggelapkan uang dan sebagainya. Arti lain korupsi
adalah tindakan atau efek dari membuat seseorang berubah dari standar
perilaku moral menjadi tidak bermoral. Berdasarkan
Menurut Kligraard korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari
tugas-tugas resmi jabatannya dalam Negara, dimana untuk memperoleh
keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi
(perorangan,perkelompok, atau keluarga dekat). Sementara itu menurut
undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang
di kategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempakatan atau sarana yang ada
padanta karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
Negara perekonomian Negara.
Ada beberapa istilah terkait dengan jenis- jenis korupsi, yaitu kolusi dan
nepotisme yang popular dengan sebutan KKN. Kolusi merupakan sikap dan
perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam
melakukan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelican melanggar
hukum dengan menguntungkan kepentingan keluarga atau teman-teman yang
dikenal.
b) Kolusi adalah pemufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antara
penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat, atau Negara.
Ada beberapa faktor penyebab korupsi yang menjadi pemicu perilaku kotor
ini. Faktor penyebab korupsi harus dipahami semua orang untuk menghindari
kerugian yang dihasilkannya. Faktor penyebab korupsi bisa datang pada siapa
saja dengan latar belakang apa saja.
A. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang di sebabkan oleh keinginan diri
pelaku, Faktor ini terdiri dua aspek perilaku, yaitu individu dan sosial.
Aspek perilaku individu meliputi sifat tamak atau rakus manusia, moral
yang kurang kuat, gaya hidup konsumtif.
6
Sementara aspek sosial dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga.
Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluarga lah yang secara
kuat memberi dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi sifat pribadinya.faktor internal ini
dapat di jabarkan dalam hal-hal berikut.
B. Faktor Eksternal
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi yang menjadi faktor penyebab korupsi adalah
pendapatan yang tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan
ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
3. Aspek Politis
Aspek politis yang menjadi faktor penyebab korupsi seperti
kepentingan politis, meraih dan mempertahakan kekuasaan. Politik juga
merupakan salah saatu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat
dari instabilitas politik dan kepentingan para pemegang kekuasaan. Kasus
suap serta politik uang juga santer terdengar oleh masyarakat. Persaingan
dan kompetisi politik merupakan salah satu penyebab korupsi, terutama di
kalangan para elite politik. Umumnya, desakan kultur dan struktur korupsi
betul-betul terwujud dalam perbuatan korupsi yang dilakukan oleh para
pejabat.
4. Aspek Organisasi
Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud memiliki cakupan yang luas,
Termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarkat. Oraganisasi
yang menjadi korban korupsi atau tempat korupsiterjadi biasanya memberi
andil karena membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan korupsi.
Hal ini terjadi karena beberapa aspek diantaranya kurang adanya
keteladanan dari sosok pemimpin, kultur organisasi yang salah, sistem
akuntabilitas yang kurang memadai, dan manajemen yang kurang terarah.
Aspek organisasi yang menjadi faktor penyebab korupsi di antaranya
adalah:
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang meadainya sistem akuntabilitas yang benar
8
Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan.
tidak adil dan tidak berpihak pada masyarakat. Kontrol terhadap kebijakan
pemerintah tersebut perlu dilakukan karena banyak sekali peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja
dan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat banyak. Kontrol tersebut bisa
berupa tekanan berupa demonstrasi ataupun dialog dengan pemerintah
maupun pihak legislatif.
9
2.4.PERANAN DAN KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM
GERAKAN ANTI KORUPSI
10
2.4.2.Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi
Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera dan tertib
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dan
sejahtera tersebut, perlu secara terus menerus ditingkatkan usaha-usaha
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pada umumnya serta tindak pidana
korupsi pada khususnya.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan suatu
gerakan anti korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang
bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat.
Dalam konteks ini peranan mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari
masyarkat sangat diharapkan. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat wilayah yaitu :
a) Di lingkungan keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat di mulai dari
lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan
terhadap perilaku keseharian anggota keluarga, misalnya :
11
Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayah atau
anggota keluarga yang lain, peraturan lalu lintas dipatuhi ? misal tidak
berbelok/berputar di tempat dimana ada tanda larangan berbelok/berputar
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiwa yang
diawali dari lngkungan keluarga sangat sulit untuk dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul. Maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan
dalam keluarga seringkali menjadi bias.
b) Di Lingkungan Kampus
12
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Kesimpulan dalam makalah ini adalah Mahasiswa sangat berperan dalam upaya
pemberantasan korupsi. Karena perannya mahasiswa yang sangat dibutuhkan bagi
pemberantasan korupsi, sehingga dibutuhkan juga adanya penanaman moral sejak
dini dan adanya pendidikan anti korupsi bagi untuk mahasiswa. Jadi, mahasiswa
juga sangat berperan dalam pemberantasan korupsi dan juga dalam tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi.
Masyarakat sudah tahu jika korupsi itu tindakan buruk, keji, tercela, tidak baik,
dosa, dan merugikan orang lain, namun tetap banyak yang melanggar. Oleh
karena itu, sebaiknya dengan diadakannya pendidikan anti korupsi sebagai
kelanjutan dari masa pendidikan dasar, menengah sampai perguruan tinggi untuk
membangun kesadaran etik dan moral bagi generasi muda, termasuk mahasiswa.
Karena, mahasiswa memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan bangsa
Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Liza Deshaini, Evi Oktarina Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
Palembang, “Peranan dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti
Korupsi”. Yogyakarta, 22 November 2017
Anugerah Ayu Sendari, Faktor Penyebab Korupsi, Lengkap dengan Teori dan
Jenisnya. 17 Des 2020, https://hot.liputan6.com/read/4436038/faktor-
penyebab-korupsi-lengkap-dengan-teori-dan-
jenisnya#:~:text=Faktor%2Dfaktor%20penyebab%20korupsi%20adalah,berk
aitan%20dengan%20individu%20pelaku%20korupsi
Modul Sosialisasi Anti Korupsi BPKP tahun 2005 oleh Mohamad Risbiyantoro,
Ak., CFE (PFA pada Deputi Bidang Investigasi BPKP)
14