Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KORUPSI DAN PERILAKU KORUPTIF, INTEGRITAS DAN SEJARAH


PERKEMBANGAN KORUPSI DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Dr. H. Sukarno, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 09 :

Nurul Islamiya Wardani ( 211101040018)

Wahyu Izza Rahman (211101040028)

Maharani Aulia (211101040029)

Alvin Hidayatullah (211101040030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa kami dari zaman kegelapan
menuju zaman terang menderang yakni Ad diin Al Islam.

Makalah yang berjudul Korupsi dan perilaku koruptif, integritas dan sejerah perkembangan
korupsi di Indonesia ini merupakan syarat dari aspek penilaian mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor UIN KH.Achmad Shiddiq
Jember,
2. Ibu Dr. Hj. Mukniah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN
KH.Achmad Shiddiq Jember,
3. Bapak Hartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah UIN KH.Achmad Shiddiq Jember,
4. Bapak Dr. H. Sukarno, M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada umumnya dan khususnya dalam pengembangan ilmu Konsep
Pendidikan Keluarga.

Jember, 27 Mei2022

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5

2.1 Korupsi ...............................................................................................................6

2.2 Perilaku Koruptif ...............................................................................................7

2.3 Integritas ............................................................................................................7

2.4 Sejarah Perkembangan Korupsi di Indonesia ....................................................9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12


3.2 Daftar Pustaka ..................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan
begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke
tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun
dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam
seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan
membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi
di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya
pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di
sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi
juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada
dalam posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan
bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar
penyelenggara negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti
keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.
Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan
negara akan tetapi juga dapat menimbulkan kerugiankerugian pada perekonomian rakyat.
Barda Nawawi Arief berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang
sangat tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh sebagian besar masyarakat; tidak hanya oleh
masyarakat dan bangsa Indonesia tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu korupsi?
2. Apa yang dimaksud perilaku koruptif?
3. Apa itu integritas?
4. Jelaskan sejarah perkembangan korupsi di Indonesia!

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa itu korupsi.
2. Untuk mengetahui perilaku koruptif.
3. Untuk mengetahui integritas.
4. Untuk menganalisis sejarah perkembangan korupsi di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang kemudian dikatakan
bahwa corruptio berasal dari bahasa Latin yang lebih tua, yaitu corrumpere. Secara harfiah,
korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, dan penyimpangan dari kesucian.

Secara umum, pengertian korupsi adalah semua tindakan tidak jujur yang memanfaatkan
jabatan atau kuasa untuk mendapatkan keuntungan bagi pribadi atau orang lain. Di Indonesia,
tindak korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tidak Pidana Korupsi.

Berdasarkan undang-undang tersebut, korupsi adalah setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara.

Melansir buku ‘Teori & Praktik Pendidikan Anti Korupsi’ karya Sukiyat, korupsi adalah
sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Dengan demikian, korupsi dapat diartikan sebagai
perbuatan menyangkut sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk,
menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Di dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (uu tipikor) hanya mengatur mengenai
perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan korupsi. Perbuatan korupsi dikelompokkan ke
dalam 7 jenis tindak pidana korupsi yaitu perbuatan merugikan keuangan Negara,
menyalahgunakaan jabatan, suap-menyuap , penggelapan dalam jabatan, pemerasan, konflik
kepentingan, korupsi yang berhubungan dengan kecurangan , dan gratifikasi. Ke tujuh
perbuatan tersebut lah yang dapat dikenakan sanksi pidana seperti yang tertuang dalam uu
tipikor.

6
2.2 Perilaku Koruptif

Perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, tindakan, dan
pengetahuan seseorang yang menjebakkan dirinya pada kegiatan korupsi. Apa saja yang
termasuk kedalam perilaku koruptif? Dalam peraturan perundang-undangan memang tidak
ada rumusan mengenai apa itu perilaku koruptif. Namun perilaku sehari-hari yang merugikan
orang lain termasuk kedalamnya. Misalnya, mencontek, plagiarisme, berbohong,
mencurangi, buang sampah sembarangan, memberi uang pelican dalam hal pelayanan publik
seperti KTP dan SIM, pemberian hadiah saat hajatan, dan tidak tepat waktu.

Seringkali perilaku koruptif dianggap sebagai hal yang wajar untuk dilakukan dan telah
membudaya dalam masyarakat. Persepsi yang sudah tertanam di dalam masyarakat bahwa
korupsi hanya apa yang diatur di dalam uu tipikor. Namun, korupsi bukanlah budaya. Karena
budaya adalah nilai budi baik yang sudah tertanam.

Perlu kita cermati bersama. Perilaku koruptif dapat menjadi tombak awal lahirnya
pelaku-pelaku perbuatan korupsi. Jika perilaku-perilaku ini terus dimaklumi dan dibiarkan
menjamur dalam kehidupam masyarakat maka korupsi akan terus ada dan pelaku korupsi
terus bertambah.

2.3 Integritas

Kata ‘integritas’ dipakai secara luas untuk menyatakan kompaknya atau utuhnya sesuatu,
teridentifikasi dari reaksinya terhadap rangsangan dari lingkungannya. Penyelisikan makna
hakiki integritas pada akhirnya berujung pada pemahaman tentang pentingnya dua proses
yang berlangsung serentak, yaitu proses pengendalian internal dan proses partisipasi
eksternal.

Pada kasus manusia atau institusi yang dikendalikan manusia, proses pengendalian
internal berkaitan dengan persoalan bagaimana membangun dan mempertahankan identitas
diri, sedangkan proses partisipasi eksternal berkenaan dengan persoalan bagaimana
mewujudkan keputusan dan tindakan yang baik berdasarkan identitas diri itu. Identitas diri
seharusnya tidak terlepas dari keputusan dan tindakan yang baik. Meskipun kekuasaan

7
dibangun dari kemampuan partikular, kekuasaan itu seharusnya dipergunakan demi kebaikan
bersama. Oleh karena itu, integritas merupakan suatu keutamaan, suatu karakter baik
manusia atau budaya baik organisasi, yang menimbulkan daya dorong bagi pemiliknya untuk
mewujudkan keputusan dan tindakan bagi kebaikan bersama. Karakter atau budaya ini jelas
bertentangan dengan korupsi, karena korupsi merupakan tindak penyalahgunaan kekuasaan
dengan memanipulasi kebaikan bersama demi kepentingan pribadi tertentu. Jadi, karakter
integritas dan budaya integritas secara langsung bertentangan dengan korupsi.
Pengembangan karakter integritas dan budaya integritas mengandung keniscayaan logis
menangkal korupsi.

Hasil penyelisikan menunjukkan bahwa integritas individu akan terwujud ketika ia selalu
mengidentifikasikan diri dengan komunitas-komunitas ideal sedemikian rupa sehingga ia
akan selalu melakukan upaya partisipatif untuk secara hierarkis mewujudkan komunitas-
komunitas ideal dalam rangka mewujudkan dirinya. Kebaikan bersama (common good)
terjamin dan terjaga keberadaannya di dalam komunitas-komunitas ideal itu. Jadi, skema
pengembalian makna dasar integritas menyajikan kontrasnya perbedaan antara integritas dan
korupsi. Sementara korupsi merupakan perilaku penyalahgunaan kekuasaan dengan
memanipulasi apa yang seharusnya menjadi kebaikan bersama demi kepentingan partikular
(kepentingan pribadi tertentu), integritas merupakan keutamaan/ kebajikan (virtue) yang
menimbulkan daya dorong untuk mengelola berfungsinya kekuasaan partikular (kekuasaan
yang terkait dengan kompetensi, sumberdaya, dan kemampuan individu maupun organisasi)
demi kepentingan kebaikan bersama. Arah fungsional integritas tepat berlawanan dengan
korupsi sehingga secara logis integritas niscaya bertentangan dengan korupsi. Baik integritas
maupun korupsi disini dipahami secara paradigmatik. Maknanya tidak dibatasi oleh
pengertian legal-formal. Makna tunggal integritas yang disajikan secara paradigmatik di sini
direkomendasikan untuk dimanfaatkan sebagai landasan teoretis bagi praktik pengembangan
karakter integritas dan budaya integritas dalam rangka upaya menangkal korupsi.

8
2.4 Sejarah Perkembangan Korupsi di Indonesia

Sejarah korupsi di negara kita ternyata sudah di mulai dari zaman kerajaan dan
kesultanan. Hal yang membuatnya kurang terekspos karena memang para sejarawan lebih
memfokuskan kajian-kajian sejarah mereka ke arah politik dan sosial saja. Bukan ke
permasalahan ekonomi yang terjadi pada saat itu. Padahal zaman tersebut adalah awal dari
korupsi. Bisa kita lihat dengan apa yang terjadi di Kerajaan Singosari. Terjadinya perebutan
kekuasaan yang di latar belakangi kekuasaan dan ekonomi, di Banten bahkan terjadi
pertikaian antara Sultan Haji yang merebut kekuasaan atau tahta dari ayahnya sendiri, Sultan
Ageng Tirtayasa. Banyak lagi perlawanan rakyat yang terjadi dimana telah merubah sistem
pemerintahan di negari ini. Isu-isu mengenai korupsi ini yang kebanyakan menjatuhkan
rezim pemerintahan yang berkuasa saat itu.

Seiring perkembangan zaman, dari masa orde lama dan orde baru tindakan korupsi belum
juga bisa diberantas. Banyak produk produk pemberantas korupsi lahir. Di masa orde lama
ada yang namanya Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran). Badan ini dipimpin oleh A.H.
Nasution. Kemudian kita juga mengenal operasi Budhi. Komando Tertinggi Retooling
Aparat Revolusi (Kontrar) yang di ketuai langsung oleh Presiden Soekarno, dengan lahirnya
organisasi ini semakin menambah lambatnya usaha pemberantasan korupsi. Zaman orde
baru, Soeharto tidak mau kalah dan melahirkan produk yang namanya tim pemberantasan
korupsi yang biasa disingkat TPK yang diketuai oleh Jaksa Agung. Pada periode yang sama
Presiden Soeharto juga membentuk tim empat yang tugasnya membersihkan Bulog, Depag,
Pertamina, Telkom, dll. Pada masa yang sama juga didirikan Operasi Tertib (Opstib) yang
juga sebagai pemberantas korupsi di Indonesia. Tetapi dua lembaga ini juga sering
berselisih. Hal ini sangat melemahkan lembaga itu dalam memberantas korupsi. Alhasil, para
koruptor terus bisa melenggang di kursi singgasana rezim orde baru.

Masa BJ Habibie juga melahirkan pembentukan KPKPN yang bertujuan menciptakan


penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN. Dii masa Abdurrahman Wahid juga
melahirkan Tim gabungan pemberantasan tindak pidana korupsi (TGPTPK) yang akhirnya di
bubarkan setelah di ajukannya Yudisial review. Masa orde reformasi, produk pemberantasan
korupsi pun juga lahir. Lembaga yang disebut sebagai lembaga yang super body itu adalah
harapan real satu satunya setelah kejaksaan dan kepolisian dinilai gagal. Lembaga itu adalah

9
komisi pemberantasan korupsi (KPK). Sama dengan setiap orde, produk produk
pemberantasan korupsi ini pun mendapat tantangan yang berat. Dan yang paling hangat
sekarang itu adalah usaha usaha pelemahan terhadap keperkasaan lembaga yang di sebut
KPK ini. Jika kita lihat dari masa ke masa tadi, jelas kita lihat bahwa kunci sebenarnya dari
permasalahan korupsi ini terletak kepada sistem ekonomi yang di jalankan secara modern.
Dimana kita mengenal istilah bahwa Negara Maju Sebagai Guru Korupsi.

Mengapa bisa begitu? kita bisa lihat pruduk hasil dari ekonomi modern seperti IMF,
Bank Dunia ataupun perusahaan multinasional yang menjerat Indonesia sebagai negara
berkembang masuk ke dalam lumpur korupsi yang memang sudah merajalela. Akibatnya,
hutang luar negeri Indonesia meningkat. Inilah yang menyebabkan negara berkembang
bukannya menjadi maju, tapi bisa kembali menjadi negara terbelakang. Karena anak cucu
kita terus mewarisi hutang hutang yang bukan dikerjakannya. Pengangguran, kemiskinan
atau kemelaratan sudah pasti merupakan hasil akhir dari sistem ekonomi modern ini.

Sistem lain yang perlu kita cermati dalam gerakan pemberantasan korupsi adalah sistem
birokrasi yang berbelit-belit merupakan pencetus lahirnya korupsi. Keinginan untuk
mendapatkan suatu urusan yang mudah melahirkan apa yang namanya sogokan atau uang
pelican. Nah, tidak salah jika kita sebut bahwa cikal bakal dari korupsi itu adalah Birokrasi
yang berbelit-belit. Tidak ada jalan selain melakukan Reformasi Birokrasi secara menyeluruh
dan membuat suatu standar birokrasi yang transparan dan jelas. Intinya, untuk melenyapkan
korupsi kita harus melakukan perombakan yang benar benar total terhadap sistem sekarang.
Memberantas korupsi tidak semudah membalikan telapak tangan. Ketidak berdayaan hukum
di mata para penguasa merupakan penghambat yang sangat tangguh dalam pemberantasan
korupsi. Komitmen yang lemah dari orang yang dulu meneriakan anti korupsi merupakan
penyebab Korupsi semakin hari semakin subur.

Pemberantasan korupsi harus dimulai dari sekarang. Terus lakukan usaha-usaha


pencerdasan terhadap masyarakat melalui pendidikan. Upaya-upaya penyadaran akan
dampak negatif dari korupsi juga harus ditanamkan kepada masyarakat. Banyak hal kecil
yang kita lakukan yang tanpa sadar bahwa yang kita lakukan itu adalah korupsi. Telat kuliah
atau kerja, memakai sarana kampus atau kantor untuk kepentingan pribadi, menyontek saat
ujian, dsb. Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi

10
bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekadar suatu budaya dan
kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antarnegara, Indonesia selalu
menempati posisi paling tinggi. Keadaan ini bisa menyebabkan pemberantasan korupsi di
Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak masyarakat sendiri. Perkembangan korupsi di
Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini
pemberantasan korupsi di Indonesia belum mampu atau menunjukkan titik terang melihat
peringkat.Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958
dipandang sebagai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan dampak
bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan
koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi.
Konsep pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep
pemiskinan koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus sebagai bentuk
mengurangi tindak pidana korupsi.

Pemiskinan koruptor di Indonesia belum dilaksanakan secara tegas. Para penegak hukum
yang dalam penelitian ini yaitu jaksa dan hakim tidak menjalankan sanksi pidana pemiskinan
koruptor dalam memberantas tindak pidana korupsi. Jaksa dalam menjatuhkan tuntutan
pidana berpegang teguh pada undang-undang begitu juga dengan hakim tipikor dalam
menjatuhkan vonis berpegang teguh pada undang-undang. Pelaksanaan sanksi pidana
pemiskinan koruptor hanya dengan perampasan aset hasil tindak pidana korupsi yang
besarnya disesuaikan dengan kerugian keuangan negara. Hal tersebut tidak dapat dikatakan
memiskinkan koruptor karena hanya aset yang berasal dari tindak pidana korupsi saja yang
dirampas dan belum tentu si koruptor akan menjadi miskin. Pemiskinan koruptor dilakukan
dengan perampasan seluruh benda-benda yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi
dan/atau dengan pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sesuai dengan kerugian
keuangan negara yang diambil dan yang timbul dari tindak pidana korupsi. Pemiskinan
koruptor belum menjadi suatu terobosan hukum bagi penegak hukum di Indonesia dalam
memberantas tindak pidana korupsi

12
DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo, S. M. (2022). ANTI KORUPSI DAN INTEGRITAS. In P. M. INDONESIA, PENGETAHUAN


DASAR ANTI KORUPSI DANINTEGRASI (pp. vi,303). kota bandung-jawa barat: CV.MEDIA SAINS
INDONESIA.

OLIVIA. (2021, november selasa). detikedu. Retrieved november selasa, 2021, from
https:www.detik.com: https:www.detik.com/edu/ditikpedia/d-5803362/korupsi-pengertian-
jenis-dan-cara-pemberantasan/amp

SUKIRNO, S. (2017). SEJARAH KORUPSI DI INDONESIA. In S. SUKIRNO, SEJAARAH KORUPSI DI INDONESIA


(p. 86+8 halaman romawi). bogor: PT Penerbit IPB Press.

13

Anda mungkin juga menyukai