Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNIK SAMPLING DAN FEBOTOMI I

LEGALITAS PELAKSANAAN FLEBOTOMI, KOMUNIKASI DALAM


FLEBOTOMI (PASIEN PEDIATRIK, PASIEN DEWASA, PASIEN GERIATRIK),
DAN PENANGANAN SPESIMEN/JENIS-JENIS SAMPEL

OLEH :

KELOMPOK III

MUHAMMAD AKBAR
: A202001091
ARDIANSYAH
SITI SAMSIAR : A202001090
RISMAWATI : A202001094
DEWI SARTIKA : A202001071

SASMITA : A202001069

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Legalitas Pelaksanaan
Flebotomi, Komunikasi dalam Flebotomi, dan Penanganan Spesimen . Tidak lupa shalawat
serta salam tercurah kepasa Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Wa Ode
Gustiani, S.ST pada mata kuliah Teknik sampling dan Flebotomi I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kewajiban dan peranan seorang Flebotomis
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata kuliah teknik sampling dan
flebotomi I selaku yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. penulis juga mengucaokan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah yang dibuat masih memerlukan penyempurnaan, terutama
pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon
maaf.

Kendari, 11 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penuliaan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Legalitas Pelaksanaan Flebotomi.............................................................................
B. Komunikasi Dalam Flebotomi................................................................................
C. Penanganan Spesimen/Jenis-Jenis Sampel..............................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal manusia dan
menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama
(tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter dari Syria dengan menggunakan lintah.
sebelum dikenal Hippocrates dengan sebutan “ Bapak Ilmu Kedokteran” ( abad 5
SM), seni pengambilan darah banyak mengalami perubahan demikian pula berbagai
alat untuk keperluan pengambilan dan penampungan bahan darah. Lanset untuk
pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap
mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. dengan lanset ini seorang dokter
(practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang
akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih memproduksi “lintah artificial”. Kini
telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah diperoleh dipasaran.
Kebanyakan pengambilan spesimen darah pasien saat ini masih dilaksanakan
oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium maupun diruang
perawatan; padahal jabatan dan kandungan tugas seorang teknisi atau analis
laboratorium tidak sejalan dengan tanggung jawab dan kegiatan/aktivitas seorang
pengambil spesimen darah (dalam hal ini seorang flebotomis). Obyek yang dihadapi
oleh teknisi/analis laboratorium adalah peralatan pemeriksaan sedang obyek yang
dihadapi flebotomis adalah pasien ( atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal :
sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit banyaknya bisa
menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan spesimen darah dan hal-
hal ini pula yang harus bisa dihadapi dan diatasi seorang flebotomis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana legalitas pelaksanaan flebotomi?
2. Bagaimana komunikasi dalam flebotomi?
3. Bagaimana penanganan spesimen/ jenis-jenis sampel?
C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui dan memahami legalitas pelaksanaan flebotomi.
2. untuk mengetahui dan memahami komunikasi dalam flebotomi.
3. untuk dapat mengetahui dan memahami tentang penanganan spesimen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Legalitas Pelaksanaan Flebotomi


adapun legalitas Flebotomi adalah sebagai berikut :
1. Keputusan MENKES No 04/MENKES/SK/2002 Tentang laboratorium kesehatan
swasta dituliskan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawa perawat yang bekerja
di Laboratorium swasta adalah melakukan tindakan pengabilan spesimen.
2. UU-RI No 36 2009 Tentang kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 54 2007, Pranata laboratorium
merupakan jabatan fungsional sehingga mendapat tunjangan jabatan pranata
laboratorium.
4. Keputusan MENKES RI NO 370 Tahun 2007, Menetapkan kompetensi yang
harus dimiliki oleh ahli tenaga laboratorium kesehatan. dalam menjalankan tugas
fungsional seorang analis harus memiliki kompetensi dasar.
5. Peraturan MENPAN No 08 Tahun 2006 Tentang Analis kesehatan pegawai negeri
(Pranata Laboratorium) Tugas Pelayanan laboratorium kesehatan di bidang
hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toxycology, kimia
lingkungan dan patologi anatomi.
6. Keputusan Menteri Kesehatan dan Menteri Kesejahteraan Sosial RI NO 141 /
MENKESKESOS / SK / II / 2001 Tentang petunjuk teknis pelaksanaan pejabat
fungsional pranata laboratorium kesehatan.
a. Point 21 : Mempersiapkan pasien, yaitu kegitan yang dilakukan sebelum
pengambilan spesimen, memberi petunjuk pada pasien tentang persiapan atau
tindakan yang harus dilakukan sampai dengan mengatur posisi pasien.
b. Point 22 : Mempersiapakan peralatan dan bahan penunjangan untuk
mengambil spesimen atau sample di laboratorium yaitu kegiatan yang
dilakukan sebelum mengambil spesimen atau sample di laboratorium.
c. Point 26 : Mnegambil spesimen atau sample dengan tindakan sederhana
yaitu mengambil spesimen atau sampel dengan teknik atau prosedur yang
mudah serta catat identitas pasien.
B. Komunikasi Dalam Flebotomi
1. Komunikasi dalam flebotomi pada pasien pediatrik
a. Teknik Komunikasi pada anak
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun
kepercayaan diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa
percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu
penghargaan pada dirinya Anak merupakan seseorang yang membutuhkan
suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat
dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun non verbal yang
dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi
dapat tercapai(Hidayat, 2005).
b. Sikap Dalam Komunikasi
Sikap komunikasi merupakan sesuatu yang harus dilakukan dalam
komunikasi baik secara verbal maupun non verbal meliputi:
 Sikap Berhadapan : Berhadapan merupakan bentuk sikap di mana seseorang
langsung bertatap muka atau berhadapan langsung dengan anak, sikap ini
mengandung arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi
 Sikap mempertahankan kontak : Mempertahankan kontak mata merupakan
kegiatan yang bertujuan menghargai klien dan mengatakan adanya
keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan
apa yang diinformasikan atau disampaikan dengan tidak melakukan
kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dengannya.
 Sikap membungkuk ke arah pasien : Sikap ini merupakan bentuk sikap
dengan memberikan posisi yang menunjukkan keinginanuntuk mengatakan
atau mendengar sesuatu dengan membungkuk sedikit kearahklien
 Sikap terbuka : Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan
posisi kaki tidak melipat, tangan menunjukkan keterbukaan untuk
berkomunikasi yang dilakukan selama dalam proses komunikasi, sehingga
proses keterbukaan diri dalam komunikasi dapat dilaksanakan.
 Sikap tetap relaks : Sikap ini menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam memberirespons pada klien selama
komunikasi. Sikap ini diperlukan sehingga saling memberikan berbagai
informasi yang diharapkan tanpa adanya sebuah paksaa

c. Komunikasi Dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang


 Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi umumnya dapat dilakukan adalah dengan


melalui gerakan-gerakan bayi. Gerakan tersebut merupakan alat komunikasi
yang baik, di samping itu komunikasi dengan bayi dilakukan secara verbal.
Perkembangan komunikasi bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi
berespons dengan membuat suara-suara. Pada usia bayi minggu kedelapan
bayisudah mampu melakukan senyum. Pada usia keenam belas minggu
bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing. Pada
pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata awal
seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan kesepuluh bayi sudah
bereaksi terhadap panggilan namanya, mampu melihat beberapa gambar
yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama sudah mampu
melakukan kata-kata yang spesifik dua sampai tiga kata.Selain melakukan
komunikasi dengan cara di atas terdapat cara berkomunikasi yang efektif
dengan menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain

 Usia Todler dan Prasekolah (1- 2,5 tahun dan 2,5 - 5 tahun)
Perkembangan anak pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun kedua sudah mampu
memahami 200-300 kata, dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada usia
anak 3 tahun anak sudah mampu menguasai Sembilan ratus kata dan
banyak menggunakan kata-kata mengapa, apa, kapan, dan
sebagainya.Komunikasi anak pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris,
rasa ingin tahunya tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai
meningkat, mudah merasa bersalah dan kecewa karena tuntutan yang tinggi,
setiap komunikasi harus berpusat padadirinya, takut terhadap
ketidaktahuan, dan perlu diingat kadangkala anak masih belum fasih dalam
berbicara
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan mereka
untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan
nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab diulang dengan pengarahan
yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata
“jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan
saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi, mengatur
jarak interaksi di mana kita dalam berkomunikasi sebaiknya mengatur
jarak, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari konfrontasi
langsung, duduk terlalu dekat, dan berhadapan.Secara non verbal beri
dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak
tanpa disetujui oleh anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita,
dalam menggali perasaan dan pikirananak di saat melakukan komunikasi.
 Usia sekolah (5-11 tahun)
Pada usia ini anak mampu mencetak, menggambar, membuat huruf
atau tulisan yang benar, dan apa yang dilaksanakan oleh anak
mencerminkan pikiran anak dan anak mulai mampu membaca. Pada usia
kedelapan anak sudah membaca dan sudah mulai berpikir terhadap
kehidupan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini tetap
masih memperhatikan tingkat bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana
yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak
atau sesuatu yang tidak diketahui. Pada usia ini keingintahuan pada aspek
fungsional dari dan prosedural, maksud dan tujuan dari sesuatu yang
ditanyakan secara jelas, dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
 Usia remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditujukan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Pada usia anak ini
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan ke
arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa.Komunikasi yang dapat dilakukan
pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya.
Hindari beberapa pertanyaanyang dapat menimbulkan rasa maludan jaga
kerahasiaan dalam berkomunikasi mengingat ini merupakan awal
terwujudnya kepercayaan-kepercayaan anak dan merupakan masa transisi
dalam bersikap dewasa.
2. Komunikasi Flebotomi Pada Pasien Dewasa
a. Bicara berhadapan dengan pasien memakai bahasa awam.
b. Bicara dengan tim kesehatan memakai istilah medik seperti “venipuncture”
tapi dengan pasien “untuk mendapatkan darah”
c. Mampu menerangkan prodesur yang akan dilakukan pada pasien, jangan
pernah mengatakan bahwa flebotomi tidak sakit. Dibicarakan akan terasa
sedikit sakit
d. panggil pasien sesuai namanya
e. hindari panggilan : sayang, mbak, mas.
f. jangan terlalu banyak bicara yang tidak perlu terutama pada pasien yang
memerlukan istrahat.
3. Komunikasi Flebotomi Pada Pasien Geriatri
Penurunan fungsi-fungsi pada lansia (fisik, sosial, dan psikologis)
menyebabkan terjadinya perubahan aspek emosi pasien lansia. Diperlukan
keterampilan dan pendekatan khusus untuk memberikan pelayanan kesehatan
pada kelompok ini. beberapa faktor yang mempengaruhi proses komunikasi
dengan lansia adalah sebagai berikut : status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan, dan stres pada lansia.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam menjalin hubungan atau
berkomunikasi dengan lansia, adalah sebagai berikut :
a. siapkan lokasi yang adekuat ( contoh : pasien di kursi roda)
b. suasana tenang dan tidak bising
c. lokasi nyaman dan tidak panas
d. penerangan cukup, hindari cahaya langsung
e. pelajari status lansia
f. menjaga privasi
g. sabar, rileks, dan tidak terburu-buru
h. menggunakan sentuhan
i. bicara tidak terlalu keras
j. menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
k. memberikan dukungan semangat untuk lansia
l. mendoakan
C. Penanganan Spesimen/Jenis-Jenis Sampel

Spesimen merupakan bagian terpenting dalam mengawali suatu pemeriksaan,


karena hasil pemeriksaan laboratorium tidak akan lebih baik dari mutu specimen yang
diperoleh.

1. Spesimen pus/nanah
Specimen pus/nanah merupakan suatu cairan hasil proses peradangan yang
terbentuk dari sel sel leukosit.
Penanganan specimen :
a. Perhatikan pelabelan pada sampel, kemudian di tuliskan organ asal pus
b. Di letakkan pada wadah yang steril
c. Sampel segera di kirim ke laboratorium
2. Spesiman darah
Penanganan specimen :
a. Perhatikan pelabelan pada tabung. Cocokkan dengan identitas yang ada di
formulir laboratorium.
b. Perlakukan semua specimen sebagai bahan infeksius.
c. Pastikan specimen tersimpan dalam wadah yang tidak bocor
d. Penundaan pemeriksaan harus memperhatikan jenis specimen, jenis
parameter pemeriksaan dan stabilitas specimen.
e. Pisahkan serum atau plasma sesegera mungkin di bawah 2 (dua) jam dari
pengambilan specimen pada suhu kamar.
3. Specimen urin
Penanganan specimen :
a. Urin di tampung dalam pot steril dan kering, sebanyak -+ 10 ml
b. Wadah di beri label yang lengkap sesuai dengan formulir permintaan
c. Segera sampel di kirim ke laboratorium di sertai dengan formulir
permintaannya. Apabila di tunda >2 jam, maka segera masukan ke dalam
lemari es (2-8 derajat celcius)
4. Specimen feses
Penanganan specimen :
a. Sampel di tampung langsung ke dalam pot tinja -+10 gram
b. Wadah diberi label yang lengkap (label berisikan nama lengkap pasien,
umur, jenis kelamin, dan tanggal pengambilan sampel feses).
c. Segera sampel dikirm ke laboratorium.
5. Specimen sputum/dahak
Penanganan specimen :
a. Specimen sputum/dahak di tampung dalam wadah steril, kering, bermulut
lebar dan bertutup ulir sebanyak 25 ml.
b. Wadah sampel di beri label yang lengkap sesuai dengan formulir
permintaan
c. Segera sampel dikirm ke laboratorium
6. Cairan Otak

Penanganan Spesimen :

a. Spesimen Cairan otak disimpan dalam wadah steril yang tertutup rapat
b. wadah di beri label sesuai dengan formulir permintaan. mencakup : tanggal
permintaan, tanggal & jam pengambilan sampel, ID pasien, ID pengirim.
c. sampel di bawa ke laboratorium setelah mencocokkan sampel dengan
formulir permintaan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melakukan phlebotomy Legalitas phlebotominya diatur dalam
perundang-undangan. Prosedur phlebotomy harus mempersiapkan tahap pre, analitik
dan post analitik dan dilakukan sesuai SOP. Sehingga dalam melakukan phlebotomy
sesuai dengan tujuan, fungsi serta tanggung jawab profesioanal phlebotomy. Dalam
penjaminan mutu phlebotomy, aspek keprofesionalan, tanggung jawab,
pendokumentasian serta kesesuaian dengan prosedur pelayanan standart menjadi tolak
ukur phlebotomy.

B. Saran
Seorang analis kesehatan kita hendaknya mampu menerapkan kompetensi standart
dan standart profesional phlebotomy sehingga dalam menjalankan tugas sebagai
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu untuk pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA

Arfan, Andhy. (2017). Makalah Flebotomi. Diakses pada Senin 11 Oktober 2021 :
(https://www.academia.edu/35649352/MAKALAH_FLEBOTOMI)

Hermayanti, D. 2015.Prosedur Khusus Flebotomi Pada Pasien Pediatri, Geriatri Dan Point Of
Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah,RSI Aisyah
Malang.
Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
https://id.scribd.com/document/327020224/12-Dokumentasi-penanganan-pengiriman-Dan-
penyimpanan-sampel.Diakses-pada-tanggal-11-oktober-2021

https://www.infolabmed.com/2017/03/faktor-faktor-penyulit-pada-flebotomi_2.html
https://www.slideshare.net/penanganan-penyimpanan-dan-pemusnahan-sampel.Diakses-
pada-tanggal-11-Oktober-2021.

Anda mungkin juga menyukai