Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PELATIHAN / MAGANG

BAGI PENGELOLA LABORATORIUM / PRANATA LAB. PENDIDIKAN


SATUAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Bogor, 22 – 25 April 2019

NAMA : DJADUK ALIF PRABANGKARA, A.Md.Pi


NIP : 19970618 201801 1 002
UNIT KERJA : POLITEKNIK KP PANGANDARAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada
akhirnya bisa menyelesaikan laporan Pelatihan / Magang Bagi Pengelola Laboratorium /
Pranata Lab. Pendidikan Satuan Pendidikan Di Lingkungan Kementerian Kelautan Dan
Perikanan tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Panitia Penyelenggara yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga Laporan ini dapat disusun dengan baik.

Semoga Laporan yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu
pengelolaan labortorium serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami
juga menyadari bahwa laporan ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan laporan
dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Bogor, 23 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................................. 1
C. Waktu dan Tempat ........................................................................................... 1
D. Pembiayaan ..................................................................................................... 1

BAB II PELAKSANAAN
A. Kegiatan Harian ................................................................................................ 2
B. Hasil Kegiatan .................................................................................................. 2

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 7
B. Saran .............................................................................................................. 7

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kompetensi Pengelola Laboratorium/Laboran. Pusat
Pendidikan Kelautan dan Perikanan mengadakan kegiatan pelatihan bagi pengelola
laboratorium/laboran.

B. Tujuan
Meningkatkan kompetensi bagi Pengelola Laboratorium/Laboran.

C. Waktu dan Tempat


Senin – Kamis/22 – 25 April 2019 pada Unit Laboratorium Jasa Pengujian, Kalibrasi
dan Sertifikasi, IPB Gedung Pascasarjana Wing Kimia Lantai Dasar, Kampus IPB
Baranangsiang, Jl. Pajajaran, Bogor.

D. Pembiayaan
Biaya yang dikeluarkan dibebankan pada Panitai Penyelenggara dari Pusat
Pendidikan Kelautan dan Perikanan

1
2
BAB II
PELAKSANAAN

A. Kegiatan dan Hasil

No Kegiatan Hasil
1. Pengantar K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan upaya perlindungan bagi pranata laboratorium (PLP)/instruktur, dosen dan praktikan
Laboratorium (mahasiswa dari pekerjaannya tersebut. Pencegahan, kecelakaan dan penserasian alat dan karakteristik praktikan yang berada disekelilingnya,
tujuannya agar instruktur dan praktikan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga mampu menciptakan
keselamatan kerja dan kenyamanan. Tidak ada sesuatu ditempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi karena ada alasan-alasan yang jelas dan
dapat diperkirakan sebelumnya. Pengawasan terhadap alat, bahan maupun terhadap tenaga/praktikan
2. Identifikasi dan Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruhmendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan
Potensi Bahaya di konsekuensiyang paling ringan sampai dengan yang paling berat.
Laboratorium (ILO – Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat diram(foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
International Hazard membahayakesehatan dan keselamatan terhadap:
Datasheets on 1. Karyawan
Occupation) 2. Orang lain yg berada ditempat kerja
3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1. Kerugian harta benda (Property Loss)
2. Kerugian masyarakat
3. Kerugian lingkungan
3 COSHH (Control of Safety Data Sheets (SDS) adalah dokumen yang merangkum informasi tentang bahaya produk dan arahan keamanan yang telah mengikuti klasifikasi
Substances dan label yang ditetapkan oleh sistem Global Harmonize System (GHS). SDS biasanya ditulis oleh pihak pengembang produk. SDS ini sangat diperlukan
Hazardous to bagi tempat kerja/pekerja utuk membantu memperlajari lebih lanjut terkait produk yang digunakan. Informasi ini berisi identifikasi bahaya produk yang
Health) dan digunakan dan cara menyelamatkan diri dalam keadaan bahaya.
Pengelolaan MSDS Format item yang ada dalam dokumen SDS di antaranya:
a. Identifikasi bahan dan perusahaan
b. Identifikasi bahaya
c. Komposisi/ informasi bahan
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
e. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
f. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
g. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
h. Pengendalian pemajanan dan perlindungan diri
i. Sifat-sifat Fisika dan Kimia
j. Reaktifitas dan Stabilitas
k. Informasi Toksikologi
l. Informasi Ekologi
m. Pembuangan limbah
3

n. Peraturan Perundang – undangan


o. Informasi lain
4. Pengelolaan Laboratorium harus dikelola/ditangani dan diatur tata letaknya sedemikian rupa dengan tujuan, agar :
Laboratorium 1. Disiplin laboratorium selalu terjaga dengan baik
(Desain dan Layout 2. Kebersihan, keamanan dan keselamatan laboratorium selalu terjaga dengan baik
Lab, Sistem Tata 3. Kelancaran penggunaan laboratorium selalu terjaga dengan baik
Ruang Lab, Safety Dalam melakukan pengelolaan laboratorium, beberapa aspek yang diperhatikan yaitu:
Culture dan Safety 1. Perencanaan
Equipment) 2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Dalam pengelolaan suatu laboratorium pada dasarnyamerupakan tanggung jawab bersama baik dari pengelola maupun pengguna laboratorium itu
sendiri.
5. Sistem Manajemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari sistem secara keseluruhan yang mana melipiti struktur organisasi,
K3 perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedural, proses, serta sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian.
Bahkan meliputi pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang mana berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien serta produktif.
6. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja merupakan sebuah bentuk dari adanya jaminan kesehatan yang di berikan pada seseorang pada saat sedang melakukan sebuah
pekerjaan. Adapun untuk pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang di berikan kepada para pekerja di karenakan oleh kondisi pekerjaan.
Perlindungan ni di berikan kepada para pekerja yang di dalam melakukan pekerjaannya memiliki risiko yang tinggi akibat dari faktor yang bisa merugikan
kesehatan. Adapun untuk penempatan dan juga pemeliharaan untuk para pekerja dalam suatu lingkungan kerja akan disesuaikan dengan bagaimana
kondisi fisiologi dan psikologis dan pekerja itu sendiri.
Ada banyak sekali tujuan kesehatan kerja yang di tujukan kepada para pekerja ini. Hal ini menjadi hal yang sangat penting khususnya bagi mereka
yang memiliki pekerjaan dengan resiko yang tinggi. Maka dari itu, memberikan jaminan kesehatan kerja adalah tujuannya, dengan adanya kesehatan
kerja ini tentunya akan lebih menjamin bagaimana kondisi kesehatan seseorang ataupun memberikan jaminan apabila seseorang pekerja bisa saja
mengalami kecelakaan ataupun terluka ketika melakukan pekerjaannya.
7. Investigasi Ada beberapa langkah dalam mengivestigasi kecelakaan kerja:
Kecelakaan dan 1. Segera kumpulkan segala informasi terkait dengan kecelakaan
Manajemen Resiko Hal paling pertama yang harus dilakukan adalah sebisa mungkin segera mengumpulkan semua data dan informasi terkait dengan kecelakaan kerja.
Informasi bisa diperoleh dengan cara langsung datang ke tempat kejadian, menginterview semua personel yang terkait dan sebagainya. Jika langkah
ini terlambat dilakukan ditakutkan banyak informasi yang cepat menguap atau banyak informasi yang 'dihilangkan' atau 'direkayasa' oleh pihak-pihak
tertentu. Tentu hal ini tidak kita inginkan.
2. Membentuk tim investigasi
Segeralah membentuk tim untuk melakukan investigasi. Besar tim tergantung jenis kecelakaan. Jika kasus kecelakaan adalah kecelakaan ringan yang
tidak mengakibatkan dampak signifikan bisa saja tim hanya beranggotakan satu atau dua orang saja dari fasilitas kerja tersebut. Namun jika kasusnya
semakin berat atau kompleks atau kemungkinan dampak yang ditimbulkan bisa berat maka perlu memasukkan beberapa member yang tepat dalam
investigasi misalnya supervisor, pemiliki fasilitas kerja, expert bidang tertentu (untuk kasus-kasus yang membutuhkan ahli di bidangnya) dsb. Perlu
diperhatikan juga keterlibatan manajemen dan top manajemen dalam investigasi ini mengingat investigasi merupakan isu yang sensitif sehingga
memerlukan peran dan komitmen yang kuat dari manajemen.
3. Meruntutkan kejadian kecelakaan kerja
Setelah informasi diperoleh dan tim terbentuk mulailah untuk melakukan peruntutan kejadian. Kejadian perlu diruntutkan untuk memudahkan tim dalam
mehamami alur cerita dari awal sampai kecelakaan itu terjadi. Jangkauan waktu dari runtut kecelakaan ini bisa bervariasi, bisa dimulai dari cerita saat
4

pekerja berangkat kerja pada pagi harinya atau bahkan bisa dimulai dari beberapa tahun yang lalu misalnya ketika pekerja pertama kali bekerja di
industri tersebut. Pastikan bahwa informasi yang dimasukan dalam runtutan kejadian ini adalah informasi yang relevan dan berhubungan dengan
kecelakaan kerja ini.
4. Mengidentifikasi semua kontrol
Kontrol yang dimaksud disini adalah segala kontrol yang dapat mencegah atau mengurangi risiko kecelakaan kerja itu terjadi atau mengurangi dampak
dari kecelakaan kerja itu yang meliputi engineering control, administrative control, atau alat pelindung diri yang terkait dengan kecelakaan kerja. Perlu
diidentifikasi kontrol apa saja yang tersedia dan kontrol apa saja yang tidak tersedia saat kecelakaan terjadi. Perlu diidentifikasi juga kontrol yang
tersedia itu mana saja yang bekerja dengan baik dalam arti efektif bekerja dan kontrol mana yang tidak bekerja dengan baik (misalnya karena rusak
atau hal lainnya). Identifikasi kontrol ini diperlukan untuk membantu tim dalam menentukan akar penyebab dari kecelakaan ini.
5. Mengidentifikasi akar penyebab
Proses identifikasi akar penyebab adalah proses yang paling krusial. Disini tim diharuskan untuk melakukan analisis dan menentukan apa yang menjadi
akar penyebab dari kecelakaan kerja ini atau sering juga disebut Root Cause Analysis (RCA). Ada banyak teknik dan metode untuk melakukan RCA,
namun pada dasarnya yang tim perlu lakukan adalah bertanya "why" atau "mengapa". Misalnya ada kecelakaan orang terluka jatuh dari sepeda motor,
mengapa orang tersebut jatuh dari sepeda motor, karena mengebut, mengapa mengebut, karena tidak ada rambu-rambu batas kecepatan dan
seterusnya. Pertanyaan "mengapa" ini dapat bercabang-cabang hingga menemukan lebih dari satu akar penyebab. Perlu diperhatikan bahwa akar
penyebab yang betul bukanlah faktor manusia (human cause), akar penyebab yang betul adalah dari system (system cause). Memang sebagian besar
kecelakaan terjadi terkait dengan faktor manusia, namun sebagian besar dari faktor manusia tersebut adalah akibat dari sistem yang ada.
6. Membuat rekomendasi
Setelah akar penyebab diidentifikasi, tim membuat rekomendasi-rekomendasi berupa solusi untuk mengatasi akar penyebab tersebut sehingga
kecelakaan kerja yang serupa tidak terjadi lagi atau paling tidak dapat mengurangi risiko berulangnya kecelakaan kerja yang serupa. Peru diperhatikan
bawah dalam dalam membuat rekomendasi ini harus detail, jelas, dan relevan dengan akar penyebab yang telah diidentifikasi serta sebutkan siapa
yang bertanggung jawab untuk melakukan rekomendasi ini dan kapan rekomendasi ini harus diselesaikan. Hal ini diperlukan agar rekomendasi ini jelas
akuntabilitasnya sehingga mengurangi risiko rekomendasi yang sia-sia atau tidak terlaksana.
7. Membuat laporan
Langkah terakhir dari investigasi ini adalah melaporkan hasil investigasi ke manajemen atau top manajemen agar mereka dapat menyetujui dan
mendukung hasil dari investigasi ini dan berkomitmen untuk menerapkan rekomendasi yang telah dibuat oleh tim agar kecelakaan kerja yang serupa
tidak terulang. Ingat, safety without leadership commitment is nothing.
8. Monitoring Resiko Risk Monitoring merupakan proses berkelanjutan untuk mengelola risiko. Risk Monitoring adalah proses yang melacak dan mengevaluasi tingkat risiko
dalam suatu organisasi. Dalam manajemen risiko, terdapat fase awal yang melibatkan identifikasi risiko, penyetujuan perlakuan resiko dan perancangan
kontrol. Risk Monitoring adalah proses pelacakan pelaksanaan manajemen risiko dan terus mengidentifikasi dan mengelola risiko baru. Selain
memantau risikonya sendiri, proses risk monitoring melacak dan mengevaluasi keefektifan strategi manajemen risiko. Temuan yang dihasilkan oleh risk
monitoring tersebut dapat digunakan untuk membuat strategi baru dan memperbaharui strategi lama terbukti tidak efektif.
Tipe – tipe dalam Risk Monitoring:
a. Voluntary - strategi pemantauan risiko ini tidak diwajibkan oleh hukum, tetapi dilakukan oleh perusahaan untuk membantu mereka belajar dari
peristiwa yang telah terjadi di masa lalu.
b. Obligatory - Strategi pemantauan risiko ini diwajibkan oleh undang-undang untuk beberapa organisasi, untuk memastikan bahwa metode
pemantauan dan pengelolaan risiko yang tepat digunakan.
c. Reassessment - Penilaian risiko manajemen risiko dan risiko sekunder atau tersier.
d. Continual - Monitoring yang selalu berlangsung.
e. Elemen – elemen umum dalam Risk Monitoring:
f. Risk Identification: proses berkelanjutan untuk mengidentifikasi risiko baru.
g. Risk Analysis: analisis berkelanjutan terkait kemungkinan risiko, dampak(impact), pilihan perlakuan(treatment) dan factor lain seperti momen risiko.
h. Risk Controls: memonitor/memantau pelaksanaan pengendalian resiko seperti proses mitigasi risiko.
5

i. Measurement & Communication: mengukur eksposur risiko saat ini dan mengkomunikasikan informasi risiko kepada pemangku kepentingan. Hal
ini mungkin termasuk ulasan rutin.
9. Sebab-sebab Kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang
Terjadinya menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain. Kebakaran merupakan api yang
Kebakaran, Teori tidak terkendali dan tidak diinginkan oleh manusia. Kebakaran termasuk keadaan darurat yang dapat menimbulkan berbagai macam kerugian mulai
Api, Metode dari manusia, harta benda, maupun produktivitas, dan kerugian sosial.
Pemadaman a. Segitiga Api (Triangle of Fire)
Api tidak terjadi begitu saja namun terdapat suatu proses kimiawi antara unsur bahan bakar (fuel), oksigen (O2) dan panas yang dikenal dengan teori
segitiga api.Berdasarkan teori segitiga api, kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api, yaitu (Ramli, 2010):
Segitiga Api (Triangle of Fire)
Bahan bakar (fuel), meliputi bahan padat, cair, dan gas yang dapat terbakar dan tercampur dengan oksigen dari udara.
Sumber panas (heat), yaitu pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara.
Oksigen, yaitu proses kebakaran tidak terjadi tanpa adanya udara atau oksigen.
b. Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Kebakaran dapat juga terjadi karena ada tambahan unsur keempat yaitu reaksi berantai pada pembakaran sehingga dimensi segitiga api menjadi model
baru yang disebut dengan bidang empat api atau yang sering disebut juga Tetrahedron of Fire. Berdasarkan teori bidang empat api, terdapat empat
proses penyalaan api mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, yaitu (Ramli, 2010):
Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)
Incipien Stage (Tahap Permulaan). Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah
yang signifikan selama periode tertentu.
Smoldering Stage ( Tahap Membara). Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat sebagai asap. Masih belum ada nyala api
atau panas yang signifikan.
Flame Stage. Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang sedangkan panas meningkat.
Heat Stage. Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya
sangat cepat seolah-olah menjadi satu dalam fase sendiri.
Menurut PERMEN Tenaga Kerja No.PER.04/MEN/1980 pasal 2, kebakaran diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
Kebakaran Golongan A. Kebakaran bahan padat kecuali logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Sifat utama dari kebakaran
benda padat adalah bahan-bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas baik sekali. Misalnya : karet, kertas, kayu, plastic.
Kebakaran Golongan B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. Misalnya : solvent, pelumas, produk minyak bumi, pengencer cat, bensin,
dan cairan yang mudah terbakar lainnya.
Kebakaran Golongan C. Kebakaran dari instalasi listrik dan listrik itu sendiri bertegangan.
Kebakaran Golongan D. Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium, lithium, dan potassium
Adapun metode pemadaman kebakaran menurut NFPA (1991) adalah sebagai berikut (Triasbudi, 1998):
a. Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dan bahan terbakar dengan menggunakan bahan semprotan air sampai
mencapai suhu di bawah titiknya. Pendinginan permukaan dan minyak yang terbakar akan menghentikan proses terbentuknya uap. Bila penguapan
dapat dihentikan, kebakaran akan berakhir.
b. Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungannya dengan oksigen atau udara yang diperlukan dalam terjadinya proses kebakaran. Menyelimuti
bagian yang terbakar dengan CO2 atau busa akan menghentikan suplai udara.
c. Pemisahan bahan yang terbakar
Suatu kebakaran dari bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai
bahan bakar yang dapat terbakar.
6

d. Memutus rantai reaksi


Pemutusan rantai reaksi pembakaran ini dapat dilakukan secara fisik, kimia atau kombinasi fisika-kimia. Secara fisik, nyala api dapat dipadamkan
dengan peledakan bahan peledak di tengah-tengah kebakaran. Secara kimia, pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan
yang dapat menyerap hidroksit (OH) dari rangkaian rantai reaksi pembakaran.
10. MKKG (Manajemen Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) adalah bagian dari manajemen gedung untuk mewujudkan keselamatan penghuni bangunan
Keamanan gedung dari kebakaran dengan mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran agar kinerjanya selalu baik dan siap pakai.
Kebakaran Gedung) Adapun pendukung dari MKKG tersebut adalah Proteksi Kebakaran, yakni peralatan sistem perlindungan/pengamanan bangunan gedung dari
dan Sistem kebakaran yang di pasang pada bangunan gedung seperti:
Evakuasi 1. Alat Pemadam Api Ringan adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang mencakup alat pemadam api ringan
(APAR)
2. alat pemadam api berat (APAB) yang menggunakan roda.
3. Sistem Alarm Kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan kebakaran tingkat awal yang mencakup alarm
kebakaran manual dan/atau alarm kebakaran otomatis
4. Sistem Pipa Tegak dan Slang Kebakaran adalah sistem pemadam kebakaran yang berada dalam bangunan
gedung,
5. Hidran Halaman adalah hidran yang berada di luar bangunan gedung,
6. Sistem Sprinkler Otomatis adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis bilamana temperatur ruangan
mencapai suhu tertentu.
7. Sistem Pengendalian Asap adalah suatu sistem alami atau mekanis yang berfungsi untuk mengeluarkan asap dari
bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sampai batas aman pada saat kebakaran terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya untuk


mendapatkansuasana bekerja yang aman, nyaman dan tujuan akhirnya adalah
mencapaiproduktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu, K3 mutlak dilaksakan pada
setiapjenis bidang pekerjaan tanpa terkecuali. Terutama bagi tenaga kesehatan,
selainmemiliki hak dan kewajian terdapat juga keputusan menteri bagi tenaga
kerjakesehatan. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat, tidak sedikit angka
kejadianpenyakit perawat yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Setiap harinya
perawatkontak langsung dengan pasien dalam waktu yang cukup lama sehingga
selaluterpajan mikroorganisme patogen. Sehingga perawat berhak mendapatkan
fasilitaskerja yang memadai dan memenuhi standar untuk mendapatkan tenaga
kerja yangberstatus kesehatan optimal dan bergizi baik, semangat kerja tinggi serta
efisien danproduktif.

B. Saran

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memberikan nilai-
nilai laboran dengan melakukan hak dan kewajiban laboran di berbagai wilayah
Indonesia dengan budaya di setiap daerah, serta memperhatikan keselamatan kerja
pribadi, teman sejawat dan lingkungan sesuai dengan perundang-undangan dan
keputusan menteri yang berlaku. Diharapkan jugapimpinan tempat kerja harus
melakukan tindakan promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif guna mengurangi
angka kejadian kecelakaan kerja di laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai