Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

PRAKATA ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
III. METODE PRAKTIKUM .......................................................................... 6
A. Bahan dan Alat ..................................................................................... 6
B. Prosedur Kerja ...................................................................................... 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 7
A. Hasil ..................................................................................................... 7
B. Pembahasan .......................................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 23
A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
LAMPIRAN ..................................................................................................... 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bahan-bahan Penelitian Pemuliaan Tanaman ........................................ 7

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. ACC Praktikum Acara 2 ...................................................................... 26
2. Dokumentasi Praktikum ....................................................................... 31
3. Pustaka ................................................................................................. 32

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium merupakan salah satu sarana dan prasarana yang harus dimiliki
oleh instansi atau lembaga pendidikan untuk mendukung kegiatan pembelajaran
secara praktik atau praktikum. Pelaksanaan kegiatan praktikum bertujuan untuk
menyeimbangkan antara pembelajaran teori dengan praktiknya. Selain itu,
laboratorium juga digunakan sebagai tempat untuk melakukan penelitian, riset,
pengembangan, pengujian, dan eksperimen. Laboratorium umumnya dilengkapi
dengan berbagai macam bahan kimia untuk memudahkan berbagai kegiatan yang
berlangsung di laboratorium, seperti percobaan dan pengujian ilmiah.
Bahan-bahan laboratorium mempunyai sifat fisik maupun sifat kimia
tersendiri. Berbagai bahan kimia yang sifatnya sangat berbahaya dapat
menimbulkan potensi bahaya jika penggunaannya tidak sesuai aturan. Oleh karena
itu, sebelum melakukan praktikum praktikan harus mengetahui kegunaan atau
fungsi bahan kimia, karakteristik bahan kimia, simbol bahan kimia pada label
kemasan, dan prosedur penggunaan bahan kimia dengan benar dan aman.
Pengenalan dan pengetahuan mengenai bahan laboratorium sangat penting
dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja. Penggunaan bahan kimia
yang salah sasaran dan tidak sesuai dosis atau aturan pakai dapat membahayakan
semua orang yang sedang bekerja di laboratorium. Bahan-bahan yang tersedia di
setiap laboratorium dapat berbeda antara satu sama lainnya karena perbedaan bahan
kajiannya, misalnya bahan pada laboratorium pemuliaan tanaman pasti berbeda
dengan bahan yang ada pada laboratorium perlindungan tanaman. Oleh karena itu,
pengenalan dan pengetahuan mengenai bahan yang digunakan untuk penelitian
pada laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi sangat diperlukan.

1
B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara dua mengenai pengenalan bahan penelitian


pemuliaan tanaman di laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi ini adalah
untuk mengetahui berbagai macam label bahan, sifat fisik, sifat kimia, fungsi atau
kegunaan, prinsip pemakaian, dan klasifikasi bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian pemuliaan tanaman dan bioteknologi.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium di instansi pendidikan secara umum dapat dikategorikan


sebagai laboratorium pengajaran atau pendidikan. Laboratorium pengajaran atau
pendidikan adalah laboratorium yang difungsikan sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan akademik (Kertiasih, 2016). Selain itu, laboratorium juga dapat digunakan
sebagai tempat melakukan suatu percobaan, pengujian, maupun pengembangan.
Pada intinya, laboratorium di instansi pendidikan berfungsi untuk meningkatkan
atau memaksimalkan suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran akademik, seperti penelitian dan praktikum (Sholikhah & Suci,
2020).
Penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan informasi yang bertujuan
untuk mengolah atau mendapatkan jawaban dari sebuah penyelidikan (Darna &
Herlina, 2018). Penelitian juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
penyelidikan atau pengumpulan informasi dan data untuk memperoleh jawaban dari
suatu permasalahan yang sudah ditentukan dengan menggunakan cara kerja atau
metode ilmiah (Ramdhan, 2021). Praktikum merupakan kegiatan pembelajaran
secara praktik untuk menerapkan atau mengaplikasikan teori sehingga praktikan
dapat memahami suatu konsep atau teori. Praktikum dapat mengasah praktikan
menjadi lebih terampil dalam bersikap atau bertindak secara ilmiah (Hamidah et
al., 2014).
Laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi merupakan salah satu
laboratorium pendidikan yang difungsikan untuk praktikum atau penelitian
mengenai rekayasa genetika tanaman untuk menghasilkan gen atau varietas
tanaman unggul. Pemuliaan tanaman juga dapat memperbaiki sifat genetik suatu
tanaman. Seperti halnya laboratorium pada umumnya, laboratorium pemuliaan
tanaman dan bioteknologi memerlukan bahan-bahan yang memadai untuk
melancarkan penelitian khususnya dalam bidang pemuliaan tanaman (Koryati et
al., 2022).

3
Bahan adalah suatu senyawa atau zat yang dimanfaatkan untuk sebuah
percobaan atau pengujian. Bahan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu
bahan khusus dan bahan umum. Bahan umum merupakan bahan yang
penggunaannya tidak membutuhkan suatu tindakan khusus dan tidak termasuk
bahan kimia berbahaya, sedangkan bahan khusus merupakan bahan yang
penggunaannya membutuhkan suatu tindakan khusus karena sifatnya yang
berbahaya (Permenpan RB No. 03, 2010 dalam Vendamawan, 2015).
Bahan kimia berbahaya dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yaitu
bahan kimia yang bersifat mudah meledak, mudah terbakar, mudah teroksidasi,
beracun, berbahaya bagi lingkungan, korosif, dan menyebabkan iritasi. Sifat
tersebut disimbolkan dengan simbol khusus yang terdapat di label kemasan bahan
kimia untuk membedakan bahan kimia berbahaya dengan bahan kimia yang tidak
berbahaya (Nadillah et al., 2022).
Laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi sering digunakan dalam
penelitian untuk menciptakan varietas unggul. Selain itu, laboratorium pemuliaan
tanaman dan bioteknologi juga digunakan untuk kegiatan praktikum yang
dilakukan sebagai media pembentuk individu yang cakap ilmiah. pada praktikum
pengenalan bahan penelitian pemuliaan tanaman dijelaskan beberapa bahan antara
lain ammonium bromide, sodium chloride, EDTA, polyvinyl pyrrolidone (PVP),
tris-HCl, 2-mercapethanol, aquades, buffer ekstraksi, chloroform, isoamil alkohol,
isopropanol, amonium asetat, alkohol 96%, alkohol 70%, TE buffer, agarose, TBE
buffer, boric acid, loading dye, 2x master mix red taq, nuclease free water, sampel
DNA, primer forward, primer reserve, hyper ladder 100BP, nitrogen cair, florosafe
DNA stain, sampel tanaman, dan RNA-SE.
Bahan-bahan penelitian pada laboratorium permuliaan tanaman dan
bioteknologi dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan fungsinya, yaitu
bahan untuk proses ekstraksi DNA, bahan untuk proses uji kuantitas dan kualitas
DNA, dan bahan-bahan proses Polymerase Chain Reaction (PCR). Ketiga proses
tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Kesuksesan dari proses
PCR dipengaruhi oleh hasil uji kuantitas dan kualitas DNA, sedangkan DNA untuk

4
uji kuantitas dan kualitas DNA dipengaruhi dari metode ekstraksi DNA yang
dilakukan (Sunarno et al., 2014).

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara dua mengenai pengenalan


bahan penelitian pemuliaan tanaman adalah ammonium bromide, sodium chloride,
EDTA, polyvinyl pyrrolidone (PVP), tris-HCl, 2-mercapethanol, aquades, buffer
ekstraksi, chloroform, isoamil alkohol, isopropanol, amonium asetat, alkohol 96%,
alkohol 70%, TE buffer, agarose, TBE buffer, boric acid, loading dye, 2x master
mix red taq, nuclease free water, sampel DNA, primer forward, primer reserve,
hyper ladder 100BP, nitrogen cair, florosafe DNA stain, sampel tanaman, dan
RNA-SE.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku panduan, bolpoin,
pensil, penggaris, penghapus, dan kertas HVS

B. Prosedur Kerja

Praktikum Teknik Dasar Laboratorium acara dua mengenai mengenai


pengenalan bahan penelitian pemuliaan tanaman ini dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Buku penuntun praktikum Teknik Dasar Laboratorium dipelajari.
2. Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
3. Mengamati bahan yang disediakan.
4. Keterangan label kemasan, sifat fisik, sifat kimia, dan kegunaan dari setiap
bahan dicatat pada laporan ACC.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Bahan-bahan Penelitian Pemuliaan Tanaman


No Nama Label Sifat Fisik Sifat Kimia Keterangan
Bahan Bahan
1. Padatan Mudah larut Dapat disimpan
bubuk dalam air pada suhu ruang
putih atau yang stabil dan
tidak berfungsi untuk
berwarna. mendegradasi
dinding sel,
mendenaturasi
Cetyl
protein, merusak
Trimethyl
membran sel,
Amonium
serta melarutkan
Bromide
DNA.
(CTAB)
2. Padatan Mudah larut Dapat disimpan di
berbentuk dalam air, suhu ruang dan
kristal tetapi tidak berfungsi sebagai
putih larut pada pelarut sediaan
larutan injeksi.
organik.
Sodium
chloride
3. Padatan Bersifat Menjaga
bubuk sebagai kestabilan
putih antioksidan penyerapan unsur
dan mudah hara pada
larut dalam tanaman dan
air. menonaktifkan
EDTA enzim DNAse
yang dapat
mendenaturasi
DNA.

7
4. Padatan Mudah larut Polimer yang
bubuk pada air, larut dalam air
putih etanol 96%, dan monomernya
dan berasal dari N-
kloroform. vinylpyrrolidone.

Polyvinyl
Pyrrolidone
(PVP)
5. Padatan Dapat Menjaga
bubuk menyebabk kestabilan pH
kristal an iritasi pada kondisi yang
putih dan mata, kulit, optimum,
tidak dan membekukan
berbau pernapasan. larutan asam
Tris mudah untuk analisis
Tris-HCl larut dalam kimia, dan dapat
air dan tidak disimpan pada
higroskopis. suhu ruang.
6. Cairan Sangat Dapat
tidak korosif, menghilangkan
berwarna beracun, kandungan
dan dapat senyawa polifenol
membahaya dalam sel
kan tanaman.
lingkungan
2-
sekitar.
Mercaptoet
hanol
7. Cairan Memiliki Sebagai pelarut
tidak pH 7, tidak ekstraksi DNA
berwarna korosif, dan dan digunakan
dan tidak mudah untuk
berbau terbakar. membersihkan
alat dan zat
pengotor.
Aquades
8. Cairan Nilai pH Sebagai pelarut
tetap stabil DNA pada proses
dan tidak ekstraksi DNA.
berubah jika
ditambah
air.
Buffer
Ekstraksi

8
9. Cairan Mudah Digunakan dalam
bening menguap proses ekstraksi
dengan dan dapat DNA sebagai
bau khas. larut dalam pelarut dan
benzena, disimpan pada
minyak, tempat
serta penyimpanan
Chloroform alkohol. khusus.
10. Cairan Mudah Digunakan dalam
bening menguap, ekstraksi
tidak mudah kloroform untuk
berwarna terbakar, mencegah
dengan dan sulit kelarutan RNA
bau larut dalam dan menghambat
alkohol air, tetapi aktivitas RNAse,
Isoamil
ringan mudah larut serta disimpan
alkohol
yang kuat. dalam pada ruangan
pelarut khusus karena
organik. mudah terbakar.
11. Cairan Mudah Berfungsi untuk
tidak menguap, menghilangkan
berwarna mudah molekul air dalam
dengan terbakar, larutan DNA
bau dan larut sehingga DNA
alkohol dengan akan terpresipitasi
menyengat benzena, dan disimpan
Isopropanol
kloroform, pada ruangan
serta etanol. khusus karena
sifatnya mudah
terbakar.
12. Padatan Larut dalam Penghilang es
kristal alkohol, yang dapat
putih sulfur terbiodegradasi,
dioksida, bahan untuk
dan aseton. membuat, larutan
Mudah dapar atau
menguap penyangga, dan
Amonium
pada sebagai sumber
Asetat
tekanan amonia dalam
rendah. sintesis organik.

9
13. Cairan Mudah Dapat disimpan di
tidak menguap suhu ruang,
berwarna dan mudah sebagai pelarut
dengan terbakar. dalam proses
bau ekstraksi DNA,
menyengat dan pengikat
strand DNA yang
Alkohol
telah terkumpul
96%
karena pemekatan
(etanol)
oleh garam.
14. Cairan Mudah Dapat disimpan di
tidak menguap suhu ruang,
berwarna dan mudah sebagai pelarut
dengan terbakar. dalam proses
bau khas ekstraksi DNA,
yang dan pengikat
menyengat strand DNA yang
Alkohol
telah terkumpul
70%
karena pemekatan
(etanol)
oleh garam.
15. Cairan Dapat Merupakan
tidak mengiritasi campuran antara
berwarna kulit Tris-HCl dengan
EDTA dan
melarutkan DNA
atau RNA
sekaligus
TE Buffer melindunginya
dari degradasi.
16. Padatan Mudah larut Mendeteksi
bubuk membentuk kompleks antigen
putih gel saat dan antibodi pada
dingin saat proses
elektroforesis,
media kultur
jaringan suatu
Agarose
tanaman, dan
dapat disimpan di
suhu ruang.

10
17. Cairan Larut dalam Disimpan di
tidak air, bawah kondisi
berwarna membahaya ruangan standar
dan tidak kan (suhu kamar) dan
berbau pernapasan, merupakan
dan dapat campuran antara
menyebabk Tris-HCl, asam
TBE Buffer an iritasi. borat, dan EDTA.
18. Padatan Mudah larut Penghambat
kristal dalam korosi pada
atau aseton dan logam dan
serbuk larut dalam antiseptik
putih tidak alkohol terhadap jamur
berbau panas, serta dan sebagai
gliserol. larutan
Boric Acid
penyangga pH.
19. Cairan Sebagai pewarna
pewarna untuk
terdiri dari memudahkan
bromophe peletakan contoh
nol blue DNA dan
menambahkan
densitas DNA.
Loading dye
20. Cairan Menghasilk Sebagai bahan
merah an amplikon dalam proses
yang lebih PCR.
akurat

2x Master
Mix Red
Taq
21. Cairan Tidak Sebagai
tidak berbau, titik pengencer yang
berwarna didih berfungsi untuk
100°C, dan mengurangi
sangat larut pengaruh sodium
dalam air. polystyrene.
Nuclease
Free Water

11
22. Cairan Sebagai bahan uji
kuantitas DNA
dan bahan proses
PCR.

Sampel
DNA
23. Cairan Diperoleh Sebagai pembatas
rangkaian fragmen DNA
basa yang akan
nukleotida diamplifikasi.

Primer
Forward
24. Cairan Diperoleh Sebagai pembatas
rangkaian fragmen DNA
basa dari arah
nukleotida belakang/berlawa
nan.

Primer
Reserve
25. Cairan Mudah larut Sebagai penanda
dan posisi pasangan
memiliki basa dan molekul
pH 6,0-8,0 DNA yang
pada 25°C. bermigrasi.

Hyper
Ladder
100BP
26. Cairan Unsur yang Membekukan
tidak kurang atau
berwarna reaktif dan mengawetkan
dan tidak mudah sampel.
Nitrogen berbau menguap.
Cair

12
27. Cairan Memiliki Sebagai pewarna
warna untuk DNA yang
memperjela memiliki panjang
s DNA gelombang
tertentu yang
dapat menangkap
panjang
gelombang pita
Florosafe DNA paparan
DNA Stain sinar UV dengan
cara menyisip ke
dalam DNA.
28. Padat dan Daya Sebagai sampel
berwarna tumbuh yang akan
kembang diambil DNA-nya
dipengaruhi untuk proses
Sampel oleh faktor ekstraksi DNA.
Tanaman lingkungan
29. Cairan Mudah Sebagai bahan
kuning direaksikan ekstraksi DNA.
dan dengan
mudah bahan lain
RNA-SE bereaksi dan tidak
berbau.

B. Pembahasan

Bahan merupakan segala jenis cairan, padatan, maupun gas yang digunakan
dalam suatu pengujian, kalibrasi, dan produksi dalam skala yang relatif kecil. Bahan
dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan jenis penanganan dan sifatnya,
yaitu bahan khusus dan bahan umum. Bahan khusus adalah bahan yang
penanganannya membutuhkan tindakan khusus karena sifatnya yang dapat
membahayakan pengguna, sedangkan bahan umum adalah bahan yang tidak
membutuhkan penanganan khusus (Permenpan RB No. 03, 2010 dalam Raharjo,
2017)
Menurut Lasia (2013) sifat bahan kimia terbagi menjadi dua, yaitu sifat fisik
dan sifat kimia. Sifat fisik merupakan sifat yang diketahui dengan mudah
berdasarkan bentuk, warna, dan tekstur bahan, sedangkan sifat kimia merupakan

13
sifat yang tidak dapat disimpulkan hanya dengan mengamati bahan. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat bahan kimia sangat penting untuk menghindari kecelakaan
kerja akibat ketidaktahuan yang berakibat fatal. Sifat-sifat kimia yang berbahaya
umumnya disimbolkan dengan lambang tertentu yang terdapat pada label kemasan
bahan.
Menurut Kumala (2021) pengenalan dan pengetahuan mengenai bahan dapat
ditingkatkan dengan memahami arti dari simbol-simbol dan kode khusus yang
tertera pada label kemasan bahan. Adapun simbol dan kode khusus bahan
laboratorium antara lain:

1. Iritasi (irritant)
Bahan kimia dengan simbol iritasi adalah bahan kimia yang dapat merusak
atau mengiritasi kulit melalui kontak langsung. Bahan kimia iritasi
dilambangkan dengan kode Xi. Contoh bahan kimia yang bersifat mengiritasi
adalah kloroform, ammonium bromide, dan boric acid.
2. Berbahaya (harmful)
Bahan kimia dengan simbol berbahaya adalah bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan jika melakukan kontak langsung. Bahan kimia
berbahaya dilambangkan dengan kode Xn. Contoh bahan kimia berbahaya
adalah EDTA.
3. Beracun (toxic)
Bahan kimia dengan simbol beracun adalah bahan kimia yang dapat
merusak kesehatan tubuh secara fatal. Bahan kimia beracun dilambangkan
dengan kode T. Contoh bahan kimia beracun adalah polyvinyl pyrrolidone
(PVP),
4. Korosif (corrosive)
Bahan kimia dengan simbol korosif adalah bahan kimia yang dapat merusak
jaringan hidup. Bahan kimia korosif dilambangkan dengan kode C. Contoh
bahan kimia yang bersifat korosif adalah 2-mercaptoethanol.
5. Mudah terbakar (flammable)
Bahan kimia dengan simbol flammable merupakan bahan kimia yang
mudah terbakar pada kondisi tertentu. Bahan kimia dengan sifat mudah terbakar

14
harus disimpan pada ruangan khusus atau dibedakan dengan bahan lainnya.
Contoh bahan kimia yang mudah terbakar adalah isopropanol, isoamil alkohol,
alkohol 96%, dan alkohol 70%.

Selain sifat-sifat bahan kimia khusus di atas, pada laboratorium pemuliaan


tanaman dan bioteknologi dapat dijumpai bahan yang bersifat berbahaya bagi
lingkungan dan membahayakan pernapasan. Bahan-bahan yang berada pada
laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Bahan ekstraksi DNA


Bahan ekstraksi DNA merupakan bahan yang digunakan untuk
mendapatkan DNA melalui serangkaian proses destruksi, presipitasi, dan
purifikasi. Adapun perincian dari bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses
ekstraksi DNA adalah sebagai berikut:
a. Nitrogen cair
Nitrogen cair merupakan cairan yang sifat fisiknya tidak berwarna
dan tidak berbau. Nitrogen cair mudah menguap dan termasuk unsur yang
kurang reaktif. Nitrogen cair berfungsi untuk membekukan jaringan
tanaman agar mudah dihancurkan menggunakan pestle.
b. Sampel tanaman
Sampel tanaman merupakan bagian dari suatu tanaman yang akan
diambil DNA-nya pada proses ekstraksi DNA. Sampel tanaman umumnya
berbentuk padat dan berwarna. Pada umunya, sampel tanaman yang diambil
untuk proses ekstraksi DNA berupa daun muda yang mengandung banyak
meristem.
c. EDTA
EDTA merupakan singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acetic
Acid. EDTA termasuk bahan khusus karena sifatnya yang berbahaya bagi
kesehatan dan dapat mengiritasi kulit jika terjadi kontak langsung sehingga
memiliki simbol beracun dan iritasi pada label kemasannya. EDTA
memiliki sifat fisik berupa padatan bubuk putih, sedangkan sifat kimianya

15
adalah mudah larut dalam air dan dapat dijadikan sebagai antioksidan.
EDTA berfungsi untuk menjaga kestabilan penyerapan unsur hara pada
tanaman dan menonaktifkan enzim DNase yang dapat mendenaturasi DNA.
d. Aquades
Aquades termasuk ke dalam bahan jenis umum. Aquades memiliki
sifat fisik berupa cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Aquades
merupakan larutan yang memiliki pH 7, tidak korosif, dan tidak mudah
terbakar. Aquades digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi DNA
dan sebagai larutan pembersih peralatan dari zat pengotor.
e. Tris-HCl
Tris-HCl merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam bahan
khusus dan memiliki simbol iritasi pada label kemasannya. Tris-HCl
memiliki sifat fisik berupa padatan bubuk kristal putih dan tidak berbau.
Tris-HCl mudah larut dalam air dan tidak bersifat higroskopis. Tris-HCl
berperan dalam menjaga kestabilan pH pada kondisi yang optimum,
membekukan larutan asam untuk dianalisis kimia, dan dapat disimpan pada
suhu ruang.
f. Chloroform
Chloroform merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus dan memiliki simbol iritasi serta beracun pada label
kemasannya. Chloroform memiliki sifat fisik berupa cairan bening dengan
bau khas. Chloroform mudah menguap dan dapat larut dalam benzena,
minyak, dan alkohol. Chloroform digunakan sebagai pelarut dalam proses
ekstraksi DNA.
g. 2-Mercaptoethanol
2-Mercaptoethanol merupakan bahan kimia yang termasuk ke
dalam bahan khusus dan memiliki simbol korosif, beracun, serta berbahaya
bagi lingkungan pada label kemasannya. 2-Mercaptoethanol memiliki sifat
fisik berupa cairan tidak berwarna. 2-Mercaptoethanol bersifat sangat
korosif, beracun, dan dapat membahayakan lingkungan sekitarnya. 2-

16
Mercaptoethanol berperan sebagai bahan penghilang kandungan senyawa
polifenol dalam sel tanaman.
h. Sodium chloride
Sodium chloride merupakan bahan yang termasuk ke dalam bahan
umum. Sodium chloride memiliki sifat fisik berupa padatan berbentuk
kristal putih. Sodium chloride memiliki sifat kimia yang mudah larut dalam
air, tetapi tidak larut pada larutan organik. Sodium chloride dapat disimpan
pada suhu ruang dan digunakan sebagai pelarut sediaan injeksi.
i. RNA-SE
RNA-SE merupakan cairan tidak berbau yang berwarna kuning dan
dapat dengan mudah bereaksi dengan senyawa lain. RNA-SE digunakan
sebagai bahan dalam proses ekstraksi DNA. RNA-SE berfungsi untuk
memisahkan RNA dari senyawa lain.
j. Amonium asetat
Amonium asetat merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam
jenis bahan khusus dan memiliki simbol iritasi pada label kemasannya.
Amonium asetat memiliki sifat fisik berupa padatan kristal putih. Amonium
asetat larut dalam alkohol, sulfur dioksida, aseton, dan amonia cair. Selain
itu, Amonium asetat memiliki sifat mudah menguap pada tekanan rendah.
Amonium asetat berfungsi sebagai bahan untuk membuat larutan dapar atau
penyangga dan menjadi sumber amonia dalam sintesis organik.
k. Cetyl Trimethyl Ammonium bromide (CTAB)
Cetyl Trimethyl Ammonium bromide (CTAB) merupakan bahan
yang termasuk ke dalam jenis bahan khusus karena sifatnya yang dapat
mengiritasi kulit sehingga memiliki simbol iritasi pada label kemasannya .
CTAB memiliki sifat fisik berupa padatan bubuk berwarna putih atau tidak
berwarna sama sekali. CTAB mudah larut dalam air dan dapat disimpan
pada suhu ruang yang stabil. CTAB berfungsi untuk mendegradasi dinding
sel, mendenaturasi protein, memisahkan karbohidrat, merusak membran sel,
dan melarutkan DNA.

17
l. Polyvinyl pyrrolidone (PVP)
Polyvinyl pyrrolidone (PVP) merupakan bahan kimia yang termasuk
ke dalam bahan khusus dan memiliki simbol beracun dan iritasi pada label
kemasannya. PVP memiliki sifat fisik berupa padatan bubuk putih. PVP
sangat mudah larut dalam air, etanol 96%, dan kloroform. PVP berfungsi
sebagai poolimer yang larut dalam air dan monomernya berasal dari N-
vinylpyrrolidone.
m. Buffer ekstraksi
Buffer ekstraksi merupakan larutan berbentuk cairan yang
mempunyai nilai pH yang tetap stabil meskipun tercampur dengan air.
Buffer ekstraksi termasuk ke dalam bahan jenis umum. Buffer ekstraksi
digunakan sebagai pelarut DNA pada proses ekstraksi DNA.
n. Isoamil alkohol
Isoamil alkohol merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam
jenis bahan khusus dan memiliki simbol mudah terbakar serta iritasi pada
label kemasannya. Isoamil alkohol memiliki sifat fisik berupa cairan bening
tidak berwarna dengan bau alkohol ringan yang kuat. Isoamil alkohol
memiliki beberapa sifat kimia, seperti mudah menguap, mudah terbakar,
sulit larut dalam air, dan mudah larut dalam pelarut organik. Isoamil alkohol
berperan dalam proses ekstraksi kloroform untuk mencegah kelarutan RNA
dan menghambat aktivitas RNase.
o. Isopropanol
Isopropanol merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus dan memiliki simbol mudah terbakar serta iritasi pada label
kemasannya. Isopropanol memiliki sifat fisik berupa cairan tidak berwarna
dengan bau alkohol yang menyengat. Isopropanol memiliki beberapa sifat
kimia, seperti mudah menguap, mudah terbakar, dan larut dalam benzena
atau kloroform. Isopropanol berfungsi untuk menghilangkan molekul air
dalam larutan DNA sehingga DNA akan terpresipitasi.

18
p. Alkohol 96% (etanol)
Alkohol 96% merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus dan memiliki simbol mudah terbakar serta iritasi pada label
kemasannya. Alkohol 96% memiliki sifat fisik berupa cairan tidak berwarna
dengan bau yang menyengat. Alkohol 96% memiliki sifat kimia yang
mudah menguap dan mudah terbakar. Alkohol 96% digunakan sebagai
pelarut dalam proses ekstraksi DNA dan sebagai media pengikat strand
DNA yang telah terkumpul karena pemekatan oleh garam.
q. Alkohol 70% (etanol)
Alkohol 70% merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus dan memiliki simbol mudah terbakar serta iritasi pada label
kemasannya. Alkohol 70% memiliki sifat fisik berupa cairan tidak berwarna
dengan bau yang menyengat. Alkohol 70% memiliki sifat kimia yang
mudah menguap dan mudah terbakar. Alkohol 70% digunakan sebagai
media pengikat strand DNA yang telah terkumpul karena pemekatan oleh
garam dan menjadi pelarut dalam proses ekstraksi DNA.
r. Borid acid
Boric acid merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus karena sifatnya yang dapat membahayakan pernapasan dan
mengiritasi kulit. Boric acid memiliki sifat fisik berupa padatan kristal atau
serbuk putih tidak berbau. Boric acid dapat larut dalam aseton, alkohol
panas, dan gliserol. Boric acid berperan sebagai penghambat korosi pada
logam dan antiseptik terhadap jamur. Selain itu, boric acid digunakan
sebagai larutan penyangga pH.
s. Buffer TE
TE buffer merupakan bahan kimia yang tergolong ke dalam bahan
khusus karena sifatnya yang dapat mengiritasi kulit sehingga memiliki
simbol iritasi pada label kemasannya. TE buffer adalah bahan yang
terbentuk dari campuran tris-HCl dengan EDTA dan memiliki sifat fisik
berupa cairan tidak berwarna. TE buffer digunakan untuk melarutkan DNA
atau RNA sekaligus melindunginya dari degradasi.

19
2. Bahan uji kuantitas dan kualitas DNA
Bahan uji kuantitas dan kualitas DNA merupakan bahan yang diperlukan
untuk menguji nilai DNA baik secara kuantitas maupun kualitas setelah DNA
hasil ekstraksi didapatkan. Adapun perincian dari bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam uji kuantitas dan kualitas DNA adalah sebagai berikut:
a. Agarose
Agarose merupakan bahan yang termasuk ke dalam jenis bahan
umum. Agarose umumnya berbentuk padatan bubuk berwarna putih.
Agarose mudah larut dan membentuk gel saat berada pada suhu dingin.
Agarose digunakan sebagai media kultur jaringan suatu tanaman dan
sebagai media deteksi kompleks antigen dan antibodi pada saat proses
elektroforesis.
b. TBE buffer
TBE buffer merupakan bahan kimia yang termasuk ke dalam jenis
bahan khusus karena sifatnya yang dapat membahayakan pernapasan dan
mengiritasi kulit. TBE buffer adalah bahan yang terbentuk dari campuran
tris-HCl, asam borat, dan EDTA. TBE buffer dapat larut dalam air dan
memiliki sifat fisik berupa cairan tidak berwarna serta tidak berbau.
c. Loading dye
Loading dye merupakan cairan pewarna yang terdiri dari
bromophenol blue. Loading dye digunakan sebagai pewarna untuk
memudahkan peletakan contoh DNA. Selain itu loading dye dapat
digunakan untuk menambahkan densitas DNA.
d. Nuclease free water
Nuclease free water merupakan cairan tidak berwarna dan tidak
berbau. Nuclease free water memiliki titik didih 100°C dan sifatnya sangat
larut dalam air. Nuclease free water digunakan sebagai pengencer untuk
mengurangi pengaruh sodium polystyrene sulfonate.

20
e. Sampel DNA
Sampel DNA merupakan bahan yang digunakan dalam uji kuantitas
DNA dan proses PCR. Sampel DNA dapat diperoleh melalui serangkaian
proses ekstraksi DNA.
f. Hyper ladder 100BP
Hyper ladder 100BP merupakan cairan yang mudah larut dalam air.
Hyper ladder 100BP mempunyai pH 6-8 pada suhu sekitar 25°C. Hyper
ladder 100BP digunakan sebagai penanda posisi pasangan basa dan
molekul DNA yang bermigrasi.
g. Florosafe DNA stain
Florosafe DNA stain merupakan cairan yang memiliki warna untuk
memperjelas DNA. Florosafe DNA stain digunakan sebagai pewarna DNA
yang memiliki panjang gelombang tertentu. Florosafe DNA stain dapat
menangkap panjang gelombang pita DNA paparan sinar UV dengan cara
menyisip ke dalam DNA.
h. TE buffer
TE buffer merupakan bahan kimia yang tergolong ke dalam bahan
khusus karena sifatnya yang dapat mengiritasi kulit sehingga memiliki
simbol iritasi pada label kemasannya. TE buffer adalah bahan yang
terbentuk dari campuran tris-HCl dengan EDTA dan memiliki sifat fisik
berupa cairan tidak berwarna. TE buffer digunakan untuk melarutkan DNA
atau RNA sekaligus melindunginya dari degradasi.

3. Bahan proses Polymerase Chain Reaction (PCR).


Klasifikasi bahan-bahan yang terdapat di laboratorium pemuliaan tanaman
dan bioteknologi yang terakhir adalah bahan proses Polymerase Chain Reaction
(PCR). Menurut Arlisyah (2015) tujuan utama dari proses PCR adalah
menggandakan atau amplifikasi urutan DNA genom tertentu yang sudah
ditentukan. Adapun perincian dari bahan-bahan proses PCR adalah sebagai
berikut:

21
a. 2x master mix red taq
2x master mix red taq adalah cairan yang umumnya berwarna
merah. 2x master mix red taq dapat menghasilkan amplikon yang akurat.
Selain itu, 2x master mix red taq digunakan sebagai bahan dalam proses
polymerase chain reaction (PCR).
b. Primer forward
Primer forward merupakan cairan yang diperoleh dari rangkaian
basa nukleotida. Primer forward digunakan sebagai pembatas fragmen
DNA yang akan diamplifikasi.
c. Primer reserve
Primer reserve merupakan cairan yang diperoleh dari rangkaian basa
nukleotida. Primer reserve digunakan sebagai pembatas fragmen DNA yang
akan diamplifikasi dari arah belakang atau berlawanan.
d. Nuclease free water
Nuclease free water merupakan cairan tidak berwarna dan tidak
berbau. Nuclease free water memiliki titik didih 100°C dan sifatnya sangat
larut dalam air. Nuclease free water digunakan sebagai pengencer untuk
mengurangi pengaruh sodium polystyrene sulfonate.
e. Sampel DNA
Sampel DNA merupakan bahan yang digunakan dalam uji kuantitas
DNA dan proses PCR. Sampel DNA dapat diperoleh melalui serangkaian
proses ekstraksi DNA.

22
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum acara dua mengenai pengenalan


bahan penelitian pemuliaan tanaman ini, yaitu terdapat bahan yang mempunyai
simbol khusus pada label kemasannya, seperti simbol iritasi, mudah terbakar,
beracun, berbahaya, korosif, berbahaya bagi lingkungan, dan membahayakan
pernapasan. Setiap bahan mempunyai sifat fisik, sifat kimia, dan kegunaan yang
berbeda-beda. Prinsip pemakaian setiap bahan juga berbeda-beda satu sama lain
berdasarkan fungsi, sifat kimia dan simbol yang terdapat pada label kemasan bahan.
Pada laboratorium pemuliaan tanaman dan bioteknologi, bahan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan fungsinya, yaitu bahan ekstraksi DNA,
bahan uji kuantitas dan kualitas DNA, serta bahan proses Polymerase Chain
Reaction (PCR).

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya praktikan lebih kondusif


selama mengikuti kegiatan praktikum di laboratorium dan tetap menjalankan SOP
atau peraturan yang berlaku untuk menghindari kecelakaan kerja.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arlisyah, A. 2015. Identifikasi Gen Transgenik Pada Produk Susu Bubuk Kedelai
Dengan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Thesis. Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Darna, N., & Herlina, E. 2018. Memilih metode penelitian yang tepat: Bagi
penelitian bidang ilmu manajemen. Jurnal Ekonologi Ilmu Manajemen,
5(1): 287–292.
Hamidah, A., Sari, E. N., & Budianingsih, R. S. 2014. Persepsi siswa tentang
kegiatan praktikum biologi di laboratorium SMA negeri se-kota Jambi.
Jurnal Sainmatika, 8(1): 49–59.
Kertiasih, N. L. P. 2016. Peranan laboratorium pendidikan untuk menunjang
proses perkuliahan jurusan keperawatan gigi Poltekkes Denpasar. Jurnal
Kesehatan Gigi, 4(2): 59–66.
Koryati, T., Ningsih, H., Erdiandini, I., Paulina, M., Firgiyanto, R., Junairiah, &
Sari, V. K. 2022. Pemuliaan Tanaman. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Kumala, D. C. 2021. Pengembangan Media Teka-Teki Silang Pada Mata Pelajaran
Kimia Kelas X Semester Ganjil di SMA Negeri Trumon Tengah. Thesis.
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar Raniry,
Banda Aceh.
Lasia, I. K. 2013. Analisis Pengetahuan Mahasiswa Tentang Dampak Penggunaan
Bahan Kimia Dalam Praktikum Kimia Organik Terhadap Kesehatan.
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III, 15 Desember 2013.
Nadillah, S., Nuraeni, S., & Oktorida, R. 2022. Pentingnya memahami bahaya
bahan kimia serta hubungannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja
di laboratorium. Jurnal Analis Laboratorium Medik, 7(1): 15–22.
Raharjo. 2017. Pengelolaan alat bahan dan laboratorium kimia. Jurnal Kimia Sains
Dan Aplikasi, 20(2): 99–104.
Ramdhan, M. 2021. Metode penelitian. Surabaya: Cipta Media Nusantara.
Sholikhah, R., & Suci, H. P. 2020. Pengembangan SOP (Standart Operational
Procedure) laboratorium dalam rangka optimalisasi fungsi laboratorium
pada program studi pendidikan tata busana UNNES. Jurnal Teknologi
Busana dan Boga, 8(2): 152–160.
Sunarno, Muna, F., Fitri, N., Malik, A., Karuniawati, A., & Soebandrio, A. 2014.
Metode cepat ekstraksi DNA corynebacterium diphtheriae untuk
pemeriksaan PCR quick method to extract corynebacterium diphterinae
DNA for PCR examination. Indonesian Bulletin of Health Research,
42(2): 85–92.

24
Vendamawan, R. 2015. Pengelolaan laboratorium kimia. Jurnal Metana, 11(2): 41–
46.

25
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC Praktikum Acara 2

26
27
28
29
30
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

Mengamati bahan loading dye Mengamati bahan-bahan yang


tersedia

31
Lampiran 3. Pustaka

32
33
34

Anda mungkin juga menyukai