Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRATIKUM

TEKNIK DASAR LABORATORIUM

ACARA I
Pengenalan Alat dan Bahan, Pembuatan Standard Operating
Procedure (SOP) dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

Semester:
Genap 2023

Oleh:
Naili Muamaroh
NIM. A1D022011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum TDL
(Teknik Dasar Laboratorium) ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula, saya mengucapkan terima kasih kepada asisten dosen,
teman-teman, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian Laporan
Praktikum TDL (Teknik Dasar Laboratorium) ini. Khususnya saya berterima kasih
kepada diri saya sendiri telah berusaha untuk menuntaskan laporan praktikum ini
Penulisan laporan TDL (Teknik Dasar Laboratorium) ini adalah salah satu
tugas dalam memenuhi mata kuliah Teknik Dasar Laboratorium yang merupakan
dasar tantang laboratorium mengenai peralatan, bahan, peraturan, keselamatan
kerja terhadap sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dan diharapkan nantinya
laporan praktikum ini dapat memadai untuk menciptakan kondisi kerja
laboratorium dengan beberapa petunjuk.
saya menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan praktikum ini masih
banyak kekurangan baik dari kesempurnaan materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, saya telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang saya miliki. Berkaitan dengan hal tersebut kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi membangun perbaikan dalam pembuatan laporan
praktikum selanjutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai

Purwokerto, 04 Maret 2023

nama

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
III. METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 6
A. Bahan dan Alat ............................................................................................. 6
B. Prosedur Kerja .............................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
A. Hasil ............................................................................................................. 7
B. Pembahasan ................................................................................................ 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 27
A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Alat Kategori 1 ....................................................................................... 7


Tabel 1.2 Alat Kategori 2 ...................................................................................... 10
Tabel 1.3 Bahan-Bahan di Laboratorium .............................................................. 17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC Praktikum Acara 1 ................................................................... 31


Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum Acara 1 ...................................................... 33
Lampiran 3. Screenshot Cover Jurnal ................................................................... 35

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alat dan bahan merupakan bagian aspek pendukung dari keberhasilan yang
menunjang akifitas di laboratorium. Alat dan bahan yang terdapat di laboratorium
tentunya memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda tergantung prinsipnya.
Alat di laboratorium umumnya dapat rusak dan bahannya juga bisa menjadi
berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Sehingga, untuk meminimalisir kesalahan dan menghindari kecelakaan di
laboratorium tersebut perlu dilakukannya pengenalan mengenai alat dan bahan di
laboratorium agar dapat digunakan dengan baik dan optimal. Selain itu, pengenalan
alat dan bahan juga sangat penting guna menunjang kelancaran dalam
melaksanakan suatu praktikum, percobaan maupun penelitian.

Pemahaman terhadap alat dan bahan dapat mempengaruhi keamanan,


keselamatan kerja dan keberhasilan suatu aktifitas di laboratorium. Keamanan
maupun keselamatan kerja di laboratorium sangat penting untuk diperhatikan.
Kecelakaan kerja yang terjadi biasanya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman
mengenai bahaya bahan kimia, tidak memperhatikan petunjuk atau prosedur, lalai
dan ceroboh dalam melakukan aktifitas di laboratorium. Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka pemahaman mengenai kemanan dan keselamatan kerja penting
untuk diperhatikan dan ditaati. Cara kerja dari masing-masing alat dan bahan di
labratorium juga penting untuk diketahui karena meskipun memiliki bentuk yang
hampir sama, namun tidak dapat dipastikan jika fungsi dan cara kerjanya pun sama
juga.

Faktor lain yang dapat memicu ketidaktertiban praktikan dalam laboratorium


yaitu keacuhan dari praktikan terhadap Standard Operating Procedure (SOP) yang
akibatnya keberadaan alat maupun bahan mengalami kerusakan karena tidak
digunakan sebagaimana mestinya. Praktikan tentunya masih awam terkait alat dan

1
bahan di laboratorium sehingga akan rentan terjadinya kesalahan mulai dari
kesalahan kecil sampai kesalahan yang fatal. Oleh sebab itu, pengetahuan aktifitas
di laboratrium mengenai alat dan bahan ini diperlukan bagi praktikan maupun
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Apabila pengetahuan mengenai alat
dan bahan telah dipahami kemungkinan keselamatan kerja di laboratorium akan
dapat terjaga. Selain pemenahaman mengenai alat dan bahan, seorang praktikan
juga perlu menaati Standard Operating Procedure (SOP) dan mengikuti intruksi
kerja yang telah diterapkan.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Mengenal berbagai macam alat dan bahan di laboratorium.


2. Mengetahui Standard Operating Procedure (SOP) dan manual prosedur di
laboratorium.
3. Memahami intruksi dan keselamatan kerja yang berlaku di laboratorium.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium merupakan tempat yang digunakan untuk kegiatan penelitian


atau praktikum. Praktikum ini menjadi salah satu strategi pembelajaran yang
nantinya dapat menarik minat siswa dalam mengembangkan berbagai konsep yang
telah dipelajari, praktikum ini akan memberikan pengalaman langsung kepada
siswa untuk mengamati suatu fenomena yang terjadi sehingga siswa akan lebih
memahami konsep yang diajarkan. Kegiatan praktikum ini memiliki peranan
penting untuk mewujudkan efektifitas pembelajaran dan dilakukan dalam ruang
lingkup ilmu sains misalnya kimia, fisika, dan biologi (Hamidah dkk., 2014).

A. Peralatan Laboratorium

Pelaksanaan kegiatan praktikum pastinya akan memerlukan sebuah tempat


khusus yang tidak berada dalam ruang kelas, karena dalam praktikum akan
menggunakan berbagai macam alat-alat penunjang yang tidak terdapat di kelas.
Maka dari itu, ruang untuk melaksanakan praktikum ini dinamakan laboratorium
yaitu tempat melaksankannya kegiatan praktikum ataupun penelitian. Pengetahuan
mengenai alat juga menjadi salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan praktikum di laboratorium agar praktikan terampil dan mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, dan
cara menggunakannya (Ayuni dkk., 2018). Peralatan Laboratorium dibagi 3
kategori diantaranya:

1. Peralatan kategori 3 adalah peralatan yang cara penggunaan dan perawatan


sulit, sehingga perlu pelatihan khusus dan bersertifikat.
2. Peralatan kategori 2 adalah peralatan yang cara penggunaan dan perawatan
sedang, sehingga sistem kerjanya tidak begitu rumit.
3. Peralatan kategori 1 adalah peralatan yang cara penggunaan dan perawatan
mudah, sehingga sistem kerjanya sederhanadan penggunaannya cukup
dengan menggunakan panduan (Permenpan RB No. 03, 2010 dalam
Vendamawan, 2015).

3
Menurut Vendamawan, R. (2017), Peralatan laboratoium sebaiknya
dikelompokkan berdasarkan penggunaanya. Alat-alat pada laboratorium
perlindungan tanaman dibedakan menjadi dua kategori yaitu: alat kategori 1 dan
alat kategori 2. Alat kategori 1 ini meiliki cara penggunaan yang mudah sedangkan
untuk alat kategori 2 cara penggunaanya cukup sulit dan harus mengikuti prosedur
atau intruksi kerja yang berlaku.

B. Bahan Laboratorium dan Bahayanya

Bahan laboratorium merupakan segala sesuatu yang diperlukan/ digunakan


untuk pengujian dan kalibrasi, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Bahan khusus: bahan yang memerlukan cara penanganan berupa


perlakuan dan persyaratan khusus.
2. Bahan umum: bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan
dan persyaratan khusus (Raharjo, 2017).

Menurut Raharjo (2017), setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia
yang berbeda-beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan
dan penataan bahan. Hampir semua kegiatan di laboratorium akan melibatkan
pemakaian bahan kimia dalam melakukan pengujian ataupun kalibrasi yang
tentunya dapat memicu risiko keselamatan para praktikan apabila ada kesalahan
(Subamia dkk., 2019).

Salah satu risiko yang sulit untuk diprediksi serta tergolong berbahaya di
laboratorium adalah kadar racun yang terkandung di bahan kimia, karena tidak ada
zat yang sepenuhnya aman, dan juga semua bahan kimia dapat menghasilkan efek
beracun kepada sistem kehidupan. Bentuk efek tersebut berbeda-beda, akan tetapi
sebagian bahan kimia dapat menyebabkan efek berbahaya setelah paparan pertama
contohnya asam nitrat korosif. Selain itu, ada juga yang efek bahanya ketika telah
terpapar berulang kali atau dalam durasi lama, seperti halnya karsinogenik
klorometil, metil eter, dikloromethan, dan n-heksan (Soeharto, 2013).

C. Standard Operating Procedure (SOP)

4
Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen yang berisi
serangkaian instruksi tertulis yang bersi mengenai cara melakukan pekerjaan,
waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan orang yang berperan dalam
kegiatan. Menurut laksmi, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
dokumen yang berhubungan dengan prosedur yang dikerjakan secara kronologis
guna menuntaskan suatu pekerjaan yang berfungsi untuk mendapatkan hasil kerja
yang paling efektif. Beberapa tujuan Standar Operasional Prosedur adalah untuk
menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan sebagai
dokumen yang digunakan untuk pelatihan (Sholikhah, 2020).

D. Keselamatan Kerja di laboratorium

Saat melakukan aktifitas di laboratorium keselamatan maupun keamanan


kerja sangan penting untuk diperhatikan. Pengelolaan keselamatan kerja merupakan
suatu tanggung jawab bersama baik dari pihak laboran maupun praktikan. Maka
dari itu setiap orang yang terlibat harus mempunyai kesadaran akan keselamatan
kerja dengan memelihara, mengatur, dan mengupayakannya. Upaya yang dapat
dilakukan salah satunya dengan selalu merawat dan memelihara laboratorium agar
tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Selalu berusaha untuk berhati-hati untuk
mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium juga termasuk menjaga keamanan
dan keselamatan kerja (Sangi & Tanauma, 2018).

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, kertas hvs ukuran F4, bahan
kimia (asam laktat, glukosa, sam asetat, formalin, yeast extract, kloroform, pepton
dan magnesium sulfat), alat kategori 1 (Bunsen, gelas L, pipet, rubber bulb, labu
pemisah, mikropipet, tip, lanu erlemeyer, gelas ukur, gelas beker, thermometer
laboratorium, jarum ose, cawan petri, pipet ukur, jangka sorong, mrtor dan pastle),
alat kategori 2 (autoklaf, inkubator/ oven, vortex, magnetic stirrer, ti,bangan
analitik, colony counter, mikroskop, spektofotometer, water bath, shaker,
centrifuge). Alat yang digunakan yaitu pensil, pulpen, penggaris, dan penghapus.

B. Prosedur Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1. Pedoman penuntun Praktikum Teknik Dasar laboratorium acara 1 dipelajari


terlebih dahulu oleh praktikan.
2. Pretest dikerjakan praktikan terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai.
3. Pengamatan dilakukan oleh praktikan pada masing-masing alat dan bahan.
4. Informasi mengenai alat-alat kategori 1 dan kategori 2 digambar di dalam
tabel pada kertas hvs yang telah disediakan mencakup: gambar alat, fungsi,
keterangan dan cara penggunaannya
5. Tabel mengenai bahan di laboratorium pengajaran yang telah di sediakan
kemudian digambar oleh praktikan berisi tentang gambar bahan, rumus
kimia dan keterangan.
6. Hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan dituangkan dalam bentuk
laporan.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. 1 Alat Kategori 1

No Gambar Alat Fungsi Keterangan

1. Untuk pemanasan, A: Sumbu


pembakaran, dan B: Penutup spirtus
sterilisasi. C: Tempat alkohol
D: Dasar spritus

Bunsen
2. Untuk meratakan A: Mengaduk larutan
suspense mikroba dalam
media supaya padat.

Gelas L
3. Untuk memindahkan A: Karet pipet
cairan ke wadah. B: Badan pipet
C; Mulut pipet

Pipet
4. Mengambil larutan yang A: Katup aspirate
dipasang pada pangkal B: Katup suction
pipet. C: Katup exhaust

Rubber Bulb

7
5. Untuk memisahkan zat A: Upper layer
cair yang tidak memiliki B: Lower layer
daya larut. C: Nylon nut
D: Rubber o-ring
E: Stopcock

Labu Pemisah
6. Untuk mengambil A: Plunger button
larutan dengan skala B: Tip ejektor
mikro secara akurat. C: Scale volume
D: Cincin pengatur

Mikropipet
7. Wadah untuk A: Wadah zat
mengambil zat cair
ketika menggunakan
mikropipet.

Tip
8. Untuk tempat titrasi A: Mulut erlemeyer
larutan dengan B: Skala
pengocokan. C: Dasar erlmeyer

Labu Erlemeyer

9. Mengukur volume A: Mulut Gelas


larutan. B: Skala
C: Dasar gelas

Gelas Ukur

8
10. Untuk mereaksikan A: Mulut gelas
bahan, menampung B: Skala
bahan larutan, padatan, C: Dasar gelas
pasta ataupun tepung D: Badan gelas
dan berfungsi sebagai
tempat melarutkan
Gelas Beker bahan serta memanaskan
bahan.
11. Untuk mengukur titik A: Tabung gelas
didih atau titik beku B: Pipa kaca
dalam kegiatan C: Skala
penelitian. D: Zat cair
E: Tandon

Termometer

12. Untuk memindahlan A: Needle holder


mikroba atau koloni B: Needle
tertentu dari tanaman C: Ose
media yang satu ke
tanaman media baru.

Jarum Ose

13. Sebagai wadah untuk A: Tutup cawan


penyelidikan tropi dan B: wadah objek
untuk mengukur bakteri,
khamir, spora, atau biji-
bijian.

Cawan Petri

14. Untuk memindahkan A: Skala


cairan atau larutan ke
dalam wadah dengan
bebagai ukuran dan
volume.

Pipet Ukur

9
15. Untuk mengukur A: Rahang tetap atas
ketebalan, diameter luas B: Rahang sorong
dan mengukur atas
kedalaman suatu benda. C: Tombol kunci
D: Rahang tetap
E: Rahang tetap
bawah
Jangka Sorong F: Benda yang
diukur
G: Rahang sorong
bawah
H: Skala nonius
I: Tangkai ukur
kedalaman

16. Untuk menggerus atau A: Badan mortor


menghaluskan sampel B: Pastle
padatan/ kristas menjadi C: Mulut mortor
serbuk.

Mortor dan Pastle

Tabel 1.2 Alat Kategori 2

No Gambar Alat Fungsi Cara Penggunaan

1. Untuk 1. Hubungkan kabel dari


mensterilkan autoklaf ke sumber listrik.
alat dan bahan 2. Atur suhu dengan
dengan uap memutar tombol pengatur
bersuhu dan suhu.
bertekanan 3. Power on dinyalakan.
tinggi. 4. Tunggu hingga keluar uap
yang menandakan
autoklaf telah memanas/
mendidih.
5. Tutup katup pengeluaran
uap dan biarkan hingga
Autoklaf suhu 121⁰ C.
6. Tunggu hingga 15 menit
dengan mempertahankan
suhu 121⁰ C.

10
7. Atur tombol pemutar
suhu ke arah 0 dan
matikan autoklaf (power
off).

2. Untuk 1. Sambungkan kabel power


menginkubasi ke sumber arus liistrik.
mikroorganis 2. Buka inkubator,
me dan untuk bersihkan bagian dalam
membudidaya dan jika perlu gunakan
kan 70% alcohol.
mikroorganis 3. Atur rak bagian dalam
me dalam sesuai dengan kebutuhan.
kondisi 4. Masukkan alat dan bahan
buatan. yang akan di inkubator
dan tutup Kembali.
Inkubator 5. Nyalakan inkubator
dengan memutar Kembali
tombol power.
6. Atur suhu dan lama
sesuai yang dikehendaki
dengan memutar tombol.
7. Matikan Kembali dan
lepas saluran arus listrik
dari sambungan listrik.
8. Bersihkan Kembali
inkubator.
9. Isilah log book
pemakaian alat.

3. Untuk 1. Sambungkan stop kontak


mengocok ke stavolt bersumber arus
atau 220 volt.
menggoyangk 2. Letakkan sampel pada
an larutan tempat berbentuk botol.
sampai 3. Tekan tombol on.
homogen. 4. Putar tombol pengatur
getaran ke angka yang
kita inginkan.
Vortex 5. Letakkan botol sampel di
atas tempat penggetar
sambal ditekan.
6. Lakukan sampai sampel
benar-benar homogen.

11
7. Setelah selesai putar
Kembali tombol pengatur
getaran ke angka 0.
8. Matikan dengan menekan
tombol off.
9. Cabut stop kontak dari
sumber.
4. Untuk 1. Sambungan kabel power
menghomoge ke sumber listrik.
nkan suatu 2. Masukkan stik magnet ke
larutan wadah bahan yang akan
dengan distimer.
pengadukan. 3. Masukkan bahan ke
dalam wadah tersebut.
4. Putar tombol pengatur
kecepatan sesuai
kebutuhan.
5. Setelah selesai, ambil
bahan dan wadah.
6. Matikan alat dengan
Magnetic Stirrer memutar kembali ke
posisi off.
7. Lepaskan kabel power
dari sumber listrik.
8. Isilah log
book pemakaian alat.

5. Menimbang 1. Sambungkan kabel


zat dengan power ke sumber arus
ketelitian listrik.
tinggi dalam 2. Tekan tombol on.
skala kecil 3. Letakkan wadah media
atau mikro. yang akan ditimbang.
4. Tekan "Tare" untuk
menetralkan mesin
timbang.
5. Masukkan media yang
akan ditimbang.
6. Setengah selesai, ambil
media yang telah
ditimbang.
Timbangan Analitik 7. Bersihkan kembali
setelah dipakai.
8. Isilah log
book pemakaian alat.

12
6. Untuk 1. Hubungkan stop kontak
menghitung dengan sumber listrik.
koloni bakteri 2. Nyalakan alat dengan
yang menekan tombol on.
ditumbuhkan 3. Reset alat perhitungan
dimedia yang dengan menunjuk angka
disimpan "0".
dalam cawan 4. Letakkan cawan petri
petri. yang berisi koloni bakteri
uang akan dihitung.
5. Tandai koloni dengan
mengarahkan pulpen ke
Colony Counter meja skala.
6. Hitung koloni bakteri
yang terpisah.
7. Lihat koloni dengan
bantuan kaca pembesar.
8. Matikan alat colony
counter dengan
menekan tombol off.

7. Untuk 1. Hubungkan stop kontak


mengamati dengan sumber listrik
makhluk yang dan tekan tombol on.
memiliki 2. Atur kekuatan lampu
ukuran sangat dengan memutar sekrup
kecil sehingga pengatur intensitas
tidak dapat cahaya.
dilihat secara 3. Tempatkan preparat/
langsung oleh spesimen yang akan
mata. diperiksa pada meja
benda.
4. Atur ketinggian meja
benda dengan memutar
mikrometer.
Mikroskop 5. Cari bagian dari objek
gelas yang terdapat
preparat ulas.
6. Putar revolving nosepiece
pada perbesaran objektif
4x lalu putar sekrup.
7. Perbesaran mikroskop
dapat diubah dengan
memutar revolving
nosepiece.

13
8. Perjelas bayangan dengan
mengatur condenser.
9. Turunkan meja benda
sampai maksimal, ambil
preparat/ spesimen.
10. Posisikan lensa obyektif
4x.
11. Jika sudah selesai atur
intensitas cahaya sampai
minimal.
12. Tekan tombol "off".

8. Untuk analisis 1. Nyalakan alat


kuantitatif spektrofotometri dengan
suatu zat menekan tombol on bila
dalam sampel aliran listrik sudah
dengan dasar dihubungkan dengan arus
nilai listrik 220 volt.
serapannya 2. Apabila lampu indikator
terhadap sudah berwarna merah
radiasi siniar biarkan ±15 menit.
yang 3. Pilih panjang gelombang
Spektofometri mengenainya. yang akan digunakan
dengan cara memutar
tombol pengatur panjang
gelombang.
4. Atur meter ke pembacaan
0% T dengan memutar
tombol pengaturannya.
5. Masukkan larutan
aquades.
6. Atur meter ke pembacaan
100% T.
7. Ganti larutan aquades
dengan larutan cuplikan
dan baca absorbansi pada
jarum pembaca A/T.
8. Apabila sudah selesai
maka matikan alat dengan
menekan
tombol on/off nya.

14
9. Untuk 1. Isi wadah water bath
menciptakan menggunakan aquades
suhu yang dengan volume minimal
konstan, menutupi alat water bath.
menginkubasi 2. Hubungkan alat dengan
pada analisis arus listrik.
mikrobiologi. 3. Tekan tombol power
untuk menyalakan alat.
4. Buat batasan suhu
maksimal dengan
Water Bath memutar tombol.
5. Buat program suhu
dengan menekan tombol
temperature.
6. Tekan tombol start untuk
memulai pemanasan.
7. Perhatikan lampu run,
jika menyala artinya
sedang menjalankan
program dan lampu heat
artinya sedang
memanaskan.
8. Terakhir, media bisa
dimasukkan ataupun alat
yang ingin dipanaskan.

10. Untuk 1. Cek shaker tersambung


mengocok dengan aliran listrik 220
suatu bahan volt.
atau larutan 2. Tekan “on”.
yang 3. Tekan kunci “start/ stop”.
homogen. 4. Set up waktu dengan
“Rpm? Time” sampai
tampilan “t” 00.00.
Shaker 5. Tekan set, Nampak tanda
segitiga atur menit dan
tekan “set”.
6. Tekan “set” lagi dan
tampil “tsave”.
7. Apabila shaker digunakan
terus menerus atur waktu
sampai 00.00.
8. Atur kecepatan dengan
tekan “rpm/ time” sampai
tampilan “r”.

15
9. Tekan “set” lalu “rpm”
dan dengan tanda segitiga
lalu atur kecepatan yang
diinginkan.
10. Tekan “set” setelah
selesai, apabila tidak ada
Gerakan tekan “stop” dan
kemudian “set” unutuk
meningkatkan kecepatan.
11. Setiap perubahan angka
dimulai dari tombol
“start".
12. Setelah selesai tekan
“stop” dan matikan aliran
listrik dengan tekan “off”.
13. Isi barang penggunaan
shaker yg telah
disediakan.
11. Untuk 1. Sambungkan stop kontak
memisahkan ke stavolt bersumber arus
antara zat cair 220 volt.
dan padatan. 2. Tekan tombol kotak
untuk membuka penutup
alat.
3. cek kebersihan dalam
alat.
Centrifuge 4. Masukkan sampel ke
dalam tabung dengan
volume sama antar tiap
tabung.
5. masukkan tabung yang
diisi dengan sampel
sebanyak 2/4 6/12 buah.
6. Tutup Kembali
centrifuge.
7. Tekan tombol kecepatan
yang diingikan (rpm).
8. Tekan tombol waktu yang
diinginkan (menit).
9. Tunggu sampai centrifuge
berhenti, baru sampel
dikeluarkan.
10. Setelah itu matikan
centrifuge dengan
menekan tombol power,

16
Tabel 1.3 Bahan-Bahan di Laboratorium

No Gambar Bahan Rumus Kimia Keterangan

1. C3H6O3 Sifat: Mnimbulkan


Iritasi, korosif, dan
mudah terbakar.
Kegunaan:
Mengatur pH dan
menghambat
petumbuhan bakteri.

Asam Laktat

2. C6H12O6 Sifat:
Mudah terbakar.

Kegunaan:
Sebagai salah satu
sumber energi bagi
tanaman.

Glukosa

3. CH2O Sifat:
Beracun,
menyebabkan iritasi,
dan mudah terbakar.
Kegunaan:
Sebagai pengawet
mayat/ spesies di
laboratoirum, sebagai
Formalin/ Formaldehid disinfektan, dan
insektisida.
4. CH3COOH Sifat:
Korosif dan mudah
terbakar.
Kegunaan:
Mengatur keasaman
dan memberikan
aroma.

Asam Asetat

17
5. C2H5OH Sifat: Menyebabkan
Iritasi.
Kegunaan:
Sebagai suplemen
dalam medium
mikrobiologi.

Yeast Extract

6. CHCl3 Sifat:
Mudah terbakar,
beracun, dan korosif.
Kegunaan:
Sebagai penghambat
bakteri, sterilisasi,
dan pelarut zat-zat
organik.
Kloroform

7. Sifat:
Tidak berbahaya.
Kegunaan:
Sebagai media kultur
jaringan mikrobiologi
di laboratorium.

Pepton

8. MgSO4 Sifat:
Menyebabkan iritasi
dan mudah terbakar.
Kegunaan:
Memperbaiki tanah
yang kekurangan
magnesium dan
sebagai bahan baku
Magnesium Sulfat pupuk.

18
B. Pembahasan

Laboratorium merupakan suatu tempat yang digunakan untuk membuktikan


sesuatu dengan cara melakukan berbagai macam kegiatan penelitian (riset),
pengamatan, percobaan dan pengujian. Aspek ilmiah tersebut dialkukan sebagai
pendekatan antara teori yang telah dipelajari dan praktik dari berbagai macam
disiplin ilmu. Laboratorium ini dapat berupa ruangan yang tertutup seperti kamar
dan juga dapat berupa ruangan terbuka seperti kebun, lahan, dan lain-lain. Dalam
pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian yang cukup penting dari
kegiatan belajar mengajar, khususnya kimia dan biologi. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya peranan mengenai kegiatan laboratorium untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Kegiatan di laboratorium memberikan kemudahan
bagi mahasiswa dalam memahami materi yang mereka pelajari melalui pendekatan
kegiatan ilmiah di laboratorium (Emda, 2017).

Sebagai penunjang kegiatan praktikum di laboratorium, penelitian maupun


pengujian pastinya membutuhkan berbagai alat dan juga bahan untuk mendukung
keberhasilan. Alat-alat laboratorium memiki fungsi, cara kerja, dan prinsipnya
masing-masing. Alat laboratorium misalnya bunsen yaitu salah satu alat yang
berfungsi untuk pemanasan sehingga menciptakan kondisi yang steril. Bagian api
pada Bunsen yang paling bagus adalah ketika warna api berubah menjadi biru.
Bunsen ini menggunakan bahan bakar yang beruapa gas atau metanol untuk
melakukan pemanasan.

Labu erlemeyer adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca dan
digunakan untuk tempat titrasi larutan cairan. Selain itu labu erlemeyer juga dapat
digunakan untuk menghomogenkan dan meracik bahan-bahan sebagai penyusun
komposisi media. Ukuran dari labu erlemeyer ada bermacam-macam disesuaikan
dengan kebutuhan volume cairan yang akan digunakan.perawata labu erlemeyer ini
seperti halnya dengan peralatan laboratorium yang berbahan gelas lainnya. Apabila
sudah digunakan maka dibersihkan denga cara dibilas dengan air bersih terlebih
dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa larutan. Setelah itu cuci dengan

19
menggunakan detergen. Kemudian keringkan terlebih dahulu dan setelah itu
simpan (Noer & Ritonga, 2021).

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume larutan yang tidak


memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Bentuk gelas ukur ini seperti tabung
yang terbuat dari bahan kaca yang mempunyai ukuran volume bervariasi.
Peggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan larutan kedalam gelas dan tempatkan
pada bidang yang rata atau sejajar dengan mata. Selanjutnya perhatikan batas
miniskus pada gelas ukur (Hendrawan dkk., 2021).

Cawan petri merupakan sebuah wadah yang mempunyai bentuk bundar yang
terbuat dari bahan plastik atau biasanya ada yang dari kaca. Cawan petri digunakan
untuk tempat meletakkan tropi sebagai bahan peyelidikan, mengkultur bakteri,
spora serta khamir dan sebagai tempat membiakkan sel. Selain itu cawan petri juga
digunakan untuk wadah menyimpan potongan eksplan. Penemu cawan petri yaitu
Julius Richard ahli bakteri asal Jerman pada tahun 1877.

Pinset merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk mengambil atau


menarik beberapa sampel dengan cara menjepit benda kecil ataupun yang sangat
lembut. Agar tidak bersentuhan langsung dengan tangan, karena biasanya terdapat
zat-zat laboratorium yang bisa menyebabkan alergi ataupun iritasi pada kulit.
Terbuat dari bahan stainless steel yang terdapat dua bilah bagian sehingga dapat
bergerak bebas. Sebelum menggunakan pinset sebaiknya pinset ini disterilkan
terlebih dahulu.

Labu pemisah atau corong pemisah adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan campuran dua larutan yang memiliki kelarutan berbeda. Labu pemisah
Biasanya digunakan pada proses ekstraksi dan hanya dapat digunakan untuk
memisahkan cairan. Bentuk labu pemisah kerucut tentu memiliki fungsi yang dapat
menyaring atau memisahkan cairan pada bagian bawah dan bagian atas sebagai
pintu masuk cairan. Alat ini terbuat dari gelas borosilikat dan teflon sehingga dapat
digunakan sebagai pemisah larutan karena warnanya yang transparan dan lebih
mudah untuk melihat proses pemisahan.

20
Autoklaf atau yang dikenal dengan metode sterilisasi merupakan alat berguna
untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan menggunakan uap air panas
yang bersuhu tinggi. Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan alat yang
akan disterilkan ke dalam autoklaf, kemudian ditutup rapat dan nyalakan autoklaf
dengan temperature 121℃ dengan tekanan antara 15-17,5 psi (pound per square
inci) atau sekitar 2 atm. Lama sterilisasi yang dialkukan oleh alat autoklaf ini
biasanya 15 menit untuk 121℃ (Syah, 2016). Hal yang perlu diperhatikan saat
memasukkan benda yang ingin disterilkan adalah material yang cukup longgar di
dalam sebuah wadah (chamber) untuk mempermudah penetrasi uap panas dan
menghilangkan udara setelah proses sterilisasi selesai (Hardoko & Supriyadi,
2020).

Pada umumnya inkubator memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
alat untuk menginkubasi mikroorganisme seperti bakteri, fungsi dan sel mikroba.
Alat ini sering sekali dijumpai di dalam laboratorium mikrobiologi dibandingkan
dengan laboratorium lainnya. Pengembak biakkan bakteri tentunya membutuhkan
suhu yang cocok dengan kondisi fisik maupun biologis bakteri. Oleh karena itu,
dengan waktu tertentu bakteri dpat dikembangbiakkan menggunakan alat
penginkubasi bakteri. Pada inkubator dibutuhkan pengatur suhu dan waktu sebagai
proses dalam menginkubasi bakteri karena spesies bakteri membutuhkan suhu dan
waktu untuk perkembangbiakan yang berbeda. Inkubator mempunyai prinsip kerja
yaitu dengan memasukan atau menyimpan hasil biakan murni dari mikroorganisme,
kemudian mengatur suhu biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu (Halla
dkk., 2019).

Magnetic stirrer merupakan bagian dari berbgai jenis alat laboratorium yang
digunakan untuk menghomogenkan sifat larutan dengan bantuan pengaduk batang
magnet. Biasanya magnetic stirrer dioperasikan untuk menganalisis sampel yang
berupa suatu larutan. Alat ini hanya dilengkapi dengan pengatur kecepatan putaran
dengan menggunakan knop pengatur. Sedangkan untuk menghitung lamanya
pengadukan biasanya para pengguna masih menggunakan stopwatch atau dengan
memperkirakan waktu (Irsyad dkk., 2016). Menurut Alfita (2021), prinsip kerja

21
Magnetic Stirrer adalah berupa plate yang dapat dipanaskan dan hubungan antara
dua magnet yaitu, magnet yang dihubungkan pada motor dan magnet (stir bar) yang
dimasukkan dalam wadah gelas yang berisi larutan kimia yang ditempatkan pada
atas pelat (plate). Dengan menggunakan Magnetic Stirrer, pencampuran larutan
kimia dapat dilakukan dengan cepat sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan
dihasilkan larutan yang lebih homogen.

Timbangan analitik termasuk alat yang dipakai di laboratorium untuk


menimbang zat atau partikel dalam pembuatan suatu larutan atau sampel dengan
ketelitian tinggi dalam skala mikro. Tujuan dari alat penimbangan yaitu untuk
mendapatkan nilai suatu besaran massa. Timbangan analitik mempunyai
keunggulan dalam hasil nilai akurasi perhitungan dengan pencapaian empat angka
dibelakang koma dalam satuan gram dan sudah dilengkapi dengan kaca penutup
yang berfungsi menghalangi angin saat melakukan penimbangan (Tirtasari, 2017).

Alat colony counter merupakan suatu alat yang digunakan untuk


mempermudah perhitungan jumlah koloni bakteri dan untuk mengetahui
pertumbuhan suatu bakteri. Koloni bakteri adalah sekumpulan bakteri yang sejenis
membentuk suatu koloni. Colony counter dioperasikan dengan memanfaatkan lup
untuk memperbesar koloni bakteri yang terdapat pada cawan petri. Pada umumnya
colony counter masih bersifat manual, hanya mengandalkan daya ingat manusia.
Proses yang masih manual seperti ini akan berdampak pada lambatnya proses
penghitungan dan rendahnya kualitas hasil yang didapat. Dengan proses seperti ini
diperlukan otomasisasi perhitungan menggunakan alat seperti colony counter ini
perancangan berbasis mikrokontroler (Wicaksono dkk., 2019).

Selanjutnya ada bahan yang menjadi faktor penunjang kegiatan di


laboratorium, bahan kimia diperlukan biasanya untuk proses pengujian. Bahan
kimia dibedakan menjadi bahan cair dan bahan padat. Bahan cair misalnya yaitu
asam asetat dengan rumus kimia CH3COOH. Asam Asetat termasuk salah satu
senyawa organik cair yang mengandung gugus asam karboksilat dan juga banyak
di aplikasikan dalam bidang kesehatan dan industri. Asam asetat yang termasuk
asam organik dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

22
mikroorganisme. Selain itu, maanfaat lain asam asetat ialah memberikan aroma dan
rasa asam pada cairan atau makanan. Sifat asam asetat yaitu korosif terhadap kulit,
karena dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi. Asam organik ini bersifat tidak
korosif dan lebih ramah lingkungan. Pembuatan asam asetat diantaranya
melibatkan dua tahap fermentasi, yaitu anaerob dan aerob. Fermentasi anaerob akan
menghasilkan alkohol, sedangkan fermentasi aerob untuk merubah alkohol menjadi
asam asetat (Islami, 2022).

Kemudian terdapat asam laktat yang memiliki sifat dapat menimbulkan


iritasi, bersifat korosif, dan mudah terbakar. asam laktat bisa dibuat dari organisme
pembentuk yang terbagi menjadi dua spesies, yaitu spesies homofermentatif yang
mampu mengubah 95% heksosa mejadi asam laktat dan spesies heterofermentatif
yang memproduksi asam laktat dalam jumlah sedikit. Bakteri asam laktat pada
proses fermentasi karbohidrat juga dapat menghasilkan asam laktat yang memiliki
kegunaan untuk menurunkan nilai pH dan sebagai penghambar pertumbuhan
mikroorganisme terutama patogen. Kemampuan penting dari bakteri asam laktat
adalah untuk merombak suatu senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana sehingga dihasilkan asam laktat. Bakteri Asam Laktat (BAL)
meruapakan bakteri probiotik yang mampu meningkatkan produktivitas dengan
mekanisme berkompetisi bersama mikrobia patogen dan akan memproduksi zat anti
mikrobia patogen yang dapat meningkatkan sistem kekebalan inang (Sumarsih,
2012).
Pepton merupakan salah satu bahan padat yang terdapat di laboratorium yang
digunakan sebagai media dalam kultur jaringan mikrobiologis. Sifat dari pepton
sendiri ialah tidak berabahaya. Pepton biasanya berasal dari ekstra daging hewani
karena kaya akan kandungan protein. Pepton juga menjadi salah satu sumber
nitrogen bagi perutmbuhan mikroorganisme yang dapat diekstrak dari bahan yang
banyak mengandung protein misalnya kedelai. Kedelai memiki kandungan protein
yang tinggi dan juga kandungan nutrisi yang cukup lengkap sehingga dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Rahman,
2020).

23
Yeast extract termasuk bahan kimia padat untuk membantu pertumbuhan
tanaman karena mengandung sumber nitogen dan sebagai suplemen dalam medium
mikrobiologi. Selain itu, yeast extract menjadi salah satu sumber bahan organik
yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan bioaktivitas yang bagus bagi
tanaman. Yeast exract adalah hasil dari pemecahan sel yeast yang terdiri dari
komoponen larut. Yeast merupakan salah satu mikroorganisme golongan fungsi
uniseluler yang menyebabkan terjadinya fermentasi. Penggunaan yeast extract
dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Chasanah, 2012).

Formalin merupakan senyawa kimia berbahaya yang digunakan sebagai


cairan untuk mengawetkan mayat atau spesimen di laboratorium. selain itu formalin
juga diguankan sebagai disinfektan dan insektisida. Formalin mempunyai bau yang
sangat menyengat dan tidak berwarna. Rumus kimia formalin adalah CH20.
Menurut Asyfiradayati (2018), formalin merupakan bahan tambahan pangan yang
dilarang berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/MenKes/Per/IX/1988, sehingga kandungannya dalam produk makanan harus
negatif. Penyalahgunaan formalin biasanya dilakukan pedagang untuk
meminimalkan biaya kerugian akibat makanan yang tidak laku dijual. Hal itu
dikarenakan, formalin mudah didapat, harganya murah dan memiliki kemampuan
yang baik dalam mengawetkan makanan.

Peralatan yang ada di laboratorium merupakan aspek penting untuk


menunjang pelaksanaan belajar mengajar terutama yang berkaitan dengan mata
kuliah praktik. Permasalahan sering terjadi berkaitan dengan kerusakan alat atau
kecelakaan lainnya di laboratorium. Umumnya disebabkan oleh kurangnya
pemahaman maupun pengetahuan praktikan terhadap alat dan bahan yang berada
di laboratorium. Faktor lain yang dapat memicu ketidaktertiban di dalam
laboratorium yaitu keacuhan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)
akibatnya keberadaan alat maupun bahan mengalami kerusakan karena tidak
digunakan sebagaimana mestinya.

Secara umum Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu dokumen


yang berisi prosedur kerja yang harus dilakukan secara kronologis dan sistematis

24
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan tujuan agar memperoleh
hasil kerja paling efektif. Menurut Tjipto Atmoko (2012), Standar Operasional
Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Standar
Operasinal Prosedur (SOP) diharapkan mampu meminimalisir kejadian yang tidak
diinginkan dan juga SOP ini digunakan sebagai dasar pengetahuan apabila terjadi
penyimpangan (Arief & Sunaryo, 2020). Menurut Alhadi (2021), fungsi utama SOP
adalah sebagai alat pandu.

Manual Prosedur adalah suatu rangkaian atau tahap dalam suatu kegiatan
tertentu yang bertujuan untuk memberikan petunjuk bagi anggota organisasi
bagaimana kebijakan dan tujuan sistem yang tertuang dalam manual prosedur harus
dilaksanakan dan dicapai. Manual Prosedur fisiknya adalah dokumen yang
berbentuk buku berisi petunjuk teknis tentang cara, langkah, atau prosedur secara
berkelanjutan oleh pihak yang bertanggungjawab (Alhadi, 2021). Selain manual
prosedur ada juga intruksi kerja mengenai alat di laboratorium yang memuat cara
pengoperasian alat dengan benar agar masa pakai alat menjadi lebih lama dan tidak
cepat rusak. Intruksi kerja memuat informasi tentang spesifikasi alat, fungsi alat,
dan cara penggunaan alat. Intruksi kerja ditujukan untuk semua pengguna
laboratorium tidak terkecuali. Dengan adanya intruksi kerja alat di laboratorium,
maka kegiatan di laboratorium akan berjalan baik. Intruksi kerja disampaikan
dengan bentuk tertulis dan disampaikan dengan komunikasi efektif agar pengguna
dapat lebih memahami isi intruksi kerja serta mengingkatkan ketrampilan
penggunaan alat (Wulandari, 2019).

Keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium sangat penting dan perlu


diperhatikan secara khusus karena terkait dengan kinerja dosen/peneliti maupun
mahasiswa. Semakin mencukupi tersedianya fasilitas, maka keselamatan dan
keamanan kerja akan semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
(Rahmantiyoko dkk., 2019). Keselamatan kerja di laboratorium merupakan

25
dambaan bagi setiap individu, karena terkait dengan kepentingan kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti
menurunkan resiko kecelakaan (Lasia, 2020). Menggunakan perlengkapan ketika
memasuki laboratorium juga termasuk melaksanakan keselamatan kerja.

26
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara 1 ini, yaitu:

1. Terdapat berbagai macam alat di laboratorium diantaranya bunsen, labu


erlemeyer, gelas ukur, cawan petri, pinset, labu pemisah, autoklaf,
inkubator, magnetic stirrer, colony counter, dan timbangan analitik. Jenis
bahan yang terdapat di laboratorium dibedakan menjadi dua yaitu bahan
cair (asam laktat, asam asetat, dan formalin) dan bahan padat (pepton dan
yeast extract).
2. Standard operating procedure (SOP) adalah pedoman atau alat pandu
mengenai kegiatan di laboratorium yang diharapkan dapat meminimalisir
terjadinya hal yang tidak diinginkan. Manual Prosedur adalah suatu
rangkaian atau tahap dalam suatu kegiatan tertentu yang bertujuan untuk
memberikan petunjuk bagi peserta.
3. Intruksi kerja merupakan informasi mengenai alat di laboratorium yang
memuat cara pengoperasian alat dengan benar. Keselamatan kerja di
laboratorium sangat penting dan perlu diperhatikan karena dapat memicu
terjadinya kecelakaan laboratorium.

B. Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya para praktikan dijelaskan terlebih


dahulu mengenai fungsi serta intruksi kerja dari setiap alat dan keguanaan dari
setiap bahan yang disediakan di laboratorium.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alfiata, R., Ibadillah, A. F., Zaifuddin., & Laksono, D. T. 2021. Hotplate Magnetic
Stirrer Pengatur Panas Otomatis dan Kecepatan Air Berbasis PID
(Proportional Integral Derivative). Journal Procedia of Engineering and
Life Science, 1(1): 1-6.
Alhadi, R. A. 2021. Implementasi manual prosedur dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Sampit. Tesis. IAIN
Palangka Raya.
Arief, R., & Sunaryo. 2020. Pengaruh Penerapan Standar Operasional Prosedur
(SOP), Gaya Kepemimpinan, dan Audit Internal Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus pada Pt. Mega Pesanggrahan Indah). Jurnal
Ekonomika dan Manajemen, 9(2): 125-143.
Asyfiradayati, R., Ningtyas, A., Lizansari, M., Purwati, Y., & Winarsih. 2018.
Identifikasi Kandungan Formalin pada Bahan Pangan (Mie Basah,
Bandeng Segar dan Presto, Ikan Asin, Tahu) Di Pasar Gede Kota
Surakarta. Jurnal Kesehatan, 11(2): 12-18.
Atmoko, T. 2012. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Skripsi. Universitas Padjajaran Bandung.
Ayuni, N. P. B., Zunaena. M., Oktaviani. R. D., Kristinah. N., & Yuliyati. S. 2018.
Pengetahuan Mahasiswi Pendidikan Biologi Tantang Peralatan
Laboratorium Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1): 1-7.
Chasanah, E., Noor, N. M., Risjani, Y., & DewI, A. S. 2012. Aktivitas Antibakteri
dan Antioksidan Ekstrak Streptomyces Sp. dan Exserohilum Rostratum
Yang Dikultivasi pada Tiga Jenis Medium Pertumbuhan. JPB Perikanan,
7(1):39-48.
Emda, A. 2017. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan Kerja Ilmiah. Lantanida
Journal, 5(1): 84-92.
Halla, S., Rohmi., & Agrijanti. 2019. Efektivitas Inkubator Portable Sebagai Alat
Inovasi Penunjang Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal AnalisMedika Bio
Sains, 6(1): 1-5.
Hamidah, A., E. N. Sari. & R. S. Budianingsih. 2014. Persepsi Siswa Tentang
Kegiatan Praktikum Biologi di Laboratorium SMA Negeri Se-Kota Jambi.
Jurnal Sainmatika, 8(1): 1-11.
Hardoko, T. & Supriyadi, K. 2020. Modifikasi Autoclave Berbasis Atmega328
(Suhu). Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, 1(2): 60-65.

28
Hendrawan, E., Hadi, L., Sahputra, R., Enawaty, E., & Rasmawan, R. 2021.
Deskripsi Pengetahuan Alat – Alat Praktikum Kimia Peserta Didik. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(5): 3385-3396.
Irsyad, L, P., Yudianingsih., & Lestari, S. 2016. Perancangan Alat Magnetic Stirrer
Dengan Pengaturan Kecepatan Pengaduk Dan Pengaturan Waktu
Pengadukan. Jurnal InFact, 1(2): 22-29.
Islami, A. 2022. Identifikasi Kadar Asam Asetat Pada Ecoenzyme dari Bahan
Organik Kulit Jeruk Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Padang, Padang.
Lasia, K. 2020. Peningkatan Keselamatan Kerja Di Laboratorium Melalui Pelatihan
Penggunaan Bahan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Widya
Laksana, 9(1): 19-29.
Noer, Z. & Ritonga, S. I. 2021. Alat-alat Laboratorium Tingkat Universitas
Kategori 1. Guepedia, Bogor.
Raharjo. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 20(2): 99-104.
Rahman, R., Widarti, W., Kalma, K., & Nihad, N. 2020. Efektivitas Berbagai
Konsentrasi Serbuk Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Sebagai Bahan
Pengganti Pepton Pada Media Pertumbuhan Candida Albicans. Jurnal
Media Analis Kesehatan, 11(1): 40-46.
Sangi, M. S. & Tanauma. 2018. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium IPA.
Jurnal MIPA Unsrat Online, 7(1): 20-24.
Sholikhah, R. & Puji, H. S. 2020. Pengembangan SOP (Standart Operational
Procedure) Laboratorium Dalam Rangka Optimalisasi Fungsi
Laboratorium Pada Program Studi Pendidikan Tata Busana UNNES.
Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 8(2): 152-160.
Soeharto, F. R. 2013. Bekerja dengan Bahan Kimia Melalui Manajemen Bahan
Kimia dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Laboratorium Kimia. Jurnal Info Kesehatan, 11(2): 1-14.
Subamia, I. D. P., SriWahyuni, I. G. A. N. & Widiasih, N. N. 2019. Analisi Resiko
Bahan Kimia Berbahaya di Laoratorium Kimia Organik. Jurnal
Matematika,Sains, dan Pembelajarannya, 13(1): 49-70.
Sumarsih, S., Sulistiyanto, B., Sutrisno, C. I., & Rahayu, E. S. 2012. Peran probiotik
bakteri asam laktat terhadap produktivitas unggas. Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah, 10(1): 1-9.
Syah, I. S. K. 2016. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmaka, 14(1): 59-69.

29
Tirtasari, N. L. 2017. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik
di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES. Indonesian Journal of
Chemical Science, 6(2): 152-155.
Vendamawan, R. 2015. Pengelolaan Laboratorium Kimia. Junal Metana, 11(2): 41-
46.
Wicaksono, E. B., Hardianto., & Muliawan, A. 2019. Rancang Bangun Penghitung
Jumlah Koloni Bakteri Berbasis Arduino Uno. Jurnal Teknika, 13(2): 123-
128.
Wulandari, R. 2019. Pengaruh Penerapan Instruksi Kerja Alat Terhadap
Keterampilan Penggunaan Alat Di Laboratorium Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan, 1(2): 59-63.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC Praktikum Acara 1

31
32
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum Acara 1

Alat kategori 1 (Pipet) alat Kategori 2 (Inkubator)

33
Alat Kategori 2 (Shaker) Bahan magnesium Sulfat

Pengerjaan ACC Praktikum

34
Lampiran 3. Screenshot Cover Jurnal

35
36
37
BUKU

38
39

Anda mungkin juga menyukai