ACARA I
Pengenalan Alat dan Bahan, Pembuatan Standard Operating
Procedure (SOP) dan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Semester:
Genap 2023
Oleh:
Naili Muamaroh
NIM. A1D022011
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum TDL
(Teknik Dasar Laboratorium) ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula, saya mengucapkan terima kasih kepada asisten dosen,
teman-teman, serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian Laporan
Praktikum TDL (Teknik Dasar Laboratorium) ini. Khususnya saya berterima kasih
kepada diri saya sendiri telah berusaha untuk menuntaskan laporan praktikum ini
Penulisan laporan TDL (Teknik Dasar Laboratorium) ini adalah salah satu
tugas dalam memenuhi mata kuliah Teknik Dasar Laboratorium yang merupakan
dasar tantang laboratorium mengenai peralatan, bahan, peraturan, keselamatan
kerja terhadap sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dan diharapkan nantinya
laporan praktikum ini dapat memadai untuk menciptakan kondisi kerja
laboratorium dengan beberapa petunjuk.
saya menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan praktikum ini masih
banyak kekurangan baik dari kesempurnaan materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, saya telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang saya miliki. Berkaitan dengan hal tersebut kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi membangun perbaikan dalam pembuatan laporan
praktikum selanjutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai
nama
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3
III. METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 6
A. Bahan dan Alat ............................................................................................. 6
B. Prosedur Kerja .............................................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7
A. Hasil ............................................................................................................. 7
B. Pembahasan ................................................................................................ 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 27
A. Kesimpulan ................................................................................................ 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat dan bahan merupakan bagian aspek pendukung dari keberhasilan yang
menunjang akifitas di laboratorium. Alat dan bahan yang terdapat di laboratorium
tentunya memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda tergantung prinsipnya.
Alat di laboratorium umumnya dapat rusak dan bahannya juga bisa menjadi
berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Sehingga, untuk meminimalisir kesalahan dan menghindari kecelakaan di
laboratorium tersebut perlu dilakukannya pengenalan mengenai alat dan bahan di
laboratorium agar dapat digunakan dengan baik dan optimal. Selain itu, pengenalan
alat dan bahan juga sangat penting guna menunjang kelancaran dalam
melaksanakan suatu praktikum, percobaan maupun penelitian.
1
bahan di laboratorium sehingga akan rentan terjadinya kesalahan mulai dari
kesalahan kecil sampai kesalahan yang fatal. Oleh sebab itu, pengetahuan aktifitas
di laboratrium mengenai alat dan bahan ini diperlukan bagi praktikan maupun
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian. Apabila pengetahuan mengenai alat
dan bahan telah dipahami kemungkinan keselamatan kerja di laboratorium akan
dapat terjaga. Selain pemenahaman mengenai alat dan bahan, seorang praktikan
juga perlu menaati Standard Operating Procedure (SOP) dan mengikuti intruksi
kerja yang telah diterapkan.
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Peralatan Laboratorium
3
Menurut Vendamawan, R. (2017), Peralatan laboratoium sebaiknya
dikelompokkan berdasarkan penggunaanya. Alat-alat pada laboratorium
perlindungan tanaman dibedakan menjadi dua kategori yaitu: alat kategori 1 dan
alat kategori 2. Alat kategori 1 ini meiliki cara penggunaan yang mudah sedangkan
untuk alat kategori 2 cara penggunaanya cukup sulit dan harus mengikuti prosedur
atau intruksi kerja yang berlaku.
Menurut Raharjo (2017), setiap bahan kimia memiliki sifat fisik dan kimia
yang berbeda-beda. Maka, hal-hal harus menjadi diperhatian dalam penyimpanan
dan penataan bahan. Hampir semua kegiatan di laboratorium akan melibatkan
pemakaian bahan kimia dalam melakukan pengujian ataupun kalibrasi yang
tentunya dapat memicu risiko keselamatan para praktikan apabila ada kesalahan
(Subamia dkk., 2019).
Salah satu risiko yang sulit untuk diprediksi serta tergolong berbahaya di
laboratorium adalah kadar racun yang terkandung di bahan kimia, karena tidak ada
zat yang sepenuhnya aman, dan juga semua bahan kimia dapat menghasilkan efek
beracun kepada sistem kehidupan. Bentuk efek tersebut berbeda-beda, akan tetapi
sebagian bahan kimia dapat menyebabkan efek berbahaya setelah paparan pertama
contohnya asam nitrat korosif. Selain itu, ada juga yang efek bahanya ketika telah
terpapar berulang kali atau dalam durasi lama, seperti halnya karsinogenik
klorometil, metil eter, dikloromethan, dan n-heksan (Soeharto, 2013).
4
Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen yang berisi
serangkaian instruksi tertulis yang bersi mengenai cara melakukan pekerjaan,
waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan orang yang berperan dalam
kegiatan. Menurut laksmi, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
dokumen yang berhubungan dengan prosedur yang dikerjakan secara kronologis
guna menuntaskan suatu pekerjaan yang berfungsi untuk mendapatkan hasil kerja
yang paling efektif. Beberapa tujuan Standar Operasional Prosedur adalah untuk
menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan sebagai
dokumen yang digunakan untuk pelatihan (Sholikhah, 2020).
5
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, kertas hvs ukuran F4, bahan
kimia (asam laktat, glukosa, sam asetat, formalin, yeast extract, kloroform, pepton
dan magnesium sulfat), alat kategori 1 (Bunsen, gelas L, pipet, rubber bulb, labu
pemisah, mikropipet, tip, lanu erlemeyer, gelas ukur, gelas beker, thermometer
laboratorium, jarum ose, cawan petri, pipet ukur, jangka sorong, mrtor dan pastle),
alat kategori 2 (autoklaf, inkubator/ oven, vortex, magnetic stirrer, ti,bangan
analitik, colony counter, mikroskop, spektofotometer, water bath, shaker,
centrifuge). Alat yang digunakan yaitu pensil, pulpen, penggaris, dan penghapus.
B. Prosedur Kerja
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bunsen
2. Untuk meratakan A: Mengaduk larutan
suspense mikroba dalam
media supaya padat.
Gelas L
3. Untuk memindahkan A: Karet pipet
cairan ke wadah. B: Badan pipet
C; Mulut pipet
Pipet
4. Mengambil larutan yang A: Katup aspirate
dipasang pada pangkal B: Katup suction
pipet. C: Katup exhaust
Rubber Bulb
7
5. Untuk memisahkan zat A: Upper layer
cair yang tidak memiliki B: Lower layer
daya larut. C: Nylon nut
D: Rubber o-ring
E: Stopcock
Labu Pemisah
6. Untuk mengambil A: Plunger button
larutan dengan skala B: Tip ejektor
mikro secara akurat. C: Scale volume
D: Cincin pengatur
Mikropipet
7. Wadah untuk A: Wadah zat
mengambil zat cair
ketika menggunakan
mikropipet.
Tip
8. Untuk tempat titrasi A: Mulut erlemeyer
larutan dengan B: Skala
pengocokan. C: Dasar erlmeyer
Labu Erlemeyer
Gelas Ukur
8
10. Untuk mereaksikan A: Mulut gelas
bahan, menampung B: Skala
bahan larutan, padatan, C: Dasar gelas
pasta ataupun tepung D: Badan gelas
dan berfungsi sebagai
tempat melarutkan
Gelas Beker bahan serta memanaskan
bahan.
11. Untuk mengukur titik A: Tabung gelas
didih atau titik beku B: Pipa kaca
dalam kegiatan C: Skala
penelitian. D: Zat cair
E: Tandon
Termometer
Jarum Ose
Cawan Petri
Pipet Ukur
9
15. Untuk mengukur A: Rahang tetap atas
ketebalan, diameter luas B: Rahang sorong
dan mengukur atas
kedalaman suatu benda. C: Tombol kunci
D: Rahang tetap
E: Rahang tetap
bawah
Jangka Sorong F: Benda yang
diukur
G: Rahang sorong
bawah
H: Skala nonius
I: Tangkai ukur
kedalaman
10
7. Atur tombol pemutar
suhu ke arah 0 dan
matikan autoklaf (power
off).
11
7. Setelah selesai putar
Kembali tombol pengatur
getaran ke angka 0.
8. Matikan dengan menekan
tombol off.
9. Cabut stop kontak dari
sumber.
4. Untuk 1. Sambungan kabel power
menghomoge ke sumber listrik.
nkan suatu 2. Masukkan stik magnet ke
larutan wadah bahan yang akan
dengan distimer.
pengadukan. 3. Masukkan bahan ke
dalam wadah tersebut.
4. Putar tombol pengatur
kecepatan sesuai
kebutuhan.
5. Setelah selesai, ambil
bahan dan wadah.
6. Matikan alat dengan
Magnetic Stirrer memutar kembali ke
posisi off.
7. Lepaskan kabel power
dari sumber listrik.
8. Isilah log
book pemakaian alat.
12
6. Untuk 1. Hubungkan stop kontak
menghitung dengan sumber listrik.
koloni bakteri 2. Nyalakan alat dengan
yang menekan tombol on.
ditumbuhkan 3. Reset alat perhitungan
dimedia yang dengan menunjuk angka
disimpan "0".
dalam cawan 4. Letakkan cawan petri
petri. yang berisi koloni bakteri
uang akan dihitung.
5. Tandai koloni dengan
mengarahkan pulpen ke
Colony Counter meja skala.
6. Hitung koloni bakteri
yang terpisah.
7. Lihat koloni dengan
bantuan kaca pembesar.
8. Matikan alat colony
counter dengan
menekan tombol off.
13
8. Perjelas bayangan dengan
mengatur condenser.
9. Turunkan meja benda
sampai maksimal, ambil
preparat/ spesimen.
10. Posisikan lensa obyektif
4x.
11. Jika sudah selesai atur
intensitas cahaya sampai
minimal.
12. Tekan tombol "off".
14
9. Untuk 1. Isi wadah water bath
menciptakan menggunakan aquades
suhu yang dengan volume minimal
konstan, menutupi alat water bath.
menginkubasi 2. Hubungkan alat dengan
pada analisis arus listrik.
mikrobiologi. 3. Tekan tombol power
untuk menyalakan alat.
4. Buat batasan suhu
maksimal dengan
Water Bath memutar tombol.
5. Buat program suhu
dengan menekan tombol
temperature.
6. Tekan tombol start untuk
memulai pemanasan.
7. Perhatikan lampu run,
jika menyala artinya
sedang menjalankan
program dan lampu heat
artinya sedang
memanaskan.
8. Terakhir, media bisa
dimasukkan ataupun alat
yang ingin dipanaskan.
15
9. Tekan “set” lalu “rpm”
dan dengan tanda segitiga
lalu atur kecepatan yang
diinginkan.
10. Tekan “set” setelah
selesai, apabila tidak ada
Gerakan tekan “stop” dan
kemudian “set” unutuk
meningkatkan kecepatan.
11. Setiap perubahan angka
dimulai dari tombol
“start".
12. Setelah selesai tekan
“stop” dan matikan aliran
listrik dengan tekan “off”.
13. Isi barang penggunaan
shaker yg telah
disediakan.
11. Untuk 1. Sambungkan stop kontak
memisahkan ke stavolt bersumber arus
antara zat cair 220 volt.
dan padatan. 2. Tekan tombol kotak
untuk membuka penutup
alat.
3. cek kebersihan dalam
alat.
Centrifuge 4. Masukkan sampel ke
dalam tabung dengan
volume sama antar tiap
tabung.
5. masukkan tabung yang
diisi dengan sampel
sebanyak 2/4 6/12 buah.
6. Tutup Kembali
centrifuge.
7. Tekan tombol kecepatan
yang diingikan (rpm).
8. Tekan tombol waktu yang
diinginkan (menit).
9. Tunggu sampai centrifuge
berhenti, baru sampel
dikeluarkan.
10. Setelah itu matikan
centrifuge dengan
menekan tombol power,
16
Tabel 1.3 Bahan-Bahan di Laboratorium
Asam Laktat
2. C6H12O6 Sifat:
Mudah terbakar.
Kegunaan:
Sebagai salah satu
sumber energi bagi
tanaman.
Glukosa
3. CH2O Sifat:
Beracun,
menyebabkan iritasi,
dan mudah terbakar.
Kegunaan:
Sebagai pengawet
mayat/ spesies di
laboratoirum, sebagai
Formalin/ Formaldehid disinfektan, dan
insektisida.
4. CH3COOH Sifat:
Korosif dan mudah
terbakar.
Kegunaan:
Mengatur keasaman
dan memberikan
aroma.
Asam Asetat
17
5. C2H5OH Sifat: Menyebabkan
Iritasi.
Kegunaan:
Sebagai suplemen
dalam medium
mikrobiologi.
Yeast Extract
6. CHCl3 Sifat:
Mudah terbakar,
beracun, dan korosif.
Kegunaan:
Sebagai penghambat
bakteri, sterilisasi,
dan pelarut zat-zat
organik.
Kloroform
7. Sifat:
Tidak berbahaya.
Kegunaan:
Sebagai media kultur
jaringan mikrobiologi
di laboratorium.
Pepton
8. MgSO4 Sifat:
Menyebabkan iritasi
dan mudah terbakar.
Kegunaan:
Memperbaiki tanah
yang kekurangan
magnesium dan
sebagai bahan baku
Magnesium Sulfat pupuk.
18
B. Pembahasan
Labu erlemeyer adalah alat laboratorium yang terbuat dari kaca dan
digunakan untuk tempat titrasi larutan cairan. Selain itu labu erlemeyer juga dapat
digunakan untuk menghomogenkan dan meracik bahan-bahan sebagai penyusun
komposisi media. Ukuran dari labu erlemeyer ada bermacam-macam disesuaikan
dengan kebutuhan volume cairan yang akan digunakan.perawata labu erlemeyer ini
seperti halnya dengan peralatan laboratorium yang berbahan gelas lainnya. Apabila
sudah digunakan maka dibersihkan denga cara dibilas dengan air bersih terlebih
dahulu untuk menghilangkan sisa-sisa larutan. Setelah itu cuci dengan
19
menggunakan detergen. Kemudian keringkan terlebih dahulu dan setelah itu
simpan (Noer & Ritonga, 2021).
Cawan petri merupakan sebuah wadah yang mempunyai bentuk bundar yang
terbuat dari bahan plastik atau biasanya ada yang dari kaca. Cawan petri digunakan
untuk tempat meletakkan tropi sebagai bahan peyelidikan, mengkultur bakteri,
spora serta khamir dan sebagai tempat membiakkan sel. Selain itu cawan petri juga
digunakan untuk wadah menyimpan potongan eksplan. Penemu cawan petri yaitu
Julius Richard ahli bakteri asal Jerman pada tahun 1877.
Labu pemisah atau corong pemisah adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan campuran dua larutan yang memiliki kelarutan berbeda. Labu pemisah
Biasanya digunakan pada proses ekstraksi dan hanya dapat digunakan untuk
memisahkan cairan. Bentuk labu pemisah kerucut tentu memiliki fungsi yang dapat
menyaring atau memisahkan cairan pada bagian bawah dan bagian atas sebagai
pintu masuk cairan. Alat ini terbuat dari gelas borosilikat dan teflon sehingga dapat
digunakan sebagai pemisah larutan karena warnanya yang transparan dan lebih
mudah untuk melihat proses pemisahan.
20
Autoklaf atau yang dikenal dengan metode sterilisasi merupakan alat berguna
untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan menggunakan uap air panas
yang bersuhu tinggi. Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan alat yang
akan disterilkan ke dalam autoklaf, kemudian ditutup rapat dan nyalakan autoklaf
dengan temperature 121℃ dengan tekanan antara 15-17,5 psi (pound per square
inci) atau sekitar 2 atm. Lama sterilisasi yang dialkukan oleh alat autoklaf ini
biasanya 15 menit untuk 121℃ (Syah, 2016). Hal yang perlu diperhatikan saat
memasukkan benda yang ingin disterilkan adalah material yang cukup longgar di
dalam sebuah wadah (chamber) untuk mempermudah penetrasi uap panas dan
menghilangkan udara setelah proses sterilisasi selesai (Hardoko & Supriyadi,
2020).
Pada umumnya inkubator memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
alat untuk menginkubasi mikroorganisme seperti bakteri, fungsi dan sel mikroba.
Alat ini sering sekali dijumpai di dalam laboratorium mikrobiologi dibandingkan
dengan laboratorium lainnya. Pengembak biakkan bakteri tentunya membutuhkan
suhu yang cocok dengan kondisi fisik maupun biologis bakteri. Oleh karena itu,
dengan waktu tertentu bakteri dpat dikembangbiakkan menggunakan alat
penginkubasi bakteri. Pada inkubator dibutuhkan pengatur suhu dan waktu sebagai
proses dalam menginkubasi bakteri karena spesies bakteri membutuhkan suhu dan
waktu untuk perkembangbiakan yang berbeda. Inkubator mempunyai prinsip kerja
yaitu dengan memasukan atau menyimpan hasil biakan murni dari mikroorganisme,
kemudian mengatur suhu biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu (Halla
dkk., 2019).
Magnetic stirrer merupakan bagian dari berbgai jenis alat laboratorium yang
digunakan untuk menghomogenkan sifat larutan dengan bantuan pengaduk batang
magnet. Biasanya magnetic stirrer dioperasikan untuk menganalisis sampel yang
berupa suatu larutan. Alat ini hanya dilengkapi dengan pengatur kecepatan putaran
dengan menggunakan knop pengatur. Sedangkan untuk menghitung lamanya
pengadukan biasanya para pengguna masih menggunakan stopwatch atau dengan
memperkirakan waktu (Irsyad dkk., 2016). Menurut Alfita (2021), prinsip kerja
21
Magnetic Stirrer adalah berupa plate yang dapat dipanaskan dan hubungan antara
dua magnet yaitu, magnet yang dihubungkan pada motor dan magnet (stir bar) yang
dimasukkan dalam wadah gelas yang berisi larutan kimia yang ditempatkan pada
atas pelat (plate). Dengan menggunakan Magnetic Stirrer, pencampuran larutan
kimia dapat dilakukan dengan cepat sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan
dihasilkan larutan yang lebih homogen.
22
mikroorganisme. Selain itu, maanfaat lain asam asetat ialah memberikan aroma dan
rasa asam pada cairan atau makanan. Sifat asam asetat yaitu korosif terhadap kulit,
karena dapat menyebabkan luka bakar dan iritasi. Asam organik ini bersifat tidak
korosif dan lebih ramah lingkungan. Pembuatan asam asetat diantaranya
melibatkan dua tahap fermentasi, yaitu anaerob dan aerob. Fermentasi anaerob akan
menghasilkan alkohol, sedangkan fermentasi aerob untuk merubah alkohol menjadi
asam asetat (Islami, 2022).
23
Yeast extract termasuk bahan kimia padat untuk membantu pertumbuhan
tanaman karena mengandung sumber nitogen dan sebagai suplemen dalam medium
mikrobiologi. Selain itu, yeast extract menjadi salah satu sumber bahan organik
yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan bioaktivitas yang bagus bagi
tanaman. Yeast exract adalah hasil dari pemecahan sel yeast yang terdiri dari
komoponen larut. Yeast merupakan salah satu mikroorganisme golongan fungsi
uniseluler yang menyebabkan terjadinya fermentasi. Penggunaan yeast extract
dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Chasanah, 2012).
24
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan tujuan agar memperoleh
hasil kerja paling efektif. Menurut Tjipto Atmoko (2012), Standar Operasional
Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Standar
Operasinal Prosedur (SOP) diharapkan mampu meminimalisir kejadian yang tidak
diinginkan dan juga SOP ini digunakan sebagai dasar pengetahuan apabila terjadi
penyimpangan (Arief & Sunaryo, 2020). Menurut Alhadi (2021), fungsi utama SOP
adalah sebagai alat pandu.
Manual Prosedur adalah suatu rangkaian atau tahap dalam suatu kegiatan
tertentu yang bertujuan untuk memberikan petunjuk bagi anggota organisasi
bagaimana kebijakan dan tujuan sistem yang tertuang dalam manual prosedur harus
dilaksanakan dan dicapai. Manual Prosedur fisiknya adalah dokumen yang
berbentuk buku berisi petunjuk teknis tentang cara, langkah, atau prosedur secara
berkelanjutan oleh pihak yang bertanggungjawab (Alhadi, 2021). Selain manual
prosedur ada juga intruksi kerja mengenai alat di laboratorium yang memuat cara
pengoperasian alat dengan benar agar masa pakai alat menjadi lebih lama dan tidak
cepat rusak. Intruksi kerja memuat informasi tentang spesifikasi alat, fungsi alat,
dan cara penggunaan alat. Intruksi kerja ditujukan untuk semua pengguna
laboratorium tidak terkecuali. Dengan adanya intruksi kerja alat di laboratorium,
maka kegiatan di laboratorium akan berjalan baik. Intruksi kerja disampaikan
dengan bentuk tertulis dan disampaikan dengan komunikasi efektif agar pengguna
dapat lebih memahami isi intruksi kerja serta mengingkatkan ketrampilan
penggunaan alat (Wulandari, 2019).
25
dambaan bagi setiap individu, karena terkait dengan kepentingan kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti
menurunkan resiko kecelakaan (Lasia, 2020). Menggunakan perlengkapan ketika
memasuki laboratorium juga termasuk melaksanakan keselamatan kerja.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Alfiata, R., Ibadillah, A. F., Zaifuddin., & Laksono, D. T. 2021. Hotplate Magnetic
Stirrer Pengatur Panas Otomatis dan Kecepatan Air Berbasis PID
(Proportional Integral Derivative). Journal Procedia of Engineering and
Life Science, 1(1): 1-6.
Alhadi, R. A. 2021. Implementasi manual prosedur dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Sampit. Tesis. IAIN
Palangka Raya.
Arief, R., & Sunaryo. 2020. Pengaruh Penerapan Standar Operasional Prosedur
(SOP), Gaya Kepemimpinan, dan Audit Internal Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus pada Pt. Mega Pesanggrahan Indah). Jurnal
Ekonomika dan Manajemen, 9(2): 125-143.
Asyfiradayati, R., Ningtyas, A., Lizansari, M., Purwati, Y., & Winarsih. 2018.
Identifikasi Kandungan Formalin pada Bahan Pangan (Mie Basah,
Bandeng Segar dan Presto, Ikan Asin, Tahu) Di Pasar Gede Kota
Surakarta. Jurnal Kesehatan, 11(2): 12-18.
Atmoko, T. 2012. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Skripsi. Universitas Padjajaran Bandung.
Ayuni, N. P. B., Zunaena. M., Oktaviani. R. D., Kristinah. N., & Yuliyati. S. 2018.
Pengetahuan Mahasiswi Pendidikan Biologi Tantang Peralatan
Laboratorium Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, 1(1): 1-7.
Chasanah, E., Noor, N. M., Risjani, Y., & DewI, A. S. 2012. Aktivitas Antibakteri
dan Antioksidan Ekstrak Streptomyces Sp. dan Exserohilum Rostratum
Yang Dikultivasi pada Tiga Jenis Medium Pertumbuhan. JPB Perikanan,
7(1):39-48.
Emda, A. 2017. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam
Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan Kerja Ilmiah. Lantanida
Journal, 5(1): 84-92.
Halla, S., Rohmi., & Agrijanti. 2019. Efektivitas Inkubator Portable Sebagai Alat
Inovasi Penunjang Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal AnalisMedika Bio
Sains, 6(1): 1-5.
Hamidah, A., E. N. Sari. & R. S. Budianingsih. 2014. Persepsi Siswa Tentang
Kegiatan Praktikum Biologi di Laboratorium SMA Negeri Se-Kota Jambi.
Jurnal Sainmatika, 8(1): 1-11.
Hardoko, T. & Supriyadi, K. 2020. Modifikasi Autoclave Berbasis Atmega328
(Suhu). Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, 1(2): 60-65.
28
Hendrawan, E., Hadi, L., Sahputra, R., Enawaty, E., & Rasmawan, R. 2021.
Deskripsi Pengetahuan Alat – Alat Praktikum Kimia Peserta Didik. Jurnal
Ilmu Pendidikan, 3(5): 3385-3396.
Irsyad, L, P., Yudianingsih., & Lestari, S. 2016. Perancangan Alat Magnetic Stirrer
Dengan Pengaturan Kecepatan Pengaduk Dan Pengaturan Waktu
Pengadukan. Jurnal InFact, 1(2): 22-29.
Islami, A. 2022. Identifikasi Kadar Asam Asetat Pada Ecoenzyme dari Bahan
Organik Kulit Jeruk Dengan Metode Titrasi Asam Basa. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Negeri Padang, Padang.
Lasia, K. 2020. Peningkatan Keselamatan Kerja Di Laboratorium Melalui Pelatihan
Penggunaan Bahan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Widya
Laksana, 9(1): 19-29.
Noer, Z. & Ritonga, S. I. 2021. Alat-alat Laboratorium Tingkat Universitas
Kategori 1. Guepedia, Bogor.
Raharjo. 2017. Pengelolaan Alat Bahan dan Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi, 20(2): 99-104.
Rahman, R., Widarti, W., Kalma, K., & Nihad, N. 2020. Efektivitas Berbagai
Konsentrasi Serbuk Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Sebagai Bahan
Pengganti Pepton Pada Media Pertumbuhan Candida Albicans. Jurnal
Media Analis Kesehatan, 11(1): 40-46.
Sangi, M. S. & Tanauma. 2018. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium IPA.
Jurnal MIPA Unsrat Online, 7(1): 20-24.
Sholikhah, R. & Puji, H. S. 2020. Pengembangan SOP (Standart Operational
Procedure) Laboratorium Dalam Rangka Optimalisasi Fungsi
Laboratorium Pada Program Studi Pendidikan Tata Busana UNNES.
Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 8(2): 152-160.
Soeharto, F. R. 2013. Bekerja dengan Bahan Kimia Melalui Manajemen Bahan
Kimia dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Laboratorium Kimia. Jurnal Info Kesehatan, 11(2): 1-14.
Subamia, I. D. P., SriWahyuni, I. G. A. N. & Widiasih, N. N. 2019. Analisi Resiko
Bahan Kimia Berbahaya di Laoratorium Kimia Organik. Jurnal
Matematika,Sains, dan Pembelajarannya, 13(1): 49-70.
Sumarsih, S., Sulistiyanto, B., Sutrisno, C. I., & Rahayu, E. S. 2012. Peran probiotik
bakteri asam laktat terhadap produktivitas unggas. Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah, 10(1): 1-9.
Syah, I. S. K. 2016. Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Jurnal Farmaka, 14(1): 59-69.
29
Tirtasari, N. L. 2017. Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik
di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES. Indonesian Journal of
Chemical Science, 6(2): 152-155.
Vendamawan, R. 2015. Pengelolaan Laboratorium Kimia. Junal Metana, 11(2): 41-
46.
Wicaksono, E. B., Hardianto., & Muliawan, A. 2019. Rancang Bangun Penghitung
Jumlah Koloni Bakteri Berbasis Arduino Uno. Jurnal Teknika, 13(2): 123-
128.
Wulandari, R. 2019. Pengaruh Penerapan Instruksi Kerja Alat Terhadap
Keterampilan Penggunaan Alat Di Laboratorium Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Pengelolaan Laboratorium
Pendidikan, 1(2): 59-63.
30
LAMPIRAN
31
32
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum Acara 1
33
Alat Kategori 2 (Shaker) Bahan magnesium Sulfat
34
Lampiran 3. Screenshot Cover Jurnal
35
36
37
BUKU
38
39