Anda di halaman 1dari 61

MUQADIMAH MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

MUQADIMAH

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb..


Puja dan puji syukur adalah satu – satunya ungkapan atas kesempatan,
kekuatan dan tuntunan-Nya sehingga penyusunan Penuntun Praktikum Fisika
Dasar I ini Alhamdulillah dapat terselesaikan
Buku penuntun ini dibuat dan disusun dengan maksud untuk membantu
mahasiswa dalam menjalankan percobaan – percobaan dan penyusunan
laporan yang ada di Laboratorium Fisika Dasar yang memiliki keterkaitan
dengan materi perkuliahan yang diperoleh mahasiswa di kelas sehingga
dengan teori dan praktek senantiasa menunjukkan sinergitas baik dengan mata
kuliah Fisika Dasar I maupun mata kuliah lainnya yang mungkin berhubungan.
Dan juga diharapkan agar mahasiswa dapat menjaga dan memelihara
peralatan yang digunakan selama mengikuti kegiatan praktikum. Selain itu
diharapkan juga mahasiswa mampu berkomunikasi secara ilmiah dengan
sesama dan memiliki sikap serta akhlak yang baik sebagai seorang calon
sarjana yang akan mengabdikan diri pada Agama, Nusa dan Bangsanya.
Kemudian melalui Praktikum ini, mahasiswa diajak mengagumi ciptaan
Allah SWT, dan segala isinya melalui fenomena Fisika dengan cara
menghubungkan setiap percobaan dengan ayat suci Al Quran yang relevan.
Akhirnya kepada pemakai dan pembaca, penyusun terus mengharapkan
masukkan demi kesempurnaan penuntun ini dimasa yang akan datang dan
semoga Allah SWT memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya dalam upaya
mencapai apa yang menjadi harapan dan tujuan bersama.

Wallahu Waliyyut Taufiq Wal Hidayah

Tim Lab. Fisika Dasar

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI i


PENUNTUN PRAKTIKUM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I TATA TERTIB PRAKTIKUM DAN ASISTENSI


1.1. Tata Tertib Praktikum ................................................................. 1
1.2. Tata tertib Asistensi .................................................................... 3

BAB II TEORI KETIDAKPASTIAN


2.1. Ketidakpastian Pengukuran ........................................................ 5
2.2. Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan ........................................ 10

BAB III ALAT – ALAT UKUR


3.1. Mistar Ingsut/Geser (Vernier Caliper) ........................................ 13
3.2. Multitester .................................................................................. 14
3.3. Mikrometer Sekrup ..................................................................... 14
3.4. Mistar Ingsut Digital .................................................................. 15
3.5. Hidrometer .................................................................................. 16
3.6. Stopwatch .................................................................................... 16
3.7. Neraca Analitik Digital ............................................................... 17

BAB IV JENIS – JENIS PERCOBAAN


4.1. Poligon Gaya ............................................................................... 18
4.2. Pesawat Atwood ......................................................................... 22
4.3. Gaya Gesek ................................................................................ 27
4.4. Konstanta Gaya Pegas ................................................................. 33
4.5. Viskositas Fluida ......................................................................... 36

BAB V METODOLOGI PENULISAN LAPORAN …………………. 40


DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR ASISTENSI
CONTOH PENULISAN LAPORAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI ii


PENUNTUN PRAKTIKUM

BAB I

TATA TERTIB PRAKTIKUM DAN ASISTENSI

TATA TERTIB PRAKTIKUM

Dalam rangka perbaikan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma-
norma yang Islami, yang merupakan bagian dari Iman, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut yang diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan
Praktikum di Laboratorium Fisika Dasar

A. PERLENGKAPAN PRAKTIKUM
Setiap Praktikan yang akan mengikuti pelaksanaan praktikum di
Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknologi Industri UMI diwajibkan
membawa perlengkapan sebagai berikut :
1. Buku Penuntun Praktikum disertai Lembar Asistensi dan Kartu Kontrol
yang dilengkapi pas photo warna (berkemeja/jas dan latar merah) ukuran
2 x 3.
2. Jas Praktikum
3. Kain lap kasar/halus
4. Atribut (papan nama) yang dilengkapi dengan pas photo warna (berkemeja
dan latar merah) ukuran 2 x 3
5. Peralatan tulis (mistar, pensil, busur derajat dll)
B. PERSIAPAN MENJELANG PRAKTIKUM.
1. Hadir di Laboratorium 15 menit sebelum praktikum di mulai dengan
toleransi waktu keterlambatan 15 menit.
2. Membawa Tugas Pendahuluan lengkap sesuai petunjuk Asisten
3. Mengenakan Jas Praktikum lengkap dengan atribut, mengenakan sepatu,
dan baju kemeja. Tidak diperkenankan mengenakan pakaian (celana/baju)
ketat, sobek, berumbai – rumbai, celana botol (bagi praktikan pria) atau
bercorak/gambar yang tidak sopan.
4. Praktikan Pria tidak dibenarkan berpenampilan seperti wanita (misalnya
berambut gondrong, memakai aksesoris wanita mis. kalung, gelang, anting
dll), demikian pula sebaliknya.
5. Membawa serta perlengkapan praktikum yang disebutkan di atas.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 1


PENUNTUN PRAKTIKUM

6. Praktikan tidak dibenarkan membawa peralatan yang tidak berhubungan


dengan praktikum misalnya senjata tajam atau perhiasan berharga. Pada
saat memasuki ruang praktikum, semua barang bawaan praktikum selain
perlengkapan praktikum yang disebutkan di atas diletakkan pada tempat
yang sudah di sediakan.
C. SAAT PRAKTIKUM BERLANGSUNG.
1. Memasuki ruang praktikum dengan tertib setelah seluruh perlengkapan
diperiksa oleh Asisten yang bertugas.
2. Berdoa dan mengucapkan Basmalah sebelum melaksanakan kegiatan
praktikum.
3. Bertutur kata sopan dan tidak mengobrol di ruang praktikum.
4. Menjawab semua pertanyaan yang diajukan Asisten pada saat responsi.
5. Melakukan pengambilan data sesuai dengan petunjuk asisten secara teliti.
6. Tidak diperkenankan meninggalkan meja/ruang praktikum saat praktikum
sedang berlangsung tanpa seizin Asisten yang bertugas.
7. Praktikan diwajibkan tetap menjaga kebersihan/ketertiban dan dilarang
makan/minum atau merokok saat praktikum berlangsung.
D. MENJELANG PRAKTIKUM SELESAI.
1. Mengucapkan Hamdalah.
2. Membersihkan alat yang telah dipergunakan serta mengembalikan dalam
keadaan baik dan utuh. Apabila terjadi kerusakan atau hilang pada salah
satu peralatan yang digunakan, maka harus diganti dengan type dan
merek alat yang rusak.
3. Mendengarkan secara seksama bagaimana cara mengolah data yang
telah diambil dari Asisten Pembimbing masing – masing.
4. Membaca do’a setelah praktikum dan do’a penutup majelis.
5. Meninggalkan Ruang praktikum secara tertib. Praktikan tidak dibenarkan
melepaskan jas praktikum di ruang praktikum.
E. SANKSI – SANKSI.
1. Apabila praktikan tidak mematuhi tata tertib atau tidak membawa satu
diantara perlengkapan tersebut di atas, maka praktikan tidak dapat
mengikuti praktikum pada hari itu (batal satu percobaan).

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 2


PENUNTUN PRAKTIKUM

2. Dalam hal pakaian, apabila praktikan tidak mematuhi aturan tersebut maka
tidak diikutkan dalam praktikum atau pakaian tersebut digunting. Praktikan
yang melakukan pelanggaran dalam hal pakaian secara berulang
dibatalkan seluruh percobaannya (tidak lulus)
3. Praktikan yang bertingkah laku tidak sopan misalnya berbicara tidak sopan,
gaduh/membuat kegaduhan akan dikeluarkan dari ruang praktikum dan
dinyatakan batal untuk satu percobaan itu.
4. Apabila Praktikan terbukti melakukan manipulasi data dan perhitungan
(misalnya menjiplak laporan praktikan lain), maka praktikan dinyatakan
batal untuk satu percobaan tersebut secara keseluruhan (Nilai TP, respon
dan keterampilan ikut dibatalkan).
5. Apabila praktikan terbukti melakukan pelanggaran berupa pemalsuan
/manipulasi tanda tangan Asisten atau mengisi nilai pada kartu kontrol atau
semacamnya, maka seluruh percobaan yang sudah dan sedang dilakukan
dibatalkan (tidak lulus).

Hal – hal yang tidak / belum ditetapkan dalam tata tertib ini akan diatur
dan ditentukan kemudian.

TATA TERTIB ASISTENSI.

A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN ASISTENSI


1. Kegiatan asistensi hanya dapat dilaksanakan di lingkungan kampus dan
ditekankan untuk dilaksanakan di ruang asistensi yang telah disediakan.
2. Waktu pelaksanaan asistensi adalah setiap hari pukul 07.30 – 17.30 WITA
3. Adapun untuk kondisi tertentu dimana kegiatan asistensi tidak dapat
dilaksanakan dalam lingkungan kampus atau melewati batas waktu
tersebut di atas, maka :
a. Dilaksanakan atas permintaan praktikan, bukan atas tekanan dari
Asisten.
b. Tempat pelaksanaan asistensi adalah tempat yang kondusif yaitu
tempat yang menjamin keamanan dan kenyamanan Asisten dan
Praktikan. Segala resiko yang dialami baik praktikan maupun asisten
pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut diluar tanggung jawab
Laboratorium.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 3


PENUNTUN PRAKTIKUM

c. Diwajibkan mengisi surat pernyataan yang mencantumkan nama


praktikan, nama asisten, tempat pelaksanaan dan waktu pelaksanaan
(Surat pernyataan terlampir).
B. PADA SAAT ASISTENSI.

Bagi Asisten yang menerima konsulatasi laporan (asistensi) hanya melayani


praktikan yang :
1. Jumlah anggota kelompok yang berkonsultasi lengkap, jika ada anggota
kelompok yang tidak dapat hadir agar memberikan informasi yang jelas
tentang ketidak hadirannya.
2. Memakai baju kemeja, celana panjang (tidak sobek – sobek, ketat, botol dll)
dan sepatu dan tidak memakai topi dalam ruang asistensi bagi praktikan pria.
3. Tidak memakai aksesoris wanita (mis: kalung, gelang dan cincin), berambut
gondrong dan berpenampilan tidak rapi (bagi praktikan pria)
4. Memakai busana muslimah (bagi praktikan wanita). Tidak diperkenankan
melayani praktikan wanita yang memakai celana panjang, baju lengan pendek,
baju ketat dan jilbab pendek.
5. Tidak gaduh/ngobrol dalam ruang asistensi, terutama kegiatan asistensi yang
bersamaan dengan kegiatan praktikum dan menjaga kebersihan ruang
asistensi selama berada dalam ruang asistensi.
6. Menunggu Asisten pembimbing dengan tenang di ruang asistensi.
Hal – hal yang tidak / belum ditetapkan dalam tata tertib ini akan diatur dan
ditentukan kemudian.
Asisten yang bertugas tidak melayani praktikan yang tidak mengikuti aturan –
aturan tersebut di atas. Jika seorang atau sekelompok praktikan melakukan
pelanggaran berulang atas aturan tersebut di atas dapat memperoleh sanksi
pembatalan laporan, percobaan atau bahkan pembatalan seluruh percobaan.
Demikian Tata Tertib ini dibuat untuk dilaksanakan dan diawasi
pelaksanaannya.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 4


PENUNTUN PRAKTIKUM

BAB II

TEORI KETIDAKPASTIAN

2.1 Ketidakpastian Pengukuran.


Observasi atau pengamatan adalah hal yang selalu dilakukan untuk
mengetahui dan membandingkan suatu teori dengan hasil observasi tersebut.
Teori dapat menerangkan semua peristiwa alam yang dikenal selama ini,
bahkan dapat meramalkan hal baru, namun hal-hal tersebut nanti dapat
dipercaya apabila telah dilakukan observasi atau pengamatan berulang-
ulang, maka dari itu percobaan yang akan dilakukan adalah sebagai
balikan dari teori. Olehnya itu maka kita tak dapat pungkiri bahwa
perkembangan ilmu senantiasa terjamin tidak akan statis. Salah satu
contoh, kita disuruh mengukur suatu besaran fisika.dalam hal ini pengukuran
bukanlah dilakukan untuk diri sendiri. akan tetapi dapat diteruskan kepada
orang lain agar mereka dapat memperoleh rnanfaatnya.
Untuk itu sebelum melakukan pengukurar.kita harus mengetahui
jawaban pertanyaan yang akan timbul atas hasil pengukuran suatu besaran.
Adapun pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain :
1. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran yang dilakukan.
2. Apakah hasil pengukuran itu terjamin tidak salah ?
3. Jika kurang yakin atau ada keragu – raguan, berapakah simpangannya ?
4. Apabila hasil pengukuran itu dapat dipercaya, maka seberapa jauhkah
kepercayaan tentang pengukuran tersebut ?
Mengenai jaminan, kita dapat memberikan sepenuhnya bahwa hasil
pengukuran itu tepat, tidak disertai suatu ketidakpastian atau
kesalahan.Walaupun setiap pengukuran yang kita lakukan mempunyai
kesalahan adalah kewajiban kita untuk berusaha agar pengukuran itu
menjadi berarti dapat menyatakan sejauh mana pengukuran itu dapat kita
percaya.Untuk memperkecil kesalahan pengukuran, maka kita wajib
mengetahui sumber-sumber kesalahan kemudian mengatasinya, namun
harus diakui bahwa untuk menghilangkan kesalahan dari pengukuran itu
mustahil terjadi, karena adanya kesalahan tak mungkin terelakkan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 5


PENUNTUN PRAKTIKUM

2.1.1 Beberapa Jenis Ketidakpastian.


Adapun sumber dan jenis ketidakpastian yang sering dijumpai dalam
pengukuran dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
2.1.1.1 Ketidakpastian Bersistem

Adapun suatu kesalahan yang terjadi dan kelihatannya sama,


hal ini disebabkan karena :

a. Kesalahan karena kalibrasi alat.


b. Penunjukan jarum alat ukur sebelum melakukan pengukuran tidak
berada dititik nol.
c. Kesalahan komponen dari alat ukur.
d. Masalah lingkungan pada saat pengukuran.
2.1.1.2 Ketidakpastian alat Adalah kesalahan yang disebabkan oleh
alat itu sendiri, yangmeliputi kepekaannya:
a. Keadaan lingkungan yang tidak tepat.
b. Dudukan dari alat.
c. Bising, dan Iain-lain.
2.1.1.3 Ketidakpastian Tindakan.

Adalah suatu kesalahan yang sering terjadi karena


sipengamat.Hal ini kebanyakan dipengaruhi oleh ketelitian dalam
penggunaan suatu alat ukur bagi sipengamat.

2.1.2 Berapa jenis pengukuran

Telah diuraikan sebelumnya, bahwa suatu hasil pengukuran sangat


ditentukan oleh si Pengamat dan alat ukur yang telah digunakan. Karena
keterbatasan waktu dalam melakukan praktikum sehingga kadang kala kita
melakukan pengukuran yang tunggal dan berulang, hal ini akan dijelaskan
sebagai berikut.:

2.1.2.1 Pengukuran Tunggal

Pengukuran ini biasanya dilakukan karena situasi yang kurang


mengizinkan atau juga alat ukur yang digunakan serba terbatas
sehingga mempunyai tingkat ketelitian yang rendah. Untuk itu, hasil
pengukuran ini dilaporkan berdasarkan teori yang menyatakan bahwa
LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 6
PENUNTUN PRAKTIKUM

apabila suatu pengukuran tunggal dilakukan, maka


1
ketidakpastiannya ditentukan oleh skala alat ukur yang digunakan
2

dalam hal ini skaia terkecil yaitu


1
∆X = 2x skala terkecil

Hasil pengukuran dapat dilaporkan sebagai :

X 2 = X±∆X

Dimana : X2 = Nilai hasil pengukuran

X = Hasil pengukuran tunggal

∆X = Ketidakpastian pengukuran tunggal

2.1.2.2 Pengukuran Berulang

Misalnya kita melakukan pengukuran terhadap besaran fisika


"X" sebanyak "n" kali, dengan demikian kita melakukan percobaan
berulang untuk mendapatkan nilai X yang paling tepat. Kumpulan n kali
pengukuran biasa disebut sampel populasi besaran X, dari sekian kali
hasil pengukuran yang baik sebagai pengganti dan harus disertai nilai
yang lain yang menggambarkan seberapa jauh nilai pengganti itu dapat
dipercaya, dimana semakin besar ukuran sampel n. maka semakin
dekat dengan harga yang sebenarnya. Untuk itu timbul suatu
persoalan yang harus dipecahkan yaitu :

a. Seberapa banyak pengukuran itu harus dilakukan ?


b. Nilai manakah yang diambil sebagai nilai yang terbaik ?
c. Sampai berapa jauh pilihan itu dapat dipercaya ?
d. Bagaimana hubungan antara nilai terbaik dengan tingkat
kepercayaan.

Untuk menjawab persoalan tersebut diatas maka berikut ini


disajikan teori tersendiri. Berdasarkan pengalaman yang sering
dilakukan pada pengukuran berulang, nilai terbaik yang sering
diambil adalah nilai rata-ratanya.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 7


PENUNTUN PRAKTIKUM

Sebagai contoh kita melakukan suatu pengukuran terhadap


m sebuah benda berupa batangan yang diukur dengan memakai
mistar geser sebanyak 10 kali pengukuran dengan data sebagai
berikut:

6,51mm 6,49 mm 6,50 mm 6,25 mm 6,53 mm

6.54 mm 6,48 mm 6,48 mm 6,56 mm 6,55 mm

Dari hasil pengukuran diatas diinginkan suatu hasil terbaik sebagai


pengganti nilai benar dengan menggunakan harga rata-rata yang
diperoleh sebagai berikut:
∑ 𝑥𝑖 65,16 𝑚𝑚
𝑥̅ = = = 6,51 mm
𝑛 10

Kemudian ketidakpastian pengukuran X dapat ditentukan dengan


berbagai macam distribusi statistik, dimana ketidakpastian X untuk
pengukuran yang kurang dari 10 kali adalah :

∑ 𝑖 (𝑥−𝑥̅ )2
S (n-1) = √ 𝑛

Tetapi disini dianjurkan untuk ketidakpastian X diambil persamaan


simpangan dari sampel rata-rata (Sx)

(𝑥𝑖−𝑥̅ )2
Sx = S (n-1) = √ 𝑛(𝑛−1)

Sehingga untuk contoh pengukuran diatas diperoleh ketidakpastian


rata-rata adalah

(6,51−6,516)2 + (6,50−6,516)2+ . . .+ (6,55−6,516)2


Sx = √ 10 (10−1)

Untuk mendapatkan harga ± ∆X, maka hasil ketidakpastian ∆X


dihubungkan dengan tingkat kepercayaan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 8


PENUNTUN PRAKTIKUM

Berikut disajikan tabel deiajat kebebasan berdasarkan teori statistik :

Derajat
Batas Atas
Batas Bawah Kepercayaan

X0 X0 0%

X0 – 0,2S𝑥̅ X0 + 0,2S𝑥̅ 16 %

X0 – 0,6S𝑥̅ X0 + 0,6S𝑥̅ 45 %

X0 – 1,0S𝑥̅ X0 + 1,0S𝑥̅ 68 %

X0 – 2,0S𝑥̅ X0 + 2,0S𝑥̅ 95 %

X0 – 2,0S𝑥̅ X0 + 3,0S𝑥̅ 100 %

Dari tabel diatas nampak bahwa bila kita mengambil derajat kebebasan
68 %. maka ± ∆X adalah 1,0S𝑥̅ maka ada jaminan 68 % nilai benar itu
terdapat dalam interval 𝑥̅ - Sx dan 𝑥̅ + Sx, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kurva distribusi normal berikut ini :

68 %

𝑥̅ – Sx 𝑥̅ 𝑥̅ – Sx

Jika seandainya mengambil tingkat kepercayaan 95 %, dimana


X = 2 S𝑥̅ . maka ada jaminan 95 % nilai benar terletak antara :

x = 𝑥̅ - 2∆x dan x = 𝑥̅ + 2∆x

95 %

𝑥̅ – Sx 𝑥̅ 𝑥̅ – Sx

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 9


PENUNTUN PRAKTIKUM

2.2 Ketidakpastian Pada Hasil Percobaan


Didalam melakukan percobaan sering digunakan beberapa persamaan
untuk memperoleh suatu hasil yang diinginkan, dimana berpengaruh pula
terhadap hasil percobaan, dalam hal ini hubungannya dengan persamaan
yang digunakan akan dibahas secara singkat berikut ini.
2.2.1 Ketidakpastian Mutlak dan Relatif
Didalam menentukan ketidakpastian dari suatu pengukuran
atau percobaan sering melibatkan suatu istilah ketidakpastian mutlak
dan relatif. Ketidakpastian mutlak tak lain adalah ketidakpastian X
yang mana satuannya sama dengan besaran X.
Jika dihubungkan dengan ketetapan pengukuran, dapat
disimpulkan bahwa makin kecil ketidakpastian mutlak yang diperoleh
makin tepat pengukuran tersebut. Ketidakpastian Relatif adalah
merupakan cara lain dalam menyatakan ketidakpastian suatu
besaran yang biasanya dituliskan dalam presentase sebagai berikut:

∆x
KR= x 100 %
𝑥̅

Dan jika dihubungkan dengan ketelitian pengukuran maka


disimpulkan bahwa makin kecil ketidakpastian relatif.makin tinggi
ketelitian pengukuran tersebut.
2.2.2 Angka Berarti
Cara melaporkan x dan ∆x sesuai dengan aturan berikut ini :
Ketelitian 100 % memberi hak atas 2 angka berarti
Ketelitian 1 % memberi hak atas 3 angka berarti
Ketelitian 0.1 % memberi hak atas 4 angka berarti

Sebagai contoh diambil harga = 22/7 = 3,14285


Dengan ∆x = 0,001, maka dilaporkan juga dua angka desimal yaitu
:(π= 3,14 ± 0,01 ). Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa nilai 3 dan
1 adalah angka pasti sedangkan angka 4 adalah angka ragu-ragu.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 10


PENUNTUN PRAKTIKUM

2.2.3 Ketidakpastian Pada Fungsi Suatu Variabel


Ketidakpastian suatu variabel biasa didapat dari hasil
pengukuran dari suatu besaran misalnya pengukuran sisi-sisi suatu
bujur sangkar menggunakan persamaan :
L = X2
Dari hasil tersebut didapat harga ketidakpastian L dan ∆x dimana
L = f(x) sehingga :
𝛿𝐿
L = |( )| 𝑥 |∆𝑥 |
∆𝑥

Sehingga dapat dilaporkan bahwa hasil percobaan adalah :


L = 𝐿̅± ∆L
2.2.4 Ketidakpastian Pada Fungsi Dua Variabel
Ketidakpastian fungsi dua variabel adalah merupakan
kelanjutan dari ketidakpastian pengukuran yang direalisasikan
kedalam persamaan.
Suatu persamaan P = X + Y ; berarti bahwa P = p(X,Y)
dimana X = 𝑥̅ ± ∆X dan Y = 𝑦̅± ∆Y adalah hasil pengukuran langsung
dan P adalah besaran yang dicari (variabel tak bebas). ∆X dan ∆Y
adalah ketidakpastian pada X dan Y sehingga P juga akan mempunyai
ketidakpastian.Dalam hal ini hubungan antara P dan X serta Y dari
kasus tersebut diatas dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu :
1. ∆X & ∆Y diperoleh dari hasil pengukuran tunggal ∆X dan ∆Y
ditentukan oleh nilai skala terkecil sehingga ∆P diperoleh dengan
memakai tanda mutlak dengan persamaan berikut:
𝛿𝑃 𝛿𝑃
∆P = |(𝛿𝑥1)| |∆𝑥1| + |(𝛿𝑦1)| |∆𝑦1|

2. ∆X dan ∆Y diperoleh dari hasil pengukuran berulang, dimisalkan x


dan y telah diukur n kali sehingga menghasilkan sampel xi dan
yi dan dapat ditentukan 𝑋̅ dan S𝑥̅ serta 𝑌̅ dan S𝑦̅ sehingga
hubungan S𝑃̅ dan S𝑋̅ serta S𝑌̅ adalah berdasarkan distribusi
normal
𝑃̅ = p(𝑋̅, 𝑌̅ )

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 11


PENUNTUN PRAKTIKUM

3. ∆X dan ∆Y berlainan sifat. Apabila pada fungsi P = p(X,Y),


dimana X diukur n kali sedangkan Y diukur satu kali karena suatu
dan lain hal sehingga Y baru bagian hitungan terkecil, kedua
ketidakpastian demikian tidak dapat dipadu begitu saja melainkan
tingkat kepercayaan harus disamakan lebih dahulu. Hal ini dapat
dicapai dengan mempersempit selang sekitar ∆Y, sehingga tingkat
kepercayaan pada ∆Y adalah 68 % seperti halnya

X = S𝑥̅ ; untuk itu diambil ∆Y = 2/3 x 1/2 skala terkecil atau ∆Y


= 1/3 nilai skala, dan selanjutnya diteruskan seperti halnya dari
persamaan yang disajikan pada bagian 4.2.

2.2.5 Ketidakpastian Yang Berkaitan


Adakalanya persamaan fisika dijumpai dalam bentuk dimana
ketidakpastian besaran yang satu tidak sama sekali bebas dari
ketidakpastian. Hal ini dapat diselesaikan dengan penyelesaian
secara satu persatu dengan membentuk pengukuran yang
dijelaskan terdahulu.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 12


PENUNTUN PRAKTIKUM

BAB III

ALAT- ALAT UKUR

3.1. MISTAR INGSUT/GESER (VERNIER CALIPER)

Mistar Ingsut atau biasa disebut dengan Jangka Sorong merupakan


suatu alat ukur yang relatif teliti untuk mengukur Panjang, Lebar dan Tebal
benda yang teratur bentuknya. Juga dapat dipakai untuk mengukur
diameter dan kedalaman suatu tabung.

Alat ukur ini terdiri dari 4 (empat) bagian utama (lihat gambar), yaitu
bagian yang berbentuk pisau kecil bagian atas untuk mengukur bagian
dalam benda (lubang), pisau besar bagian bawah untuk mengukur bagian
luar benda (Panjang. diameter dll.), batang utama untuk pergeseran skala
ukur dan batang kecil bagian tengah batang utama untuk mengukur
kedalaman dan dapat diatur (digeser) maju dan ditarik mundur sesuai jarak
ukur.

Alat ukur ini juga dilengkapi dengan penggeser yang mempunyai


skala atau nonius dengan tingkat ketelitian 0,05 mm skala bagian tetap
berskala cm-mm disebut skala dasar (sd). Sedang bagian yang dapat
bergeser terdiri dari 20 bagian skala yang panjang noniusnya 19 mm
disebut skala pembantu.

TandukTetap

TandukGeser

Mur Pengikat
Mistar

BatangKedalaman
BatangGeser
SkalaNonius

RahangGeser
RahangTetap
Gambar 3.1.Mistar Geser

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 13


PENUNTUN PRAKTIKUM

3.2. MULTITESTER

Multitester atau dikenal dengan nama AVO meter (Ampere, Volt,


Ohm meter) adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk rnengukur
besaran listrik, seperti arus dan tegangan listrik baik arus bolak-balik (AC)
maupun arus searah (DC). Juga dapat mengukur tahanan listrik, kapasitas
suatu kapasitor dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan pada alat ukur ini
adalah pengatur nol, skala pilih, jarum penunjuk skala dan dua jarum
pengetes seperti gambar berikut.

Multitester terdiri atas dua jenis, yaitu digital dan analog, namun
disini hanya dijelaskan tentang multitester analog. Pada alat ukur ini
terdapat beberapa macam skala ukur. Misalnva untuk mengukur tegangan
baik AC maupun DC dan khusus arus DC dengan batas ukur 0 s/d 10. 0 s/d
50, dan 0 s/d 250. Sedangkan untuk pengukuran tahanan listrik, batas
ukurannya 0 s/d 2 kQ (k Ohm), batas ukur ini dapat diubah-ubah melalui
skala pilih. Misalnya ingin mengukur tegangan sebuah Bateray 1.5 Volt
dengan memakai batas ukur 0 s/d 250, maka dengan memutar skala pilih
pada faktor pengali 0,01 batas ukur menjadi 2,5 Volt.

SkalaUkur
JarumPenunjuk

Panel Kalibrasi
PengaturJarum

SkalaPilih
Jarum Tester

Gambar 3.2.Multitester / AVOmeter

3.3. MIKROMETER SEKRUP.

Dengan menggunakan micrometer sekrup, batas pengukuran


dapat ditingkatkan hingga ketelitian 0.01 mm. Alat ukur ini mempunyai
batas pengukur yang dilengkapi dengan skala mm. dan sekrup berskala

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 14


PENUNTUN PRAKTIKUM

yang dapat diatur

Skala pembantu (sp) terdiri dari 50 skala, bila berputar satu kali,
maka jarak yang dilalui sebesar 0.5 mm pada skala dasar-nya (sd).
0,5 𝑚𝑚
Jadi 0.5 mm (sp) = 50 (sd): 1 sp = = 0.01mm
50

Gambar 3.3. Mikrometer Sekrup

3.4. MISTAR INGSUT DIGITAL.

Mistar Ingsut Digital adalah sigmat yang pada dasarnya memiliki


fungsi yang sama dengan mistar ingsut biasa, namun lebih mudah
digunakan dan dibaca, bahkan jika seorang pengamat belum bisa
menggunakan mistar ingsut biasa, karena menggunakan sistem digital
dengan ketelitian 0,01 mm.

Gambar 3.4.Sigmat Digital

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 15


PENUNTUN PRAKTIKUM

Sigmat digital ini dilengkapi dengan sensor gerak di bagian dalamnya


yang membaca pergeseran batang utama yang hasil pengukurannya dapat
terlihat secara langsung di layar digital. Kelebihan lain dari sigmat jenis ini
adalah dapat dikalibrasikan pada jarak tertentu dan tentunya dengan
pengukuran yang lebih akurat. Sigmat ini dilengkapi dengan penyuplay daya
(battery).

3.5. HIDROMETER.

Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis


zat cair. Penggunaan alat ini relatif mudah, yaitu cukup dengan mencelupkan
alat ini kedalam cairan lalu membaca hasil pengukurannya pada skala ukur
yang terdapat pada dinding tabung Hidrometer. Garis yang paling sejajar
dengan permukaan zat cair adalah hasil pengukurannya. Untuk
menggunakan alat ini, kedalaman cairan harus lebih tinggi dari pada tinggi
alat ukur ini sendiri, disamping itu zat cair harus tenang dan berada dalam
ruang yang cukup.bKetelitian alat ini adalah 0,1 gram/cm3

Gambar 3.5.Hidrometer

3.6. STOPWATCH (JAM HENTI)

Stopwatch atau jam henti adalah alat ukur yang digunakan untuk
melakukan pengukuran waktu. Terdiri atas dua macam, yaitu analog dan
digital. Model analog menggunakan jam analog dengan ketelitian 0,1sekon.
Model ini hanya memiliki dua tombol, yaitu tombol utama (yang dilengkapi
dengan cincin) yang berfungsi sebagai tombol mulai sekaligus henti dan
tombol ulang.

Untuk model digital, disamping berfungsi untuk mengukur waktu


primer, juga dilengkapi dengan fungsi pembagi waktu (split), jam, alarm dan
LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 16
PENUNTUN PRAKTIKUM

tanggal. Fungsi pembagi waktu (split) memungkinkan kita untuk melakukan


pengamatan waktu untuk interval tertentu dengan mengamati waktu yang
tercatat pada saat tertentu cukup dengan menekan tombol split, sementara
waktu utama tetap berjalan dan kembali kepenghitung waktu utama dengan
sekali lagi menekan tombol split. Ketelitian stopwatch digital mencapai
0,01sekon. Model ini memiliki 3 tombol utama, yang pertama tombol Mode
yang berada di tengah, tepat di bawah LCD, berfungsi untuk memilih /
mengatur menu yang akan digunakan. Tombol kedua berada di sebelah
kanan yang berfungsi sebagai tombol mulai sekaligus henti, sedangkan
tombol ketiga berada di sebelah kiri yang berfungsi sebagai tombol split dan
reset.

3.7. NERACA ANALITIK DIGITAL.

Seperti namanya, neraca ini fungsinya untuk menimbang, namun


dengan menggunakan sistem digital. Alat ini terdiri atas bagian dasar (badan
timbangan) dan baki, yaitu tempat untuk meletakkan objek timbangan.

Jenis neraca ini juga sangat peka terhadap getaran, kemiringan dan
pergerakan udara. Untuk itu, alat ini harus diletakkan pada permukaan yang
datar, stabil dan tertutup. Neraca ini juga dapat digunakan untuk menimbang
benda dalam wadah tertentu tanpa harus mengetahui massa wadahnya,
akan tetapi dengan cara meletakkan wadah terlebih dahulu lalu
mengkalibrasikan neraca ke kondisi nol, kemudian memasukkan objek
kedalam bejananya, sehingga hasil pengukurannya adalah massa objek itu
sendiri. Kapasitas dan ketelitian alat ukur ini sendiri bervariasi.

Gambar 3.6.Neraca Analitik Digital

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 17


PENUNTUN PRAKTIKUM

BAB IV
JENIS JENIS PERCOBAAN

4.1. POLIGON GAYA (P.1A, P.1B)


I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat rnemahami konsep penyusun gaya. Mahasiswa dapat
menerapkan konsep metode poligon gaya pada sistem yang bekerja
lebih dari dua gaya.
II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mahasiswa dapat menentukan besarnya sudut dari gaya yang
terbentuk dan menggambarkannya.
2. Mahasiswa dapat menentukan nilai resultan gaya secara analitis
dan grafis
III. Tinjauan Pustaka

Apabila sejumlah gaya bekerja bersamaan pada sebuah titik maka


akibat yang sama senantiasa dapat ditimbulkan oleh gaya tunggal yang
mempunyai besar dan arah yang tepat. Apabila gaya – gaya tersebut
diketahui maka kita dapat menentukan sebuah gaya tunggal yang
merupakan hasil interaksi dari gaya – gaya tersebut yang disebut
Resultan.

Proses ini disebut penyusunan gaya dan merupakan kebalikan dari


uraian gaya menjadi komponen-komponennya. Jika lebih dari dua gaya
yang bekerja pada suatu titik maka untuk menyelesaikan komponen
gaya tersebut digunakan metode poligon.

D D
C C

B B

A RAB
A

Gambar a. Gambar b.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 18


PENUNTUN PRAKTIKUM

D C D
R

RABC
RABC

RAB

Gambar a. Gambar b.

Gambar 4.1.1

Jika harus digabungkan lebih dari dua gaya, dimulailah dengan


menggunakan resultan sembarang dua gaya lalu resultan ini
digabungkan dengan gaya yang ketiga, demikian selanjutnya. Proses
ini dilukiskan pada gambar 4.1.1 yang menggambarkan empat buah
gaya A, B, C, dan D, bekerja bersama pada titik 0. Pada gambar (b)
gaya A dan gaya B mula-mula digabungkan dan menghasilkan resultan
RAB, dengan metode yang sama resultan RAB digabungkan dengan
gaya C menghasilkan resultan RABC, yang selanjutnya digabungkan
dengan gaya D sehingga diperoleh resultan R. Metode penggabungan
seperti ini sering pula disebut metode grafis yang dapat diselesaikan
dengan menggunakan teknik jajaran genjang seperti pada gambar atau
teknik proyeksi gaya.

Jika dalam menyelesaikan digunakan metode analisis (matematis),


maka arah gaya (positif atau negatif) tergantung pada arah dan kuadran
tempat gaya tersebut berkerja dimana titik interaksinya sebagai titik 0
katresian (0,0). Komposisi dari penggabungan beberapa gaya dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

R = R1 + R2 + R3 + . . . + Rn = ΣFn .............................................. (4.1.1)

Jika gaya-gaya tersebut disusun pada koordinat kartesian (X , Y), maka :


R = Ux Rx + Uy Ry

Dimana: Rx = F1x + F2x + . . . + Fnx = ΣFiX

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 19


PENUNTUN PRAKTIKUM

Ry = F1y +F2y+ . . . + Fny = ΣFiy

Besarnya resultan R adalah :

R = √(𝑅𝑥 )2 + (𝑅𝑦 )2 ................................................................... (4.1.2)

Dan hubungan antara kedua komponen resultan gaya tesebut dapat


memberikan nilai sudut dari resultannya, yaitu :

tan α= RX RY .............................................................................. (4.1.3)

Berikut gambar peralatan poligoon gaya.

θ2 θ1
M2
M1
θ3 θ4

M3 M4

Gambar 4.1.2. Peralatan poligoon gaya.


IV. Alat Yang digunakan.
1. Peralatan poligon gaya
2. Beban pemberat
3. Busur Derajat
4. Kertas Grafik.
V. Prosedur Percobaan.
1. Pasanglah alat sesuai petunjuk pada asisten
2. Berikan beban pada masing-masing katrol, dengan besar sama atau
berbeda sesuai petunjuk asisten
3. Catat besarnya beban masing-masing katrol
4. Tarik simpul tali (titik 0) ke pusat keseimbangan (perpotongan
diagonal pada bidang / papan grafik), kemudian lepaskan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 20


PENUNTUN PRAKTIKUM

5. Ukur kemiringan masing – masing tali (sesuai gambar) dengan


menggunakan busur derajat, catat hasilnya
6. Rubah besarnya beban beberapa kali sesuai petunjuk asisten, Ulangi
prosedur beberapa kali. Catat pula hasilnya.

TABEL I
No. θM1 θM2 θM3 θM4 Keterangan
1. M1 =
2. M2 =
3. M3 =
4. M4 =
5.

TABEL II

No. θM1 θM2 θM3 θM4 Keterangan


1. M1 =
2. M2 =
3. M3 =
4. M4 =
5.

TABEL III
No. θM1 θM2 θM3 θM4 Keterangan
1. M1 =
2. M2 =
3. M3 =
4. M4 =
5.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 21


PENUNTUN PRAKTIKUM

4.2. PESAWAT ATWOOD. (P.2A, P.2B)


I. Tujuan Instruksi Umum (TIU)

Mahasiswa dapat memahami Penggunaan Pesawat Atwood dalam


penentuan tetapan grafitasi.

II. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)


1. Menjelaskan peristiwa Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dan
Gerak Lurus Beraturan (GLB).
2. Menentukan percepatan.
3. Menentukan nilai grafitasi.
III. Tinjauan Pustaka.

Tinjaulah sistem yang terdiri atas benda yang bermassa Mi dan M2


pada pesawat atwood akibat gaya tarik bumi menurut hukum Newton II
akan mengalami percepatan:

(𝑀2− 𝑀1 )𝑔−𝑓𝑔
a= 21 ................................................................. (4.2.1)
𝑀1 + 𝑀2 +
𝑟2

Dimana :

I = Momen inersia katrol

R = Jari-jari katrol

g = Percepatan grafitasi bumi

fg = Kerugian gaya gesek

mb
C
Ms
2

B
t
S
Ms2 A

Gambar 4.2.1. Peralatan Pesawat Atwood

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 22


PENUNTUN PRAKTIKUM

Jika Ms1 = Ms2 = Ms dan M2 = Ms + Mb dimana Mb = massa pemberat


dan M1 = Ms= massa selinder. Sehingga persamaan 4.2.1 akan berubah
menjadi:

(𝑚 .𝑔)− 𝑓𝑔
a= .......................................................................... (4.2.2)
2𝑀𝑠 + 𝑚+𝑀𝑘

21
dimana 𝑟 2 = Mk (Massa katrol)

Dalam peristiwa gerak benda pada pesawat atwood, kita membagi gerakan
menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) terjadi jika M1 = M2, karena silinder
M2 akan bergerak dari titik C ke titik B dengan laju awal = 0, Maka
kecepatannya adalah :

𝑉𝐵2 = 2a. XCB .......................................................................... (4.2.3)

Dimana :XCB = jarak dari titik C ke titik B.

2. Gerak Lurus Beraturan (GLB) terjadi jika M2 = M1, gerak ini dapat
ditunjukkan pada titik B ke A, karena massa penggerak mb tersangkut di
titik B kedua silinder akan bergerak dengan kecepatan konstan, dalam hal
ini kerugian akibat gaya gesek antara katrol dan tali diabaikan. Hal ini
ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑋𝐵𝐴
Va = ................................................................................ (4.2.4)
𝑡𝐵𝐴

Dari persamaan diatas jelaslah percepatannya dapat dihitung berdasarkan


rumus berikut:

𝑋𝐴𝐵
a = 2.𝑋 2 ...................................................................................... (4.2.5)
𝐵𝐶 𝑡𝐴𝐵

Dimana: XAB = Jarak antara A dan B

XBC = Jarak antara B dan C

tAB = Waktu yang diperlukan M2 untuk menempuh jarak AB

Sehingga percepatan grafitasi akhirnya dapat ditentukan dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut:

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 23


PENUNTUN PRAKTIKUM

(2𝑀+ 𝑚𝑘 + 𝑚𝑏 ).𝑎
g= + fg ............................................................ (4.2.6)
𝑚𝑏

Dimana: M = Massa silinder Mi dan M2

mk = Massa katrol

mb = Massa beban / pemberat

a = Percepatan silinder dari titik B ke A

IV. Alat – Alat Yang digunakan


1. Peraga Pesawat Atwood
2. Roll meter
3. Stopwatch 2 buah
4. Beban / pemberat 2 buah
5. Neraca analitik digital.
V. Prosedur Percobaan
1. Timbangan M1,M2 dan mb
2. Atur posisi A, B dan C lalu catat jaraknya.
3. Pasanglah M1 dan M2melalui katrol pada pesawat atwood lalu biarkan
bergerak melintasi C - B - A
4. Letakkan silinder M2 pada titik C kemudian letakkan benda di atas
silinder tersebut, sementara di sisi yang lain (M1) tetap di pertahankan
pada posisinya,
5. Lepaskan silinder M1 agar silinder M2 bergerak kebawah, dan
bersamaan dengan itu, nyalakan stop watch pertama.
6. Ketika silinder M2 menyentuh titik B, matikan stopwatch pertama,
sementara stopwatch kedua mulai dinyalakan.
7. Ketika silinder M2 mencapai titik A, matikan stopwatch kedua. Catat
waktu tempuh BC dan AB.
8. Ulangi prosedur (4) s/d (7) beberapa kali sesuai petunjuk Asisten
9. Lakukan prosedur (4) s/d (8) untuk jarak AB dan BC yang lain.
10. Lakukan prosedur (4) s/d (8) untuk beban yang lain.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 24


PENUNTUN PRAKTIKUM

Tabel Pengamatan
X (cm) T (sekon)
No Keterangan
BC AB BC AB
1
2 Mk = ………….gr
3 Mb = ………….gr
4 Ms = ………….gr
…. Ts = ………….cm
….
Kelompok :

Nama Stambuk

1. ………………………… ………………
2. ………………………… ………………
3. ………………………… ……………...
4. ………………………… ……………...
5. ………………………… ……………...
6. ………………………… ……………...

Makassar, ……………20……

ASISTEN

(……………………………….)

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 25


PENUNTUN PRAKTIKUM

4.3 GAYA GESEK (P.3A, P.3B)


I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
1. Mahasiswa dapat memahami konsep gaya gesek
2. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan gaya gesek.
II. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan koefisien gesek statis
dan koefisien gesek kinetis.
2. Mahasiswa dapat mengamati koefisien gesek dari berbagai
macam benda
3. Mahasiwa dapat menjelaskan kaitan antara koefisien gesek kinetis
dengan percepatan gerak benda dan percepatan gravitasi
III. Tinjauan Pustaka.
Perhatikan gambar dibawah ini. Jika pada saat benda A kita
berikan gaya F yang kecil maka gaya ini belum cukup kuat untuk
menggerakkan benda A kemudian gaya kita perbesar sedikit demi
sedikit dan akhirnya pada suatu saat benda akan mulai bergerak
Hal ini terjadi karena adanya
NA
gaya gesekan fs antara benda A
dengan permukaan bidang B yang
NA A melawan gaya F. Jika saat benda
fs
A tepat akan bergerak, besar gaya
ini akan sebanding dengan gaya
WA nomal yaitu gaya yang dilakukan
Gambar 4.3.1. permukaan benda A.
Secara matematis dapat ditulis :

fs = μs NA ............................................................................. (4.3.1)

dimana: :
fs = Gaya gesek(N)
μs = Koefisien gesekan statis
NA = Gaya normal pada benda A (N)
Jika benda A mulai bergerak diatas permukaan bidang maka tetap
akan dapat gaya gesekan yang berlawanan arah dengan arah gerak
LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 26
PENUNTUN PRAKTIKUM

benda A, tetapi besarnya bukan lagi f s akan tetapi f k (gaya gesekan


kinetik). Secara matematis dapat dituliskan :

fk= μkNA .............................................................................. (4.3.2)

dimana :
fk = Gaya gesekan kinetis
μk = Koefisien gesekan kinetis
Pada umumnya μs lebih besar daripada μk. Besarnya μs dan μk
antara dua benda yang bersingggungan tidak selalu sama tetapi
tergantung pada keadaan dan macam benda.
A. Koefisien Gesek Statis (μs)

Dalam percobaan ini kita akan gunakan peralatan dengan


susunan seperti gambar berikut:
N
T
fs

T
mA

mp + mT
Gambar 4.3.2.

Benda A diikat dengan tali dan dihubungkan dengan piringan


kemudian diisi dengan anak timbangan melalui katrol. Jika pada
keadaan ini A tepat akan bergerak, maka diperoleh besar koefisien
gesek statis adalah :

𝑚𝑝 + 𝑚𝑇
μs = .................................................................... (4.3.3)
𝑚𝐴

dimana :

mp = massa piringan (kg)

mT = massa anak timbangan

mA = massa benda A
LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 27
PENUNTUN PRAKTIKUM

Apabila benda A kita letakkan di atas permukaan bidang miring B


yang membentuk sudut θ, dalam keadaan diam seperti pada
gambar berikut ini. Jika sudut miringnya diperbesar sedikit demi
sedikit dengan jalan mengatur posisi kemiringan B sedemikian
rupa, sehingga pada saat sudut kemiringan B mencapai θ, maka
benda tepatA akan bergerak.

Dalam hal ini komponen berat dalam arah bidang miring


tepat sama dengan gaya gesek maksimum, maka dari hubungan
ini secara matematis besarnya koefisien gesek statis, dapat ditulis :

μs = tan θs ....................................................................... (4.3.4)

dimana :

μs = koefisien gesek statis

θs = Kemiringan bidang B

B. Koefisien Gesek Kinetis (μk)


Apabila benda A kita letakkan diatas permukaan bidang
miring B yang membentuk sudut θ, dalam keadaan diam seperti
pada gambar berikut ini. Ketika benda dilepaskan perlahan – lahan
tanpa memberikan gaya tambahan atau kecepatan awal (meluncur
bebas), maka benda akan meluncur dengan kecepatan tertentu.
Dalam hal ini komponen berat dalam arah bidang miring
lebih besar dari gaya gesek maksimum, yaitu gaya gesekan yang
berkerja dalam kondisi statis, ini akan tercapai jika sudut yang
dibentuk lebih besar dari sudut statisnya.Perhatikan gambar berikut
ini, benda A diletakkan di bidang B dengan kemiringan θ k
N
fs

W sin θk

θk W cos θk
θk

Gambar 4.4.3

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 28


PENUNTUN PRAKTIKUM

Maka dari hubungan ini secara matematis besarnya


koefisien gesek kinetis μk dapat di tuliskan :

𝑔 sin θk−a
μk = .................................................................. (4.3.5)
𝑔 cos θk

dimana :

g = percepatan grafitasi bumi (m/s2).

a = percepatan benda A meluncur turun pada jarak


selinder dalam waktut (m/s2) .

Jika benda A meluncur pada laju awal (Vo) = 0, maka diperoleh


hubungan :

2𝑋
a= ............................................................................. (4.3.6)
𝑡2

Persamaan (4.3.6) disubtitusikan kepersamaan (4.3.5) Maka akan


diperoleh:

2𝑋
μk = tan θk - ...................................................... (4.3.7)
𝑔𝑡 2 cos 𝜃 𝑘

IV. Alat Yang Digunakan


1. Perangkat bidang miring.
2. Benda peluncur (kayu, karpet dan karet)
3. Beban pemberat (anak timbangan)
4. Roll meter
5. Stopwatch
V. Prosedur Percobaan
Untuk gesekan statis bidang datar
1. Timbanglah massa benda serta massa piring.
2. Buat susunan seperti gambar 4.3.2.
3. Letakkan anak timbangan diatas piring sedikit demi sedikit hingga
benda A tepat akan bergerak, kemudian catat massa anak
timbangan tersebut. Lakukan beberapa kali sesuai petunjuk
Asisten.
4. Lakukan prosedur (2), dan (B) untuk macam benda yang lain.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 29


PENUNTUN PRAKTIKUM

Untuk gesekan statis bidang miring


1. Letakkan benda A diatas permukaan bidang B.
2. Angkatlah bidang B perlahan-lahan, tepat saat benda A akan
bergerak, kuncilah bidang B, sehingga sudut kemiringannya tidak
berubah, catat sudut kemiringannya dan lakukan beberapa kali.
3. Lakukan prosedur (1) dan (2) untuk jenis benda yang lain.
Untuk Gesekan Kinetis
1. Tentukan posisi kemiringan bidang B sesuai dengan petunjuk
asisten, dan letakkan benda A diatas permukaan bidang miring B.
2. Ukur dan catat kemiringan bidang.
3. Ukur jarak mulai posisi awal yang telah ditentukan oleh asisten.
4. Lepaskan benda A dan amati waktu yang diperlukan.
5. Ulangi prosedur (1) s/d (4) untuk kemiringan yang berbeda-beda
dan jarak yang tetap.
6. Ulangi prosedur (5) untuk macam benda lainnya.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 30


PENUNTUN PRAKTIKUM

Tabel Pengamatan

I. Bidang Datar Statis


Jenis Benda MAnak Timbangan
No Keterangan
Peluncur (gr)
1 Kayu Mkayu = ……………gr
2 Karpet Mkarpet = ……………gr
3 Karet Mkaret = ……………gr
n Mtimbangan = …………………gr
II. Bidang Miring Statis
Jenis Benda
No Ɵ Keterangan
Peluncur
1 Kayu Mkayu = ……………gr
2 Karpet Mkarpet = ……………gr
3 Karet Mkaret = ……………gr
III. Bidang Miring Dinamis
Jenis Benda Jarak
No Ɵ T (sekon) Keterangan
Peluncur (cm)
1 Kayu Mkayu =………gr
2 Karpet Mkarpet = …...…gr
3 Karet Mkaret = ……gr
Kelompok :

Nama Stambuk

1. ………………………… ………………
2. ………………………… ………………
3. ………………………… ……………...
4. ………………………… ……………...
5. ………………………… ……………...
6. ………………………… ……………...

Makassar, ……………20……

ASISTEN

(……………………………….)

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 31


PENUNTUN PRAKTIKUM

4.4. KONSTANTA GAYA PEGAS (P.4A, P.4B)


I. Tujuan Instruksi Umum (TIU)
Mahasiswa dapat memahami peristiwa gerak harmonik pada pegas.
II. Tujuan Instruksi Khusus (TIK)

1. Mahasiswa dapat memahami arti waktu/periode getaran dan frekuensi


getaran (osilasi).
2. Mahasiswa dapat mengamati pengaruh simpangan dan massa
terhadap getaran.
3. Mahasiswa dapat menghitung besarnya konstanta gaya pegas.
III. Tinjauan Pustaka

Bila sebuah pegas


mendapat gaya F selama batas
elastisitasnya belum terlampaui,
mp menurut hukum hook bahwa
perpanjangan (x) pegas akan
me+ mb sebanding dengan gaya tersebut,
atau dapat dituliskan

w = m.g F = - k.x ............................. (4.4.1)

Dimana : k = konstanta gaya pegas

x = perpanjangan pegas

Persamaan gerak benda


bermassa m yang dipasang diujung
pegas, kemudian ditarik dari titik
kesetimbangan dan kemudian
Gambar 4.4.1 dilepaskan adalah :
𝑑2 𝑥
m = -kx atau x + ω2x = 0 ...................................................... (4.4.2)
𝑑𝑡 2

dimana ω2 = k/m

Solusi umumnya adalah : x = A cos ωt + B sin ωt dengan kondisi


awal yaitu pada saat t = 0, x = x0 dan dx/dt = 0, maka diperoleh
solusi khusus x = x0 cos ωt, dimana x0 = simpangan awal dan ω =

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 32


PENUNTUN PRAKTIKUM

frekuensi sudut getaran. Bila frekuensi getaran adalah :

𝜔 1 𝑘
f= = √ .......................................................................... (4.4.3)
2𝜋 2𝜋 𝑚

maka periode getaran adalah :

1 m
T= = 2π √ ........................................................................... (4.4.4)
f k

Dimana m = massa total = member + mpegas + mbeban


Sehingga persamaan di atas dapat di tulis :

4𝜋2
T2 = (member + mpegas + mbeban) ............................................... (4.4.5)
k

IV. Alat - Alat yang digunakan


1. Statis dengan pegasnya
2. Ember kecil + bebannya.
3. Stop watch
V. Prosedur Percobaan
1. Timbanglah massa ember, massa pegas dan massa beban.
2. Gantunglah ember pada pegas dan atur sedemikian rupa sehingga
jarum menujukkanskala 0
3. Berikan beban kedalam ember beberapa kali dan setiap kali
penambahan beban, maka penunjukkan jarum harus dicatat
4. Keluarkan beban dan ulangi prosedur 3 beberapa kali sesuai petunjuk
Asisten.
5. Untuk kondisi dinamis, gantungkan ember, atur posisi jarum agar
membelakangi mistar.
6. Masukkan satu beban lalu getarkan naik turun, tunggu hingga getaran
yang terjadi stabil, ukur waktu getaran untuk interval tertentu (sesuai
petunjuk Asisten).
7. Tambahkan beban dalam ember lalu ulangi seperti prosedur 6,
lakukan penambahan beban beberapa kali sesuai petunjuk Asisten.
8. Ulangi prosedur 6 dan 7 beberapa kali sesuai petunjuk Asisten.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 33


PENUNTUN PRAKTIKUM

Tabel Pengamatan

I. Kondisi Statis
Massa Simpangan X (cm)
No Keterangan
Beban (gr) Xa Xb Xc Xd
1
2
Mp = ………gr
3
Me = ………gr
4
….
….

II. Kondisi Dinamis


Massa Waktu t (sekon)
No Keterangan
Beban (gr) ta tb tc td
1
2
Mp = ………gr
3
Me = ………gr
4
….
….
Kelompok :

Nama Stambuk

1. ………………………… ………………
2. ………………………… ………………
3. ………………………… ……………...
4. ………………………… ……………...
5. ………………………… ……………...
6. ………………………… ……………...

Makassar, ……………20……

ASISTEN

(……………………………….)

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 34


PENUNTUN PRAKTIKUM

4.5. VISKOSITAS FLUIDA (P.5A, P.5B)


I. Tujuan Instruksi Umum (TIU)

Mahasiswa dapat memahami

1. Konsep Fisika / mekanika mengenai kekentalan (viskositas).


2. Bahwa gesekan yang dialami oleh suatu benda yang bergerak
dalam fluida adalah disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
II. Tujuan Instruksi Khusus (TIE)

Mahasiswa dapat memahami:

1. Menggunakan prinsip keseimbangan gaya stokes, gaya apung


dan gaya berat pada suatu benda dalam fluida.
2. Mengamati pengaruh gesekan yang dialami oleh suatu benda
yang bergerak dalam fluida yang disebabkan oleh fluida tersebut.
3. Menerapkan faktor koreksi pada laju bola yang jatuh.
4. Menentukan Viskositas Fluida.
III. Tinjauan Pustaka.

Setiap benda yang bergerak fluida, akan mendapatkan gaya


gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Besar gaya
gesekan tersebut sebanding dengan laju relatif benda tersebut
terhadap fluida.

Fs
L

Gambar 4.5.1. Peraga Viskositas Fluida

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 35


PENUNTUN PRAKTIKUM

𝐿
Fs = Konstant, V = .................................................................. (4.5.1)
𝑡

Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak di dalam


fluida yang tetap sifat-sifatnya, besarnya gaya yang dialami
dirumuskan sebagai berikut:

Fs = 6 π ηr V .................................................................................................... (4.5.2)

Dimana :

Fs =Gaya geseka yang bekerja pada bola (N)

η =Viskositas Fluida (Ns)

r =jari – jaribola (m)

V = Laju relatif bola terhadap fluida (m/s)

Atau rumus (4.6.1) dikenal sebagai Hukum Stokes.Hokum Stokes


berlaku dengansyarat yairu:

a. Ruangan tempat fluida tidak terbatas (ukuran cukup


besar/luas dibandingkandengan ukuran benda).
b. Tidak ada turbulensi di dalam fluida, ini dapat dicapai jika laju tidak
besar.

Jika sebuah benda berbentuk bola dan mempunyai rapat


massa dilepaskan pada permukaan zat cair tanpa laju awal, bola
tersebut mula-mula akan mendapat percepatan. Dengan berbentuk
besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola tersebut aakan
bertambah besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan
bergerak dengan laju konstan, yaitu pada saat terjadi kesetimbangan
antara gaya berat, gaya apung, dan gaya stokes pada bola tersebut.
Jika bola tersebut telah bergerak dengan laju konstan maka akan
berlaku hubungan :

2𝑟 2 𝑔 9𝜂𝐿
V= (ρb – ρf) atau tr2 = ....................................... (4.5.3)
9𝜂 2 𝑔 (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)

Dimana: ρb = Massa jenis bola (kg/m 3 )

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 36


PENUNTUN PRAKTIKUM

ρf = Massa jenis fluida (kg/m 3 )

t = Waktu tempuh bola untuk memenuhi jarak L (s)

L = Jarak yang ditempuh (m)

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa asumsi laju bola


yang konstan hanya dapat dipenuhi untuk waktu tempuh yang besar
atau ruangan yang luas (ideal tak terhingga), karena waktu
pengamatan kita terbatas, maka laju bola yang diperoleh dari hasil
pengamatan harus dikoreksi dengan persamaan:
𝑟
Vs = V (1 + k ) ............................................................................ (4.5.4)
𝑅

Dimana :

Vs = Laju sebenarnya

V = Laju bola yang diamati

R = Jari-jari tabung fluida

k = Suatu ketetapan

Selanjutnya karena Vs. Ts = V . T, maka persamaan (4.6.4) menjadi:


𝑟
T = k. Ts + Ts ...................................................................... (4.5.5)
𝑅

Dimana Ts adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak L.


Perhatikan bahwa persamaan (4.6.5) adalah linier sehingga dengan
𝑟
membuat grafik antara T dengan maka harga Ts dapat ditentukan.
𝑇

IV. Alat -Alat Yang digunakan


1. Tabung gelas besar
2. Bola-bola kecil
3. Aerometer / Hidrometer
4. Jangka sorong
5. Mikrometer sekrup
6. Thermometer
7. Rol meter
8. Stopwatch

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 37


PENUNTUN PRAKTIKUM

9. Neraca Analitis (timbangan)


10. Gelas Ukur
V. Proses Percobaan

1. Timbang dan ukurlah diameter tiap-tiap bola, dilakukan


beberapa kali sesuai petunjuk Asisten.

2. Ukurlah diameter dalam tabung gelas

3. Tentukan suatu jarak L pada tabung

4. Catat suhu fluida sebelum dan sesudah melakukan


pengamnatan

5. Ukurlah massa jenis fluida sebelum dan sesudah percobaan,


gunakan hydrometer, jika tidak, timbang fluida dengan volume
tertentu (gunakan gelas ukur dan Neraca analitik digital)

6. Jatuhkan bola tepat di permukaan fluida, amatai waktu yang


dibutuhkan untuk sampai batas jarak yang ditentukan, lakukan
beberapa kali sesuai petunjuk Asisten.

7. Ulangi beberapa kali prosedur (6) sesuai petunjuk Asisten,


lakukan pula untuk bola yang lain.

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 38


PENUNTUN PRAKTIKUM

Tabel Pengamatan

m bola ƟBola Jarak Waktu (Sekon)


No Bola Keterangan
(gr) (mm) (cm) t1 t2 t3
1
2 I
3
1
dTabung= …cm
2 II
ρf = ..…gr/cm3
3
1
2 III
3
Kelompok :

Nama Stambuk

1. ………………………… ………………
2. ………………………… ………………
3. ………………………… ……………...
4. ………………………… ……………...
5. ………………………… ……………...
6. ………………………… ……………...

Makassar, ……………20……

ASISTEN

(……………………………….)

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 39


PENUNTUN PRAKTIKUM

BAB V
METODOLOGI PENULISAN LAPORAN

FORMAT PENULISAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.2. Prosedur Percobaan

BAB IV DATA PENGAMATAN

BAB V PENGOLAHAN DATA PENGAMATAN

BAB VI ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1. Analisa

6.2. Pembahasan

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan

7.2. Saran.

7.3. Ayat yang berhubungan dengan percobaan

LABORATORIUM FISIKA DASAR FTI-UMI 40


DAFTAR PUSTAKA

Alonso. M. Finn, E J.. 1990. Fundamental University Physiscs IF Fielas and


Waves, Adison Willey Pab Company, inc Masachusetts,

Barris, FK., . 1974. "Electrical Measurements " John Willey and sons, New York,

Darmawan, B. 1983. "PERIHAL KETIDAKPASTIAN PERCOBAAN", ITB.Bandung,

Francis Weston Sears, And Mark W. Zemanzky. 1984" FISIK4 UNTUK


UNWERSITAS" . Bina Ciptas, Jakarta.

Halliday, D. and Rasnick. R. 1987 "PHYSICS" . John Willey and Sons, Inc. New
York,

argan J. 1953."General PhisicalOptics^Mc Graw-Hill Book Company. Inc.,New


York.

Mode. E. B.1972."ELEMEN OF STA TISTICS". Prentice Hall of India. New Dehli.

Rahman, A. 1981 'OUR ANIC SCIENCES. Muslim School Trust". London

Soetrisno, 1979 "Gelombang dan Optik^ ITB, Bandung ,

Soetrisno, 1979 "Listrik, Magnet & Thermodinamika'' ITB, Bandung ,

Speagel. M. R. 1976 .'THEORITICAL MACHANICHS" : Me. Graw-Hill. Inc.New


York,

Sutrisno dan Tan Ik Gie. 1983. "SERIFISIKA DASAR", ITB, Bandung.


LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LEMBAR ASISTENSI
PERCOBAAN : POLIGON GAYA (P.1)
JADWAL PRAKTIKUM : HARI…………………. TANGGAL
ASISTEN : ……………………………………………………….
HARI /
NO INSTRUKSI PARAF
TANGGAL

Disetujui tanggal : Nilai :

Makassar, …………………20
Asisten

( )
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LEMBAR ASISTENSI
PERCOBAAN : PESAWAT ATWOOD (P.2)
JADWAL PRAKTIKUM : HARI…………………. TANGGAL
ASISTEN : ……………………………………………………….
HARI /
NO INSTRUKSI PARAF
TANGGAL

Disetujui tanggal : Nilai :

Makassar, …………………20
Asisten

( )
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LEMBAR ASISTENSI
PERCOBAAN : GAYA GESEK (P.3)
JADWAL PRAKTIKUM : HARI…………………. TANGGAL
ASISTEN : ……………………………………………………….
HARI /
NO INSTRUKSI PARAF
TANGGAL

Disetujui tanggal : Nilai :

Makassar, …………………20
Asisten

( )
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LEMBAR ASISTENSI
PERCOBAAN : KONSTANTA GAYA PEGAS (P.4)
JADWAL PRAKTIKUM : HARI…………………. TANGGAL
ASISTEN : ……………………………………………………….
HARI /
NO INSTRUKSI PARAF
TANGGAL

Disetujui tanggal : Nilai :

Makassar, …………………20
Asisten

( )
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LEMBAR ASISTENSI
PERCOBAAN : VISKOSITAS FLUIDA (P.5)
JADWAL PRAKTIKUM : HARI…………………. TANGGAL
ASISTEN : ……………………………………………………….
HARI /
NO INSTRUKSI PARAF
TANGGAL

Disetujui tanggal : Nilai :

Makassar, …………………20
Asisten

( )
PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
Spasi 2

1.1 Latar Belakang


Komponen elektronika seperti diode, transistor dan sebuah IC (integrated
circuit) merupakan elemen-elemen yang terbuat dari semikonduktor. Pada zaman
sekarang perkembangan piranti elektronika sangat maju dan telah menjadi bahan
pembicaraan dalam dunia elktronika, kemajuan yang sangat cepat terjadi setelah di
temukan beberapa komponben semikonduktor (zat padat) yang meberi banyak sifat
listrik yang unik dan hamper dapat memecahkan semua masalah elektronika, sehingga
do kembangkan piranti elektronika dari bahan semikonduktor yang memiliki efisisensi
tinggi, seperti CdTe dan CdSe.
Selain cadmium telluride dan cadmium selenium bahan semikonduktor yang
dapat terjadi piranti elektronika adalah PbS, PbTe, dan PbSe. Ketiganya mempunyai
persamaan yaitu merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang di buat dari perpaduan
antara golongan IV (Pb) dan golongan VI (Se, S, Te). Ketiga bahan PbSe, PbTe dan
PbSe tersebut masing-masing mempunyai energy gap pada suhu 300 K adalah 0,41 eV
; 0,31 eV dab 0,27 eV. Dari ketiga bahan tersebut sesui untuk aplikasi detector
inframera. Karakteristik bahan semikonduktor dapat di ketahui dengan mengukur
mobilitas electron dan hole, resistivitas, dan struktur Kristal. Masalah yang penting
adalah mendapat kemurnian dan kesempurnaan Kristal tunggaldari bahan
semikonduktor yaitu dengan teknik penumbuhan Kristal
Salah satu teknik penumbuhan keristal adalah teknik Bridgman. Teknik
Bridgman sering di gunakan dalam penelituan di laboratorium untuk penumbuhan
keristal. Proses dari teknik Bridgman lebih sederhana dan biaya relatif lebih murah.
Guna merancang dan melengkapi fasilitas pembelajaran dalam elektronika daya yang
menghubungkan dengan peralatan laboratorium.

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)
Mahasiswa dapat memahami karakteristik beberapa jenis komponen-komponen
listrik.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Mahasiswa dapat mengamati dan melakukan pengukuran arus terhadap
komponen-komponen listrik.
2. Mahasiswa dapat membedakan karakteristik komponen listrik linear dan tak
linear.

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Komponen Listrik

Jika suatu komponen listrik di rangkai atau di hubungkan suatu sumber


tegangan. Maka pada rangkaian tersebut akanb mengalir arus listrik. Berdasarkan
respon dari arus listrik dan beda tegangan dapat di peroleh karakteristik dari komponen
tersebut dapat di golongkan atas:
1. Komponen listrik linier/ohmik yang memenuhi hukum ohm.
2. Komponen tak linier/tak ohmik yang tidak memenuhi hukum ohm.
Dari hasil pengukuran kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian yang di
beri beda tegangan diperoleh bentuk karakteristik berdasarkan jenis komponen
tersebut sebagai berikut.

Gambar 6.2.1 Grafik karakteristik komponen linear dan non linear (sumber:….)
Dari grafik tersebut di atas dapat di hitung tahanan resistor dan dioda dengan
persamaan:

∆𝑉 1
R= ∆𝐼 = 𝑡𝑔𝛼 --- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (6.2.1)

Dimana: R = Resistor, ∆V = Tegangan listrik, ∆I = Teganagn

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

(a) (b) (c)

Gambar 6.3.1 Peralatan Praktikum Komponen


Listrik (a) Komponen Resistor, (b)……

3.2 Prosedur Percobaan


Pertama-tama kami buat gambar rangkaian sesuai petunjuk asisten. Setelah itu,
kami mengukur nilai resistor atau dioda yang akan di gunakan dengan menggunakan
multitester. Kemudian, Berdasarkan gambar rangkaian, kami hubungkan antara power
supply dan rangkaian resistor dengan menggunakan kabel penghubung.
Setelah itu, kami minta petunjuk asisten untuk menentukan besarnya tegangan
dari power supply. Kemudian kami mengukur dan mencatat kuat arus yang mengalir
dengan menggunakan multitester. Lalu kami mengulangi prosedur tersebut diatas
untuk pariasi tegangan (minimal 3X).
Kemudian kami lakukan prosedur di atas untuk rangkaian komponen yang lain
dengan resistor dihubung secara seri, resistor dihubung secara parallel, dioda dihubung
secara seri, dioda dihubung secara parallel, resistor dan dioda dihubung secara seri,
serta resistor dan dioda di hubung secara paralel.

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Percobaan Komponen Listrik dilakakukan melalui pengukuran nilai resistor


atau dioda menggunakan multitester, hasil pengukuran tersebut dapat dilihat
pada tabel 6.4.1
Tabel 6.4.1 Data Hasil Pengamatan
Gambar
No Vs I1 I2 I3 I4
Rangkaian

5,5 0,003 0,0035 0,0035 0,004


1
7,2 0,004 0,0045 0,0045 0,0055

5,5 0,03 0,01 0,015 0,005


2
7,2 0,025 0,01 0,015 0,007

4,9 0,005 0,01 0,0185 0,0045


3
8,8 0,005 0,01 0,0085 0,0025

Hari / Tanggal Praktikum : Jum’at / 20 April 2018


Frekuensi : I
Anggota Kelompok : 1. Abd. Muhammad
2. Muhammad Imam Arif
3. Dandy Musda Pratama
4. Saiful
Makassar, 10 April 2019
Asisten

(ARIFUDDIN)

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Perhitungan Rangkaian Seri Resistor

R1 = 182 Ω
R2 = 684 Ω
R3 = 563 Ω
R4 = 821 Ω
Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4
= 182 Ω + 684 Ω + 562 Ω + 821 Ω
= 2,249 Ω

a. Menghitung Vs1 = 5,5 dan Vs2 = 7,2


Vs1
Itot =
Rtot
5,5
I1 = = 2,2445 x 10-3A
2249
7,2
I2 = = 3,201 x 10-3A
2249
Untuk Vs1 = 5,5 Volt
V = I.R
V1 = I1 . R1 = 2,445 x 10-3 . 182 Ω = 0,447 Volt
V2 = I1 . R2 = 2,445 x 10-3 . 684 Ω = 1,679 Volt
V3 = I1 . R3 = 2,445 x 10-3 . 562 Ω = 1,379 Volt
V4 = I1. R4 = 2,445 x 10-3 . 821 Ω = 2,016 Volt
Vtot = V1 + V2 + V3 + V4
= 0,447 + 1,679 + 1,379 + 2,016
= 5,521 Volt
Untuk Vs2 = 7,2 volt
V = I. R
V1 = I2 . R1 = 3,201 . 10-3 . 182 Ω = 0,583 Volt
V2 = I2 . R2 = 3,201 . 10-3 . 684 Ω = 2,189 Volt

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
V3 = I2 . R3 = 3,201 . 10-3 . 562 Ω = 1,798 Volt
V4 = I2. R4 = 3,201 . 10-3 .821 Ω = 2,628 Volt
Vtot = V1 + V2 + V3 + V4
= 0,583 + 2,189 + 1,798 + 2,628
= 7,198 Volt

b. Perbandingan Tegangan (V) & Arus Listrik (I)


Berdasarkan data hasil perhitungan karakteristik komponen listrik di
dapatkan pebandingan tegangan (V) dan arus listik (I) sebagaimana terlihat
pada tabel 6.5.1.
Tabel 6.5.1 Perbandingan Tegangan (V) & Arus Listrik (I)
No x(V) y(I) x.y X2
1 5,5 2,445.10-3 13,447.10-3 30,25
2 7,2 3,201.10-3 23,047.10-3 51,84

Ʃ 12,7 5,646.10-3 36,494.10-3 82,09

n (Ʃx.y)−(Ʃx)(Ʃy)
a =
n (Ʃx2)−(Ʃx)2

2(36,494 .10−3 )−(12,7)(4,646 .10−3)


=
2 (82,09)−(12,7)2

12,838 .10−4
=
2,89

= 4,442 . 10-4

yn = a . xn

y1 = a . x1 = 4,442 .10-4. 5,5 = 24,431 . 10-4

y2 = a . x2 = 4,442 .10-4 . 7,2 = 31,982 . 10-4

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tabel 6.5.2 Hubungan x dan y

No x y
1 5,5 24,431. 10-4
2 7,2 31,982. 10-4

Xmax−Xmin 7,2−5,5
Skala X = = = 0,85
n 2
X1−Xmin 5,5−5,5
X1 = = =0
skala x 0,85
X2−Xmin 7,2−5,5
X2 = = =2
skala x 0,85

Ymax−Ymin 24,431 .10−4 −31,982 .10−4


Skala Y = =
n 2

= 37,755.10-5

Y1−Ymin 24,431 .10−4−24,431 .10−4


Y1 = = = 0
skala y 37,755 .10−5

Y2−Ymin 31,982 .10−4 −24,431 .10−4


Y2 = = = 2
skala y 37.755 .10−5

Tabel 6.5.3 Hubungan x dan y

No x y

1 0 0

2 2 2

Grafik 6.5.1 persamaan x dan y

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VI
ANALISA PERHITUNGAN

6.1. Tabel Hasil Perhitungan

Berdasarkan perhitungan karakteristik komponen listrik pada Bab V di


dapatkan data hasil perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel 6.1

Tabel 6.6.1 Hasil Perhitungan

No Rangkaian VS V1 V2 V3 V4

5,5 0,447 1,679 1,379 2,016


1 Seri
7,2 0,583 2,189 1,798 2,628

5,5 2,097 7,880 6,475 9,459


2 Paralel
7,2 2,745 10,316 8,476 12,382

4,9 13,605 51,129 17,940 18,089


3 Seri paralel
8,8 24,433 91,826 32,219 32,488

6.2. Pembahasan
Pada tabel data di atas kamidapat menganalisa bahwa tegangan berbanding
lurus dengan kuat arus dan berbanding terbalik pada hambatan. Pada rangkaian seri
seluruh hambatan yang masuk merupakan totalnya sedangkan pada rangkaian paralel
nilai arus yang masuk berbeda-beda serta pada suatu tegangan bergantung pada
resistor dan dioda, semakin besar hambatan maka semakin besar tegangan yang di
hasilkan.

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Kami dapat simpulkan bahwa tegangan AC adalah arus listrik yang nilainya
berubah-ubah terhadap satuan waktu, hingga dapat disebut juga arus bolak balik dan
tegangan DC adalah arus listrik yang nilainya tetap atau konstan terhadap satuan
waktu, biasa juga di sebut arus searah.

7.2 Saran
7.2.1. Asisten
Asisten dan pratikan sebaiknya bekerja sama dengan baik agar pratikum dapat
berjalan drngan nyaman dan ilmu yang di sampaikan dapat di terima dengan baik.
7.2.2. Laboratorium
Sebaiknya alat laboratorium lebih di rawat untuk menghindari kerusakan.
Selain itu kebersihan laboratorium lebih diperhatikan agar pratikum dapat berjalan
dengan nyaman.
7.2.3. Pratikum
Dalam pratikum hendaknya lebih berhati-hati dan teliti dalam mengerjakan
laporan serta analisa pertitungan dan materi yang di bahas sebaiknya harus lebih
mendalam.

7.3. Ayat Yang Berhubungan

(Qs. An-Nur : 35) Yang Artinya :


“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita
besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Penjelasan:
Dari ayat ini kita tau bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sudah ada sejak
dahulu namun manusia belum mengetahuinya, dan ilmu yang ada diperumpamakan
dengan hal-hal lain, hal-hal lain ini yang menjadikan fakta di balik ilmu itu semua. Tak
hanya manusian yang dapat memberikan arti penting itu listrik namun al-quran sudah
berbicara lebih dahulu sebelum listrik itu ada.

Karakteristik Komponen Listrik Page


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Eka Murka, dan Priyambodo Tri. 2012. Fisika dasar listrik. Yogyakarta : Andi.

Giancoli Douglas. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Haliday, David. dan Resnick, Robert.1990. Fisika Edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Soeharto. dan Furoidah. 1995. Fisika Dasar 2. Jakarta : Gramedia.

Karakteristik Komponen Listrik Page

Anda mungkin juga menyukai