01
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA
DASAR
TAHAP PERSIAPAN BERSAMA
TAHUN 20 22
MODUL
KIM
TAHAPAN PE
INSTITUT TEKN
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karuniaNya sehingga tim penyusun berhasil menyelesaikan penyusunan Buku Panduan -
Praktikum Kimia Dasar. Praktikum ini merupakan salah satu komponen penilaian penting
didalam pelaksanaan pengajaran mata kuliah wajib yang termasuk dalam Tahap Persiapan
Bersama, Institut Teknologi Kalimantan.
Modul ini berisi tentang berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Praktikum
Kimia Dasar diantaranya peraturan dan tata tertib praktikan, keamanan dan keselamatan kerja
laboratorium, silabus, tata laksana praktikum dan petunjuk praktikum. Melalui buku panduan ini,
diharapkan akan membantu mahasiswa di dalam mempersiapkan diri lebih baik dalam
melaksanakan praktikum dengan harapan mendukung mahasiswa menerapkan Student Centre
Learning dalam pencapaian Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dengan bobot 3 sks.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam buku ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca dan pengguna akan
diterima dengan tangan terbuka demi penyempurnaan buku panduan ini. Semoga buku ini
bermanfaat.
Penyusun
1. Asful Hariyadi, S.T., M.Eng
2. Ashadi Sasongko, S.Si., M.Si
DAFTAR ISI
PRAKATA .....................................................................................................................................
ii
ii
1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR - PRAKTIKAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
SEMESTER GANJIL 2022/2023
2
14. Praktikan diwajibkan menjaga kebersihan laboratorium selama kegiatan
praktikum.
15. Praktikan diperbolehkan menggunakan peralatan laboratorium yang
berhubungan dengan kepentingan praktikum sesuai instruksi asisten.
16. Praktikan dilarang menyentuh, menghirup, atau mencicipi bahan kimia secara
langsung, kecuali ada perintah khusus.Praktikan dilarang menggunakan bahan
kimia secara berlebihan dan mengembalikan bahan kimia yang berlebih ke
tempat semula.
17. Praktikan harus membilas tangan dengan air bersih apabila berkontak dengan
bahan- bahan kimia.
18. Praktikan diwajibkan membuang limbah berdasarkan golongannya ke dalam
jerigen limbah, bukan di wastafel atau saluran air.
19. Praktikan diwajibkan melapor kepada asisten apabila terjadi kecelakaan kerja di
laboratorium.
3
3. Praktikan dilarang bertukar jadwal praktikum dengan praktikan lainnya tanpa
melapor kepada asisten dengan keterangan yang jelas.
4. Praktikan harus melapor kepada asisten paling lambat H-1 untuk keterangan
terduga (sakit, izin) dan 6 jam setelah praktikum untuk keterangan tidak
terduga (kecelakaan, kabar duka) apabila berhalangan hadir sesuai dengan
jadwal dan shift yang telah ditentukan (tidak diwakilkan).
5. Praktikan diperbolehkan tidak hadir praktikum dengan keterangan yang jelas
dengan melampirkan surat keterangan dokter untuk keterangan sakit dan
kecelakaan dan surat izin bertanda tangan basah untuk keterangan izin.
4
7. Praktikan diwajibkan untuk mempelajari modul dan prosedur praktikum
sebelum pelaksanaan tes awal.
8. Asisten diperbolehkan memberikan penugasan khusus kepada praktikan
sebelum dan setelah tes awal.
9. Praktikan diperbolehkan tidak mengikuti tes awal apabila berhalangan hadir
dengan alasan yang jelas, seperti sakit, izin, kecelakaan, dan kabar duka.
10. Praktikan diwajibkan menginformasikan ketidakhadiran saat tes awal beserta
alasan yang jelas paling lambat 12 jam setelah tes awal (tidak diwakilkan).
11. Praktikan yang tidak mengikuti tes awal dengan alasan yang jelas akan
mendapatkan penugasan khusus sebagai pengganti tes awal.
12. Praktikan yang tidak mengikuti tes awal dengan alasan yang tidak jelas tidak
akan diperbolehkan mengikuti praktikum.
13. Tata tertib dapat berubah sesuai dengan kesepakatan asisten masing-masing.
1.4.2 Pelaksanaan Praktikum
Adapun tata tertib dalam pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut.
1. Praktikan diwajibkan hadir di laboratorium 15 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Praktikan diwajibkan telah menggunakan peralatan safety di laboratorium 5
menit sebelum praktikum dimulai.
3. Praktikan diwajibkan berbaris dengan rapi sesuai dengan kelompok sebelum
memasuki ruang laboratorium.
4. Praktikan yang diperbolehkan mengikuti praktikum harus memenuhi syarat
berikut:
a. Telah mengikuti tes awal dengan kolom tes awal pada kartu praktikum
telah ditandatangani asisten.
b. Telah mengumpulkan laporan praktikum modul sebelumnya.
c. Melengkapi peralatan safety sebelum praktikum dimulai.
d. Membawa kartu praktikum, bon alat dan bahan, MSDS bahan, dan
penugasan khusus yang diberikan asisten.
5
e. Memiliki izin praktikum susulan untuk praktikan yang berhalangan hadir
praktikum sebelumnya dengan keterangan yang jelas.
5. Praktikan diperbolehkan membawa modul praktikum dan benda yang
berhubungan dengan kegiatan praktikum ke dalam laboratorium.
6. Asisten diperbolehkan memberikan briefing singkat sebelum praktikum untuk
menguji pemahaman prosedur praktikum dan MSDS bahan oleh praktikan.
7. Praktikan harus mencuci tangan dan mengisi absensi sebelum memulai
praktikum.
8. Praktikan harus mencatat peralatan laboratorium dan bahan yang digunakan
pada bon alat dan bahan sebelum memulai praktikum.
9. Praktikan diwajibkan melaksanakan praktikum dengan prosedur yang telah
diinstruksikan dengan benar tanpa melakukan kecurangan dengan pihak lain.
10. Praktikan diwajibkan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati
tanpa merusak atau memecah dengan sengaja atau tidak sengaja.
11. Praktikan diwajibkan mengganti peralatan laboratorium yang dirusak maksimal
H+2 minggu setelah praktikum.
12. Praktikan diwajibkan mencuci peralatan laboratorium yang telah digunakan
dengan air mengalir dan sabun sebelum pengecekan bon alat.
13. Praktikan diwajibkan menjaga kebersihan laboratorium sebelum, saat, dan
setelah menggunakan laboratorium.
14. Praktikan harus melaksanakan sesi evaluasi setelah melaksanakan praktikum
sebelum meninggalkan laboratorium.
15. Praktikan diwajibkan melaksanakan seluruh peraturan keselamatan kerja yang
tertera pada subbab 1.1 tanpa terkecuali.
16. Tata tertib dapat berubah sesuai dengan kesepakatan asisten masing-masing.
6
2. Pengerjaan laporan hanya diperbolehkan untuk praktikan yang telah mengikuti
praktikum dengan kolom praktikum pada kartu praktikum telah ditandatangani
asisten.
3. Penulisan laporan praktikum harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pengerjaan laporan praktikum dilakukan secara individu, bukan kelompok.
b. Laporan praktikum dikerjakan secara tertulis menggunakan pena hitam.
c. Penulisan pada kertas HVS F4 dengan ukuran margin 4 3 3 3 (cm).
d. Format pada laporan dapat dilihat pada tautan
s.itk.ac.id/keperluanpraktikan.
e. Penulisan harus rapi, bersih, dan menghindari penggunaan Correction
Tape/Tipex.
f. Baris penulisan harus rapi dan lurus dengan menggunakan format pada
tautan s.itk.ac.id/keperluanpraktikan.
g. Penulisan laporan harus menggunakan referensi pustaka yang valid (buku,
jurnal, makalah), bukan dari website, blog pribadi, video Youtube, atau
wikipedia.
h. Referensi pustaka yang diambil harus dicetak (print) dan bagian yang
dikutip harus di stabilo biru sebagai bentuk pembuktian sitasi.
i. Terkhusus cover depan dengan logo boleh dicetak (print).
j. Lampiran berisikan LKM dan referensi pustaka yang diambil dan dijilid
bersama laporan.
k. Laporan dijilid dengan kertas mika (sampul depan) dan kertas buffalo yang
warnanya mengikuti ketentuan kelas (sampul belakang).
7
8. Hanya laporan yang telah disetujui tanpa revisi akan diberikan stempel dan
tanda tangan asisten.
9. Kolom laporan pada kartu praktikum akan diberi tanda tangan asisten jika
laporan telah disetujui tanpa revisi.
10. Tata tertib dapat berubah sesuai dengan kesepakatan asisten masing-masing.
1.5 Tata Laksana Responsi
Adapun tata tertib untuk pelaksanaan responsi adalah sebagai berikut.
1. Praktikan diwajibkan melaksanakan kegiatan responsi setelah menyelesaikan
seluruh modul praktikum.
2. Hanya praktikan dengan kartu praktikum yang memiliki tanda tangan asisten
yang lengkap diperbolehkan mengikuti responsi.
3. Jadwal pelaksanaan responsi akan dilakukan pada minggu 14 perkuliahan pada
hari yang akan diberitahukan selanjutnya.
4. Pengerjaan responsi dilakukan secara individu dan dilaksanakan secara offline.
5. Durasi pengerjaan responsi akan diberitahukan saat hari-H responsi.
6. Bentuk ujian responsi akan diberitahukan sebelum hari-H responsi.
7. Tata tertib di atas dapat berubah oleh kesepakatan asisten di kemudian hari.
8
5. Akumulasi pelanggaran oleh praktikan yang mencapai batas tertentu di buku
evaluasi dapat diberikan konsekuensi oleh asisten dengan kesepakatan bersama.
9
1.6.2 Konsekuensi
Adapun konsekuensi pelanggaran oleh praktikan adalah sebagai berikut.
1. Keterlambatan kehadiran di laboratorium dikenakan pengurangan nilai 20%.
2. Melakukan kecurangan prosedur praktikum, maka praktikum tidak akan
diterima.
3. Melakukan pemalsuan data praktikum, maka praktikum tidak akan diterima.
4. Keterlambatan pengumpulan laporan dikenakan pengurangan nilai 50%
5. Plagiasi penugasan khusus atau laporan dikenakan pengurangan nilai 80%.
6. Tidak membawa kartu praktikum, MSDS bahan, dan bon alat bahan, diberikan
waktu untuk melengkapi tanpa perpanjangan waktu praktikum atau
pengurangan nilai 30%.
7. Tidak mengumpulkan penugasan khusus, dilarang mengikuti tes awal dan
praktikum hari itu.
8. Tidak mengikuti tes awal dengan alasan yang tidak jelas (tanpa penugasan
khusus), dilarang mengikuti praktikum hari itu.
9. Tidak melengkapi perlengkapan safety, tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum hari itu.
10. Tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak jelas, dilarang mengikuti
praktikum modul selanjutnya dan laporan tidak diterima.
11. Memecahkan atau merusak peralatan laboratorium harus mengganti peralatan
tersebut dengan spesifikasi dan jumlah yang sama.
12. Tidak mengumpulkan laporan praktikum sebelumnya sampai hari-H praktikum
berikutnya, dilarang mengikuti praktikum modul selanjutnya.
13. Tidak mengikuti responsi dengan alasan yang tidak jelas, dilarang mengikuti
responsi susulan.
14. Melakukan kecurangan saat responsi, hasil responsi tidak akan diterima.
15. Ketentuan dapat berubah sesuai dengan kesepakatan asisten masing-masing.
10
PETUNJUK TEKNIS
PENDAHULUAN
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih.
Komponen penyusun larutan dapat berupa padat, cair, maupun gas. Larutan
membentuk satu fasa, serta memiliki sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian
dengan bagian lain di dekatnya. Umumnya, larutan terdiri dari komponen dengan
jumlah besar dan kecil. Istilah untuk komponen dengan jumlah yang besar adalah
solvent (pelarut), sementara untuk komponen dengan jumlah kecil adalah solute (zat
terlarut).
Komposisi zat di dalam larutan dapat mempengaruhi sifat larutan. Konsentrasi
digunakan untuk menghitung komposisi larutan secara kuantitatif. Konsentrasi adalah
perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut, atau perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah larutan. Beberapa satuan yang menyatakan konsentrasi adalah fraksi
mol, fraksi massa, molaritas, molalitas, normalitas, persen berat (%w/w), persen
volume (%V/V), persen berat per volume (%w/V), parts per million (ppm), parts per
billion (ppb), dan lainnya (Syukri, 2003).
Fraksi mol menyatakan menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap
jumlah mol total (jumlah mol zat terlarut dan pelarut) komponen larutan. Adapun
persamaan dari fraksi mol zat terlarut dan pelarut adalah sebagai berikut:
𝑛𝑡
𝑥𝑡 = 𝑛 𝑝+𝑛𝑡 ...........................(1)
𝑛𝑝
𝑥𝑝 = 𝑛 𝑝+𝑛𝑡 ...........................(2)
Keterangan:
xt = fraksi mol zat
terlarut xp = fraksi
mol pelarut nt = mol
zat terlarut (mol) np
= mol pelarut (mol)
Perlu diperhatikan
bahwa jumlah fraksi
mol suatu larutan
adalah satu.
Sehingga apabila
fraksi mol zat
terlarut dijumlahkan
dengan fraksi mol
pelarut, maka
hasilnya adalah
satu. Selain fraksi
mol, konsentrasi
juga dapat
dinyatakan dalam
bentuk fraksi
massa. Fraksi massa
merupakan
pernyataan
konsentrasi suatu
larutan yang
menyatakan
perbandingan
jumlah massa zat
terlarut terhadap
jumlah massa total
komponen larutan.
Adapun persamaan
dari fraksi massa
kurang lebih sama
seperti persamaan
(1) dan (2) hanya
saja pada fraksi
massa
menggunakan
perbandingan
massa, bukan
perbandingan mol.
Konsentrasi juga dapat dinyatakan dalam bentuk molaritas (M), molalitas (m) dan
normalitas (N). Molaritas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol zat terlarut
dalam tiap satuan volume larutan. Molalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam tiap satuan berat pelarut. Sedangkan normalitas adalah besaran
yang menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam tiap satuan volume larutan.
Adapun persamaan dari molaritas, molalitas dan normalitas adalah sebagai berikut:
𝑛
𝑀 = ...........................(3)
�
�
�
�
𝑚 = ...........................(4)
�
�
�
�
�
�
�
�
𝑁 = ......................(5)
𝑉
Keterangan: M =
molaritas (M) m =
molalitas (m) N =
normalitas (N) n =
mol zat terlarut (mol)
V = volume larutan
(liter) P = massa
pelarut (kg) a =
jumlah ion H+ atau
OH- Konsentrasi juga
dapat dinyatakan
dalam bentuk persen.
Terdapat tiga jenis
persen pada
konsentrasi, yaitu
persen berat zat
terlarut per berat
larutan (%w/w),
persen volume zat
terlarut per volume
larutan (%V/V) dan
persen berat zat
terlarut per volume
larutan (%w/V).
%w/V memiliki Adapun persamaan dari ketiga persentase tersebut adalah sebagai
berikut:
𝑤 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100%..............................(6)
𝑤 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑉
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡
𝑡𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = 𝑥 100%............................(7)
𝑉 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑤 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔)
% = 𝑥 100%.......................(8)
𝑉 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙)
Terdapat cara lain lagi untuk menyatakan konsentrasi terutama dipakai untuk larutan
yang sangat encer atau konsentrasinya sangak kecil, yaitu parts per million (ppm) atau
parts per billion (ppb). Dimana sesuai dengan namanya, ppm merupakan bagian per
satu juta atau menyatakan banyaknya gram suatu zat terlarut dalam 106 gram larutan.
Sedangkan ppb merupakan bagian per satu miliar atau menyatakan banyaknya gram
suatu zat terlarut dalam 109 gram larutan. Adapun persamaan dari ppm dan ppb dapat
dinyatakan sebagai berikut:
6
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ............................(9)
𝑝𝑝𝑚 = 𝑥 10
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
9
...............................(10)
𝑝𝑝𝑏 = 𝑥 10
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Konsentrasi ppm dan ppb juga dapat dinyatakan dengan persamaan yang lain sebagai
berikut:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
𝑝𝑝𝑚 = .................................(11)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝜇𝑔)
𝑝𝑝𝑏 = ....................................(12)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)
Pembuatan larutan dalam volume dan kemolaran tertentu biasanya dilakukan dengan
cara melarutkan padatan di dalam pelarut atau mengencerkan larutan induk yang pekat.
Untuk memperoleh larutan dari zat padat, maka zat padat perlu ditimbang terlebih
dahulu sebelum ditambah pelarut hingga mencapai volume tertentu. Bila larutan dibuat
dengan cara pengenceran dari larutan induk, maka sejumlah larutan pekat diambil dan
ditambah air hingga mencapai volume tertentu. Persamaan yang berlaku untuk proses
pengenceran adalah:
M1 . V1 = M2 . V2 .........................(13)
keterangan:
M1= molaritas larutan pekat
M2= molaritas larutan setelah diencerkan
V1= volume lautan pekat
V2= volume larutan setelah diencerkan
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan larutan dan pengenceran adalah:
1. Mempelajari cara pembuatan larutan kimia dari padatan.
2. Menghitung konsentrasi larutan.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buat larutan Cu2+ 0,05 M. Hitung jumlah CuSO4.5H2O yang dibutuhkan untuk
membuat 50 ml larutan. Tulis perhitungannya.
STUDI KASUS
(Waktu Pengerjaan Maksimal 10 menit)
1. Timbang masing-masing 1 gram atau 5 ml dari variabel zat terlarut yang terdapat
di bawah ini (pemilihan zat terlarut akan ditentukan oleh asisten praktikum).
Garam Arang Pasir
2. Buatlah larutan dari zat terlarut yang sudah ditimbang sebanyak 100 ml pada
gelas beaker.
3. Bagaimana cara Saudara meningkatkan kelarutan padatan dalam larutan tersebut?
Jelaskan dan praktikkan!
A. Larutan Cu2+
Perhitungan massa Cu2+ yang dibutuhkan:
B. Larutan NaOH
Massa NaOH ditimbang = Volume larutan =
Massa labu takar =
Massa labu takar berisi larutan =
Massa larutan =
%w/v =
%w/w =
Molaritas = molalitas =
mol pelarut =
4. Hitung massa vitamin C untuk membuat larutan vitamin C 1000 ppm sebanyak
600 mL!
MODUL II STOIKIOMETRI
PENDAHULUAN
Perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam
reaksi disebut stoikiometri. Aspek kuantitatif ini berhubungan dengan massa atom dan
massa rumus, rumus kimia, serta persamaan kimia. Persamaan kimia meliputi
pengaturan kembali atom-atom dalam satu senyawa atau lebih. Biasanya suatu reaksi
dinyatakan dalam persamaan kimia yang memiliki reaktan (zat yang lenyap) pada sisi
kiri tanda panah dan produk (zat yang dihasilkan) pada sisi kanan tanda panah.
Persamaan reaksi kimia memberikan dua macam informasi penting, yaitu tentang sifat
reaktan dan produk, dan jumlah relatif setiap reaktan dan produk. Sifat atau reaktan
dan produk ditentukan melalui percobaan. Selain itu, terdapat informasi tentang
keadaan fisik reaktan dan produk yang ditunjukkan melalui notasi pada persamaan
reaksi kimia. Sebagai contoh:
(Sastrohamidjojo, 2005)
Dari persamaan reaksi (15), dapat diketahui bahwa 1 mol C 2H5OH akan bereaksi
dengan 3 mol O2 membentuk 2 mol CO2 dan 3 mol H2O. Koefisien-koefisien dalam
suatu persamaan kimia yang seimbang menggambarkan konversi kimia antara zat yang
dikonsumsi atau diproduksi dari suatu reaksi. Reaksi kimia dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Reaksi Pengendapan
Pengendapan terjadi ketika dua larutan yang terdiri atas garam-garam yang
berbeda dicampurkan. Kation logam garam yang satu bergabung dengan ion
garam lain membentuk senyawa ionic baru yang tidak larut dalam air. Sebagai
contoh, ketika larutan perak nitrat bercampur dengan larutan natrium klorida,
maka akan terbentuk perak klorida, seperti pada persamaan (16) dan (17)
berikut.
Ada banyak garam yang tidak larut dalam air, seperti PbS, PbSO 4, PbI2, CuS,
BaSO4, CuSCN, CuI, AgSCN, Ag2S, AgI, dan AgCN.
2. Reaksi Oksidasi-Reduksi
Reaksi oksidasi terjadi berdampingan dengan reaksi reduksi secara simultan.
Pelepasan elekron oleh suatu unsur disebut oksidasi, sedangkan pengambilan
elektron oleh unsur yang lain disebut reduksi.
3. Reaksi Penggabungan
Pada reaksi ini, dua bahan, (A, B) atau lebih bergabung untuk membentuk
senyawa baru (AB). Sebagai contoh adalah reaksi oksidasi logam pada
persamaan (18).
2𝑀𝑔(𝑠) + 𝑂2 (𝑔) → 2𝑀𝑔𝑂(𝑠) … … … … … … … … … … … … … … … … … (18)
4. Reaksi Penguraian
Reaksi ini terjadi ketika suatu senyawa membentuk dua senyawa atau lebih.
Contohnya adala persamaan (19).
𝐶𝑎𝐶𝑂3 (𝑠) → 𝐶𝑎𝑂(𝑠) + 𝐶𝑂2 (𝑔) … … … … … … … … … … … … … … … … … (19)
Ketika reaksi berlangsung, bisa jadi semua reaktan habis bereaksi pada saat yang
sama, atau hanya ada salah satu reaktan yang habis sementara yang lain masih tersisa.
Pada kondisi yang kedua, salah satu reaktan yang habis disebut sebagai reaktan
terbatas (limiting reactant), sedangkan reaktan yang masih sisa disebut reaktan
berlebih (excess reactant). Dalam setiap persoalan stoikiometri, penting untuk
menentukan reaktan terbatas dan reaktan berlebih untuk mengetahui jumlah produk
yang akan dihasilkan.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan stoikiometri reaksi pengendapan adalah:
PROSEDUR PERCOBAAN
B. Reaksi Asam-Basa
5. Berapa massa produk yang Anda peroleh? Bandingkan dengan hasil teoritis,
nyatakan dalam %yield!
B. Reaksi Asam Basa
1. Tabel Pengamatan
Pengamatan
No. Reaksi
pH Warna
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KINETIKA KIMIA
PENDAHULUAN
Proses terbentuknya produk dari reaktan dapat berlangsung cepat maupun
lambat, oleh sebab itu kinetika kimia perlu untuk dipelajari. Kinetika kimia adalah
pembahasan tentang kecepatan atau laju reaksi. Laju reaksi dapat diketahui dari hasil
percobaan. Bila sejumlah a senyawa A bereaksi dengan sejumlah b senyawa B
membentuk senyawa C sebanyak c, seperti persamaan (20):
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 → 𝑐𝐶 … … … … … … … . . (20)
maka dapat diindikasikan bahwa terjadi tumbukan antara partikel A dengan partikel B.
Partikel ini dapat berupa molekul, ion atau atom. Dalam tumbukan, atom-atom dan
elektronelektron akan diatur kembali. Pemaparan ini disebut dengan teori tumbukan.
Sesuai dengan teori tumbukan, maka laju reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan
per detik antar partikel yang bereaksi dan bagian yang efektif dari tumbukan tersebut.
Secara kualitatif, teori tumbukan menjadi dasar adanya faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Faktor-faktor tersebut adalah sifat reaktan, konsentrasi reaktan, suhu dari
sistem, adanya penambahan katalis (Sastrohamidjojo, 2005), serta luas permukaan
reaktan (Beran, 2010; McGraw-Hill Team, 2002).
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam perubahan konsentrasi reaktan (atau produk)
terhadap fungsi waktu. Semakin besar perubahan konsentrasi per waktu
mengindikasikan laju reaksi yang semakin cepat. Berdasarkan persamaan (20), laju
reaksi adalah pengurangan dari konsentrasi A dan B (reaktan), atau penambahan
konsentrasi C (produk) dalam selang waktu tertentu. Hal ini dapat dituliskan pada
persamaan (21). Tanda negatif menandakan jika terjadi pengurangan jumlah reaktan.
1 ∆[𝐵] 1 [𝐶]
r=− 1 ∆[𝐴] atau r = − atau r = …………………………....(21)
𝑎 ∆𝑡 𝑏 ∆𝑡 𝑐 ∆𝑡
keterangan:
r = laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi reaktan
Δ[B] = perubahan konsentrasi reaktan
Δ[C] = perubahan konsentrasi produk
Δt = perubahan waktu
Selain persamaan (21), laju reaksi persamaan kimia (20) juga dapat dinyatakan dalam
hukum laju atau rate law. Hukum laju merupakan persamaan yang menghubungkan
laju reaksi dengan konstanta laju dan konsentrasi reaktan, seperti yang ditunjukkan
pada persamaan (22):
𝑟 = 𝑘[𝐴]𝑚[𝐵]𝑛 … … … … … … … … … . . (22)
dimana k adalah konstanta laju reaksi yang nilainya bergantung pada jenis reaksi dan
suhu, sedangkan m dan n adalah orde masing-masing reaktan (Chang, 2008).
Secara khusus, percobaan ini membahas dua faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Faktor pertama yaitu perbedaan suhu pada sistem. Laju reaksi akan meningkat dua kali
lipat setiap kenaikan suhu 10oC. Bila suhu suatu sistem dinaikkan, maka tumbukan
antar molekul reaktan semakin bertambah, selain itu energi kinetik juga semakin besar.
Energi kinetik tersebut akan dikonversi menjadi energi dalam yang didistribusikan ke
seluruh molekul yang mengalami tumbukan. Bertambahnya energi dalam ini
menyebabkan terjadinya pelemahan ikatan pada suatu spesies dan pembentukan ikatan
yang baru (Beran, 2010). Selain itu, luas permukaan reaktan adalah faktor kedua yang
dibahas pada percobaan. Adanya perubahan ukuran luas area mempengaruhi laju
tumbukan antar molekul, sehingga menyebabkan laju reaksi juga berubah. Secara
umum, semakin luas suatu permukaan reaktan, maka frekuensi tumbukan akan
bertambah. Akibatnya, laju reaksi akan meningkat. Begitu pula sebaliknya,
pengurangan nilai luas area akan berdampak pada penurunan laju reaksi (McGraw-Hill
Team, 2002).
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah tiga larutan yaitu KMnO4 0,0005 M, H2SO4 0,25 M dan C2H2O4 0,0025 M.
2. Pipet 5 mL larutan KMnO4 0,0005 M dan 1 mL H2SO4 0,25 M ke dalam enam
buah tabung reaksi. Kemudian, siapkan enam tabung reaksi yang sudah bersih
lainnya, lalu masukkan 9 mL C2H2O4 0,0025 M. Beri label pada setiap tabung
reaksi.
3. Sediakan air hangat dengan suhu ~35-40oC. Letakkan satu pasang tabung reaksi
yang masing-masing berisi KMnO4-H2SO4 dan C2H2O4 ke dalam air hangat
(seperempat sisi luar tabung berada di dalam air hangat) selama ~5 menit.
Tuangkan C2H2O4 ke dalam tabung yang berisi KMnO4-H2SO4 sambil mulai
menyalakan timer. Aduk campuran sebentar. Matikan timer ketika warna ungu dari
permanganat berubah menjadi bening, kemudian catat selang waktu yang tertera
pada timer. Lakukan secara duplo dan hitung waktu rata-rata.
4. Ulangi prosedur pada poin 3 dengan meletakkan sepasang tabung reaksi berisi
KMnO4H2SO4 dan C2H2O4 ke dalam air hangat (~50oC). Lakukan secara duplo dan
hitung waktu rata-rata.
5. Ulangi prosedur pada poin 3 pada suhu ruangan dengan menuangkan langsung
C2H2O4 ke dalam tabung berisi KMnO4-H2SO4. Lakukan secara duplo dan hitung
waktu ratarata.
KESETIMBANGAN KIMIA
PENDAHULUAN
Suatu reaksi yang telah setimbang akan mengalami pergeseran kesetimbangan
bila mendapatkan gangguan dari luar yang mampu mengubah keadaan reaksi sehingga
menjadi tidak setimbang. Kesetimbangan akan tercapai kembali apabila perubahan
konsetrasi zat-zat dalam reaksi sampai nilai koefisien reaksi sama dengan konstanta
kesetimbangan reaksi. Pergeseran kesetimbangan dapat terjadi ke arah kiri ataupun ke
arah kanan bergantung pada gangguan yang terjadi dan reaksi itu sendiri. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan ialah volume campuran, tekanan
sistem, konsentrasi, dan suhu. Apabila konsentrasi zat pereaksi ditambah maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah produk dan begitu pula sebaliknya. Pergeseran
kesetimbangan akibat pengaruh konsentrasi dapat diamati melalui perubahan warna
dengan syarat warna reaktan dan warna produk harus berbeda sehingga mudah
dibedakan. Sebagai contoh apabila warna produk semakin lama semakin pekat, maka
dapat dikatakan reaksi mengalami pergeseran ke arah produk dan apabila warna
reaktan yang semakin pekat maka reaksi sedang mengalami pergeseran kesetimbangan
ke arah reaktan.
Larutan besi (III) klorida jika dicampurkan dengan larutan kalium tiosianat
maka akan terbentuk kesetimbangan dengan reaksi yang ditunjukkan pada persamaan
(23).
warna larutan bertambah merah, hal tersebut menunjukkan bahwa Fe(SCN) 63- semakin
bertambah dan kesetimbangan bergeser ke arah produk dan sebaliknya jika kepekatan
warna kuning meningkat hal ini menunjukkan bahwa Fe3+ bertambah dan
kesetimbangan bergeser ke arah reaktan.
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pada tabung reaksi A, masukkan 0,5 mL (10 tetes) FeCl3 0,1 M dan 0,5 mL (10
tetes) KSCN 0,1 M, kemudian 9 mL akuades (gunakan gelas ukur). Goyang agar
homogen. Ion kompleks heksatiosianoferat terbentuk dengan rasio FeCl3 : KSCN
= 1 : 6, sehingga pada tabung reaksi A terdapat kelebihan FeCl3.
2. Pada tabung reaksi B, masukkan 2 mL larutan dari tabung reaksi A, serta
tambahkan 0,1 mL (2 tetes) KSCN 0,1 M. Amati perbedaan warna dengan warna
larutan awal dan tentukan arah pergeseran kesetimbangan.
3. Pada tabung reaksi C, masukkan 0,5 mL FeCl3 0,1 M, kemudian tambahkan
akuades sebanyak 9,5 mL. Goyang hingga homogen.
4. Pada tabung reaksi D, masukkan 0,5 mL KSCN 0,1 M, kemudian tambahkan
akuades sebanyak 9,5 mL. Goyang hingga homogen.
5. Siapkan tiga tabung reaksi baru (tabung reaksi 1, 2, dan 3). Ambil larutan
kompleks pada tabung reaksi A, kemudian masukkan pada tabung reaksi 1, 2, dan
3 masingmasing sebanyak 1,5 mL.
Pada tabung reaksi 1: tambahkan 2 mL larutan FeCl3 dari tabung reaksi C.
Pada tabung reaksi 2: tambahkan 2 mL larutan KSCN dari tabung reaksi D.
Pada tabung reaksi 3: tambahkan 2 mL larutan NaOH 0,01 M.
Catat perubahan warna dan tentukan pergeseran kesetimbangan.
LAPORAN PRAKTIKUM
KINETIKA DAN KESETIMBANGAN KIMIA
A. KINETIKA KIMIA
1. Tabel Pengamatan
Komposisi Pengulangan Waktu (d) Suhu (oC)
1
2
Rata-rata
1
C2H2O4 - KMnO4 2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
2. Setarakan reaksi berikut:
3. Buat grafik antara suhu (sumbu y) dengan rata-rata waktu (sumbu x)!
MODUL IV TERMOKIMIA
PENDAHULUAN
𝑞 = 𝑚 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇 = 𝐶 × ∆𝑇 … … … … … . . (24)
keterangan:
m = massa zat;
Cp = kalor spesifik;
Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah suhu
suatu sistem sebesar satu derajat. Jika sistem adalah satu gram zat, maka istilah yang
digunakan adalah kapasitas kalor spesifik atau kalor spesifik, yang nilainya bergantung
pada suhu. Pada persamaan (24), perubahan suhu zat merupakan selisih antara suhu
akhir zat (Tf) dengan suhu awal zat (Ti). Jika suhu sistem naik (Tf>Ti), maka nilai ΔT
positif, sehingga nilai q juga positif. Hal ini menandakan bahwa kalor diserap oleh
sistem. Namun, jika suhu sistem turun (Tf<Ti), maka nilai ΔT negatif. Hal ini
menandakan bahwa q juga bernilai negatif, yang berarti dilepaskan oleh sistem.
Hukum kekekalan energi berlaku pada perhitungan kuantitas kalor, yaitu energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan, sehingga energi total adalah konstan. Dengan kata
lain, jumlah kalor yang diperoleh oleh sistem adalah kalor yang dilepaskan oleh
lingkungan, ataupun sebaliknya, sehingga:
Berdasarkan jenis reaksi, terdapat empat jenis kalor, yaitu kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor penetralan, dan kalor reaksi. Kalor yang dihasilkan atau diserap
suatu reaksi dapat dihitung dengan suatu percobaan menggunakan kalorimeter bom
(bomb calorimeter). Kalorimeter merupakan alat dengan sistem terisolasi dari
lingkungan, sehingga alat ini didesain untuk mencegah kehilangan panas ke
lingkungan atau mendapat panas dari lingkungan. Kalorimeter dapat digunakan untuk
mengukur perubahan panas yang terjadi pada suatu reaksi kimia. Sebagai contoh, salah
satu reaktan ditempatkan di dalam kalorimeter dengan suhu yang diketahui. Lalu,
ditambahkan reaktan lainnya yang sudah diukur pula suhu awalnya. Campuran
tersebut diaduk sambil diukur suhunya. Bila reaksi kedua reaktan ini bersifat
eksotermis, maka suhu kalorimeter akan meningkat. Jika sistem tidak terisolasi, pada
reaksi eksotermis terdapat pelepasan kalor ke lingkungan. Namun, bila reaksi termasuk
endotermis, maka suhu kalorimeter akan turun. Pada sistem yang tidak terisolasi,
reaksi endotermis berarti sistem memperoleh suhu dari lingkungan (Petrucci, et al.,
2014). Pengukuran perubahan suhu dan data kapasitas kalor dari reaktan di dalam
kalorimeter digunakan sebagai data untuk menghitung panas reaksi.
Pada percobaan ini, reaktan yang digunakan larutan encer, sehingga
diasumsikan nilai kalor spesifik dan densitas dari reaktan-reaktan sama dengan nilai
air. Perubahan entalpi pada suatu reaksi per mol produk dapat dirumuskan seperti
persamaan (26):
−𝑞𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 + 𝑞𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
∆𝐻 =
𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 × 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 × ∆𝑇) + (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × ∆𝑇)
= …….
(26)
𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘
𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 × 𝐶𝑝 × (𝑇 3 − 𝑇2) × 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟
𝑐𝑎𝑙
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 × 1 ⁄𝑔𝑜𝐶 × (𝑇3
𝑔
− 𝑇2) × 1 ⁄𝑚𝐿 … … … … … . . (27)
𝑐𝑎𝑙
= 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 × 1 ⁄𝑔𝑜𝐶 × (𝑇2
𝑔
− 𝑇1) × 1 ⁄𝑚𝐿 … … … … … . . (28)
Perbedaan dua hasil pada persamaan (27) dan (28) ini sama dengan panas yang
diperoleh oleh kalorimeter:
keterangan:
T1 = suhu air dingin;
T2 = suhu kesetimbangan;
T3 = suhu air panas;
(Beran, 2010)
dimana ΔHLE dan ΔHhid masing-masing adalah entalpi energi lattice dan entalpi hidrasi.
Entalpi energi lattice adalah energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan ionik pada
kristal, sementara entalpi hidrasi adalah energi yang dilepas ke lingkungan ketika ion
berikatan dengan air dan terhidrasi. Nilai ΔHs dapat dihitung berdasarkan data
percobaan di laboratorium. Hal ini berkebalikan dengan nilai ΔHLE dan ΔHhid, sehingga
nilai kedua entalpi ini dapat diindikasikan berdasarkan suhu larutan. Jika proses
pelarutan garam menyebabkan kenaikan suhu pada sistem, maka proses ini bersifat
eksotermis, yang mengindikasikan bahwa nilai ΔHhid > ΔHLE. Artinya, pada proses
pelarutan garam tersebut, energi yang dilepaskan ketika ion berikatan dengan air lebih
besar daripada energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan ionik pada kristal. Di sisi
lain, jika larutan garam menyebabkan penurunan suhu pada sistem, maka proses
bersifat endotermis atau ΔHhid < ΔHLE, yang mengindikasikan jika energi yang
dilepaskan ketika ion berikatan dengan air lebih kecil daripada energi yang dibutuhkan
untuk memutus ikatan ionik pada kristal (Beran, 2010; McGraw-Hill Team, 2002).
Nilai ΔHs dapat dihitung sesuai persamaan (31):
Tabel 2 menunjukkan data nilai kalor spesifik (Cp) beberapa jenis garam.
TUJUAN PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Kalibrasi kalorimeter
1. Timbang 50 mL air di dalam gelas erlenmeyer, lalu panaskan sebentar.
2. Timbang kalorimeter kering yang sudah dipasangi termometer.
3. Masukkan 50 mL air dingin ke dalam kalorimeter, kemudian timbang kembali.
4. Ukur suhu air di dalam kalorimeter.
5. Dinginkan air yang dipanaskan di dalam erlenmeyer hingga suhunya mencapai
20oC lebih tinggi daripada suhu air dingin.
6. Ukur kembali dan catat suhu air dingin dan air panas.
7. Dengan hati-hati dan cepat, masukkan air panas ke dalam kalorimeter yang berisi
air dingin. Tutup kalorimeter dan aduk perlahan dengan termometer.
8. Catat suhu campuran air setiap 5 detik selama 1 menit pertama, kemudian tiap 15
detik selama 4 menit, hingga perubahan suhu sangat kecil. Selama proses
pengukuran suhu, termometer dapat digunakan untuk mengaduk campuran.
9. Setelah 5 menit, timbang kalorimeter untuk mengetahui berat detail air panas yang
ditambahkan ke dalam kalorimeter.
B. Perhitungan entalpi netralisasi antara asam kuat dan basa kuat 1.
Buat larutan HCl dan NaOH dengan konsentrasi masing-masing adalah 1
M.
2. Pindahkan 50 mL HCl 1 M di dalam gelas erlenmeyer, lalu ukur suhunya.
3. Timbang kalorimeter kering yang sudah dipasangi termometer.
4. Masukkan 50 mL NaOH 1 M ke dalam kalorimeter, kemudian timbang kembali
dan ukur suhu larutan NaOH.
5. Dengan hati-hati dan cepat, masukkan HCl ke dalam kalorimeter yang berisi
NaOH. Tutup kalorimeter dan aduk perlahan dengan termometer.
6. Catat suhu larutan di dalam termometer setiap 5 detik selama 1 menit pertama,
kemudian tiap 15 detik selama 4 menit, hingga perubahan suhu sangat kecil.
Selama proses pengukuran suhu, termometer dapat digunakan untuk mengaduk
campuran.
7. Setelah 5 menit, timbang kalorimeter untuk mengetahui berat detail HCl yang
ditambahkan ke dalam kalorimeter.
A. Kalibrasi kalorimeter
1. Massa kalorimeter kosong + termometer
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
75
90
105
120
135
150
Waktu (detik) Suhu campuran (oC)
165
180
195
210
225
240
255
270
285
300
8. Buat grafik antara suhu (sumbu y) dengan rata-rata waktu (sumbu x)
48
Ketentuan Penulisan Laporan Praktikum Kimia Dasar
Ketentuan dari penulisan laporan praktikum adalah sebagai berikut.
1. Pengerjaan laporan praktikum dilakukan secara individu.
2. Laporan praktikum dikerjakan secara tertulis menggunakan pena hitam.
3. Penulisan harus rapi, bersih, dan hindari penggunaan correction tape/Tipe-x.
4. Penulisan laporan pada kertas HVS F4 dengan ukuran margin 4 3 3 3 (cm).
5. Khusus untuk cover depan boleh dicetak (print).
6. Lampiran berisi LKM dan referensi pustaka yang diambil.
7. Referensi pustaka yang digunakan harus valid (buku, jurnal, dan makalah), bukan
dari website, blog pribadi, video Youtube, atau Wikipedia.
8. Referensi pustaka yang diambil harus dicetak (print) dan bagian yang dikutip
harus distabilo sebagai bentuk pembuktian sitasi.
49
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
MODUL LARUTAN DAN PENGENCERAN
Disusun Oleh :
Melly Rosinta Pasaribu
21221009
Program Studi Teknik Logistik
Kelas K/Kelompok 12
Dosen Pengampu :
Asful Hariyadi, S.T.,M.Eng
Asisten Laboratorium :
Adella Putri Febriyana
III. PEMBAHASAN
Berisikan pembahasan dari hasil data praktikum yang ditulis dalam bentuk
paragraf yang diperkuat dengan kutipan/sitasi dari hasil penelitian sebelumnya. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai hasil data yang diperoleh dari praktikum,
51
penjelasan singkat dari fungsi alat yang digunakan saat praktikum, dan juga alasan
diperoleh hasil eksperimen yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang ada.
Contoh: Percobaan pertama yang dilakukan pada modul ini adalah pengenceran
larutan asam asetat (CH3COOH) dari konsentrasi 1 M menjadi 0,5 M. Pengenceran
didefinisikan sebagai proses penurunan konsentrasi larutan dengan penambahan zat
pelarut ke dalam larutan yang pekat untuk menurunkan konsentrasi larutan menjadi
lebih encer sesuai target yang diinginkan guna keperluan didalam Laboratorium
(Petrucci dkk, 2010).
Larutan akhir akan dibuat dengan volume sebesar 50 ml. Langkah pertama
adalah menentukan kuantitas bahan yang perlu diambil sesuai kaidah pengenceran.
Persamaan yang berlaku untuk proses pengenceran adalah:
M1 . V1 = M2 . V2 .........................(13) keterangan:
M1= molaritas larutan pekat
M2= molaritas larutan setelah diencerkan
V1= volume lautan pekat
V2= volume larutan setelah diencerkan
(Chang dkk, 2015)
Adapun untuk keperluan tersebut, larutan akan dibuat pada labu takar 50 ml. Tujuan
penggunaan labu takar dalam pembuatan larutan adalah alat tersebut memiliki
kemampuan untuk mengukur larutan secara spesifik dengan ketelitian pengukuran
yang sangat tinggi (Oxtoby, 2013).
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berisikan kesimpulan yang menyesuaikan dan menjawab tujuan, apabila
kesimpulan lebih dari satu maka disusun dalam bentuk poin.
V. DAFTAR PUSTAKA
Berisikan daftar pustaka dari referensi yang dikutip dalam penyusunan laporan
yang ditulis menggunakan Harvard Style. Referensi yang digunakan harus berupa
textbook dan jurnal yang relevan maksimal diterbitkan tahun 2002.
Contoh:
Lampiran berisi LKM dan kutipan yang diberi tanda menggunakan stabilo
berwarna dan dijilid bersama laporan. Contohnya seperti berikut.
55
Pemahaman prosedur Praktikan sudah memahami 5 15%
kerja prosedur kerja dan melakukan
(15%) praktikum secara urut, lengkap,
dan benar
Praktikan sudah memahami 4
prosedur kerja dan melakukan
praktikum secara urut dan
lengkap
Praktikan kurang memahami 3
prosedur kerja sehingga masih
ada beberapa kesalahan yang
dilakukan
Praktikan tidak memahami 1
prosedur kerja sehingga hanya
melakukan sebagian prosedur
kerja
Keterampilan Praktikan sangat terampil dalam 5 15%
menggunakan alat menggunakan alat praktikum
(15%)
57
Praktikan secara kurang tertib 2
memahami aturan K3, tidak
memahami penanganan bahan
dan limbah
Praktikan secara tidak tertib 1
mengindahkan aturan K3
Nama :
NIM : Kelas/Kelompok :
Hari Praktikum :
1.
2.
3.
4.
60
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, et. al. (2014). Kimia Dasar: Prinsip-prinsip & Aplikasi Modern.
Jakarta: Erlangga.