Anda di halaman 1dari 49

PEDOMAN PRAKTIKUM

TEKNIK DASAR LABORATORIUM

MODUL 1 dan 2

DISUSUN OLEH:
TIM PENGAJAR

NAMA : …………………………………………………..
NIM : …………………………………………………..
KELOMPOK : …………………………………………………..

PROGRAM STUDI AGROTEKTOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2019 / 2020
TATA TERTIB DI LABORATORIUM

1. Mahasiswa harus datang di Laboratorium 10 menit sebelum praktikum


dimulai.
2. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari
materi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3. Mahasiswa harus mengikuti semua kegiatan praktikum yang
diselenggarakan di laboratorium.
4. Pada waktu praktikum mahasiswa diharuskan memakai baju/jas
laboratorium
5. Mahasiswa bertanggung jawab atas alat-alat atau bahan-bahan yang
digunakan di dalam praktikum.
6. Waktu praktikum mahasiswa harus bekerja dengan tenang dan penuh
tanggung jawab, dilarang bersendau gurau, ribut, main, merokok, makan
dan minum di Laboratorium.
7. Mahasiswa dilarang melakukan percobaan atau mencoba-coba dengan
bahan-bahan kimia di Laboratorium tanpa seijin asisten yang bertugas.
8. Bila ada kesulitan atau kecelakaan harus segera lapor pada asisten yang
bertugas.
9. Bila mahasiswa memecahkan ataupun merusakkan barang-barang/ alat-
alat Laboratorium diharuskan mengganti dengan barang yang sama.
10. Selesai melakukan praktikum setiap mahasiswa diharuskan membuat
laporan sementara.
11. Seminggu setelah laporan sementara, mahasiswa harus menyerahkan
laporan resmi dari percobaan yang telah dilakukan. Keterlambatan
pengumpulan laporan dikenai sangsi pengurangan nilai 2.5% perhari.
12. Penanggung jawab Laboratorium/Asisten berwenang untuk mengambil
tindakan, jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan tata tertib di atas.
13. Pelanggaran terhadap tata tertib ini dikenakan sanksi sebagai berikiut :
a. Peringatan atas pelanggaran yang dilakukan
b. Tidak diijinkan mengikuti pretest
c. Tidak diijinkan mengikuti praktikum.

i
DAFTAR ISI

TATA TERTIB DI LABORATORIUM ................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iii
PENDAHULUAN........................................................................................................iv
BAB 1. STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) DI LABORATORIUM ........... 1
1.1 Standard Operating Procedure/SOP ..................................................................... 1
1.2 Pengenalan alat keamanan diri dan keselamatan kerja ......................................... 2
BAB 2. PENGENALAN BAHAN KIMIA DAN TANDA PERINGATAN BAHAYA ................ 5
BAB 3. PENGENALAN SATUAN FISIK DAN ALAT UKURNYA ( Bagian I ) ....................... 8
Bab 4 PENGENALAN SATUAN FISIK DAN ALAT UKURNYA ( Bagian II )....................14

BAB 5. PENGENALAN DASAR ALAT GELAS, ALAT LISTRIK DAN MIKROSKOP....... 15


BAB 6. TEKNIK DASAR KIMIA: KONSENTRASI DAN MOLARITAS............................. 20
BAB 7. STERILISASI DAN TEKNIK ASEPTIK .............................................................. 22
BAB 8 TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI ..................................................................... 25
7. 1 Pembuatan media.............................................................................................. 26
7.2 Teknik isolasi mikroba......................................................................................... 27
7.3 Menghitung populasi mikroba ............................................................................. 26
BAB 9. PENGENALAN ALAT PENGUKUR KADAR GULA (REFRAKTOMETER)
PRODUK PERTANIAN .............................................................................................28
BAB. 10 PENGENALAN LABORATORIUM MIKROPROPAGASI ................................31
BAB 11. TEKNIK PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL MENGGUNAKAN METODE
DESTRUKTIF DAN NON-DESTRUKTIF (SPAD DAN SPERTROFOTOMETER) .........35
BAB 12 . PENGUKURAN PH TANAH .......................................................................38

FORMAT LAPORAN .................................................................................................... 41


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 42

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya penulis dapat


menyelesaikan pedoman praktikum “Teknik Dasar Laboratorium”. Pentingnya
peguasaan teknik dasar di laboratorium mendorong penulis menyusun pedoman
praktikum ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada tim pengajar dan civitas
akademik Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo yang
telah memberikan dukungan dalam penyelesaian pedoman praktikum ini.
Buku ini berisi tentang ilmu dasar di laboratorium, meliputi: Standard
operational procedure (SOP) di Laboratorium, pengenalan bahan kimia dan
tanda peringatan bahaya, pengenalan satuan dan alat ukurnya, pengenalan
dasar alat gelas, alat listrik dan mikroskop, teknik sterilisasi dan teknik aseptik,
konsentrasi dan molaritas, serta teknik dasar dalam mikrobiologi: penyiapan
media, teknik isolasi mikroba, dan perhitungan populasi mikroba, serta teknik
dasar biokimia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
pedoman praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan untuk
penyempurnaan pedoman praktikum “Teknik Dasar Laboratorium” edisi
berikutnya.
Penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat untuk pembelajaran
mahasiswa dan masyarakat luas dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Bangkalan, Februari 2020

Tim Pengajar

iii
PENDAHULUAN

Penguasaan teknik-teknik dasar laboratorium merupakan modal dasar dan


utama dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, pembekalan teknik dasar
laboratorium mempunyai arti yang sangat penting dan menjadi suatu keharusan
yang harus dimiliki oleh setiap individu yang ingin melakukan riset dasar maupun
terapan di laboratorium.
Dalam buku ini, penulis menyampaikan beberapa materi tentang teknik
dasar laboratorium yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan praktikum Teknik Dasar Laboratorium. Teknik dasar meliputi dasar
biologi, mikrobiologi, dasar kimia, dasar biokimia, dan dasar-dasar keterampilan
di lapang. Adapun materi yang disampaikan dalam buku ini meliputi: Standard
operational procedure (SOP) di Laboratorium, pengenalan bahan kimia dan
tanda peringatan bahaya, pengenalan satuan dan alat ukurnya, pengenalan
dasar alat gelas, alat listrik dan mikroskop, teknik sterilisasi dan teknik aseptik,
konsentrasi dan molaritas, percobaan biokimia dasar, serta teknik dasar dalam
mikrobiologi: penyiapan media, teknik isolasi mikroba, dan perhitungan populasi
mikroba.
Buku ini merupakan revisi edisi pertama yang dilengkapi dengan metode
dan latihan soal/tugas mandiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menggali ilmu dan teknik dasar di laboratorium.

iv
BAB 1. PENGENALAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI DAN
STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
LABORATORIUM

1.1 Laboratorium

Berdasarkan PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN


KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 dan NOMOR
13 TAHUN 2010 disebutkan Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut
laboratorium, adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, Berupa
ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara
sistemitis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode
keilmuan tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada rnasyarakat. Laboratorium dalam bentuk ruang tertutup dapat
berupa laboratorium seperti pada umumnya atau dapat pula berupa green house /
rumah kaca, sedangkan ruang terbuka dapat berupa kebun percobaan.
Secara garis besar fungsi laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual melalui
kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-gejala alam.
2. Mengembangkan keterampilan motorik mahasiswa melalui peningkatan
keterampilan penggunaan dan pengoperasian alat.
3. Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran
ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial.
4. Memupuk sikap ilmiah dengan memberi pengalaman belajar berinteraksi
dengan alat dan bahan
5. Membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan dan pengetahuan atau
penemuan yang diperolehnya.

1.2 Standard Operating Procedure/SOP


Pengertian Standard Operating Procedure atau sering disingkat juga SOP
ialah suatu standard atau pedoman yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. atau dapat
diartikan juga SOP merupakan tatacara atau tahapan yang dilakukan dan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Di laboratorium,
tujuan SOP diantaranya (1) agar petugas/mahasiswa/pengguna melakukan
aktivitas berdasarkan standar yang telah ditetapkan, (2) agar mengetahui dengan
jelas peran dan fungsi komponen laboratorium, (3) Memperjelas alur tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari pengguna maupun penanggung jawab
laboratorium, (4) melindungi seluruh pengguna, (5) untuk menghindari
kegagalan/kesalahan, keraguan, dan inefisiensi. Fungsi SOP (1) memperlancar
kerja pengguna, (2) sebagai dasar aturan bila terjadi penyimpangan, (3)
mengetahui dengan jelas aturan dan mudah dilacak apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan, (4) mengarahkan pengguna untuk sama-sama disiplin dalam bekerja,
(5) sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain SOP, pelaksanaan pekerjaan di laboratorium harus mentaati aturan
keselamatan kerja. Salah satunya penggunaan kelengkapan kerja di
laboratorium. Beberapa contoh kelengkapan kerja diantaranya yaitu jas lab,
sarung tangan, sepatu, dan pelindung diri lainnya yang dibutuhkan.
SOP disusun bertujuan bertujuan untuk mencegah terjadinya resiko akibat
pemakaian bahan/alat laboratorium berupa kesalahan pemakaian, kerusakan
alat maupun kecelakaan di laboratorium. Ada beberapa SOP yang dapat
dijumpai di laboratorium seperti SOP penggunaan laboratorium dan pertolongan
pertama kecelakaan di laboratorium penting diketahui, misalnya saat terjadi
kontak dengan bahan kimia berbahaya.

1.2 Pengenalan alat keamanan diri dan keselamatan kerja


Keamanan dan keselamatan kerja atau dikenal dengan K3. K3 sudah
diatur dalam peraturan-peraturan pemerintah dan menjadi salah satu standar
kerja. Contoh peraturan pemerintah tentang keselamatan kerja:

 Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.

 Kepmenaker  RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya.

  Pengaturan dan Pengawasan
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
 
Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada
Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
Berikut merupakan beberapa contoh alat pelindung diri dilaboratorium,
diataranya sarung tangan, jas lab, sepatu, dan lain-lain. Salah satu yang wajib
ada dalam keselamatan kerja adalah pertolongan pertama pada kecelakaan.
Contoh pertolongan pertama penting diketahui untuk menghindari adanya cedera
atau mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih parah.

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini yaitu untuk memberikan informasi dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang pentingnya SOP, penggunaan kelengkapan kerja,
dan prosedur pertolongan pertama kecelakaan di laboratorium.

Metode praktikum
- Setiap kelompok mendiskusikan pengertian SOP dan contoh SOP (Tugas 1)
- Lengkapi Tabel 1 tentang nama alat dan kegunaannya (Tugas 2)
- Diskusikan dengan kelompok saudara terkait prosedur keselamatan kerja di
laboratorium/pabrik kegiatan pertanian (contoh: bidang pestisida, perbenihan,
dan lain-lain)

Tugas 1
Perhatikan laboratorium agroteknologi yang saudara kunjungi :
1. Perhatikan komponen / bagian yang ada dalam laboratorium beserta
penjelasannya
2. Adakah SOP laboratorium? Jika ada tuliskan SOP tersebut
3. Sebutkan instruksi kerja yang ada dan fungsinya
Tugas 2
Lengkapi tabel 1 di bawah ini

Tabel 1 Gambar, nama, dan kegunaan alat-alat pelindung diri di laboratorium

No Gambar Nama alat Kegunaan


1 Jas Melindungi diri dari kontak
laboratorium bahan kimia, mikroba, ataupun
bahan-bahan lain.

3
4

Tugas 3
1. Sebutkan alat K3 yang ada di laboratorium
2. Diskusikan dengan kelompok saudara dan susunlah prosedur keselamatan
kerja di laboratorium
BAB 2. PENGENALAN BAHAN KIMIA DAN TANDA
PERINGATAN BAHAYA

Pendahuluan
Bahan kimia dalam bidang biologi khususnya mempelajari tentang makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan). Proses kimia yang berlangsung dalam makhluk
hidup meliputi: metabolisme, fermentasi, fotosintesis, dan lain-lain. Dalam
pertanian salah satu contoh terpenting bahan kimia adalah pada bidang
kesuburan tanah, misalnya untuk mengembalikan kesuburan tanah perlu
dilakukan penambahan pupuk, sedangkan organisme pengganggu tanaman
(OPT) dapat diatasi dengan penambahan pestisida. Manfaat dan bahaya
penggunaan pupuk dan pestisida harus dipahami, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaannya. Pupuk dan pestisida adalah produk kimia.
Oleh karena itu, perlu mempelajari tentang kimia agar dapat memahami bahan-
bahan kimia yang terkandung dalam pupuk tersebut agar tidak membahayakan
bagi ekosistem sawah.
Selain aplikasi di lapangan. Bahan kimia juga digunakan di laboratorium,
misalnya untuk uji fisiologis, pembuatan media pertumbuhan mikroba, dan untuk
pengujian-pengujian yang lain. Mempelajari hal tersebut, diperlukan pengetahuan
tentang struktur dan sifat senyawa yang ada, seperti karbohidrat, protein, vitamin,
enzim, lemak, asam nukleat dan lain sebagainya. Pemanfaatan kimia ini perlu
pengetahuan dasar tentang bahan-bahan kimia, diantaranya terkait dengan
nama, struktur kimia, konsentrasi, molaritas, kelarutan, bahkan tanda peringatan
bahan kimia. Oleh karena itu, penting diketahui dan disampaikan kepada
mahasiswa tentang dasar-dasar informasi bahan kimia yang tersedia.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengenal bahan-
bahan kimia, dan mengetahui tanda-tanda peringatan penting yang ada pada
kemasan bahan kimia di laboratorium.

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain bahan-bahan yang
tersedia di laboratorium, seperti: H2SO4, NaCl, HCl, Etanol, gliserol, dan lain-lain.
Sedangkat alat yang digunakan adalah masker, kertas, pensil, sarung tangan,
spatula, cawan, dan alumunium foil.

Metode
 Lakukan pengamatan terhadap bahan di laboratorium beserta simbol
peringatan yang ada. Sebelum melakukan pengamatan pastikan anda telah
 menggunakan APD yang sesuai.
 Catat informasi penting dari tiap-tiap bahan, seperti:
- Nama bahan
- Rumus kimia (jika ada)
- Tanda peringatan
- Molaritas (g/L)

Deskripsikan simbol dan cocokkan dengan sumber/literature yang ada

No. Simbol Arti/maksud Contoh alat/bahan
1

7
8

10

11

12

13
BAB 3. PENGENALAN SATUAN FISIK DAN ALAT UKURNYA
( BAGIAN I )

Pendahuluan
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku,
yaitu bersifat tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan
tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan
para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metric. Sistem satuan ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: sistem internasional (SI) dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second). Besaran pokok dan besaran turunan
beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Satuan besaran pokok dalam sistem metrik


Besaran Satuan Satuan Sistem
No. Singkatan Singkatan
Pokok SI/MKKS CGS
1 Panjang meter m centimeter cm
2 Massa kilogram kg gram g
3 Waktu detik s detik s
4 Suhu kelvin K Kelvin k
Kuat arus
5 ampere A stat ampere statA
listrik
Intensitas
6 candela Cd candela Cd
cahaya
7 Jumlah zat kilo mol kmol mol mol

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan,
yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan
satuan steradian (sr) (Tabel 3).

Tabel 3 Beberapa besaran turunan beserta satuannya


Besaran Penjabaran dari Besaran
No Satuan dalam MKKS
Turunan Pokok
1 Luas Panjang × Lebar m2
2 Volume Panjang × Lebar × Tinggi m3
3 Massa Jenis Massa : Volume kg/m3
4 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
5 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
6 Gaya Massa × Percepatan newton (N) = kg.m/s2
7 Usaha Gaya × Perpindahan joule (J) = kg.m2/s2
8 Daya Usaha : Waktu watt = kg.m2/s3
9 Tekanan Gaya : Luas pascal (Pa) = N/m2
10 Momentum Massa × Kecepatan kg.m/s
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna
untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu
dapat membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan
standar, misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.

1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai
dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan
pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah
menggunakan meteran kelos.
a. Pengukuran panjang dengan mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang
berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar
tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai
batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang
sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0.1 cm. Posisi mata harus
melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut
kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
b. Pengukuran panjang dengan jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0.1 mm atau 0.01 cm. Jangka sorong juga
dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam
sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong, yaitu:
(1) rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0.1 cm (2) rahang geser yang
dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
c. Pengukuran panjang dengan mikrometer mekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0.01 mm atau 0.001 cm. Mikrometer
sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil
dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil
kendaraan yang berukuran kecil. Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang
putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala
utama bernilai 0.1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar 0.01
mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

Gambar 1 Alat pengukur panjang


2. Pengukuran Massa Benda

Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya


adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda
yang diukur dengan anak timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan
sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan (Gambar 1).
Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

Gambar 2 Alat pengukur massa (Neraca O’Hauss)

3. Pengukuran Besaran Waktu


Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam
dinding, jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut,
stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai
0.1 s.

C. Suhu dan Pengukurannya


1. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan
besaran suhu. Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran
derajat panas atau dinginnya suatu benda.
2. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya
suhu suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan
adalah termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau
alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer
adalah sebagai berikut:
a. raksa tidak membasahi dinding kaca,
b. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
c. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil
cukup dapat mengubah suhunya,
d. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357
ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer
alkohol. Alkohol memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114 ºC. Namun
demikian, termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu
benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78 ºC. Pada pembuatan termometer
terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik tetap
termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es
melebur dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
a. Termometer Celcius. Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas
diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100
skala.
b. Termometer Reaumur. Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas
diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi
80 skala.
c. Termometer Fahrenheit. Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap
atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan
sebagai 0 ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin. Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol.
Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika
energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur
dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik
tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Tujuan praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal satuan dan alat ukur (baik untuk
volume, berat, dan panjang).

Kegiatan 1 : Alat ukur berat

A. Alat dan bahan : Neraca analitik, gelas arloji 2 buah, tisu, spatula, NaOH

B. Prosedur praktikum a:
1. Observasi batas maksimal penimbangan dan ketelitian timbangan
2. Siapkan gelas arloji/ beker gelas yang bersih dan kering
3. Periksa pendahuluan neraca :
Periksa kebersihan neraca terutama bagian piringannya
Periksa posisi setimbang dengan melihat posisi waterpass. Jika posisinya tidak
berada tepat ditengah putar sekrup kaki timbangan sehingga posisinya tepat
4. Penimbangan
Nyalakan timbangan pada keadaan pintu kaca tertutup. Nyalakan timbangan
dan pastikan berada pada skala 0. Sesuaikan satuan berat sesuai kebutuhan
dengan menekan tombol Unit sampai diperoleh satuan yang diinginkan.
Letakkan gelas arloji dalam timbangan lalu tutup kaca. Tekan T (tare / tara)
sampai skala timbangan menunjukkan angka 0 lalu timbang NaOH sebanyak
12,52 g
5. tahap akhir
keluarkan gelas arloji beserta bahan yang ditimbang. Kembalikan pada posisi 0.
Matikan timbangan. Bersihkan

Prosedur praktikum b:
1. Observasi batas maksimal penimbangan dan ketelitian alat
2. Periksa pendahuluan neraca :
Bersihkan neraca terutama bagian piringannya. Periksa posisi setimbang
dengan melihat posisi waterpass. Jika posisinya tidak berada tepat ditengah
putar sekrup kaki timbangan sehingga posisinya tepat.
3. Penimbangan
Nyalakan timbangan dan pastikan berada dalam angka 0. Sesuaikan satuan
berat sesuai kebutuhan dengan menekan tombol Unit sampai diperoleh satuan
yang diinginkan. Tekan T (tare / tara) sampai menunjukkan skala 0, letakkan
wadah beserta isinya (a) dalam timbangan lalu tutup kaca. Pindahkan bahan
dari wadahnya lalu timbang wadah kosong (b). Hitung berat bahan dengan
menghitung selisih a dan b.
4. tahap akhir
keluarkan gelas arloji beserta bahan yang ditimbang. Kembalikan pada posisi 0.
Matikan timbangan. Bersihkan

Tugas :
Jelaskan perbedaan kedua timbangan yang digunakan dari segi kepekaan,
ketelitian dan batas maksimal penimbangan

Kegiatan 2 : Alat ukur panjang


A. Alat dan bahan : Mistar, jangka sorong, tabung reaksi berbagai ukuran

B. Prosedur kerja :
1. Gambar alat ukur yang digunakan dan beri keterangan serta fungsi masing-
masing bagian
2. Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur
3. Observasi batas ukur maksimum dan ketelitian jangka sorong
4. Pastikan skala nonius bergeser dengan bebas
5. Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat
6. Ukurlah tinggi, diameter luar, diameter dalam dan kedalaman tabung reaksi
sesuai dengan prosedur dibawah ini. Masing-masing pengukuran diulang 5
kali kemudian masukkan hasilnya pada tabel
7. Ukur tinggi tabung reaksi dengan jangka sorong atau mistar
8. Lakukan pengukuran diameter luar benda dengan meletakkan benda ukur
antara rahang bawah kemudian kencangkan skrup penahan dan baca skala
yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius pada posisi yang sejajar.
9. Lakukan juga pengukuran diameter dalam benda, dengan memasukkan
rahang atas pada rongga benda tersebut, kemudian kencangkan skrup
penahan dan dibaca skala yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius
pada posisi yang sejajar..
10. Kemudian lakukan pengukuran kedalaman tabung reaksi atau gelas ukur
dengan memasukkan ujung batang yang dapat bergerak kedalam benda
ukur tersebut dan dikencangkan skrup penahan serta baca skala yang
ditunjukkan skala utama dan skala nonius pada posisi yang sejajar.
11. Setelah pengukuran selesai bersihkan jangka sorong
12. Perhatikan : tekanan yang terlalu kuat pada pengukuran dengan jangka
sorong dapat menyebabkan pembengkokan pada rahang ukur maupun
tangkai ukur. Kencangkan skrup penahan secukupnya supaya tidak
merusak skrup. Untuk mencegah karat pembersihan jangka sorong dapat
diberi minyak atau oli
C. Hasil pengamatan
Batas ukur maksimal jangka sorong :
Ketelitian :
Hasil pengamatan :

No. SU SN H
1
2
3
4
5
Rata - rata
Hasil pengukuran (H) dihitung dengan rumus :
H = SU + (SN x 0,05) mm
Keterangan :
SU = Skala utama
SN = Skala nonius
BAB 4. PENGENALAN SATUAN FISIK DAN ALAT UKURNYA
( BAGIAN II )

Kegiatan 3 : Alat Ukur Volume

A. Alat dan bahan : Pipet volume 10 ml, 20 ml dan 1 ml,


Mikropipet beserta tip,
Pipet pump,
Beaker glass 50 ml
Aquades

B. Prosedur kerja :

Pipet volume
1. Pasang pipet pump pada bagian atas pipet volume
2. Ambil aquades menggunakan pipet volume sesuai volume yang telah ditentukan
3. Keluarkan aquades dari pipet volume dengan menekan bagian atas pipet pump

Mikropipet
1. Pasang tip pada ujung mikropipet (pastikan terpasang dengan baik sampai batas
yang telah ditentukan)
2. Putar skala mikropipet sesuai kebutuhan. Tekan tombol atas mikropipet lalu
masukkan mikropipet pada kedalaman maksimal 1 cm dari aquades dengan
melepaskan tombol atas
3. Keluarkan aquades dari pipet dengan menekan tombol atas mikropipet
4. Untuk melepas tip lakukan dengan menekan 2 kali tombol atas mikropipet

Kegiatan 4 : Alat ukur suhu

A. Alat dan bahan : Termometer


Air es,
Air panas

B. Prosedur kerja
1. Lakukan pengukuran suhu ruang, suhu air es, dan suhu air panas
2. konversi suhu hasil pengukuran dari Celcius ke satuan suhu yang lain
(Fahrenheit, Kalvin, dan Reamur)
BAB 5. PENGENALAN DASAR ALAT GELAS,
ALAT LISTRIK DAN MIKROSKOP

Pendahuluan
Alat-alat dil laboratorium sangat beragam. Beberapa diantaranya berupa
alat perangkat gelas dan alat listrik. Alat-alat tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda-beda baik kegunaannya ataupun cara penggunaannya. Sehingga
diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami alat-alat yang dimiliki
tiap-tiap laboratorium yang tersedia di prodi Agroteknologi, meliputi alat gelas,
alas listrik, dan mikroskop.
Salah satu alat yang cukup penting yang harus dikuasai penggunaannya
adalah mikroskop. Mikroskop merupakan alat utama dalam melakukan
pengamatan dan penelitian dalam bidang Biologi, karena dapat digunakan untuk
mempelajari struktur dan benda-benda yang kecil. Ada 2 prinsip dasar yang
berbeda untuk mikroskop, yang pertama mikroskop optik dan yang kedua
mikroskop elektron. Mikroskop optik ini dapat dibedakan mikroskop biologi dan
mikroskop stereo.
Adapun bagian-bagian pada mikroskop optik pada umumnya dapat dilihat
pada Gambar 3 dengan rincian sebagai berikut :
1. Kaki (basis) merupakan bagian mikroskop yang berfungsi untuk
menyangga bagian mikroskop, biasanya berbentuk segi empat atau huruf
U (tergantung jenis dan merek mikroskop).
2. Tangkai (aksis), merupakan penghubung antara teropong dengan basis.
Tangkai ini juga berfungsi sebagai penyokong teropong.
3. Meja benda (stage) tempat meletakkan sediaan atau spesimen yang akan
diamati. Bisanya berbentuk persegi terletak antara basis dan teropong.
Meja benda dapat dinaik turunkan dengan menggunakan sekrup pengatur
jarak antara teropong dengan sediaan.
4. Sekrup penggerak sediaan (stage position adjustment), sekrup-sekrup ini
berhubungan dengan penjepit sediaan, berjumlah dua buah sekrup yang
tersusun dalam suatu sumbu vertikal, biasanya terletak dikanan/kiri meja
benda. Sekrup-sekrup ini dapat digunakan untuk menggerakkan sediaan
ke kanan atau ke kiri (sekrup bawah) dan menggerakkan sediaan ke
depan atau belakang (sekrup atas).
5. Sekrup pengatur jarak sediaan (focus adjustment knob), terdiri atas dua
buah sekrup yang tersusun dalam satu sumbu horisontal, menempel
pada kanan-kiri tangkai (axis), di bawah meja benda. Sekrup-sekrup ini
berfungsi untuk mengatur jarak benda dengan lensa obyektif. Sekrup
besar (makrometer) dapat menaik-turunkan meja benda dengan jarak
perpindahan yang besar, sedang sekrup yang kecil (micrometer) dapat
digunakan untuk menggerakkan meja benda dengan jarak perpindahan
kecil (halus).
6. Teropong, merupakan bagian mikroskop yang mengandung komponen
optik. Pada bagian teropong yang dekat dengan mata pengamat terdapat
lensa okuler. Daya perbesaran lensa ini bermacam-macam tergantung
pada jenis mikroskop. Daya perbesaran lensa okuler biasanya tercantum
pada lingkaran di sekeliling lensa. Mikroskop yang memiliki satu lensa
okuler disebut mikroskop monokuler, sedang yang memiliki dua lensa
okuler disebut mikroskop binokuler. Pada bagian teropong yang dekat
dengan meja sediaan terdapat beberapa lensa obyektif dengan
kemampuan perbesaran lensa yang berbeda-beda (masing-masing nilai
perbesaran lensa tercantum pada tabung lensa obyektif) terpasang pada
revolver yang dapat diputar.
7. Diafraghma, terletak di bawah meja benda, berfungsi untuk mengatur
banyaknya sinar yang masuk.
8. Kondensor merupakan lensa yang terletak pada meja benda bagian
bawah, berfungsi untuk memusatkan berkas cahaya yang melaluinya.
9. Filter, berupa gelas bundar yang berwarna biru, hijau maupun warna lain,
biasanya terletak di bawah meja benda, berfungsi untuk mengurangi silau
atau memperjelas obyek dengan menyerap warna sinar-sinar tertentu
(seringkali pada mikroskop yang kita gunakan tidak dijumpai adanya filter).
10. Lampu terletak pada bagian basis, merupakan sumber cahaya. Pada
mikroskop yang menggunakan cahaya alam dapat dijumpai adanya
cermin cekung yang berfungsi sebagai pengumpul berkas-berkas sinar
dari lengkungan.

Gambar 3 Mikroskop optik dan bagian-bagiannya

Cara Penggunaan Mikroskop Optik


Setelah mengenal bagian-bagian mikroskop (Gambar 3), selanjutnya kita
akan belajar bagaimana cara menggunakan mikroskop yang benar.

1. Pilih lensa obyektif dengan nilai perbesaran paling kecil, tempatkan lensa
tersebut pada sumbu pengamatan dengan cara memutar revolver hingga
lensa dengan perbesaran paling lemah tersebut terletak segaris dengan
arah masuknya cahaya. Apabila sudah tepat revolver akan berbunyi “klik”.
2. Buka diafraghma secara sempurna dengan menggunakan tuasnya.
3. Nyalakan lampu, dan amati melalui lensa okuler. Apabila telah nampak
terang maka lensa obyektif telah terletak ditempat yang benar.
4. Turunkan meja benda sejauh mungkin dari lensa obyektif dengan
menggunakan makrometer. Pasang sediaan dan jepit dengan
menggunakan penjepit sediaan. Usahakan sediaan terpasang dengan
baik. Tempatkan noda sediaan tepat di atas lensa kondensor dengan
menggunakan sekrup-sekrup penggerak sediaan.
5. Setelah noda sediaan tepat berada di atas lensa kondensor, naikkan
meja benda dengan makrometer mendekati lensa obyektif sampai
berjarak ± 0,5 Cm dari lensa. Sambil melihat melalui lensa okuler,
naik/turunkan meja benda dengan menggunakan mikrometer hingga
tampak bayangan benda dengan jelas.

Mikroskop Stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak


terlalu halus, dapat tebal maupun tipis, transparan maupun tidak. Mikroskop
Stereo mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Mempunyai objektif dan 2 okuler, agar didapatkan bayangan 3 dimensi
dan pengamatan 2 mata.
b. Perbesaran tidak terlalu kuat, tetapi lebih diutamakan adalah medan
pandang yang luas dan jarak kerja yang panjang. Dengan demikian benda
yang diamati cukup jauh, sehingga mikroskop ini dapat dipakai untuk
pembedahan. Mikroskop stereo yang lebih umum dijual atau disediakan
adalah dengan meja pengamatan putih. Kadang-kadang ke-ping bulat
pada meja tadi dapat dibalik dan berwarna hitam.Mikroskop stereo
semacam ini sesuai untuk pengamatan dengan penyinaran dari atas,
dengan menggunakan lampu. Bila dipesan secara khusus penjual akan
melengkapi mikroskop stereo dengan meja pengamatan yang tinggi dan
dibuat dari kaca yang bening. Dibagian bawah dari kaca bening tadi ada
cermin sehingga mikroskop stereo tadi dapat digunakan untuk
pengamatan dengan penyinaran dari atas maupun penyinaran dari bawah.
Dapat pula dipesan dari penjual mikroskop stereo yang telah dilengkapi
dengan lampu, untuk penyinaran dari atas, maupun penyinaran dari
bawah.
c. Benda yang diamati dapat kering atau dalam medium air, dapat tebal
maupun tipis. Pada mikroskop stereo .yang dipesan khusus, penyinaran
dapat diatur dari atas maupun dari bawah.
d. Bagian-bagian penting mikroskop stereo tersaji pada Gambar 4.
Keterangan:
1. Oculars eyepiece (lensa okuler)
2. Diopter adjustment ring (cincin
pengatur diopter)
3. Zoom control knob (sekrup pengatur
pembesaran)
4. Focusing knob (sekrup pengatur
fokus)
5. Stage plate (pelat tempat spesimen
diletakkan)
6. Stage clip (penjepit
spesimen/preparat)

Gambar 4 Mikroskop stereo dan bagian-bagiannya

1.3 Cara mempersiapkan bahan untuk diamati melalui mikroskop


a. Bahan yang akan diamati dapat berupa bahan sediaan basah (sementara)
atau sediaan kering (Permanen).
b. Bahan yang akan diamati biasanya ditempatkan di atas objek glass, kemudian
ditutup dengan gelas penutup, sebelum digunakan gelas objek maupun gelas
penutup dibersihkan terlebih dahulu.
c. Dalam kegiatan praktikum kali ini akan dipergunakan sediaan basah berupa
potongan huruf “ a “ dari kertas koran yang diberi media air dengan posisi
huruf “ a “ tegak
d. Letakkan sediaan huruf “ a “ pada objek galass di atas meja objek dengan
cara menjepit objek glass pada penjepit yang telah ada
e. Naikkan meja benda dengan cara memutar pengatur kasar, sehingga tampak
pada lensa okuler bayangan benda yang akan diamati
f. Apabila tampak bayangan pada lensa okuler amati posisi bayangan, apakah
letak bayangan sama atau terbalik ? ………………………………
Apakah bayangan huruf tersebut merupakan bayangan cermin atau bayangan
lensa? ………………………………………………………………..

Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami alat-alat yang ada di
laboratorium-laboratorium di prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UTM serta
mengetahu kegunaannya.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah mikroskop, alat gelas, alat listrik, kaca preparat,
dan sampel. Sedangkan bahan yang digunakan adalah preparat.
Metode
a. Pengenalan alat-alat gelas dan alat listrik
- Lakukan kunjungan tiap-tiap laboratorium
- Catat alat gelas dan alat listrik yang ada di masing-masing laboratorium dan
kegunaannya
- Buatlah laporan/rangkuman alat-alat yang ada di laboratorium meliputi:
nama, gambar, dan kegunaannya

b. Mikroskop

- Amati perbedaan mikroskop compound dan mikroskop stereo yang


telah disediakan termasuk tampilan bayangan yang dihasilkan masing-
masing mikroskop
BAB 6. TEKNIK DASAR KIMIA: KONSENTRASI DAN MOLARITAS

Latar Belakang
Pengukuran jumlah kandungan bahan kimia suatu sediaan baik berupa
padatan, larutan, maupun suspensi mempunyai istilah yang memiliki definisi yang
sama. Istilah-istilah tersebut diantaranya konsentrasi dan molaritas. Konsentrasi
ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran dibagi
dengan volume total campuran tersebut. Terdapat empat macam deskripsi
kuantitatif konsentrasi, yaitu konsentrasi massa, konsentrasi molar, konsentrasi
jumlah, dan konsentrasi volume. Istilah konsentrasi dapat diterapkan untuk
semua jenis campuran, tetapi paling sering digunakan untuk menggambarkan
jumlah zat terlarut di dalam larutan. Konsentrasi molar mempunyai variasi seperti
konsentrasi normal dan konsentrasi osmotik. Satuan konsentrasi suatu bahan
kimia dapat dinyatakan dalam satuan % (berat/berat, berat/volum, atau
volume/volume) atau ppm.

Tabel 4 Jenis konsentrasi, Kuantitas, dan satuannya

Jenis konsentrasi Satuan SI satuan lain


Konsentrasi massa kg/m 3 g/100mL (=g/dL)
Konsentrasi molar mol/m3 M (=mol/L)
Konsentrasi hitung 1/m 3 1/cm3
Konsentrasi volume m3/m3
Kuantitas terkait Satuan SI satuan lain
Normalitas mol/m3 N (=mol/L)
Molalitas mol/kg molal
Fraksi mol mol/mol ppm, ppb, ppt
Rasio mol mol/mol ppm, ppb, ppt
Fraksi massa kg/kg ppm, ppb, ppt
Rasio massa kg/kg ppm, ppb, ppt

Molaritas adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu


larutan menyatakan jumlah mol suatu zat terlarut per liter larutan. Misalnya 1.0
liter larutan mengandung 0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut larutan 0.5
molar (0.5 M). Molaritas menggambarkan konsentrasi molar. Perhitungan
molaritas dapat dilakukan dengan rumus:

Rumus lain:
Persen adalah satuan konsentrasi lainnya yang sering dipakai. Persen
menyatakan berat dalam satuan gram atau volume zat terlarut dalam satuan
mililiter untuk setiap 100 g atau 100 miiliter larutan. Persen (%) dapat disajikan
dalam bentuk :
% berat / volume : menyatakan berat zat terlarut untuk setiap 100 ml larutan
% berat / berat : menyatakan berat zat terlarut untuk setiap 100 gram larutan
% volume / volume : menyatakan volume zat terlarut dalam 100 ml larutan

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menghitung konsentrasi dan molaritas.

Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: NaCl, Glukosa, Urea,
agar, dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
timbangan, gelas arloji, gelas ukur, labu ukur, beker glass, botol semprot dan
label.

Prosedur kerja
- Perhatikan asisten praktikum tentang bahan yang akan dibuat, misal
kelompok 1 membuat NaCl 0.5 M, Glukosa 1 M, Urea 5%, dan agar 1.5%
- Hitung kebutuhan bahan kimia dan aquades untuk membuat larutan yang telah
ditentukan dengan volume 50 mL
- Timbanglah bahan sesuai perhitungan
- Masukkan bahan ke dalam labu ukur atau larutkan dengan sebagian aquades
dalam bekerglass lalu masukkan ke dalam labu ukur
- Tambahkan sebagian akuades kocok hingga larut.
- Tambahkan akuades sampai tanda lalu kocok sampai homogen
BAB 7. STERILISASI DAN TEKNIK ASEPTIK

Latar Belakang
Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan di laboratorium terutama
yang terkait dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Sterilisasi
dimaksudkan untuk meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari
mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba yang tidak
diharapkan dapat menyebabkan terganggunya mikroba yang ditumbuhkan atau
bahkan dapat membahayakan keselamatan jika kontaminan tersebut merupakan
patogen. Metoda sterilisasi yang dilakukan diupayakan berlangsung secara cepat
dan dapat meminimalkan atau menghilangkan potensi kontaminasi mikroba
seefektif mungkin. Proses sterilisasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan
munculnya kontaminasi mikroba baik yang berasal dari peralatan tersebut atau
kontaminasi mikroba dari lingkungan.
Sterilisasi ada dua jenis yaitu: sterilisasi dengan cara fisik dan kimia.
Sterilisasi fisik dibagi menjadi 3 cara, yaitu: pemanasan, filtrasi, dan radiasi.
Adapun penjelasan masing-masing teknik sebagai berikut:
1. Sterilisasi Fisik
A. Pemanasan.
Pemanasan air dan uap adalah media panas yang baik. Dalam waktu
relatif singkat, alat yang akan disterilkan akan mencapai suhu yang diinginkan.
Udara adalah penyalur panas yang kurang baik. Oleh karena itu, untuk mecapai
suhu yang diinginkan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
1. Panas kering. Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas
kering yang tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas :
a. Panas membara Dengan jalan menaruh benda yang akan di sterilkan
dalam nyala api bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan
yaitu sengkelit, jarum, ujung pinset dan ujung gunting.
b. Melidah-apikan Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun
tidak sampai menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca
benda, mulut tabung dan mulut botol.
c. Udara kering Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat
dari kotak logam, udara yang terddapat di dalamnya mendapat udara
panas melalui panas dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung
reaksi, cawan petri, pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol.
Pemanasan satu jam dengann temperatur 160 oC dianggap cukup.
2. Panas Basah. Yang dimaksud panas basah adalah pemansan menggunakan
air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang terbaik dan terkuat
daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan
denaturasi enzim dan protein protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora
diperlukan panas basah selama 15 menit pada suhu 121 oC. Sterilisasi panas
basah dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
a. Panas basah <100 oC (Pasteurisasi). Pasteurisasi yaitu pemanasan pada
suhu 60 oC selama 30 menit. Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora
atau dipanaskan pada suhu 71,6 – 80 oC selama 15 – 30 detik kemudian
cepat – cepat didinginkan.
b. Panas basah pada suhu 100 oC. Di sini menggunakan air mendidih (suhu
100 oC) selama 10 menit. Untuk mematikan bentuk spora dilakukan
pemansan 3 hari berturut – turut selama 15 – 45 menit sehingga spora
yang tidak mati pada pemanasan pertama akan beruah menjadi bentuk
vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu 37 oC begitu pula spora
yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah menjadi bentuk vegetatif
pada hari ketiga.
c. Panas basah >100 oC. Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril,
sehingga biasa dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara
ini menggunakan tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave.
Alat yang disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan,
cairan injeksi, dan bahan makanan.
B. Filtrasi / Penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan mengalirka larutan melalui suatu alat
penyaringan yang memiliki pori–pori cukup kecil. Untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum digunakan tidak
dapat menyaring virus. Penyaringan dilakukan dengan untuk mensterilkan cairan
yang tidak tahan terhadap pemanasan dengan suhu tinggi seperti : serum,
larutan yang mengandung enzim, toksin kuman, ekstrak sel, antibiotik dan asam
amino.
C. Radiasi / Penyinaran
Mikroorganisme dapat dibunuh dengan penyinaran yang memakai sinar
ultrraviolet yang panjang gelombangnya antara 220–290 nm. Radiasi paling
efektif adalah 253,7 nm. Sinar matahari langsung mengandung sinar ultraviolet
290 nm.

2. Sterilisasi dengan cara kimia


Zat kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi dapat berwujud: (a) gas:
Ozon, formaldehyde, ethylene oxide gas atau (b) larutan: deterjen, yodium,
alkohol, peroksida fenol, formalin, AgNO3 dan merkuroklorid Sterilisasi dengan
cara kimia antara lain dengan disenfektan. Daya kerja antimikroba disenfektan
ditentukan oleh konsenntrasi, waktu dan suhu. Beberapa contoh desinfektan
yang digunakan antara lain : Desinfektan lingkungan misalnya :
1. Untuk permukaan meja : lisol 5%, formalin 4% dan alcohol.
2. Untuk di udara : natrium hipoklorit 1%, lisol 5% atau senyawa fenol lain
3. Desinfektan kulit atau luka : dicuci denngan air sabun, providon yodium
dan etil alkohol 70%.

Teknik aseptik merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk mencegah


atau mengurangi terjadinya kontaminasi (Harley & Prescott, 2002). Salah satu
teknik aseptik yang dilakukan adalah dengan melakukan pekerjaan selalu dekat
dengan api. Ketika sedang melakukan pembukaan pada cawan petri atau tabung
medium, diusahakan untuk selalu melewatkannya kepada api pada bagian dari
benda yang dibuka, sehingga kontaminasi mikroba dari udara dapat dihindari.
Desinfektan adalah suatu bahan kimia, biasanya berbentuk larutan, yang
mempunyai sifat mampu membunuh sel vegetatif mikroorganisme, tetapi tidak
membunuh endospora. Salah satu contoh desinfektan adalah hidrogen peroksida
atau H2O2. Hidrogen peroksida adalah salah satu desinfektan yang biasa
digunakan untuk mensterilkan biji-bijian. Setelah disteril dengan bahan tersebut,
biji harus disteril dengan akuades steril (Gandjar dkk., 1992).
Hidrogen peroksida dapat berperan sebagai antiseptik (3% dari larutan)
dan sanitizer. Hidrogen peroksida dapat berbahaya bagi mikroorganisme karena
aksi langsung dan tidak langsung dari oksigen. Oksigen membentuk hidroksil
radikal bebas (.OH), mirip radikal superoksida yang sangat toksik dan reaktif bagi
sel. Meskipun kebanyakan sel mikroba dapat memproduksi enzim katalase untuk
menginaktivasi metabolisme hidrogen peroksida, sel mikroba tetap tidak mampu
menetralisir hidrogen peroksida yang masuk ke sel selama disinfeksi dan
antisepsis dilakukan.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman
tentang teknik sterilisasi dan teknik aseptik.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: autoklaf, oven, baker glas,
sptula, laminar air flow, hand sprayer, bunsen, dan lup inokulasi. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah alkohol, aquades, media biakan NA atau PDA).

Metode
Sterilisasi fisik
Sterilisasi dengan udara panas untuk glasware
1. Bungkus alat-alat yang akan disterilisasi dengan kertas kayu. ((pipet
volume dan petridish (cawan petri).
2. Nyalakan oven, atur suhunya hingga 180° C
3. Masukkan alat ke dalam oven
4. Sterilkan selama 2 jam
5. Dinginkan sampai suhu ruang, letakkan peralatan tersebut pada almari
yang bersih.
Sterilisasi kimia
Sterilisasi alat inokulasi (laminar air flow, jarum ose serta kaca perata)
1. Bukalah kaca dan keluarkan semua paralatan yang ada di dalam laminar
air flow.
2. Semprotkan etanol 70% secara merata pada semua dinding bagian
dalam laminar.
3. Diamkan sekitar 5 menit, gosok dengan kapas steril pada seluruh dinding
dalam laminar hingga bersih atau dari bekas (residu) etanol yang ada
(tanpa bernafas di dalam laminar).
4. Tutup kembali sebagaian kaca (atas).

5. Masukkan (kembali) peralatan yang akan digunakan (lampu spiritus,


etanol 70%, jarum ose. Letakkan agak jauh antara lampu spiritus dengan
etanol.
6. Semprot tangan dengan etanol 70%. Gosokkan mulai dari telapak tangan
sampai pada lengan secara merata. Biarkan sampai kering (± 2-3 menit).
7. Hidupkan lampu spiritus, panaskan jarum ose sampai berpijar (ujung
sampai pangkal). Masukkan dalam etanol. Lewatkan jarum ose beberapa
kali pada nyala api sampai sebatas panjang tabung reaksi.
8. Gosok kaca perata dengan etanol pada kapas sampai sebatas yang
masuk pada pertidish. Lewatkan beberapa kali pada nyala api.
9. Matikan api dan dan tutup kaca laminar.

Tugas
Membuat laporan resmi praktikum, diserahkan paling lambat pada saat
paraktikum berikutnya. Jika tidak menyerahkan laporan resmi dianggap inhale.
BAB 8. TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI

Latar Belakang
Mikroba sangat terkait dengan kehidupan manusia sehari-hari, begitu
juga dalam pertanian. Peranan positif mikroba dalam pertanian diantaranya
sebagai biofertilizer dan agen bio-kontrol. Selain itu peranan negatif mikroba di
alam juga sebagai patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Contoh mikroba
yaitu golongan bakteri dan golongan cendawan (fungi). Oleh sebab itu perlu
diketahui teknik kultur mikroba secara in-vitro. Adapun teknik-teknik yang perlu
dikuasai adalah teknik pembuatan media, teknik isolasi mikroba (bakteri dan
cendawan), serta teknik menghitung populasi mikroba.
Teknik isolasi untuk memperoleh biakan murni ada beberapa cara
tergantung substratnya. Isolasi mikroba dari substrat cair dapat menggunakan
cara sebar (spread method) dan cara tuang (pour-plate method). Isolasi mikroba
dari substrat padat dapat menggunakan teknik sebar (spread method) dan cara
suspensi. Hal yang perlu diperhatikan pula adalah dalam memilih sumber biakan,
seperti memilih koloni yang representatif untuk diambil menjadi biakan murni.
Koloni yang berada di bagian tengah dari sampel biasanya kurang
terkontaminasi dibandingkan koloni yang berada di bagian pinggir. Selain itu,
koloni yang dipilih adalah yang benar-benar telah terpisah dengan koloni lain.
Setelah melakukan isolasi, diperlukan upaya untuk menjaga agar biakan tersebut
tetap baik, misalnya dengan disimpan di pendingin atau alat pengering.
Jika dilihat dari bentuk substratnya, mikroorganisme dapat ditemukan pada
substrat yang padat dan yang cair. Untuk memudahkan dalam mempelajarinya,
diperlukan suatu cara untuk memisahkan mikroorganisme dari substrat atau
habitatnya yang disebut isolasi mikroorganisme. Ada beberapa metode yang
dapat dipakai untuk mengisolasi mikroorganisme berdasarkan substratnya. Jika
akan melakukan isolasi mikroorganisme dari substrat cair dapat dilakukan
dengan metode sebar dan metode tuang (Gambar 5). Metode sebar dilakukan
dengan cara mengambil sejumlah kecil cairan yang mengandung campuran
mikroba dan meletakannya di medium padat, kemudian cairan diratakan pada
permukaan medium dengan menggunakan spatel bentuk L atau spatel drygalski.
Metode tuang dilakukan dengan cara mecairkan medium dan memasukkan
beberapa ose bahan cair yang akan diperiksa ke dalam medium yang telah
dicairkan tadi, kemudian medium yang sudah diinokulasi di tuang ke cawan petri
yang steril dan digoyang-goyang hingga merata. Setelah terbentuk koloni, biakan
murni dapat dibuat dengan cara mengambil beberapa ose dari koloni tersebut
dan dipindahkan ke medium steril yang lain.
Metode untuk isolasi mikroorganisme dari substrat padat dapat dilakukan
dengan cara tabur dan suspensi. Metode tabur dilakukan dengan cara
menaburkan serbuk padat yang akan diperiksa di atas permukaan medium
dalam cawan petri, kemudian diratakan dengan menggunakan spatel drygalski.
Metode suspensi dilakukan dengan cara meyuspensikan bahan padat pada
akuades dan diambil beberapa ose dari suspensi tadi untuk dimasukkan ke
medium yang telah dicairkan, kemudian medium dituang ke dalam cawan petri
steril dan dibiarkan hingga mengeras. Setelah terbentuk koloni, biakan murni
dapat dibuat dengan cara mengambil beberapa ose dari koloni yang representatif
dan dipindahkan ke medium steril yang lain.
Untuk dapat memindahkan suatu biakan atau beberapa ose koloni ke
dalam medium steril yang lain, diperlukan suatu teknik transfer biakan. Ada dua
cara metode pemindahan biakan, yaitu metode zig-zag (streak) dan metode
penempatan pada sebuah titik atau tanam (stab). Metode zig-zag biasa
digunakan untuk memindahkan biakan khamir dan bakteri. Cara
memindahkannya yaitu dengan menggoreskan ujung jarum loop yang telah
mengandung khamir/bakteri secara zig-zag di atas permukaan medium miring
mulai dari ujung bagian bawah sampai bagian atas. Metode stab digunakan
untuk memindahkan biakan kapang. Biakan kapang diambil sedikit dengan
menggunakan jarum needle atau jarum tanam tajam, kemudian jarum diletakkan
di atas permukaan medium miring kira-kira pada jarak 1/3 dari panjang
permukaan medium.

Gambar 5 Teknik isolasi mikroba

Perhitungan populasi mikroba dalam suatu sampel dapat dihitung


menggunakan teknik perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media plat
count agar. Misal dalam 1 gram tanah yang telah disuspensikan dalam 10 mL
akuades dan disebar pada media sebanyak 0.1 mL (atau 100 uL) diketahui
jumlah koloni bakteri yang tumbuh sebanyak 186 koloni, maka populasi bakteri
dalam 1 gram tanah tersebut dapat dihitung dengan rumus:

= 168 / (10-1 x 10 -1)


= 168 x 102
= 1.68 x 104
= 1.7 x 104 cfu/g
Jadi, populasi bakteri pada 1 g tanah tersebut adalah 1.7 x 10 4 sel

Tujuan
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan
media pertumbuhan mikroba (bakteri dan cendawan), menguasai teknik isolasi
mikroba, dan cara menghitung populasi mikroba.

Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah hot plate
(microwave), jarum ose, cawan petri, bunsen, incubator, hand sprayer, laminar
air flow cabinet, erlenmeyer. Adapun bahan-bahan yang dipakai adalah sebagai
berikut: Alkohol (ethanol), Sampel bakteri, Medium NA, dan Medium PDA.

Metode
7. 1 Pembuatan media
Pembuatan media NA
- Timbang bahan-bahan berikut: Beef extract 3 g, peptone 5 g, dan agar 15 g.
- Larutkan dalam 1 liter akuades
- Sterilisasi pada autoklaf

Pembuatan media PDA


- Timbang bahan-bahan berikut: kentang, D-glukosa, agar
- Larutkan dalam 1 liter akuades
- Sterilisasi pada autoklaf

7.2 Teknik isolasi mikroba


Penyiapan media agar
- Sterilisasi tangan dengan menyemprotkan alcohol 70 % secara
menyeluruh pada telapak sampai permukaan lengan.
- Sterilkan tepi cawan petri dengan melidah-apikan cawan petri secara
merata.
- Sterilkan mulut Erlenmeyer dengan cara melidah-apikan pada api Bunsen.
- Tuang medium (NA dan PDA) dengan cara membuka penutup cawan petri
dengan sudut 30 o dan mendekatkannya pada api Bunsen.
- Tutup kembali cawan petri lalu member label pada bagian bawahnya.
- Tunggu media yang telah dituang memadat.

Isolasi Mikroba
a. Teknik sebar
- Sterilisasi tangan dengan alkohol 70%
- Ambil 100 uL sampel air atau suspensi tanah (1 gram dalam 10 mL)
dengan menggunakan mikropipet
- Buka cawan dan teteskan pada permukaan media (NA dan PDA)
- Ratakan menggunakan spreader segitiga
- Tutup cawan petri kemudian seal dengan sealer
- Inkubasi pada suhu 28-37 oC selama 24-48 jam
b. Teknik gores kuadran
- Sterilkan jarum ose dengan membakar sampai pijar pada api bunsen lalu
mencelupkan ke dalam larutan alkohol 70 %
- Melidah-apikan kembali jarum ose pada api Bunsen.
- Menyentuhkan jarum ose ke atas sampel, lalu menggoreskan secara
langsung ke agar cawan
- Seal tepi cawan tersebut dengan menggunakan sealer setelah itu
menyimpan ke inkubator dengan suhu 28-37 oC selama 24-48 jam.

7.3 Menghitung populasi mikroba


- Setelah inkubasi 24-48 jam, hitung jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada
masing-masing media
- Hitung jumlah populasi mikroba (bakteri atau cendawan) tiap gram atau mL
sampel
BAB 9. PENGENALAN ALAT PENGUKUR KADAR GULA (REFRAKTOMETER)
PRODUK PERTANIAN

Pendahuluan
Buah berdasarkan pola pemasakannya dibedakan menjadi buah klimaterik dan non-
klimaterik. Buah non klimaterik saat dipanen dari pohon tidak mengalami proses pemasakan
lebih lanjut. Buah-buah non-klimaterik menghasilkan etilen (C2H4) dalam jumlah rendah dan
tidak merespon pemberian etilen, serta tidak menunjukkan tanda berbeda pada saat
meningkatnya laju respirasi atau produksi karbon dioksida pada saat tahap pemasakan buah.
Pada buah klimaterik, saat proses pemasakan buah etilen diproduksi lebih besar
dibandingkan buah-buah non-klimaterik. Contoh buah non-klimaterik antara lain jeruk, nenas,
anggur, strawbeery, semangka, dan cery.
Gula dan asam, bersamaan dengan sebagian kecil vitamin, fructan, protein, pigmen,
fenol, dan mineral umumnya disebut dengan padatan terlarut (solids soluble). Kandungan
padatan terlarut dan total padatan terlarut merupakan parameter paling penting yang
digunakan untuk mengindikasikan tingkat kemanisan suatu produk hortikultura. Terkadang
tidak cukup mendeteksi tingkat kematangan buah dan sayur hanya dengan perasaan,
penampakan buah, aroma, serta teksturnya saja. Oleh karena itu pengukuran kandungan
gula di dalam buah menjadi penting. Total padatan terlarut merupakan parameter kualitas
paling penting yang mengindikasikan tingkat kemanisan suatu produk hortikultura.
Total padatan terlarut dapat diukur baik menggunakan brix scale hydrometer atau
refraktometer dengan data berupa “derajat brix” yang setara dengan data berupa persentase
(%). Pada prinsipnya brix umum digunakan dalam industri sudah sejak lama, dan merupakan
representasi dari kandungan bahan kering larutan yang kandungan utamanya merupakan
sukrosa. Sebagai contoh, suatu jus yang memiliki nilai 25 brix setara dengan 25g gula per
100 g larutan. Karena padatan terlarut tidak hanya mengandung sukrosa, asumsi tersebut
tidak serta merta merupakan representasi dari kandungan gula dalam buah dan sayur.
Meskipun demikian brix sendiri secara teknis merupakan representasi kandungan gula,
karena gula (sukrosa, glukosa, dan fruktosa) dan gula alcohol (sorbitol, manitol, dan lain
sebagainya) sendiri merupakan komponen paling besar diantara padatan terlarut (sekitar
85%), sehingga satuan brix dapat dijadikan ukuran kandungan gula. Semakin tinggi nilai brix
maka tingkat kemanisan suatu buah akan semakin tinggi.

Refraktometer
Refraktometer merupakan instrument untuk mengukur indeks refraktif yang
digunakan secara luas untuk menghitung kandungan konsentrasi gula untuk tebu, buah,
sirup, selai dan sebagainya. Penggunan refraktometer sangat mudah dan hanya
membutuhkan sampel yang cukup sedikit, yaitu dengan hanya meneteskan sampel pada
main prism maka nilai persentase akan muncul. Pengukuran ini memanfaatkan prinsip indeks
bias. Semakin tinggi indek biasnya, maka semakin tinggi kandungan gulanya sehingga skala
yang tertera pada refraktrometer semakin tinggi.
Gambar 1. a) Hand refraktometer; b) skala brix untuk pengukuran kandungan gula

Bagian-bagian hand refraktometer antara lain: 1) Main prism (prisma): bagian yang
berfungsi untuk membaca skala atau indeks bias zat terlarut serta mengubah cahaya
polikromatis menjadi monkromatis. Main prism sangat sensitif terhadap goresan sehingga
perlu kehati-hatian dalam menggunakan alat ini terutama saat membersihkan sisa sampel. 2)
Daylight plate: Bagian yang berfungsi untuk melindungi main prism dari debu atau goresan,
serta mencegah sampel tidak jatuh atau tumpah. Daylight plate terbuat dari kaca, ukuran
daylight plate yang besar menghasilkan gambaran yang lebih baik. 3) Pegangan dilengkapi
dengan permukaan kasar (grip): area genggaman tangan saat memegang refraktometer dan
menjaga suhu tetap stabil. Bagian ini terbuat dari karet, sehingga tahan terhadap panas dan
mampu menjaga kestabilan suhu. 4) Knop pengatur suhu: berfungsi untuk kalibrasi alat
dengan menggunakan akuades. Cara kalibrasi adalah dengan menggunakan obeng minus
dan diletakkan pada knob pengatir skala untuk kemudian diputar sehingga rapatan jenisnya
menunjukkan angka 1000. 5) Lensa: lensa pada refraktometer berfungsi memfokuskan
cahaya serta berada pada bagian dalam pegangan. 6) Biometral skip: berfungsi sebagai
stabilisator suhu. 7) Skala: berfungsi sebagai pembacaan spesifik gravity atau kerapan jenis.
Skala berada di dalam pegangan. 8) Eyepiece: tempat untuk melihat pembacaan skala.

Tujuan
1.Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian dari alat rekfraktometer
yang digunakan untuk pengukuran kandungan gula
2.Diharapkan mahasiswa mampu menggunakan refraktometer dengan baik dan benar

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah hand refraktometer.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum kali ini adalah buah jeruk, papaya,
nenas, dan melon.
Cara Kerja
Refraktometer digunakan untuk pengukuran kandungan gula yang memiliki rentang 0-
18% brix dengan minimal deviasi sebesar 0.1% brix dan dengan akurasi kurang lebih 0.10%.
Tahapan prosedur untuk pengukuran brix bahan praktikum kali ini (Boshale, 2017):
1. Ekstrak jus dari buah; Pembuatan jus dapat dilakukan dengan memeras buah sampai
keluar sarinya.
2. Buka daylight plate dengan hati-hati, kemudian teteskan 2-3 tetes perasan buah pada
prism.
3. Tutup daylight plate sehingga perasan buah menyebar sepanjang permukaan prism
tanpa adanya gelembung atau bagian yang masih kering (pastikan perasan rata di
permukaan prisma).
4. Pegang hand refraktometer dengan arah datangnya cahaya (hindari cahaya matahari
secara langsung) dan lihat eyepiece.
5. Sample dapat dibaca.
6. Bandingkan hasil pengukuran antara satu bahan dengan bahan lain, kemudian
analisis dan bahas
7. Kegiatan ini dilakukan per individu mahasiswa.
BAB. 10 PENGENALAN LABORATORIUM MIKROPROPAGASI

A.Pendahuluan
Ruang lingkup dari kultur jaringan berdasar pada premis bahwa tanaman dapat dipisah
menjadi bagian organ, jaringan, atau sel yang kemudian dapat dimanipulasi secara in-vitro
untuk ditumbuhkan menjadi tanaman utuh. Keberhasilan pertama dalam teknik kultur jaringan
ditandai dengan keberhasilan Gottlieb Haberlant awal abad ke-20 saat dia melaporkan
penelitiannya mengenai kultur jaringan mesofil. Sayangnya sel yang diinokulasi Haberlant tidak
mampu membelah sehingga ide mengenai perkembangan tanaman dan totipot ensi belum bisa
terbukti. Hal ini disebabkan karena zat pengatur tumbuh dibutuhkan untuk pembelahan sel,
proliferasi, dan induksi embryo tidak tersedia di dalam media. Hal tersebut dikarenakan saat itu
zat pengatur tumbuh belum ditemukan.
Setelah tahun 1950, perkembangan teknik kultur jaringan menjadi sangat pesat. Banyak
pengetahuan mengenai perkembangan tanaman diketahui saat itu, khususnya peranan dari zat
pengatur tumbuh tanaman, seperti sitoinin yang muncul melalui investigasi Skoog dan
berasosiasi dengan kebutuhan nutrisi untuk mengkaluskan tembakau. Inisiasi awal ini
mendorong penemuan sitokinin, kinetin, promotor pembelahan sel oleh Skoog dan juga Carlos
Miller.
Awal tahun 1950an prediksi awal mengenai sel somatik tanaman dapat mengarah pada
embryogenesis divalidasi oleh Stewart et al. dan Reninert. Pada awal tahun 1960an Murashige
dan Skoog berhasil membuat media (media MS) yang kemudian dipakai sampai saat ini. Pada
tahun 1960an tanaman haploid hasil kultur antera dilaporkan berhasil pada tanaman Datura,
serta mendapat perhatian besar pemulia, karena tanaman yang dihasilkan homosigot penuh
sehingga membuat teknik kultur jaringan menjadi teknik ideal untuk menghasilkan galur murni
secara cepat. Protoplast dan isolasinya mulai dikembangkan untuk dikulturkan di tahun 1960an,
sehingga hibridisasi somatik dapat dilakukan. Tidak hanya untuk pemuliaan keberhasilan
kegiatan mikropropagasi telah membuka jalan untuk teknik rekayasa genetika, hal tersebut
dikarenakan satu sel transforman mampu ditumbuhkan dalam media kultur jaringan untuk
menjadi satu tanaman utuh.
Laboratorium kultur jaringan memiliki beberapa area fungsional, baik untuk laboratorium
pendidikan maupun untuk kegiatan penelitian. Laboratorium kultur jaringan juga memiliki
beberapa elemen yang serupa dengan dapur atau elemen yang mirip dengan ruang operasi.
Terdapat area untuk handling bahan tanam untuk dikulturkan, ruang pembuatan media,
sterilisasi alat dan bahan, serta ruang untuk melakukan inokulasi yang di dalamnya berisi
laminar air flow (ruangan steril), ruang inkubasi (ruangan steril) untuk menumbuhkan sel,
jaringan, eksplan, serta area untuk membersikan alat dan bahan gelas.
Perlengkapan dan peralatan labortaorium kultur jaringan untuk kegiatan pendidikan
idealnya harus memiliki area yang cukup untuk persiapan dan pembuatan media dan ruang
untuk menyimpan bahan kimia serta peralatan gelas. Pengetahuan dasar mengenai
perlengkapan dan standar operational procedure di lab mikropropagasi tanaman menjadi
penting untuk dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa. Hal tersebut agar kegiatan
mikropropagasi menuntut kondisi steril, sehingga pengetahuan dasar yang baik akan mencegah
terjadinya kontaminasi.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui spesifikasi bagian-bagian ruang kultur jaringan
2. Mahasiswa mampu mengetahui peralatan gelas dan peralatan pendukung dalam
kegiatan kultur jaringan
3. Mahasiswa mampu membuat larutan stock untuk keperluan pembuatan media
4. Mahasiswa mampu menjelaskan bahan-bahan sterilan dalam kegiatan mikropropagasi

C. Bagian-bagian ruangan kultur jaringan


1. Peralatan dan perlengkapan umum dalam laboratorium kultur jaringan
a. Peralatan gelas: Peralatan gelas yang umum dibutuhkan dalam kegiatan kultur
jaringan antara lain Erlenmeyer, labu ukur, beaker glass, gelas ukur, botol media,
botol selai, petridish, tube, pipet dengan berbagai ukuran. Umumnya peralatan gelas
yang digunakan adalah tipe gelas yang tahan dalam autoclave.
b. Peralatan pendukung: Rak tube, metal trays, meja dorong (untuk memindahkan
beberapa perlengkapan), aluminium foil, plastik wrap. pH meter, bunsen, hot plate,
magnetic stirrer, microwave, mikroskop, hemocytometer, autoclave, lemari
pendingin, pengocok (shaker), baki plastik.
c. Peralatan yang digunakan dalam laminar air flow antara lain botol spray, spatula,
pinset, scalpel, ujung scalpel (sekali pakai), gunting, rack untuk meletakkan
peralatan steril, tissue steril, botol steril untuk tempat alcohol atau bahan sterilan lain
2. Ruang persiapan bahan dan media
Ruangan ini harus dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas yang menunjang untuk
kepentingan media maupun bahan yang akan dikulturkan. Pada ruangan ini tersedia ruang
untuk mencuci beberapa peralatan setelah ataupun sebelum digunakan, sehingga dibutuhkan
wastafel dengan air mengalir. Dalam area persiapan bahan tidak disarankan untuk mencuci
sisa botol atau media, terutama yang telah terkontaminasi. Sebaiknya ruangan untuk mencuci
botol yang berisi media dan media terkontaminasi berada di ruangan terpisah. Dalam ruangan
persiapan ini juga terdapat area untuk meletakkan bahan kimia (nutrisi, ZPT, bahan sterilan),
serta lemari pendingin untuk menyimpan berbagai larutan stok, meja permanen untuk peracikan
bahan, autoclave, serta rak-rak untuk penyimpanan peralatan gelas.
3. Ruang Inokulasi
Ruangan ini harus dalam keadaan steril, sehingga segala bentuk alas kaki harus dilepas
dalam ruangan ini. Di dalam ruangan berisi rak dorong untuk mempermudah pemindahan alat
dan bahan, serta laminar air flow cabinet tempat dilakukannya berbagai kegiatan (steriliasisi,
pembilasan, penuangan media (khusus media dalam petridish), seleksi bahan, inokulasi atau
kegiatan sub kultur berlangsung. Kegiatan dalam laminar air flow, sebelum dan sesudah
pengerjaan dilakukan sterilisasi menggunakan alcohol 70% serta menghidupkan lampu UV
sebelum dan setelah kegiatan selesai. Blower dan lampu harus dalam keaadaan menyala saat
melakukan kegiatan inokulasi. Selesai digunakan ruangan harus kembali dalam keadaan
bersih, lantai dibersihkan menggunakan pembersih beranti septic.
4. Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi merupakan ruangan tempat meletakkan (menumbuhkan) berbagai
macam eksplan yang sebelumnya telah diinokulasi di dalam laminar air flow. Ruangan ini harus
terkontrol baik suhu maupun pencahayaannya. Pada kondisi induksi kalus, umumnya
dibutuhkan kondisi gelap, sedangkan untuk regenerasi dan perakaran membutuhkan kondisi
terang sehingga dibutuhkan minimal dua ruang inkubasi. Jika terdapat keterbatasan ruangan
yang tersedia, penggunaan kain hitam sebagai penutup untuk memberikan kondisi gelap pada
ekplan dapat dilakukan. Ruangan ini juga harus dalam keadaan steril sehingga perawatan
secara regular ataupun setelah diakses harus segera dibersihan. Ruangan ini berisi rak-rak besi
dengan dasar berupa kaca untuk memudahkan dalam membersikan debu dan dalam proses
sterilisasi. Khusus untuk kultur sel (dengan media cair), di ruangan inkubasi terdapat mesin
pengocok (shaker) untuk aerasi botol kultur yang berisi sel-sel yang ditumbuhkan.

D. Tipe media dan pembuatan larutan stok


Jenis media yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan sangat spesifik bergantung
spesies yang dikulturkan. Beberapa spesies sangat sensitif terhadap garam organic yang terlalu
tinggi atau membutuhkan zat pengatur tumbuh yang berbeda. Pengembangan formulasi media
dilakukan berdasarkan berbagai tahapan percobaan sehingga diperoleh media yang sesuai.
Gambar 1. menunjukkan beberapa media yang umum digunakan untuk kegiatan kultur jaringan,
di mana media MS merupakan media paling umum digunakan sebagai media dasar.
Untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan pembuatan media, pembuatan larutan
stok dianjurkan. Beberapa bahan seperti zat pengatur tumbuh atau vitamin dibutuhkan dalam
rentang konsntrasi yang kecil sehingga menyulitkan dalam penimbangan. Untuk garam mineral
dapat dibuat larutan 10 sampai 1000 kali kebutuhan masing-masing media. Garam mineral juga
terkadang dibuat menjadi stok makro dan stok mikro.

Gambar 1. Beberapa media yang sering digunakan dalam kultur jaringan

Langkah-langkah pembuatan larutan stok adalah sebagai berikut:


 Untuk membuat larutan stok nicotinic acid, lihat kebutuhan untuk satu liter media. Misal
pada media MS dibutuhkan 0.5 mg nicotinic acid. Asumsikan kita akan melarutkan 0.5
mg nicotinic acid ke dalam tiap 1 ml aquadest. Untuk membuat larutan stock 100 kali,
maka timbang 50 mg larutkan ke dalam 100 ml aquadest. Setiap kali membuat 1 liter
media MS maka cukup mengambil 1 ml dari larutan stok yang dibuat
 Untuk larutan stok ZPT (misal stok IBA), jika dibutuhkan 1 mg/L media untuk perakaran,
dan stok yang dibuat harus mengandung 1 mg/L untuk setiap 1 ml larutan. Maka
timbang 100 mg IBA dan dilarutkan ke dalam 100 ml larutan stok. IBA sangat sulit untuk
larut dalam air, sehingga membutuhkan sejumlah kecil etanol 95%, propanol, atau 1 N
KOH. Banyak zat pengatur tumbuh yang sulit larut dalam air, seperti IAA, IBAM NAA,
2,4-D, BA, 2-iP, dan zeatin dapat dilarutkan menggunakan sedikit alcohol 95%, 100%
propanol, atau 1 N KOH. 1 N KOH merupakan pelarut terbaik untuk kinetin dan ABA,
khusus untuk thidiazuron tidak dapat dilarutkan dalam alcohol ataupun larutan basa
tetapi harus menggunakan dimethylsulfoxide. Semakin sedikit larutan pelarut yang
digunakan, toksisitasnya semakin rendah karena hanya digunakan 1 ml stock per ml
media.
 Untuk membuat larutan stok IBA namun dengan konsentrasi 5µM per liter media. Cara
pertama adalah lihat bobot molekul IBA (BM IBA adalah 20.3). Menggunakan cara
sebelumnya, jika kita ingin membuat larutan stok berisi 5 µmol dalam 100 ml stok, maka
dibutuhkan 500 µmol atau 0.5 µmol (mM). Jika 1 mol adalah 203.2 g, 1 mmol adalah
203.2 mg, maka….0.5 mmol IBA x 203.2 mg/1 mmol = 101.6 mg IBA yang dibutuhkan.

E. Sterilisasi media dan peralatan


Prinsip dasar kultur jaringan adalah bekerja dalam lingkungan aseptic, sehingga harus
dipastikan ruangan ataupun peralatan yang digunmak dalam keadaan steril. Semua peralatan
dicuci bersih, kemudian dibungkus dengan aluminium foil untuk kemudian di sterilisasi dalam
autoclave. Media untuk botol selai atau dalam tube (untuk perakaran) dapat secara langsung
dibagi per-botol/tube sebelum di sterilisasi, sedangkan media untuk petridish dibagi setelah
disterilisasi dan dilakukan di dalam LAF.

F. Sterilisasi Eksplan
Kegiatan sterilisasi eksplan dapat menggunakan berbagai macam bahan, bahan sterilan
yang umum digunakan adalah 1% sodium hypochlorite (Bayclin dengan kandungan 5%
hypochlorite), alcohol 70%, 10% hydrogen peoksida. Permasalahan kontaminasi, terutama
dengan sumber eksplan berasal dari lapang umumnya lebih sering terjadi sehingga
membutuhkan rentang konsentrasi dan lama paparan yang berbeda-beda. Konsentrasi bahan
sterilan yang semakin tinggi akan membuat waktu paparannya semakin singkat. Hal ini
dikarenakan jaringan tanaman (terutama bagian jaringan muda) rentan mengalami kerusakan
atau keracunan. Sehingga dibutuhkan studi awal konsentrasi dan lama perendaman bahan
sterilan terhadap keberhasilan sterilisasi.
BAB 11. TEKNIK PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL MENGGUNAKAN METODE
DESTRUKTIF DAN NON-DESTRUKTIF (SPAD DAN SPERTROFOTOMETER)

Pendahuluan
Selama fotosintesis, antena pigmen dalam kloroplas daun akan menyerap cahaya
matahari, dan melalui transfer resonansi menghasilkan eksitasi yang diarahkan pada reaksi
pigmen bagian tengah, kemudian melepas electron untuk menginisasi proses fitokimia.
Molekul klorofil (klorofil a dan klorofil b) yang dibutuhkan untuk transformasi energi matahari
menjadi ikatan kimia. Dalam perspektif praktis, kandungan klorofil merupakan parameter
paling penting untuk peneliti (fisiologis, ekofisiologis, dan biologis), manajer kebun, dan
petani. Besaran radiasi sinar matahari yang diserap oleh daun sebagian besar merupakan
peranan dari pigmen fotosintesis dalam daun. Reduksi konsentrasi klorofil bisa saja
membatasi proses fotosintesis dan menyebabkan penurunan hasil.
Konsentrasi klorofil daun merupakan parameter penting yang secara berkala
digunakan sebagai indikator perkembangan kloroplast, kapasitas fotosintesis, kandungan
nitrogen daun, atau kesehatan tanaman. Kandungan nitrogen juga berasosiasi dengan
klorofil, sehingga pengukuran kandungan nitrogen secara tidak langsung juga dapat
dilakukan. Kandungan klorofil juga terkait dengan stress fisiologi dan faktor abiotik seperti
cahaya dan ketersediaan air. Kuantifikasi klorofil mampu menghasilkan informasi penting
terkait dengan hubungan antara tanaman dan lingkugannya.
Terdapat beberapa metode untuk mengukur jumlah klorofil dalam daun. Secara
umum metode tersebut dibagi menjadi dua yaitu metode destructif dan non-destructif. Dalam
kegiatan laboratorium, penentuan kandungan klorofil ditentukan secara fotometerrik yang
diikuti dengan ekstraksi pigmen menggunakan pelarut an organic seperti aseton atau
dimethyl formamida. Metode tersebut dikategorikan sebagai metode destructive. Metode
destruktif membutuhkan ekstraksi dari pelarut tertentu, kemudian diikuti dengan pengukuran
menggunakan alat spektrofotometer.

Berdasarkan absorbansi larutan klorofil. Penggunaan teknik non-destruktif dapat dilakukan


menggunakan SPAD.

Metode pengukuran Klorofil non-destruktif


Pengukuran kandungan klorofil secara non-destruktif dapat menggunakan SPAD
meter. SPAD meter dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk pengukuran klorofil
relatif. Penggunaan alat ini relatif lebih murah, mudah digunakan, bekerja berdasarkan dua
lampu diode dan reseptor berupa photodiode silicon yang mengukur panjang transmisi
cahaya merah (650 nm; referensi panjang gelombang untuk pengaturan perbedaan non
spesifik antar sampel) daerah dari spectrum electromagnetik. Penggunaan alat ini telah
digunakan secara ekstensif baik untuk kegiatan penelitian maupun dalam dunia pertanian,
serta terdapat banyak literature ilmiah yang mendeskripsikan penggunaannya.

Gambar 1. Bagian-bagian SPAD-502


Nilai transmitansi kemudian yang digunakan alat ini untuk mengeluarkan nilai relatif
dari SPAD (0.0-50.0). Dalam rangka untuk mengkonversi nilai relatif SPAD meter ke dalam
unit konsentrasi klorofil absolute, maka dibutuhkan curva kalibrasi. Pada praktikum kali ini
dilakukan pengukuran SPAD KWF.
Metode pengukuran Klorofil destruktif
Spektrofotomer merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
mengkuantifikasi kandungan klorofil tanaman. Jika menggunakan SPAD maka nilai yang
muncul adalah nilai relatif yang tidak menampilkan data kuantifikasi, maka untuk
mengkuantifikasinya dilakukan menggunakan alat ini. Metode ini merupakan metode
destruktif, serta membutuhkan penangan lab yang baik.
Spektrofotometer sendiri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya panjang gelombang tertentu pada suatu
objek kaca atau kuvet. Sebagian cahaya akan diserap sedangkan sebagian lain kaan
diteruskan, Nilai absorbansi dari cahaya yang diserap akan sebanding dengan
konsentrasi dalam larutan. Karena prinsip tersebut maka konsentrasi klorofil dalam daun
dapat diduga.

Alat dan Bahan


Daun tanaman yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daun tanaman
cabai (Capsicum annum dan Capsicum Frustescens), dimethyl formamida/aseton. Alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah SPAD KWF, spektofotometer.

Cara Kerja
Metode non-destruktif (SPAD Meter) (Konika Minolta 2013)
1. Pilih daun yang akan dijadikan sampel percobaan
2. Hidupkan alat dengan memutar bagian power
3. Masukkan daun pada bagian heading measure
4. Tutup bagian heading measure
5. Nilai relatif setiap sampel daun akan muncul di layar
6. Tekan tombol average button untuk merata-rata nilai relatif dari sampel
7. Bandingkan nilai relatif antara C. annum dan C. frustescens, serta lakukan

Pembahasan
1. Potong daun tanaman sampel menjadi bulat dengan diameter 0.5 cm
2. Timbang berat masing-masing daun (agar data hanya dipengaruhi luasan
area tidak karena perbedaan bobot daun

3. Esktrak daun menggunakan pelarut


4. hitung nilai absorbansi masing-masing ekstrak yang dibuat.
5. Bahas hasil pengerjaan saudara
BAB 12 . PENGUKURAN PH TANAH

Pendahuluan
Tanah memiliki peran penting dalam budidaya karena merupakan media bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman, untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka tanah
harus mampu memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Salah satu indikator kesuburan
tanah adalah kemampuan tanaman menyerap dan menyediakan unsur hara. Faktor penting
yang mempengaruhi penyerapan unsur hara adalah derajad keasaman tanah atau pH
tanah. Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur pH salah satunya pH
meter untuk mengukur pH berbagai zat, pH tancap untuk mengukur pH tanah dan indikator
universal.
pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau
alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH
zat semi-padat). Sebuah pH meter khas terdiri dari probe pengukuran khusus atau elektroda
yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pembacaan pH.
Probe atau Elektroda merupakan bagian penting dari pH meter, Elektroda adalah batang
seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian bawah elektroda ada bohlam,
bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi sensor. Jangan pernah menyentuh
bola dengan tangan dan bersihkan dengan bantuan kertas tisu dengan tangan sangat
lembut. Untuk mengukur pH larutan, probe dicelupkan ke dalam larutan. Probe dipasang di
lengan dikenal sebagai probe lengan.
PH meter ini tidak boleh digunakan untuk mengukur cairan seperti air panas melebihi
suhu kamar karena pengukuran menjadi tidak presisi, air es / air dingin dibawah suhu kamar
karena pengukuran menjadi tidak presisi
dan jenis air / cairan lainnya yg tidak masuk dalam range pengukuran dari spesifikasi alat ini

Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini praktikan diharapkan mampu melakukan pengukuran pH
dengan alat pengukur pH yang tersedia

Bahan dan Alat :


Tanah, aquades, botol film, pH meter, pH tancap, botol semprot, botol film, beaker glass

Prosedur Kerja
Pengukuran pH dengan pH meter
1. Siapkan tanah kering angin sebanyak 5 g (ditimbang dengan timbangan digital).
2. Masukkan kelima contoh kedalam botol film yang telah disediakan.
3. Tambahkan 12,5 ml air suling (pH 7) kedalam vial.
4. Kocok tanah selama 5 menit.
5. Bilas elektroda pH meter yang tersedia dengan aquades lalu keringkan.
6. Masukkan kedalam suspensi tanah yang ada didalam botol film
7. Lakukan pembacaan pH meter, ulangi prosedur ini sebanyak 5 kali.
8. Bersihkan elektroda lalu keringkan dengan tisu

Pengukuran pH dengan pH tancap


1. Basahi permukaan tanah dengan tetesan air agar lembab
3. Tancapkan pH tancap pada permukaan tanah yang lembab
4. Baca jarum penunjuk pada PH stik yang menunjukkan besarnya pH tanah
tersebut lakukan pengamatan pada 5 titik yang berbeda pada suatu areal
penanaman

Pengukuran pH dengan pH universal


1. Siapkan tanah kering udara sebanyak 5 g (ditimbang dengan timbangan digital).
2. Masukkan kelima contoh kedalam botol film yang telah disediakan.
3. Tambahkan 12,5 ml air suling (pH 7) kedalam vial.
4. Kocok tanah selama 5 menit.
5. Celupkan indikator universal (jangan melebihi tanda).
6. Cocokkan warna yang dihasilkan dengan kemasan indikator universal untuk mengetahui
pHnya
FORMAT LAPORAN

Format laporan resmi terdiri atas:


1. Sampul (memuat judul acara praktikum, nama dan kelompok), hari & tanggal
praktikum)
2. Pendahuluan singkat
3. Tujuan praktikum
4. Prosedur pelaksanaan
5. Hasil praktikum dan pembahasan
6. Referensi (minimal 3 sumber primer/jurnal)

PRAKTIKUM TEKNIK DASAR LABORATORIUM

JUDUL PRAKTIKUM
Hari, Tanggal praktikum

Disusun oleh:
Nama praktikan NIM

Kelompok XX
Nama anggota 1
Nama anggota 2

Asisten praktikum:
Asisten 1
Asisten 2

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2017
DAFTAR PUSTAKA

Benson, H.J. 2002. Microbiological applications: Laboratory manual in general


microbiology, 8th ed. New York (US): McGraw Hill Company.
Budiyanto, A.K. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang (ID): Universitas
Muhammadiyah Malang.
Campbell, N. A. & Reece, J. B. 2008. Biology, 8th ed. San Francisco (US):
Pearson Benjamin Cummings.
Chairlan, & Lestari E. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan.
Mahode AA (editor). Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran.
Harley, J.P. & Prescott, L.M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. 5 th ed.
New York (US): The McGraw-Hill Companies.
IUPAC. 1997. Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. (the "Gold Book").
Online corrected version: (2006–).
Katoch R. 2011. Analytical Techniques in Biochemistry and Molekuler Biology.
New York (US): Springer.
Madigan M.T, Martinko J.M, Parker J, & Brock T.D. 2000. Brock Biology of
Microorganisms, 9th ed. New Yersey (US): Prentice Hall International Inc.
Tillett, W.S., Goebel, W.F. & Avery, O.T. 1930. Chemical and immunological
properties of a species-specific carbohydrate of pneumococci. The Journal
of Experimental Medicine 52: 895-900.
Tiwari R.P, Hoondal G.S, & Tewari R. 2009. Laboratory Technique in
Microbiology and Biotechnology. Abhisek Publication

Anda mungkin juga menyukai