Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MALPRAKTIK DAN KELALAIAN DALAM KEPERAWATAN

Disusun oleh:

NAMA:SITI NADIA

NIM:PO7120220041

TK.1B

Dosen pembimbing:

Ns.Aisyah s.kep,.M.kep

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan Makalah ini dengan tepat waktu. Dan tidak lupa Shalawat serta salam
selalu penulis haturkan untuk junjungan nabi agung, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikanpertunjukkan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang
paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah. Salah satu tujuan penulis dalam menulis
Makalah ini adalah sebagai dokumentasi. Penulis menyadari atas ketidak sempurnaan dalam
penyusunan Makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran atas pembuatan Makalah
ini untuk perbaikan. Dan semoga pembuatan Makalah ini bermanfaat.

Baturaja, 5 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

1.JUDUL......................................................... i

2.KATA PENGANTAR.................................... ii

3. DAFTAR ISI ................................................. iii

4. BAB I PENDAHULUAN............................ 1

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan

5.BAB II PENDAHULUAN.................................... 2

A. Definis Malpraktik

B. Unsur Malapraktik

C. Hukum Malpraktik

D. Kasus Malapraktik

E. .Definisi kelalaian dalam praktik keperawatan

F. Jenis- jenis kelalaian dalam praktik keperawatan

G. Landasan Hukum

H.Bentuk kelalaian dalam keperawatan

I.Dampak kelalaian

J..Upaya pencegahan terhadap masalah kelalaian

J.Kasus kelalaian

BAB III PENUTUP......................................... 3

Kesimpulan ............................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat


menujuperkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu perubahan
yang sangatmendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik
aspek pelayanan atauaspek-aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sertakehidupan keprofesian dalam keperawatan.Undang-
undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas terhadap
tenagakeperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4), Pasal 53
ayat (I j dan ayat(2)). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan mengenai
standar profesi dan hak-hakpasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional
sebagai profesi di pengaruhi olehberbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan
globalisasi yang juga menyentuhperkembangan keperawatan professional antara lain
adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi keperawatan yang pada
hakekatnya harus diimplementasikan pada perkembangankeperawatan professional di
Indonesia. Disamping itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentangkesehatan dan
UU No. 8 tahun 1999 tentang perkembangan konsumen sebagai akibat kondisi
sosialekonomi yang semakin baik, termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi
yang berdampakpada tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.

Merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan bisa mengakibatkan


kecacatan dan lebihparah lagi mengakibatkan kematian, terutama bila pemberian asuhan
keperawatan tidak sesuai denganstandar praktek keperawatan.kejadian ini di kenal dengan
malpraktek.Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika
dan norma hukum. Olehsebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah
seharusnyalah diukur atau dilihat darisudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari
sudut pandang etika disebut ethical malpracticedan dari sudut pandang hukum disebut
yuridical malpractice. Hal ini perlu dipahami mengingat dalamprofesi tenaga perawatan
berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahanpraktek perlu dilihat
domain apa yang dilanggar.Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang
mendasar menyangkut substansi,otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang
dipakai untuk menentukan adanya ethicalmalpractice atau yuridical malpractice dengan
sendirinya juga berbeda.Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical
malpractice akan tetapi semua bentukyuridical malpractice pasti merupakan ethical
malpractice.

B.Rumusan masalah

1) Definisi Malpraktek
2) Malpraktik dalam bidang Medis (Medical Negligence)
3) Malpraktek dalam Keperawatan
4) Pembuktian Malpraktek di Bidang Pelayanan Kesehatan
5) Kajian hukum tentang malpraktek

C.Tujuan Penulisan

1) Untuk Memahami Definisi Malpraktek


2) Untuk Memahami Malpraktik dalam bidang Medis (Medical Negligence)
3) Untuk Memahami Malpraktek dalam Keperawatanng Pelayanan Kesehatan4) Untuk
Mengetahui Cara Pembuktian Malpraktek di Bid5) Untuk Memahami Kajian hukum tentang
malpraktek6) Untuk Memahami Upaya Pencegahan Malpraktek

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami tentang Malpraktek yang terjadi di
bidangkesehatan serta untk mengetahui hukum yang mengatur tentang malpraktek.
BAB II

PENDAHULUAN

A.Definisi Malpraktik Keperawatan

Malpraktik secara umum adalah ketidakcakapan yang tidak dapat diterima yang diukur dengan
ukuran yang terdapat pada tingkat keterampilan sesuai dengan derajat ilmiah yang lazimnya
dipraktikkan pada setiap situasi dan kondisi di dalam komunitas anggota profesi yang mempunyai
reputasi dan keahlian rata-rata.

Malpraktik juga berarti kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional, akibat kesalahan atau kelalaian tersebut pasien menderita luka berat, cacat bahkan
meninggal dunia.

Berikut ini pengertian malpraktik menurut beberapa ahli.

1. M. Jusuf Hanafiah

Malpraktik adalah sebuah tindakan yang atas dasar kelalaian dalam mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.

2. Soekidjo Notoatmodjo

Menurut Soekidjo Notoatmodjoalpraktik berasal dari kata ‘mala’ artinya salah atau tidak semestinya,
sedangkan ‘praktik’ adalah proses penangan kasus (pasien) dari seseorang professional yang sesuai
dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh kelompok profesinya. Sehingga malpraktik dapat
diartikan mealakukan tindakan atau praktik yang salah satu menyimpang dari ketentuan atau
prosedur yang baku. Dalam bidang kesehatan, malpraktik adalah penyimpangan penanganan kasus
atau masalah keshatan (termasuk penyakit) oleh petugas kesehatan, sehingga menyebabkan
dampak buruk bagi penderita atu pasien.”

3. Munir Fuady

Munir menyebut malpraktik adala kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran di lingkungan yang sama. Yang dimaksud kelalaian di sini adalah sikap kurang hati-
hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar,
tapi sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya
dalam situasi tersebut. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan tindakan kedokteran di bawah
standar pelayanan medis (standar profesi dan standar prosedur operasional).

Namun malpraktij tentunya tak hanya berlaku di dunia kedokteran.

Malpraktik bisa terjadi pada semua profesi. Apakah dia seorang pengacara/advokat, hakim, ekonom,
perusahaan farmasi dan lainnya.

Ketika seorang ekonom ketika salah memprediksi kebijakan ekonomi, bisa menimbulkan/berdampak
kerugian bagi masyarakat, atau seorang advokat yang tidak menjalankan profesinya secara
profesional akan merugikan kliennya itu juga disebut malpraktik.

Namun saat ini malpraktik di dunia kesehatan lebih menonjol. Bahkan jika tergolong tindak pidana,
sudah ada undang-undang yang mengatur tentang hukumannya.

B.Unsur Malpraktik

Malpraktik Kedokteran adalah dokter atau orang yang ada di bawah perintahnya dengan sengaja
atau kelalaian melakukan perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik kedokteran pada pasiennya
dalam segala tingkatan yang melanggar standar profesi, standar prosedur, prinsip-prinsip profesional
kedokteran.

Ternyata tidak semua kelalaian itu bisa disebut malpraltik. Ada beberapa unsur yang harus ada
sebelum menyebut sesuatu dengan malpraktek.

1. Kewajiban

Pada saat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu kewajiban mempergunakan segala
ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban
penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.

2. Pengkajian

Pengkakian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan asuhan keperawatan.

3. Proximate caused

Proximate caused (sebab-akibat) pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait


dengan cedera yang dialami klien.

Sedangkan bila ingin menempuh jalur hukum ada pula unsur yang harus dipenuhi dalam malpraktik.

1. Berbuat atau tidak berbuat. Tidak berbuat disini adalah mengabaikan pasien dengan alasn
tertentu seperti tidak ada biaya atau tidak ada penjaminannya.
2. Tindakan berupa tindakan medis, diagnosis, terapeutik dan manajemen kesehatan.
3. terhadap pasien.
4. Dilakukan secara melanggar hokum, kepatuhan, kesusilaan atau prinsip profesi lainnya.
5. Dilakukan dengan sengaja atau ketidak hati-hatian (lalai, ceroboh).
6. Mengakibatkan, salah tndak, ras sakit, luka, cacat, kerusakan tubuh, kematian dan kerugian
lainnya.

C.Penanganan Malpraktik

Permasalahan malpraktek di Indonesia dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu jalur litigasi (peradilan)
dan jalur non litigasi (diluar peradilan).

D.Landasan Hukum

1. BAB V pasal 24 ayat (1) :

Tenaga kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar kesehatan, dan standar prosedur
operasional

2. BAB XX (ketentuan pidana)

PASAL 190

(1) : pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang melakukan
prakrik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dlm keadaan gawat darurat
sebagai mana yang dimaksud dlm pasal 32ayat 2 atau pasal 85 ayat 2 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 tahun atau dan denda paling banyak
200.000.000

(2) : dalam hal perbuatan sebagai mana di maksud pada ayat 1 mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan tersebut dipidana dg pidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak 1M

Pasal 191

Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktek pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
alat dan tekhnologi sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 60 ayat 1 sehingga mengakibatkan
kerugian harta benda, luka berat atau kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun
dan denda paling banyak 100.000.000 (seratus juta rupiah).
Pasal 192

Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih
apapun sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak 1M

Pasal 193

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastic dan rekontruksi untuk tujuan mengubah
identitas seseorang sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 69 diancam dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 1M

Pasal 194 :

Setiap orang yg dg sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dg ketentuan sbagaimana di maksud dlm
pasal 75 ayat 2 di pidana dg pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak 1M

Pasal 195

Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan darah dengan dalih apapun sebagai mana
dimaksud dalam pasal 90 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda
paling banyak 500.000.000

Pasal 196 :

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan dan mutu sebagaimana yang di maksud dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) di pidanda dg penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak
1M

Pasal 197 :

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak 1,5M

Pasal 198 :

Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana yang dimaksud dalam pasalb 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak
100.000.000
Pasal 200 ;

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian ASI eklusif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 128 ayat (2) di pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak
100.000.000

Pasal 201

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 190 ayat (1), pasal 191, pasal
192,196,197,198,199 dan 200 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda
terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 kali dari pidana denda sebagai mana dimaksud dalam pasal 190
ayat (1), pasal 191, pasal 192,196,197,198,199 dan 200.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pda ayat 1, korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa :
a. Pencabutan izin usaha; dan/atau
b. Pencabutan status badan hukum
3. Secara hukum informed consent berlaku sejak 1981, PP No. 8 tahun 1981.
4. Informed consent dikukuhkan menjadi lembaga hukum, yaitu dengan diundangkannya
PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medic, dalam Bab I,
Ketentuan Umum, Pasal 1 (a) menetapkan Informed Consent; Persetujuan tindakan medic
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien/ keluarganya atas dasr penjelasan mengenai
tindakan medic yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Semoga bermanfaat. (Nur
Fatimah)

Vestal, K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, penggugat harus
dapat menunjukkan hal-hal dibawah ini:

1. Duty – pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibanya yaitu kewajiban untuk
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan stadar profesi. Hubungan
perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar
keperawatan.
2. . Breach of the duty – pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya artinya
menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.Pelanggaran
yang terjadi terhadap pasien (misalnya kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury – seseorang mengalami injury atau kerusakan (damage) yang dapat dituntut secara
hukum (misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran, keluhan nyeri, atau
adanya penderitaan, atau stres emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera hanya
jika terkait dengan cedera fisik).
4. Proximated caused – pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan
injury yang dialami (misalnya cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan
pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien).
E.Kasus malpraktek

(1) Alexander Baez

Malapraktik © 2018 brilio.netMedium.comBaez adalah seorang pria yang pernah menjadi “Mr.
Mexico” dan runner-up di gelaran “Mr. Universe”. Ia malakukan implan otot dada pada tahun
1999. Namun setelah dioperasi, dirinya malah mendapatkan payudara wanita berukuran C-cup.
Dokter yang bertanggung jawab atas operasi ini adalah Reinaldo Silvestre.

(2) Carol Weiherer

Malapraktik © 2018 brilio.net

Odee.comCarol melakukan operasi pengangkatan mata kanannya. Namun, hal mengerikan


malah terjadi pada dirinya. Saat Carol melakukan operasi pengangkatan mata, bius tidurnya
tidak berfungsi dengan baik. Carol terbangun di tengah operasi. Dia sadar saat matanya diangkat
dan mengaku jika dokter mendengarkan musik disko selama operasi.

(3) Daryoush Mazarei

Malapraktik © 2018 brilio.net

Cracked.comSaat Mazarei melakukan sebuah operasi pembedahan, sebuah alat bedah berupa
seperti gunting bedah tertinggal di dalam tubuhnya. Hal itu tentunya akan sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan pendarahan internal. Setidaknya
sekitar 1500 laporan kasus serupa terjadi di AS setiap tahunnya.

(4) Jesica Santillan

Malapraktik © 2018 brilio.net

Sfgate.comNasib naas menimpa gadis 17 tahun bernama Jesica Santillan. Ia meninggal dunia
setelah menerima transplantasi jantung. Golongan darah Jesica adalah O, tapi malah menerima
organ dari orang golongan A yang tentu tidak boleh dilakukan. Kasusnya sempat disembunyikan
oleh pihak rumah sakit.

(5) Graham Reeves of Wales

Malapraktik © 2018 brilio.net

Verywellhealth.comSeorang pria berusia 70 tahun ini meninggal setelah terjadi kesalahaan saat
operasi pengangkatan ginjal yang ia lakukan pada tahun 2000. Ternyata yang diangkat adalah
ginjal yang bagus, dan ginjal yang rusak malah tetap ditinggalkan.
(6) Willie King

Malapraktik © 2018 brilio.net

Odee.comSeorang pasien bernama Willie King berusia 52 tahun harus kehilangan satu kakinya
yang masih sehat akibat kesalahan prosedur amputasi yang terjadi pada bulan Februari 1995.
Kasus ini diawali dari kesalahan seorang perawat yang membuat laporan dan dokter yang tidak
mengecek ulang laporan dari perawat tersebut.

(7) Benjamin Houghton

Malapraktik © 2018 brilio.net

Healthline.comSeorang dokter ahli bedah keliru membuang testis yang sehat sebelah kanan dari
sorang veteran Air Force berusia 47 tahun ini. Awalnya, Benjamin mengeluhkan sakit dan
berkurangnya mentalitas dari testis sebelah kiri, jadi dokter memutuskan untuk menjadwalkan
operasi untuk membuang testis sebelah kirinya karena dikhawatirkan akan mengakibatkan
kanker. Namun, kesalahan prosedur dari dokter tersebut, yang dibuang malah testis sehat di
sebelah kanan.

F.Definisi kelalaian dalam praktik keperawatan

A.Kelalaian(Negligence) Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk


dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).

Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada
tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang
telah ditentukan.

Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat


keterampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Jenis-jenis,kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak,
misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat

b. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat, misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur

c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya,


misal: pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan. Sampurno
(2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila
memenuhi 4 unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.

2. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban

3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan “Proximate cause” Liabilitas dalam praktek keperawatan Liabilitas
adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau kegagalan
melakukan tindakan.

Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab
terhadap setiap bahaya yang ditimbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang
dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik berupa
tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian. Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian
merupakan kegagalan melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama,
seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang
paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan
dalam praktek antara lain disebabkan kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat
merugikan pasien. Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik
keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan
yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, 1991).

G.Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek


keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32
(penyembuhan penyakit dan pemulihan) 2. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen

3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit

4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan Direktur Jendral


Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang penerapan standard praktek
keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.

5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi dengan SK
Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat.

H.Bentuk Kelalaian dalam Keperawatan


Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi pengetahuan
maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan
yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian kelalaian juga terus meningkat
sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang
diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle, 2000).

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam keperawatan


diantaranya yaitu :

1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan begitu
banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang sering
terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, kesalahan
mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan
menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.

2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan melakukan


observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien menjadi data
yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier, 1991)

3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi RS yang


cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. (Kozier, 1991).

4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan yang
tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat, dimana peran
perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik
dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi ini muncul karena kelalaian
perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan keperawatan yang dijalankan oleh perawat
tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat terdahap asuhan keperawatan tidak
optimal.

6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering ditemukan
adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat memperhatikan
keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki aturan tertentu mengenai
penggunaan alat-alat untuk mencegah hal iperaw

I.Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja kepada
pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku kelalaian dan
terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti
rugi. (Sampurna, 2005).

1. Terhadap pasien

a. Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah keperawatan bary.

b. Biaya rumah sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat kesehatan/perawatan


lainnya.
c. Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan sesuai standar yang
benar.

d. Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak rumah sakit atau perawat secara
perorangan dengan ketentuan yang berlaku, yaitu KUHP.

2. Perawat sebagai individu/pribadi.

a. Perawat tidak dipercayai oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendir, karena telah
melanggar prinsip maral/etik keperawatan, antara lain:

1) Benificience

2) Veracity

3) Avoiding killing

4) Fidelity

b. Perawat akan menghadapi tuntutan hukum dari keluarga pasien dang anti rugi atas
kelalaiannya, sesuai KUHP.

c. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapatkn peringatan baik
atasannya (kepala ruang-direktur RS) dan juga organisasi profesinya.

3. Bagi rumah sakit

a. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan RS

b. Menurunya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi RS

c. Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena melakukan
kelalaian terhadap pasien.

d. Standarisasi pelayanan RS akan dipertanyakan baik secara administrasi dan prosedur.

4. Bagi profesi

a. Kepercayaan masyarakat terhadap perawat berkurang, karena menganggap organisasi


profesi tidak menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang melakukan asuhan
keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi standar keperawatan.

b. Masyarakat dan keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi perawat
yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan.

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema
etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu
dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini terjadi
kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).
J. Upaya pencegahan terhadap masalah kelalaian

1. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan dengan kecermatan dan ketelitian
tidak ceroboh.

2. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang dibuat oleh organisasi profesi dengan jelas
dan tegas.

3. Perlunya suatu badan dan konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang sebelum
bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.

4. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi


keperawatan sebelum memberikan praktik keperawatan sehingga dapat dipertanggung
jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal:SIP dikeluarkan dengan sudah melewati
proses-proses tertentu.

K.contoh kasus kelalaian

Pada suatu hari dirumah sakit terdapat suatu masalah dimana terjadi suatu kesalahan/ kelalaian
yang dilakukan oleh perawat ruangan yang sedang praktek diruang tersebut, yaitu perawat A
mau melakukan injeksi pada pasien B, karena mendapat pesan dari dokter P. Pada saat sebelum
memberikan obat pada klien perawat A terburu-buru mau mengambil obat dilemari obat
kemudian dia tertabrak oleh pasien yang sedang berlatih berjalan,tetapi dia marah-marah dan
memaki pasien tersebutdengan kata-kata kotor padahal ada perawat dan keluarga pasien saat
itu.setelah itu perawat A langsung pergi untuk menginjeksi pasien B, karena dia masih agak
marah-marah dia tidak ingat untuk membaca dosis yang harus diberikan dalam satu suntikan.
Setelah menyuntik perawat A langsung pergi dan mau menulis laporan pada buku injeksi dia
baru teringat bahwa dia tadi lupa / lalai membaca dengan teliti dosis yang harus diberikan.
Setelah dicek perawat A baru sadar bahwa dosis yang ia berikan adalah salah maka dia harus
berupaya menutupi kesalahan dengan menulis pelaporan dengan dosis yang benar. Padahal
sebenarnya dosis yang ia berikan salah, dan selang beberapa jam pasien tiba-tiba mengalami
kejang. Setelah diperiksa ternyata klen keracunan obat. Kemudian kepala ruangan mengecek
siapa yang memberikan injeksi pada jam tersebut, ternyata perawat A tidak mengaku bahwa dia
telah salah dalam pemberian dosis obat.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik, artinya
bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Dapat dikatakan bahwa kelalaian adalah
melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau
melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah
seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan
yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama. Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam
pelanggaran etik dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jelas harus dilihat
dahulu proses terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian.
Harus dilakukan penilaian terlebih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak
dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku. Sebagai bentuk tanggung jawab
dalam praktek keperawatan maka perawat sebelum melakukan praktek keperawatan harus
mempunyai kompetensi baik keilmuan dan ketrampilan yang telah diatur dalam profesi
keperawatan, dan legalitas perawat Indonesia dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur
oleh perundang-undangan tentang registrasi dan praktek keperawatan disamping mengikuti
beberapa peraturan perundangan yang berlaku. Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai
suatu kasus profesional bukan sebagai kasus kriminal, berbeda dengan perbuatan/kegiatan yang
sengaja melakukan kelalaian sehingga menyebabkan orang lain menjadi cedera dll. Disini perawat
dituntut untuk lebih hati-hati, cermat dan tidak cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya.
Sehingga pasien terhindar dari kelalaian
Daftar pustaka

https://gegdiah.student.umm.ac.id/2010/01/30/malpraktek-dalam-pelayanan-
kesehatan/http://irh4mgokilz.wordpress.com/2011/02/19/makalah-malpraktek-dalam-
keperawatan/Daharia.ST,SKM.2009.Etika Profesi Keperawatan.Bulukumba:AKPER

Philadelphia. Addison Wesley. Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi


Praktik Perawat.

Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland:
Priharjo, Robert R (1995). Pengantar J.Brady etika keperawatan; CO. Yogyakarta: Kanisius. Redjeki, S.
(2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak diterbitkan. Supriadi,
(2001). Hukum Kedokteran : Bandung: CV Mandar Maju. Staunton, P and Whyburn, B. (1997).
Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt. Sampurno, B. (2005).

Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar tidak diterbitkan. Soenarto Soerodibroto,
(2001).

KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta :
PT.RajaGrafindo Persada. Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd.
Philadelphia. FA Davis. Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar
Grafika.

Anda mungkin juga menyukai