Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK 2

TELAAH KOMPONEN VISUM MATI

Dosen Pembimbing:dr.Putri Zalika,M.Pd.Ked.

Riska Ayu Wulandari 702021014


Nadhea Yolanda Puspita 702021019
Mochammad Nanda Ardani Alfath 702021039
Cleo Aurelia Moza 702021045
M.Umar Abdussalam 702021057
Winda Aulia Hasanah 702021068
Intan Zakiyah 702021074
Ahmad Fadhil Kurnia 702021089
Nabila Amanda Fauzi Putri 702021091
Mitha Arthamevia 702021100

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/202


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya lah yang diberikan kepada kami dalam penyusunan
proposal kegiatan Tugas Pengenalan Profesi Blok II yang berjudul “Telaah
Komponen Visum Mati” ini bisa terselesaikan dengan baik. Salawat serta
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya hingga akhir
zaman.
Dalam penyusunan proposal kegiatan TPP ini, kami mengucapkan
terima kasih atas berkat pengarahan, bantuan maupun bimbingan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sehingga terselesaikannya proposal kegiatan
ini dengan baik. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang sampai saat ini
2. dr. Putri Zalika, M.Pd.Ked.Selaku Dosen Pembimbing Tugas Pengenalan
Profesi (TPP)
3. Semua pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan proposal
kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
Dalam penyusunan proposal kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
(TPP) blok II ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dari segi materi maupun dalam penyusunan kata-kata. Maka
dari itu, semua bentuk kritik dan saran yang sangat diharapkan untuk
membantu kami agar kedepannya proposal kegiatan Tugas Pengenalan
Profesi (TPP) ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Palemban, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 2

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

2.1 Pengertian Visum ................................................................................. 4

2.2 Komponen dan Macam Visum Mati .................................................... 5

2.3 Metode Pemeriksaan Jenazah ............................................................... 8

2.4 Etika Terhadap Cadaver ..................................................................... 10

2.5 Hambatan Pada Visum ....................................................................... 14

2.4 Landasan Hukum Mengenai Visum .................................................. 15

BAB III METODE PELAKSANAAN ........................................................ 17

3.1 Lokasi Pelaksanan .............................................................................. 17

3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................. 17

3.3 Subjek tugas mandiri .......................................................................... 17

3.4 Alat dan Bahan ................................................................................... 17

3.5 Langkah-Langkah Kerja ..................................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 18

4.1 Hasil Telaah ................................................................................... 18

ii
VISUM ET REPERTUM............................................................................. 18

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 24

BAB V PENUTUP....................................................................................... 26

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 26

5.2 Saran ................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27

LAMPIRAN ................................................................................................. 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Blok etika, hukum dan komunikasi medik merupakan blok kedua


pada awal semester I dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada
blok kedua ini dilaksanakan Tugas Pengenalan Profesi (TPP), yang termasuk
ke dalam salah satu sistem pembelajaran student center yang diharapkan
mahasiswa mampu aktif dan inisiatif dalam pembelajaran. kegiatan ini adalah
upaya terstruktur di dalam blok melalui tugas mandiri untuk menyiapkan
mahasiswa memahami peran sebagai profesional dokter dan memahami
kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dan administrasi layanan
Kesehatan serta menerapkan prinsip- prinsip moral dan etika kedokteran.
Adapun tujuan dilakukan proses pengenalan profesi ini merupakan kegiatan
mengenalkan mahasiswa secara dini mengenai etika yang baik dan benar
dalam berkomunikasi sesama pihak pelayanan medis dengan kesesuaian pada
standar kode etik kedokteran.

Pada pelaksanaan TPP kali ini mahasiswa kelompok 8 mendapatkan


tugas untuk telaah komponen visum mati dari skenario UPK. Dan dalam
menelusuri sebuah kasus, pihak kepolisian meminta bantuan kepada ahli
untuk menyelidiki kasus contohnya kepada dokter dalam bentuk keterangan
yang disebut Visum et Repertum.

Visum et Repertum ini merupakan salah satu pelayanan di bidang


kedokteran forensik yang dapat membantu di bidang hukum. Maka dalam hal
ini kedudukan seorang penegak hukum sangat dibutuhkan dalam penanganan
kasus tindak pidana, dimana dalam hal ini adalah bantuan profesi dokter akan
sangat mendukung kebenaran faktual yang berhubungan dengan kejahatan.
Salah satu tugas dokter dalam membantu pengusutan tindak pidana terhadap
kesehatan dan nyawa manusia ialah pembuatan Visum et Repertum dengan
mengumpulkan bukti-bukti yang ada dan kemudian diambil kesimpulan oleh

1
karena itu pada waktu pembuatan diberi keterangan. Visum et Repertum itu
harus sesuai dengan keadaan yang ada pada waktu pemeriksaan. Pelaksanaan
Visum et Repertum ini dilakukan dengan prosedur atau ketentuan yang
berlaku (Arsyadi, 2014).

Visum et repertum yang baik harus mampu membuat terang


perkara tindak pidana yang terjadi dengan melibatkan bukti-bukti
forensik yang cukup (Afandi, 2010). Menurut penelitian Widy Hargus
tentang peranan visum et repertum dalam pembuktian tindak pidana
menyebutkan bahwa terhambatnya penerapan visum dalam penyidikan
kasus merupakan akibat dari pembuatan visum et repertum yang terkadang
kurang lengkap dan tidak dilakukan sesegera mungkin (Hargus, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses menelaah komponen visum mati pada skenario di


Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

1. Menelaah komponen visum mati di Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam pelaksaan TPP ini :

1. Mengetahui Bentuk dan Macam Visum


2. Mengetahui komponen visum mati
3. Menelaah komponen visum mati yang diberikan oleh
pembimbing TPP.

2
1.4 Manfaat

Melalui pelaksanaan TPP ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Mengetahui pelaksanaan Menelaah Pada Proses Visum di Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Melatih percaya diri dalam menghadapi Proses Visum
3. Mengerti Proses Pada Saat Visum dengan baik

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Visum


Visum et Repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu
Kedokteran Forensik, biasanya dikenal dengan nama Visum. Visum berasal
dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya adalah visa. Dipandang dari arti
etimologi atau tata bahasa, kata visum atau visa berarti tanda melihat atau
melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala
sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan Repertum
berarti melapor yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter
terhadap korban. Secara etimologi Visum et Repertum adalah apa yang dilihat
dan ditemukan (Sujadi, 2012).

Maksud Visum et Repertum adalah, sebagai pengganti corpus delicti,


karena apa yang telah dilihat dan diketemukan dokter (ahli) itu dilakukan
subjektif mungkin, sebagai pengganti peristiwa/keadaan yang terjadi dan
pengganti bukti yang telah diperiksa dengan menurut kenyataan atau fakta-
faktanya, sehingga berdasarkan atas pengetahuan yang sebaik-baiknya atas
dasar keahliannya tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat dan
akurat. Di samping itu kemungkinan yang lain adalah, apabila pada waktu
dilakukan pemeriksaan perkaranya tersebut di sidang pengadilan maka suatu
luka (misalnya) yang disebabkan tindak pidana penganiayaan telah sembuh
atau korban yang telah meninggal akibat tindak pidana pembunuhan sewaktu
sidang dilakukan telah membusuk atau dikubur, maka guna mencegah
perubahan keadaan tersebut, dibuatlah Visum et Repertum (Dasdo, 2014).

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas


permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap
seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia,berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk
kepentingan peradilan (Dedi Afandi,2017 ).

4
Dari pengertian visum et repertum tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa visum et repertum adalah keterangan dokter tentang apa yang dilihat
dan ditemukan dalam melakukan pemeriksaan barang bukti guna kepentingan
peradilan. Jadi dalam hal ini visum et repertum merupakan kesaksian tertulis
dalam proses peradilan.

2.2 Komponen dan Macam Visum Mati


a. Komponen Visum
Menurut Utama (2014), unsur krusial dalam visum et repertum
adalah sebagai berikut.

1. Pro justisia, kata tersebut wajib dicantumkan pada kiri atas, dengan
demikian VeR tidak perlu bermeterai.
2. Pendahuluan, Memuat identitas pemohon VeR, tanggal serta pukul
diterimanya permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan
pemeriksaan, identitas subjek yang diperiksa: nama, jenis kelamin,
umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, serta
tempat dilakukan pemeriksaan.
3. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat hasil pemeriksaan yang
objektif sesuai dengan apa yang diamati, terutama dilihat dan
ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada
yang tertinggal. Deskripsinya pula tertentu yaitu mulai dari letak
anatomisnya, koordinatnya (absis merupakan jarak antara luka
dengan garis tengah badan, ordinat merupakan jarak antara luka
dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera,
ciri dan ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada
investigasi korban meninggal yg pada saat persidangan tidak bisa
dihadirkan kembali.
4. Kesimpulan, memuat hasil interpretasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari informasi yang ditemukan
sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud dan

5
tujuan dimintakannya VeR tersebut. pada bagian ini wajib memuat
minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan serta derajat
kualifikasi luka. hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung
oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam
menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis hanya
boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. kesimpulan VeR merupakan
pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh
suatu pihak tertentu. namun di dalam kebebasannya tersebut juga
terdapat pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi, standar profesi serta ketentuan hukum yang berlaku.
kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan ilmiah
dengan kegunaannya dalam mendukung penegakan hukum.
kesimpulan bukanlah hanya resume hasil pemeriksaan, melainkan
lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam kerangka ketentuan-
ketentuan aturan yang berlaku.
5. Penutup, memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter
tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika
mendapatkan jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau
janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta ditambahkan
tanda tangan dokter pembuat VeR.

b. Macam-macam Visum
Menurut Trisnadi (2013) VER (Visum et Repertum) merupakan hasil
pemeriksaan ahli dalam ini dokter yang dapat dijadikan sebagai alat
bukti untuk kepentingan peradilan. Adapun jenis-jenisnya sebagai
berikut:
1. Visum et Repertum untuk orang hidup. Jenis ini dibedakan lagi dalam:

a. Visum et Repertum biasa.


Visum ini diberikan kepada pihak peminta (penyidik) untuk
korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
b. Visum et Repertum sementara.

6
Visum ini sementara diberikan apabila korban memerlukan
perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat diagnosis
dan derajat lukanya. Apabila sembuh dibuat VeR lanjutan.
c. Visum et Repertum lanjutan.
Dalam hal ini korban tidak memerlukan perawatan lebih lanjut
karena sudah sembuh, pindah dirawat dokter lain, atau meninggal
dunia.

2. Visum et Repertum untuk orang mati (jenazah).


Pada pembuatan VeR ini, dalam hal korban mati maka penyidik
mengajukan permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran Forensik
untuk dilakukan bedah mayat (autopsi).

3. Visum et Repertum Tempat Kejadian Perkara (TKP).


Visum ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan pemeriksaan
TKP.
4. Visum et Repertum penggalian jenazah.
Visum ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan penggalian
jenazah.

5. Visum et Repertum psikiatri.


Visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan di sidang
pengadilan menunjukkan gejalagejala penyakit jiwa.

6. Visum et Repertum barang bukti.


Misalnya visum terhadap barang bukti yang ditemukan yang ada
hubungannya dengan tindak pidana, contohnya darah, bercak mani,
selongsong peluru, pisau.

7
2.3 Metode Pemeriksaan Jenazah
Langkah- langkah Prosedur Pemeriksaan Pada Jenazah :
a. Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi
Jika pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu prosedur rutin di
rumah sakit:
1. Berkas rekam medis, yang dicocokkan dengan identitas
jenazah
2. Lembar persetujuan pemeriksaan luar jenazah oleh keluarga
(disesuaikan dengan SOP rumah sakit).
Jika pemeriksaan dilakukan berdasarkan permintaan penyidik:
1. Berkas rekam medis (jika sebelumnya pasien pernah dirawat
di rumah sakit)
2. Surat permintaan pemeriksaan jenazah (Surat Permintaan
Visum) dari penyidik
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap jenazah yang ditunjukkan
oleh penyidik (penyidik bertanggung jawab untu
menunjukkan/mengidentifikasi jenazah yang dimaksud).

b. Pemeriksaan Label dan Pembungkus Tubuh Jenazah


1. Identifikasi label yang terdapat pada jenazah, cocokkan identitas
pada label dengan data-data di berkas rekam medis/SPV
2. Deskripsikan jenis pembungkus tubuh mayat lapis demi lapis,
dimulai dari lapisan paling luar ke lapisan paling dalam
3. Deskripsi meliputi enis barang (kantung jenazah, selimut, pakaian,
dsb), jenis bahan (terpal, plastik, kain katun, dsb), merk barang
(jika ada), ukuran (panjang dan lebar, atau ukuran huruf [S, M, L],
atau ukuran angka), motif/corak, warna dan keterangan tambahan
(terdapat cacat/noda/robekan/bercak darah/dll)
4. Dokumentasikan setiap pembungkus jenazah dalam bentuk foto
5. Jika terdapat barang-barang yang melekat pada tubuh mayat, juga
dicatat masing-masing deskripsi dan difoto.

8
c. Pemeriksaan Status Antropometri dan Ciri Fisik
1. Lepaskan seluruh pembungkus tubuh dan pakaian jenazah
2. Posisikan jenazah dalam posisi anatomis
3. Ukur panjang badan mulai dari puncak kepala (vertex) ke dasar
tumit
4. Pengukuran berat badan hanya bermakna pada jenazah yang
belum mengalamiproses pembusukan
5. Deskripsikan ciri-ciri fisik jenazah seperti jenis kelamin,
perkiraan usia, ras, warna kulit, status gizi, rambut-rambut pada
jenazah, mulai dari rambut kepala, alis, bulu mata, kumis dan
janggut, rambut di tubuh dan ekstremitas, rambut kemaluan (catat
warna, ukuran terpanjang, jenis [lurus/ikal], serta mudah/tidaknya
dicabut)
6. Amati dan deskripsikan jika terdapat ciri-ciri khusus pada
jenazah, misalnya tanda lahir,cacat khusus, tato dan ain-lain,
seperti gigi emas, dll
7. Dapat dilakukan pengambilan sampel sidik jari dengan bantuan
tim INAFIS.
d. Pemeriksaan Tanatologi
1. Kaku mayat (rigor mortis)
2. Lebam mayat (livor mortis)
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
4. Pembusukan (dekomposisi)
e. Pemeriksaan Tanda-Tanda Asfiksia
1. Buka kedua mata mayat dan periksa konjungtiva palpebra serta
konjungtiva bulbi, cari ada tidaknya petekia dan tanda-tanda
anemis
2. Periksa bibir, bagian dalam bibir, gusi dan palatum, cari ada
tidaknya petekia, tanda-tanda sianosis, atau tanda-tanda anemis
3. Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki mayat, nilai apakah
terdapat tanda- tanda anemis atau sianosis.

9
f. Pemeriksaan Lubang-Lubang pada Tubuh
1. Buka mulut mayat dan periksa kelengkapan gigi-geligi, bedakan
antara gigi susu dan gigi dewasa
2. Jika gigi dewasa, lihat apakah gigi geraham belakang (molar III)
sudah erupsi atau belum
3. Periksa ada tidaknya karang gigi
4. Amati kelainan pada gigi (gigi hilang, gigi palsu, dsb)
5. Pemeriksaan gigi dapat digunakan untuk menentukan perkiraan
umur, ras, dan identitas mayat
6. Interpretasi lanjut untuk kondisi gigi dapat dikonsultasikan
kepada ahli odontology, dan forensik.

g. Pemeriksaan Luka-Luka pada Kulit dan Deskripsi Luka


h. Pemeriksaan Tanda Tenggelam
i. Menuliskan Anjuran/Saran untuk Melakukan Pemeriksaan
Bedah Mayat (Autopsi)
1. Pada kasus-kasus yang dinilai mati tidak wajar berdasarkan
pemeriksaan luar, sebaiknya dilakukan pemeriksaan bedah mayat
untuk memastikan penyebab kematian
2. Kasus-kasus yang memerlukan tindakan autopsi medikolegal
dilakukan oleh dokter spesialis forensik berdasarkan surat
permintaan dari penyidik
3. Jika dirasa perlu untuk melakukan tindakan autopsi, dapat
dituliskan anjuran/saran untuk pemeriksaan bedah mayat pada
laporan hasil pemeriksaan luar jenazah.

2.4 Etika Terhadap Cadaver


Cadaver merupakan instrumen penting bagi mahasiswa kedokteran
dan para tenaga medis dalam mempelajari ilmu anatomi. Di negara
Indonesia, perolehan kadaver dengan cara levering (penyerahan)
merupakan kejadian yang sangat langka. Sehingga ketika ada seseorang
yang bersedia menghibahkan tubuhnya menjadi kadaver akan menjadi
kejadian langka yang sangat menarik untuk diteliti (Monica, 2016).

10
Cadaver untuk keperluan pendidikan di bidang ilmu kedokteran
dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu pemilikan (toe-eigening) dan
penyerahan (levering). Yang dimaksud dengan cara pemilikan (toe-
eigening) ini adalah seperti yang tertulis dalam PP no.18/1981 pasal 2
huruf c, yaitu jika dalam jangka waktu 2x24 jam tidak ada keluarga dari
yang meninggal datang ke rumah sakit, maka universitas penerima
kadaver dari rumah sakit yang bersangkutan seketika beralih statusnya
menjadi pemilik (eigenaar) dari kadaver tersebut. Cara penyerahan
(levering) didasari oleh hibah-wasiat dari calon kadaver yang berisi
pernyataan bahwa setelah meninggal jasadnya akan diberikan ke fakultas
kedokteran untuk dijadikan kadaver pendidikan, tetapi hibah-wasiat ini
belum memindahkan eigendom (hak milik) secara nyata. Eigendom baru
beralih kepada fakultas kedokteran apabila dilakukan penyerahan jasad
calon kadaver itu oleh ahli warisnya kepada fakultas kedokteran yang
bersangkutan. Adanya hibah-wasiat dari calon kadaver telah memberikan
hak kepada fakultas kedokteran bersangkutan untuk menuntut penyerahan
jasad calon kadaver oleh ahli waris, saat itu ahli waris berkewajiban untuk
menyerahkan jasad calon kadaver kepada fakultas kedokteran
bersangkutan (Handoko,2009).
Di negara Indonesia, perolehan kadaver dengan cara levering
merupakan kejadian yang sangat langka. Sejauh penulis mencari referensi
mengenai pendonoran kadaver di Indonesia hanya ada 3 data yang
tercatat, yaitu : Boedi di Malang yang mendonorkan untuk Fakultas
Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya, pasangan suami istri Ir. Fitri
Mardjono, Msc dan Pangesti Wiedarti, PhD di Yogyakarta yang
mendonorkan tubuhnya untuk FK Universitas Gajah Mada tetapi si istri
masih belum meninggal, dan terakhir adalah subyek yang akan kita teliti.
Hal ini mungkin berkaitan dengan adat istiadat di Indonesia sendiri.
Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dalam agama Islam
seseorang yang meninggal dunia wajib untuk dimandikan, dikafani,
disholatkan, dan dikuburkan (Yanti,2021).

11
Dalam hukum Islam, cadaver pada dasarnya mempunyai dasar
hukum seperti jenazah (manusia yang sudah mati atau tidak bernyawa).
Walaupun sudah tidak bernyawa, kadaver masih mempunyai hak dan
kewajiban moral yang harus dipenuhi oleh siapa saja yang
memanfaatkannya baik sebagai media pembelajaran maupun media
penelitian. Hak dan kewajiban moral tersebut adalah kadaver harus
digunakan sebagaimana mestinya yakni sebagai media pembelajaran bukan
media bermain. cadaver harus diletakkan di tempat sebagaimana mestinya
dan tidak diperbolehkan menjadikan cadaver sebagai objek sanda gurau
apalagi sampai mengatakan hal-hal yang tidak-tidak mengenai cadaver
semisal ‘cadaver ini pasti dulu orang nakal’ atau ‘cadaver ini badannya
sudah jelek’ maupun kata-kata lain yang sejenisnya. Hal ini selaras dengan
apa yang pernah disabdakan Rasulullah dalam haditsnya. Rasulullah
bersabda “Dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW berkata: “Mematahkan
atau menghancurkan tulang orang yang sudah mati itu (dosanya) sama
saja dengan memecahkan tulang orang dalam keadaan hidup” (HR. Abu
Daud).

Dalam hadits yang lain Rasulullah juga bersabda “Dari Aisyah RA


katanya Nabi SAW bersabda “janganlah kamu memaki orang yang telah
mati karena sesungguhnya mereka telah menemui apa yang mereka
amalkan semasa hidupnya” (HR. Bukhari).

Berikut Etika terhadap cardaver:

1. Berdoa sebelum melakukan pembedahan mohon ampunan Tuhan


bahwa tindakan ini terpaksa dilakukan demi kepentingan manusia
yang masih hidup;
2. Melakukan pembedahan sekedar yang diperlukan saja;
3. Melakukan pembedahan dengan cermat dan tetap menjaga
kehormatan mayat;
4. Membuka aurat mayat sekedar yang diperlukan;
5. Menjaga rahasia mayat, tidak menghina atau memaki mayat;

12
6. Mencegah penularan penyakit dari mayat ke orang lain atau lewat
binatang, tumbuhan, makanan atau peralatan;
7. Jika mengambil jaringan harus sekedar yang diperlukan. Jika
memungkinkan jaringan atau organ yang dikeluarkan dikembalikan
ke dalam tubuh mayat sebelum dijahit dan dikebumikan;
8. Jika masih ada sampel jaringan yang tertinggal sedang mayat sudah
dikebumikan jaringan tersebut diserahkan kepada keluarga mayat;
9. Orang yang hadir dalam ruang bedah mayat harus dibatasi hanya
untuk mahasiswa, dokter dan petugas yang terkait;
10. Setelah selesai pemeriksaan atau penggunaan mayat sedapat
mungkin dijahit rapi dan dimandikan baru dikebumikan. (Monica,
2016).

Alasan pentingnya etika dalam penggunaan cadaver:

Dalam kaitannya dengan manusia, bioetika membahas tiga hal


penting; yaitu tentang material yang berpotensi menjadi manusia (before life),
manusia semasa hidupnya (during life), dan manusia setelah meninggal dunia
(after death).

Terhadap ketiga hal tersebut wajib diperlakukan secara pantas; baik


oleh profesional, nonprofesional maupun masyarakat. Perlakuan terhadap
manusia dalam kondisi sebelum dilahirkan (before life) meliputi:
1. spermatozoa;
2. ovum; dan
3. embrio.
Perlakuan terhadap manusia semasa hidupnya (during life) meliputi
perlakuan terhadap:
1. awal dan akhir kehidupan;
2. infertilitas, bayi tabung, dan ibu tumpang (surrogate mother);
3. aborsi, pembunuhan orok (infanticide), dan penjualan bayi atau anak;
4. penelitian terhadap manusia (human experimentation);
5. transplantasi organ, jaringan, dan sel punca (stem cells);

13
6. donor hidup (living donors), donor mati (cadaver donors), dan donor
binatang;
7. bioteknologi;
8. penyakit terminal (terminal illnesses), futilitas terapi, penghentian
terapi (withholding and withdrawing treatment), eutanasia, dan lain-
lain.
Sedangkan perlakuan terhadap manusia setelah meninggal dunia (after death)
meliputi pemanfaatan jenazah untuk:
1. penelitian (seperti otopsi klinik); dan
2. transplantasi organ, jaringan, dan sel punca dari donor kadaver.
Dalam kaitannya dengan jenazah, semua agama melarang umatnya
melakukan perusakan terhadap tubuh orang yang telah meninggal dunia.

Kesimpulan dari dilema etik mengenai cadaver adalah penggunaan


cadaver diperbolehkan asalkan perlakuan terhadap cadaver disesuaikan
dengan norma kehormatan sama seperti kehormatan orang hidup serta
cadaver didapatkan dengan cara yang benar dan dengan izin baik dari
sukarela"an itu sendiri1 keluarga maupun instansi yang memiliki cadaver
tersebut (toe-eigening).
2.5 Hambatan Pada Visum
Dalam Penegakan Hukum pembuatan Visum et repertum oleh dokter
menemui berapa faktor, yaitu :

1. Hambatan dalam pembuatan antara lain adalah jauhnya rumah dan


terbatasnya tenaga dokter kehakiman yang membuat Visum et repertum,
2. Hambatan dalam penerapan adalah pembuatan Visum et repertum terkadang
kurang lengkap dan pembuatan Visum et repertum tidak dilakukan sesegera
mungkin,
3. Keadaan mayat sudah membusuk. Keadaaan seperti ini dapat
mempengaruhi hasil dari visum.
4. Kurang koordinasi antara penyidik dengan dokter yang mengakibatkan
prosedur permintaaan Visum et repertum menjadi memakan waktu yang
lama.
5. Dari Pihak Penyidik seperti keterlambatan permintaan Visum et repertum.
6. Dari Pihak Keluarga karena tidak mengijinkan dilakukan autopsi,

14
7. Dari Pihak dokter karena butuh tempat untuk melaksanakan pemeriksaan
lanjutan
8. Untuk korban Kecelakaan yang hidup, banyak korban yang menolak untuk
dilakukan visum et repertum oleh karena belum mengetahui manfaat dan
kegunaannya ,
9. Ketidak pahaman terhadap peraturan Perundang-undangan bahwa Visum et
repertum sebuah keterangan tertulis yang dikatagorikan sebagai keterangan
saksi ahli dan bukti surat dan harus dibuat oleh dokter (Kusmayadi ,2013).

2.4 Landasan Hukum Mengenai Visum


Visum et repertum, diatur dalam Pasal 13 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP):

“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang


korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena perstiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.”

Permintaan pembuatan Visum et Repertum hanya berhak di keluarkan


oleh ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan sesuai dengan pasal pasal 7(1)
butir h dan pasal 11 KUHAP. Wewenang penyidik meminta keterangan ahli
ini diperkuat dengan kewajiban dokter untuk memberikannya bila diminta,
seperti yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP sebagai berikut:

“Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagi ahli kedokteran kehakiman


atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan.”
Selanjutnya menurut Pasal 136 KUHAP, biaya untuk kepentingan
penyidikan perkara pidana ditanggung oleh negara:

“Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan


sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kedua Bab XIV ditanggung oleh
negara.”

15
Dalam undang-undang ada satu ketentuan hukum yang menuliskan
langsung tentang visum Et Repertum, yaitu pada Staatsblad ( Lembaran
Negara ) tahun 1937 No. 350 yang menyatakan :
Pasal 1
Visa reperta seorang dokter, yang dibuat baik atas sumpah jabatan yang
diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajaran di Negeri Belanda ataupun di
Indonesia, merupakan alat bukti yang syah dalam perkara-perkara pidana,
selama visa reperta tersebut berisikan keterangan mengenai hal-hal yang
dilihat dan ditemui oleh dokter pada benda yang diperiksa.
Pasal 2 Ayat 1
Pada dokter yang tidak pernah mengucapkan sumpah jabatan baik di Negeri
Belanda maupun di Indonesia, sebagai tersebut dalam Pasal 1 diatas, dapat
mengucapkan sumpah sebagai berikut :
“Saya bersumpah ( berjanji ), bahwa saya sebagai dokter akan membuat
pernyatan-pernyataan atau keterangan-keterangan tertulis yang diperlukan
untuk kepentingan peradilan dengan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
saya yang sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang melimpahkan kekuatan lahir dan batin”.
Bila diperinci isi Staatsblad ini mengandung makna :
1. Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan
pendidikannya di Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-
dokter lain berdasarkan sumpah khusus ayat (2).
2. Dapat membuat Visum et Repertum.
3. Visum et Repertum mempunyai daya bukti yang syah/ alat bukti yang
syah dalam perkara pidana.
4. Visum et Repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat,
ditemukan pada benda-benda/korban yang diperiksa.

16
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi Pelaksanan
Tugas Pengenalan Profesi ( TPP ) blok II dilaksanakaan secara daring dari
rumah via zoom meeting.

3.2 Waktu dan Tempat


Tugas Pengenalan Profesi ( TPP ) ini akan dilaksanakan pada :

Waktu : Senin, 01 November 2021

Tempat : Dilakukan secara daring via zoom meeting

3.3 Subjek tugas mandiri


Subjek tugas mandiri pada Tugas Pengenalan Profesi (TPP) Blok II
adalah Visum Et Repertum dalam bentuk skenario.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan pada Tugas Pengenalan Profesi (TPP) Blok II yang akan
digunakan ialah :

1. Alat tulis
2. Handphone
3. Laptop
4. Kamera
5. Skenario

3.5 Langkah-Langkah Kerja


Untuk melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi Blok II dengan baik
maka diperlukan langkah-langkah kerja. Langkah-langkah kerja yang
dilakukan adalah :

1. Membuat proposal tugas pengenalan profesi.


2. Mengonsultasikan proposal pada pembimbing TPP.
3. Melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi dengan telaah
visum melalui rekam medik.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Telaah
Dari hasil penelaahan kelompok kami terkait struktur dan komponen
pembuatan surat Visum Et Repertum sudah tersusun secara sistematis
mulai dari Pro Justisia, pendahuluan, pemberitaan, kesimpulan, dan
penutup. Namun ada beberapa yang belum sesuai dengan ketentuan
struktur dan kurang dalam penulisan surat Visum Et Repertum pada
skenario yaitu pada bagian pendahuluan yaitu tidak mencamtumkan
pekerjaan dari korban. Pada bagian pemberitaan dimana pemeriksaan
yang dilakukan tidak secara sistematis dari atas ke bawah, yakni pada
bagian anggota gerak bawah mendahului bagian panggul. Serta pada
bagian kesimpulan sebenarnya telah memuat maksud dan tujuan, serta
memuat unsur yaitu jenis luka kekerasan yang merupakan jenis luka
terbuka, tetapi di kesimpulan ini masih ada yang belum sesuai dengan
ketentuan dalam penulisan surat Visum Et Repertum seperti tidak
terdapat derajat kualifikasi luka sehingga belum lengkap.

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NO.: / VRJ / OKTOBER / 2020/ DOKKES
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Sektor Talang Ubi Resor Singosari melalui suratnya
tanggal empat oktober dua ribu dua puluh, nomor titik tiga T garing sepuluh garing romawi satu
garing dua ribu dua puluh yang ditandatangani oleh RICKY SITANGGANG, SH, dengan NRP
tujuh lima satu satu satu dua lima tiga dan diterima tanggal lima oktober dua ribu dua puluh, pukul
sebelas tiga puluh WIB, maka dengan ini Saya Dokter ODING menerangkan bahwa pada tanggal
lima oktober dua ribu dua puluh pukul empat belas tiga puluh WIB di ruang jenazah RS Garuda
Singosari, telah memeriksa jenazah yang berdasarkan surat permintaan tersebut diatas bernama
Mr.X, umur enam puluh tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat tidak dimasukkan, ditemukan sudah
meninggal di Sungai Keling RT 03 / 09 Ds IV Desa Tawes Kec Talang Ubi Kab Singosari pada
hari Minggu tanggal empat oktober dua ribu dua puluh. Meninggal diduga akibat terseret arus
sungai.-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN :----------------------------------------------------------------------------------

18
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta
sebagai berikut :---------------------------------------------------------------------------------------

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH :---------------------------


1. Identitas Umum Jenazah : tubuh dalam keadaan membusuk ----------------------------
a. Jenis Kelamin : laki-laki --------------------------------------------------------------------
b. Umur : enam puluh tahun ------------------------------------------------------
c. Warna kulit : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---
d. Warna pelangi mata : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---
e. Ciri rambut : terdapat rambut 6 helai pada pelipis kanan, berwarna hitam,
mudah dicabut, panjang 5,5 cm --------------------------------------------------------
f. Keadaan gizi : tidak dapat dinilai ------------------------------------------------------

2. Identitas Khusus Jenazah :--------------------------------------------------------------------------

• Pakaian :
a) Pakaian bagian luar : Kemeja lengan pendek warna kuning, ukuran tidak diketahui,
merek tidak ada, dengan bahan dasar katun.
Kemeja dalam keadaan terkancing rapi, terdapat kantong kemeja pada dada
kanan dan kiri dalam kondisi terkancing, isi kantong tidak ada.
b) Celana luar: celana training panjang warna hitam, ukuran tidak diketahui, merek
tidak ada, bahan dasar kaos
Celana terdapat 2 list berwarna kuning pada sisi kanan dan kiri celana, pinggang
celana berkaret dan terdapat tali dan tali dalam keadaan terikat. Terdapat 2
kantong pada sisi kanan dan kiri celana, isi kantong tidak ada. Pada bagian paha
kiri celana terdapat gambar lambang Liverpool dan ditemukan beberapa lubang
pada celana
c) Celana dalam warna biru, ukuran tidak diketahui, merek tidak ada, dan dengan
bahan dasar katun.
Terdapat beberapa lubang pada celana dalam
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN :--------
1. Terdapat beberapa luka terbuka dan memar pada tubuh -----------------------------------

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR : tubuh telah mengalami


pembusukkan lanjut -----------------------------------------------------------------------------------------
1. Permukaan Kulit Tubuh : kulit sulit dinilai---------------------------------------------------------
a. Kepala : simetris, sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -----------
b. Leher : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -------------------------
c. Bahu : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -------------------------
d. Dada : terjadi pembusukan dan terdapat belatung pada seluruh bagian dada, organ dalam
dada sudah membusuk sampai habis, tulang belakang terlihat ---------

19
e. Punggung : terdapat lebam pada seluruh punggung dengan gambaran warna hitam,
menetap dan tidak hilang dengan penekanan, tampak pembusukan pada punggung dengan
dasar kulit ----------------------------------------------------------------------
f. Perut : tidak dapat dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---------------
g. Bokong : tidak ada kelainan ----------------------------------------------------------------------
h. Dubur : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ------------------------
i. Anggota gerak : ---------------------------------------------------------------------------------------
• Anggota gerak atas:
- Kanan: 1 buah luka terbuka di telapak tangan kanan, ukuran 3x1 cm, sudut luka tajam,
dasar luka otot, jarak luka ke pergelangan tangan 6 cm; 1 buah luka terbuka di
pergelangan tangan kanan, ukuran 4x1 cm, sudut luka tajam, dasar luka otot; 1 buah luka
terbuka di jari tengah ruas ke-I ukuran 2x1 cm, sudut luka tajam, dasar luka otot; 1 buah
luka terbuka di jari manis ruas ke-II ukuran 2x1 cm, sudut luka tajam, dasar luka otot -----
-----------------------------------------------------------
- Kiri: 1 buah luka terbuka di lengan kiri atas, ukuran 6x1 cm, sudut luka tajam, dasar luka
otot, jarak luka ke siku 18 cm; 1 buah luka terbuka di siku lengan kiri, ukuran 3x4 cm, sudut
luka tajam, dasar luka otot; 1 buah luka terbuka di lengan kiri bawah, ukuran 1,3x2 cm,
sudut luka tajam, dasar luka otot, jarak luka ke siku 9 cm; jari telunjuk tangan kiri ruas ke-
III lebih pendek/hilang satu ruas; tendon jari manis tangan kiri ruas ke-I putus ---------------
-------------------------------------------------
• Anggota gerak bawah:
- Kanan: 1 buah luka terbuka, berbentuk oval, di paha kanan samping, ukuran 2x1x2 cm,
sudut tumpul, dasar luka otot, jarak luka ke lutut 19 cm; Memar pada sepanjang paha
kanan depan; 1 buah luka terbuka, berbentuk oval, di paha kanan sebelah tengah, ukuran
3x1 cm, sudut luka tumpul, dasar luka otot jarak luka ke lutut 19 cm; 3 buah luka terbuka
di pergelangan kaki kanan, ukuran 4,5x1 cm, 8x2,5 cm, 4x1 cm, sudut luka tajam, dasar
luka otot, jarak luka ke tumit 7 cm
- Kiri: Memar di betis kiri bagian belakang, ukuran 10x15 cm,jarak memar ke tumit 15 cm; 3
buah luka terbuka di betis kiri bagian tengah, ukuran 3x1,5 cm, 3x1 cm, 3x1 cm, sudut
luka tajam, dasar luka otot, jarak luka ke tumit 21 cm; 3 buah luka terbuka di pergelangan
kaki kiri, ukuran 6x0,5 cm, 6x0,7 cm, 2x0,5 cm, sudut luka tajam, dasar luka otot -----------
------------------------------------------------------------
j. Kelamin: sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ----------------------
2. Bagian Tubuh tertentu :-------------------------------------------------------------------------------
a. Mata : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -------------------------
b. Hidung : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---------------------
c. Telinga : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut --------------------
d. Mulut :---------------------------------------------------------------------------------------------------
o Sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -----------------------------
o Gigi – geligi :--------------------------------------------------------------------------------------
 Gigi rahang atas : tidak lengkap. Gigi satu satu, satu dua, satu tiga, satu empat,
satu lima, satu enam, satu tujuh hilang setelah kematian (missing post mortem),
satu delapan NON. Gigi dua satu, dua dua, dua tiga, dua empat, dua enam, dua
tujuh hilang sebelum kematian (missing ante mortem), dua lima sisa akar (radiks),
dua delapan NON.--------------------------
 Gigi rahang bawah : tidak lengkap. Gigi tiga satu, tiga dua, tiga tiga, tiga empat,
tiga lima, tiga enam, tiga tujuh hilang sebelum kematian (missing ante mortem), tiga
delapan NON. Gigi empat satu, empat dua, empat tiga, empat enam hilang setelah
kematian (missing post mortem), empat empat, empat lima, empat tujuh hilang
sebelum kematian (missing ante mortem), empat delapan NON.-------------------------
----------------------------------------------
o Langit – langit mulut : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut

20
3. Tulang - Tulang :-----------------------------------------------------------------------------------------
1. Tulang Tengkorak :--------------------------------------------------------------------------------
 Tulang Atap Tengkorak: tidak ada kelainan----------------------------------------------
 Tulang Dasar Tengkorak: tidak ada kelainan. -------------------------------------------
 Tulang Wajah: datar, tulang diatas lubang mata menonjol, tulang hidung pendek,
tulang pipi sedikit menonjol -----------------------------------------------------
2. Tulang Rahang: -----------------------------------------------------------------------------------
 Rahang Atas : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -------
 Rahang Bawah: sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ------
3. Tulang Belakang: ----------------------------------------------------------------------------------
 Tulang Belakang Leher: terlihat, tidak ada kelainan -----------------------------------
 Tulang Belakang Dada: terlihat, tidak ada kelainan -----------------------------------
 Tulang Belakang Pinggang: terlihat, tidak ada kelainan ------------------------------
4. Tulang Dada: ---------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang Selangka: kanan dan kiri terlihat --------------------------------------------------
 Tulang Pedang: tidak ada kelainan --------------------------------------------------------
 Tulang Iga kanan: tulang iga 1-3 terlihat jelas dan tidak dilapisi kulit --------------
 Tulang Iga kiri: tulang iga 1-4 jelas dan tidak dilapisi kulit, tulang iga melayang terlihat
dari iga ke 11-12 dan tidak dilapisi kulit -----------------------------------------
5. Tulang Punggung: --------------------------------------------------------------------------------
 Tulang Belikat: kanan dan kiri tidak ada kelainan --------------------------------------
6. Tulang Anggota Gerak Atas: ------------------------------------------------------------------
• Kanan: --------------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang lengan atas: masih ada. --------------------------------------------------------
 Tulang lengan bawah: masih ada ------------------------------------------------------
 Tangan: masih ada -------------------------------------------------------------------------
• Kiri: ------------------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang lengan atas: masih ada ---------------------------------------------------------
 Tulang lengan bawah: masih ada -----------------------------------------------------
 Tangan: jari telunjuk tangan kiri ruas ke-III lebih pendek/hilang satu ruas, tendon
jari manis tangan kiri ruas ke-I putus --------------------------------------------

7. Tulang Anggota Gerak Bawah: ---------------------------------------------------------------


• Kanan: --------------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang paha: masih ada ------------------------------------------------------------------
 Tulang betis: masih ada ------------------------------------------------------------------
 Kaki: masih ada ---------------------------------------------------------------------------
• Kiri: ------------------------------------------------------------------------------------------------
 Tulang paha: masih ada ------------------------------------------------------------------
 Tulang betis: masih ada ------------------------------------------------------------------
 Kaki: masih ada ---------------------------------------------------------------------------

8. Tulang Panggul: tidak ada kelainan. -------------------------------------------------------

D. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM: ------------------------------

1. Rongga Kepala : -------------------------------------------------------------------------------


• Kulit Kepala : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut -----
• Selaput Keras Otak : tidak ada kelainan ---------------------------------------------

21
• Otak besar : tidak dinilai -----------------------------------------------------------------
• Otak kecil: tidak dinilai -------------------------------------------------------------------
• Batang otak : tidak dinilai ---------------------------------------------------------------

2. Leher. ----------------------------------------------------------------------------------------------
• Kulit leher bagian dalam : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut
-----------------------------------------------------------------------
• Pembuluh balik besar leher : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan
lanjut -----------------------------------------------------------------------
• Pembuluh nadi besar leher : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan
lanjut -----------------------------------------------------------------------
• Batang tenggorokan : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---
---------------------------------------------------------------------------------------
• Kerongkongan : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ----------
-----------------------------------------------------------------------------------------
• Kelenjar gondok : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---------
-----------------------------------------------------------------------------------------
• Tulang pangkal lidah : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut --
-----------------------------------------------------------------------------------------
• Tulang rawan cincin : sulit dinilai karena telah mengalami pembusukkan lanjut ---
---------------------------------------------------------------------------------------

3. Rongga Dada: -----------------------------------------------------------------------------------


• Kulit bagian dalam : telah mengalami pembusukkan lanjut ---------------------
• Rongga dada : terjadi pembusukkan dan terdapat belatung pada seluruh bagian
dada ---------------------------------------------------------------------------------
• Selaput pembungkus paru kanan dan kiri : sudah membusuk sampai habis -------
------------------------------------------------------------------------------------
• Paru kanan : terdapat belatung pada seluruh bagian dada kanan, sudah
membusuk sampai habis -----------------------------------------------------------------
• Paru kiri: terdapat belatung pada seluruh bagian dada kiri, sudah membusuk
sampai habis -----------------------------------------------------------------
• Kandung jantung: sudah membusuk sampai habis ------------------------------
• Jantung : sudah membusuk sampai habis ------------------------------------------

4. Rongga Perut: -----------------------------------------------------------------------------------


• Dinding rongga perut : tidak ada
• Tirai Usus : tidak ada ----------------------------------------------------------------------
• Lambung : tidak ada ----------------------------------------------------------------------
• Usus halus, usus kecil, usus besar, usus buntu : tidak ada ---------------------
• Hati : tidak ada ------------------------------------------------------------------------------
• Limpa : tidak ada ---------------------------------------------------------------------------
• Ginjal kanan dan kiri : tidak ada -------------------------------------------------------\

5. Rongga panggul --------------------------------------------------------------------------------


• Kandung kemih: tidak ada ---------------------------------------------------------------

E. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG: --------------------------------------------


• Tidak dilakukan ----------------------------------------------------------------------------

22
KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------------
Dari fakta-fakta yang ditemukan pada pemeriksaan atas tubuh jenazah tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki, ras mongoloid umur enam puluh tahun. Dari
hasil pemeriksaan luar, ditemukan sebagian besar tubuh telah mengalami pembusukkan lanjut,
ditemukan tanda-tanda kekerasan berupa memar dan banyak luka terbuka. Sebab kematian
adalah banyak luka terbuka yang diakibatkan oleh benda tajam dan memar yang disebabkan
kekerasan menggunakan benda tumpul.

PENUTUP: ----------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini Saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah

Singosari, 5 Oktober 2020


Dokter yang memeriksa,

dr. Oding

23
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini kelompok kami melakukan telaah dari surat
Visum Et Repertum pada bagian pendahuluan, pemberitaan, dan
kesimpulan. Susunan serta bentuk visum sesuai dengan struktur pada
landasan hukum sebagai berikut :
1. Pro Justitia
Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum
et repertum dibuat untuk tujuan peradilan atas nama hukum. Dengan
adanya pro justitia pada VeR materai tidak diperlukan lagi untuk
dapat dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum.
2. Pendahuluan
Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan
langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian
ini menguraikan penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal,
surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa.
3. Pemberitaan
Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan
pemeriksaan. Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai
dengan apa yang diamati, terutama dilihat dan ditemukan pada
korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan
sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.
Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya,
koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah
badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis
permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristik serta
ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan
kembali. Hasil pemeriksaan mediknya bersifat rahasia dan yang
tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam
bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.

24
4. Kesimpulan
Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi kesimpulan dokter
terhadap hasil pemeriksaan yang memuat hasil interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari informasi yang
ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan
maksud dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini
wajib memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan serta
derajat kualifikasi luka.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat
dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau
dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat
VeR.

25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan telaah yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:

A. Komponen dan Hasil Telaah Visum Et Repertum


1. Pro Justitia terdapat pada bagian kiri atas dan sudah tepat
penulisannya.
2. Pendahuluan yang berisi identitas pemohon VeR, tanggal dan
pukul diterimanya permohonan VeR, identitas dokter, identitas
subjek yang diperiksa dan tempat dilakukan pemeriksaan.
3. Hasil Pemeriksaan berupa label mayat, tanda-tanda kematian,
identifikasi umum, identifikasi sekunder dan pemeriksaan luar
yang dilakukan terhadap korban.
4. Kesimpulan berisi interpretasi dari hasil pemeriksaan.
5. Penutup berisi keterangan tertulis dari dokter pembuat VeR dan
tanda tangan dokter.

B. Macam-macam Visum Et Repertum


1. Visum Et Repertum untuk orang hidup.
2. Visum Et Repertum untuk orang mati (Jenazah)
3. Visum Et Reprtum untuk tempat kejadian perkara (TKP).
4. Visum Et Repertum untuk penggalian jenazah.
5. Visum Et Repertum psikiatri.
6. Visum Et Repertum barang bukti.

5.2 Saran
1. Untuk Institusi agar membuat judul Tugas Pengenalan Profesi yang
mudah dipahami agar mahasiswa mengetahui apa yang akan
dilakukan saat TPP.
2. Mahasiswa harus lebih aktif dalam mencari referensi yang sesuai
dengan judul TPP untuk menambah wawasan.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menstabilkan jaringan internet saat
melakukan zoom

26
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsalam, 2014. Ilmu Forensik.Jurnal Kedokteran Universitas
Andalas.Sumatera Barat:PT Restu Agung.

Adzanti, F. (2019). Visum Et Repertum Quality of Sexual Violence Cases in


Semarang City. Jurnal Forensik dan Medikolegal Indonesia, 1(1),
18-28

Butchart, A., Mikton, C., Dahlberg, L. L., & Krug, E. G. (2015). Global status
report on violence prevention 2014. Injury Prevention.

Curier, D. 2016. Komprasi preservasi Cadaver. Jurnal kesehatan


khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018.

Kusmayadi (2013) ‘Penegakan Hukum Terhadap Dokter yang Menolak


Pembuatan Visum et Repertum dalam Tindak Pidana Pembunuhan
(Studi Kalimantan Barat)’, Jurnal Nestor , 3(5).

Trisnadi S. 2013. Ruang Lingkup Visum et Repertum sebagai Alat Bukti pada
Peristiwa Pidana yang Mengenai Tubuh Manusia di Rumah Sakit
Bhayangkara Semarang. Jurnal Sains Medika. Vol. 5, No. 2. Hh :
121-127.

Utama, Winda Trijayanti. 2014. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report


as a Combination of Medical Knowledge and Skill with Legal
Jurisdiction. Lampung: Departement of Forensic Medicine and
Medicolegal, Facultas.

Wardana,M,D,D. 2019. Hubungan Pengetahuan Mengenai Praktikum


Anatomi Terhadap Adab Mahasiswa Kepada Kadaver Di Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yanti, R. F., & Soularto, D. S.2021.The Ethics Review of Cadaver Donor


Decision Tinjauan Etika Keputusan Seorang Calon Pendonor
Kadaver.

27
LAMPIRAN

Gambar 1 Foto Pelaksanaan TPP

Gambar 2 Foto Pelaksanaan TPP

28

Anda mungkin juga menyukai