Oleh :
Nama
NIM
Oleh :
Nama
NIM
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Penulis
NAMA/NIM
Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Nama Dosen
Pembimbing Pendamping
Nama Dosen
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan
program sarjana.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca agar kedepannya dapat menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga
penulisan penulisan proposal ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca.
1 Maret 2022
Yang Menyatakan,
Nama
NIM
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4
E. Ruang Lingkup.............................................................................................5
A. Tinjauan Teori..............................................................................................6
B. Kerangka Teori...........................................................................................19
C. Kerangka Konsep.......................................................................................20
D. Hipotesis.....................................................................................................20
E. Pengumpulan Data.....................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada kulit merupakan gangguan kulit yang sering terjadi di dalam
kehidupan masyarakat. Penyakit kulit sering menyerang masyarakat akibat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya setiap hari. Terutama masyarakat yang
tinggal ataupun melakukan pekerjaannya di daerah yang beriklim lembab dan
panas. Selain itu, serangan penyakit kulit seringkali terjadi pada orang yang tidak
memiliki kebiasaan dalam menjadi kebersihan diri. Dilangsir dari studi yang
dilakukan oleh epidemiologi bagian penyakit kulit dan pengobatan yang ada di
negara India, memberikan data tentang jumlah penyakit kulit yang mencapai 10-
20% dari semua jenis penyakit lainnya. Data itu diperoleh daripada hasil rekap
konsultasi yang dilakukan masyarakat di praktek umum (Patel, 2010).
World Health Organization (WHO) dalam penelitiannya tentang kejadian kulit
yang terinfeksi dermatofit terdapat sebanyak 20% orang yang mengalami penyakit
kulit tersebut dari total orang yang ada di dunia. Jenis penyakit kulit yang dialami
tersebut ialah infeksi kutaneus dan infeksi tinea korporis. Kedua jenis infeksi
tersebut adalah jenis yang sangat sering ditemukan dialami oleh masyarakat.
Terdapat juga jenis infeksi kulit lainnya seperti pedis, onychomycosis dan tinea
cruris (Lakshmipathy, 2013). Selain itu, diperoleh data-data penelitian lain yang
dilakukan dan memiliki kesesuaian dengan penyakit kulit berbasis komunitas
yang ada di negara berkembang dimana telah terindikasi penyakit kulit yang
terjadi di negara berkembang tersebut berjumlah antara 20-80% (Al-Hoqail,
2013).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 memaparkan data
tentang penyakit kulit dan jaringan subkutan memiliki posisi urutan ketiga
diantara 10 jenis penyakit yng sering dialami oleh pasien rawat jalan yang ada di
seluruh rumah sakit di Indonesia terdapat sebanyak 193.414 jumlah konsultasi dan
kunjungan, dan berjumlah 122.076 kunjungan yang terbaru yang mengalami
peningkatan dibangindankan kunjungan yang lama hanya berjumlah 70.338
(Kemenkes, 2016). Salah satu dari jenis pekerjaan yang berpotensi mengalami
serangan dari penyakit kulit adalah pekerjaan Nelayan.
Personal Hygiene atau yang memiliki arti kebersihan perorangan ialah suatu
upaya yang dilakukan oleh setiap orang untuk menjaga diri agar selalu higienis
dan bersih serta jauh dari segala serangan penyakit. Kesehatan setiap orang dapat
terwujud apabila rutin merawat kesehatan dan dapat beradaptasi dengan kondisi
lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2010). Kondisi atau upaya personal hygiene
yang tidak baik akan mempengaruhi imun tubuh seseorang sehingga dapat
menjadi lebih mudah terserang oleh penyakit-penyakit seperti pneyakit kulit,
mengakibatkan infeksi, penyakit rongga mulut, penyakit pada pencernaan serta
jenis penyakit lain yang membuat tubuh tidak berfungsi dengan baik. Kulit
merupakan bagian tubuh yang memiliki fungsi dibagian luar tubuh sehingga perlu
dilakukan perawatan dan terus menjaga kebersihan kulit. Kebersihan tersebut
dapat dilakukan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan rutin oleh setiap
individu. Dengan itu, sangat penting diperhatikan personal hygiene karena
terdapat pengaruh terhadap kesehatan dan psikis setiap orang. Kebersihan pada
seorang nelayan penting diperhatikan karena akan berpengaruh kepada hasil
tangkapan ikan yang akan diolah oleh masyarakat sehingga tidak akan
menularkan penyakit kulit yang disebabkan oleh para nelayan karena tempat
bekerja nelayan ialah berinteraksi dengan air yang sering menimbulkan banyak
bakteri dan membawa berbagai jenis penyakit dari hewan-hewan yang ada di laut.
Penyakit infeksi oleh jamur hingga saat ini masih cukup banyak terjadi di
masyarakat. Resiko infeksi jamur tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim
Indonesia yang memiliki tingkat humiditas tinggi. Di samping itu kondisi sosial
ekonomi yang belum merata juga berpengaruh terhadap hygiene personal
masyarakat yang berkorelasi terhadap angka kejadian infeksi (Hermawan &
Widyanto, 2000). Infeksi oleh jamur yang hingga saat ini kurang disadari oleh
masyarakat adalah infeksi yang terjadi pada kuku atau dikenal dengan
onychomycosis (Setianingsih et al., 2015). Penyakit ini dapat terjadi pada
beberapa bagian kuku seperti matriks, nail bed atau nail plate yang
mengakibatkan rasa nyeri, tidak nyaman dan tampilan kuku yang kurang baik
(Rohmah & Bariyah, 2012).
Nelayan adalah orang yang mata pencaharian pokoknya berasal dari hasil
laut dan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Secara
geografis masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut (Kusnadi, 2010). Pengolah ikan merupakan orang atau kelompok orang
yang melakukan usaha mengolah ikan segar, produk setengah jadi maupun produk
jadi. Usaha- usaha yang dilakukan oleh pengolah ikan antara lain: pengolahan
ikan rumahan atau pengolahan yang bersifat tradisional seperti pengasinan,
pengasapan, pengeringan, pemindangan dan pengolahan yang bersifat modern,
seperti pengalengan ikan.
Perumahan masyarakat nelayan dan pengolah ikan yang kondisinya baik
hanya sedikit dan karakteristik pemukiman nelayan dan pengolah ikan adalah
rumah-rumah yang padat dan kumuh di suatu lokasi tertentu yang luasnya
memang sangat minim di sepanjang pantai, adanya polusi udara yaitu bau amis
yang menusuk hidung karena limbah ikan yang mereka olah akibat tidak
tersedianya tempat khusus untuk membuang sampah dan limbah ikan. Sampah
berserakan di sembarang tempat sepanjang pantai. Limbah ikan hasil pengolahan
tidak dikelola dnegan baik (Handayani, 2015).
Desa Lempasing Bandar Lampung merupakan daerah pesisir dengan suhu
udara dan kelembaban udara yang tinggi dapat menjadi tempat pertumbuhan dan
perkembangan jamur yang baik, selain itu pekerjaan terbanyak adalah nelayan dan
pengolah ikan rumahan yang sangat rentan terinfeksi dan dapat menurunkan
kualitas hidup masyarakat. Penelitian tentang tingkat higienitas antara kedua
subjek yang berisiko tinggi terjadinya kejadian dermatofitosis yang disebabkan
oleh jamur sangat diperlukan. Penelitian diharapkan dapat membantu peningkatan
higienitas masyarakat pesisir terutama nelayan dan pengolah ikan rumahan yang
berisiko tinggi terjadinya kejadian dermatofitosis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini, antara lain:
1. Apakah ada hubungan antara personal hygiene dengan dermatofitosis
terhadap nelayan?
2. Bagaimana personal hygiene (rambut, kulit kepala, tangan, kaki, kuku
dan kulit) pada nelayan?
3. Bagaimana hubungan yang terjadi antara kebersihan rambut dan kulit
kepala dengan dermatofitosis?
4. Bagaimana hubungan yang terjadi antara kebersihan tangan, kaki dan
kuku dengan dermatofitosis pada nelayan?
5. Bagaimana hubungan yang terjadi antara kebersihan kulit dengan
dermatofitosis pada nelayan?
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan dermatofitosis
terhadap nelayan.
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi personal hygiene yang meliputi rambut, kulit kepala,
tangan, kaki, kuku dan kulit pada nelayan yang ada.
b. Menganalisa hubungan yang terjadi antara kebersihan rambut dan kulit
kepala dengan dermatofitosis.
c. Menganalisa hubungan yang terjadi antara kebersihan tangan, kaki dan
kuku dengan dermatofitosis pada nelayan.
d. Menganalisa hubungan yang terjadi antara kebersihan kulit dengan
dermatofitosis pada nelayan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian in diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi
banyak pihak antaralain:
1) Manfaat Teoritis
a. Bagi Dinas Lingkungan Hidup
Penelitian ini memberikan hasil yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan Dinas Lingkungan Hidup sebagai evaluasi dan bahan
pertimbangan agar dapat meningkatkan personal hygiene pada nelayan
yang bekerja sehingga mengurangi terjadinya penyakit dermatofitosis
dan jenis penyakit kulit yang lainnya.
b. Bagi Universitas
Penelitian ini memberikan hasil yang berguna sebagai bahan kajian
keilmuan yang semakin banyak dan dijadikan sebagai informasi dalam
pengembangan keegaiatan pembelajaran di kampus.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan hasil kepada peneliti sebagai tambahan
keilmuan, wawasan, pengetahuan tentang penyakit-penyakit kulit yang
diperoleh dalam pembelajaran di kampus, terkhusus tentang personal
hygiene pada nelayan.
2) Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
kepada:
a. Bagi Nelayan
Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan informasi dan memperluas
wawasan para nelayan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
(personal hygiene).
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan ilmu
tentang kebersihan diri yang penting dilakukan terutama pada para
nelayan dan juga dapat menggunakan penelitian ini sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini terfokus pada analisa yang dilakukan terhadap nelayan
untuk mengetahui dan membuktikan adanya hubungan antara dermatofitosis
terhadap personal hygiene nelayan dan pengaruhnya dengan pengolahan ikan
rumahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Keluhan Gangguan Kulit
Kulit menjadi salah satu fungsi bagian tubuh yang rentan terkena berbagai
penyakit akibat letaknya yang berada dipermukaan tubuh. Kulit sangat
membutuhkan tempat yang bersih dan sehat agar dapat membuat kulit terjaga
dan sehat serta berfungsi dengan baik. Kulit tidak akan sehat dan rentan terkena
berbagai penyakit akibat oleh lingkungan kotor dimana tempat yang kotor
tersebut menjadi sumber berbagai penyakit yang timbul (Harahap, 2000).
Ganggunan kulit adalah kulit epidermis dan dermis yang mengalami
peradangan akibat respon yang diberikan pada berbagai faktor yang
menimbulkan alergi dari luar tubuh seperti jamur dan bakteri. Seperti polimorfi
ialah penyakit yang timbul dengan bentuk yang bervariasi seperti bentolan,
bercak berwana kemerahan, basah, keropeng yang kering, kulit yang tebal dan
terlipat dengan jelas, serta gatal pada kulit yang menjadi gejala utama (Ganong,
2006).
Keluhan yang terjadi pada kulit adalah rasa gatal yang terjadi pada waktu
pagi, siang, malam bahkan sepanjang hari), timbul bintik merah atau bentolan/
bula-bula yang isinya cairan bening nanah di permukaan kulit tubuh muncul
ruam-ruam (Graham, 2005).
Masalah penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan
karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah
perkembangan bakteri, parasit maupun jamur (Harahap, 2015). Menurut data
depertemen kesehantan RI prevalensi penyakit kulit diseluruh Indonesia ditahun
2012 adalah 8,46% kemudian meningkat ditahun 2013 sebesar 9% dan infeksi
jamur menduduki urutan kedua dari 12 penyakit kulit yang tersering (Depkes RI,
2013).
Penyakit kulit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu infeksi bakteri salah
satunya furunkulosis (bisul), infeksi virus salah satunya herpes, dan infeksi jamur
yaitu tinea (Brown & Burns, 2015). Ada beberapa jenis tinea yaitu tinea kapitis,
tinea kruris, tinea manus et pedis, tinea unguium, dan tinea imbrikata dan tinea
corporis (Harahap, 2015). Berdasarkan urutannya, tinea corporis menempati
urutan pertama sebesar (57%), dan selanjutnya tinea unguinum (20%), tinea cruris
(10%), tinea pedis dan tinea barbae (6%), dan sebanyak 1% tipe lainnya (Yadav
A, 2013).
Proses terjadinya penyakit tinea corporis ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan trias epidemiologi yang terdiri dari host, agent dan environment.
Host pada penyakit tinea corporis adalah manusia, hewan, dan tanah yang paling
sering terjadi pada manusia. Agent dari tinea corporis ini yaitu jamur dermatofita
golongan Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes. Lingkungan
yang menimbulkan tinea corporis seperti lingkungan yang padat, udara yang
lembab, air yang kotor. Host pada penyakit tinea corporis adalah manusia, ada
beberapa faktor pencetusnya yaitu obesitas, dan personal hygiene (Harahap,
2015).
7. Personal Hygiene
Hygiene adalah usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga
kesehatan diri yang mencakup pada upya melindungi, mempertinggi kualitas
kesehatan dan terus memelihara diri baik individu ataupun kelompok orang yang
bertujuan pemberian dasar-dasar kelanjutan cara hidup sehat dan meningkatkan
kesejahteraa dan dayaguna kehidupan setiap orang (Mundiatun, 2015). Personal
Hygiene (kebersihan perorangan) ialah upaya yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk tetap sehat dengan menerapkan kebersihan diri dan pengendalian
terhadap kondisi lingkungan (Depkes RI, 2010). Personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis,kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Pribadi
yang sehat, bisa dikatakan sehat bila luar dan dalam tubuh pribadi seseorang itu
sudah bersih dari segala penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pribadi
tersebut (Maryunani, 2013).
Kebersihan diri adalah cara seseorang untuk menjaga kesehatan fisik dan
psikologisnya (Rezeki, 2015). Personal Hygiene adalah cara merawat diri baik
fisik dan psikis agar dapat menjaga kesehatan. Setelah memahami makna kdiatas
maka dengan menjaga kesehatan maka penting dilakukan oleh setiap orang.
Pengaruh pada kebersihan seseorang dapat diakibatkan oleh nilai dan kebiasaan
yang dilakukan oleh orang tersebut. Apabila orang mengalami sakit maka
biasanya dikatakan bahwa orang tersebut tidak menjaga kesehatan dirinya.
Terjadinya hal tersebut adalah akibat daripada kesepelean pada permasalahan
menajga kesehatan yang akan menimbulkan penyakit apabila tidak menjaga
kesehatan (Hidayat, 2010).
8. Tujuan Personal Hygiene
Tujuan daripada personal Hygiene adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan derajat kesehatan
b. Pemeliharaan kebersihan diri
c. Perbaikan kebersihan diri yang tidak baik
d. Mencegah timbulnya penyakit
e. Peningkatan kepercayaan diri
f. Memberikan keindahan.
B. Kerangka Teori
Teori Blum menyatakan empat faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan individu atau masyarakat. Keempat faktor terdiri dari faktor lingkungan
(fisik, sosial ekonomi, dan politik) faktor perilaku atau gaya hidup (life style)
individu atau kelompok masyarakat, dan faktor pelayan kesehatan dan faktor
genetik.
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi secara dinamis yang
mempengaruhi kesehatan perseorangan dan derajat kesehatan kelompok
masyarakat. Diantara keempat faktor tersebut faktor perilaaku manusia merupakan
faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul
dengan faktor lingkungan. Alasan lain mengapa faktor perilaku yang lebih
dominan dibandingkan dengan faktor lain yaitu karena lingkunagn hidup manusia
juga sangat dipengaruhi oleh ulah/perilaku manusia (Slamet 2004).
C. Kerangka Konsep
E. Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer ialah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dan
mendapatkannya dari kuesioner dengan mengukur observasi dan melakukan
wawancara terhadap responden dengan pedoman kuesioner yang telah dibuat serta
memeriksa dermatofitosis responden dengan dokter.
Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari dokumentasi kemudian diperlajri data-data dari
perolehan profil kesehatan, laporan dan dokumen yang relevan dengan topik yang
diangkat oleh peneliti.
F. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah peneliti mengumpulkan data maka selanjurnya dilakukan pengolahan
dengan tahap berikut:
1. Editing (pemeriksaan data)
Editing bertujuan melakukan pemeriksaan atas data agar tepat dan lengkap
diperoleh jawaban sesuai kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Dilakukan
pengulangan wawancara apabila terdapat kesalahan atau kekurangan data.
2. Coding (pemberian kode)
Setelah melewati proses editing tersebut, maka selanjutnya Peneliti melakukan
pemberian kode secara manual.
3. Entry (pemasukan data ke komputer)
Setelah itu, peneliti selanjutnya memasukkan data hasil penelitian kedalam
komputer agar dapat diolah.
4. Cleaning Data Entry
Untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan data maka perlu diperiksa
dengan program komputer (Rianto, 2011).
Setelah tahapan pengolahan selesai maka data akan diolah dengan komputer
dan dilakukan penyajian data kedalam tabel distribusi frekwensi dan narasi.
Berikut adalah tahapan analisa data dalam penelitian ini:
1. Analisis Univariat
Tujuan dilakukan analisa ini agar dapat menggambarkan setiap variabel
penelitian yang diperoleh dengan hasil persentasenya.
2.Analisis Bivariat
Tujuan dilakukan analisan ini agar dapat melakukan pengujian pada hubungan
antara variabel yang dilakukan dengan uji chi square, sehingga dapat diestimasi
pengaruh dari setiap faktor pada penelitian dermatofitosis.
3.Multivariat
Tujuan dilakukan analisa ini ialah mendapatkan hubungan antar variabel
penelitian dan hasilnya berupa variabel dominan yang mempengaruhi
dermatofitosis yang dilakukan dengan pengujian uji regresi logistik berganda
(Sumantri, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hoqail,La.2013.Epidemiological Spectrum of Common Dermatological
Conditions of Patiens Attending Dermatological Consultations in Al-Majmaah
Region (Kingdom of Saudi Arabia), J Tibah Univ Med Sci.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan Gigi dan
Mulut Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S.,2013. Imu penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas KedoktoranUniversitas Indonesia, Jakarta.
Ganong, W. 2006. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
Graham, Robin. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Jakarta: Edisi Kedelapan,
Penerbit Erlangga.
Handayani, M. 2015. Dampak Pemukiman Kumuh Nelayan Terhadap Tingkat
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama, Penerbit HIpokrates,
Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI.
Kim, S. H. et al. 2015. Epidemiological Characterization of Skin Fungal
Infections Between the Years 2006 and 2010 in Korea. Osong Public Health and
Research Perspectives. Elsevier Korea LLC, 6(6): 341– 345.
Lakshmipathy TD, Kannabiran K.2013. Review On Dermatomycosis:
Pathogenesis and Treatment Natural Science.
Oktavia, A. 2012. Prevalensi Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Tanggerang Periode 1 Januari-31 Desember 2011. [Tesis]. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ostrosky-Zeichner, L., Smith, M. and McGinnis, M. R. (2009) Clinical
Mycology. 2nd edn, ELSEVIER. 2nd edn. doi: 10.1016/B978-1- 4160-5680-
5.00012-8.
Patel, Nailesh G. 2010. Asian Journal of Pharmacuetical and Clinical Research.
Departement of Pharmacology. Gujarat, India.
Ramaraj, V. et al. 2016. Incidence and prevalence of dermatophytosis in and
around Chennai, Tamilnadu , India. Int J Res Med Sci, 4(3): 695– 700.
Siregar, R.S. 2006. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Buku Kedoktoran.
EGC. Jakarata
Sitorus, R. 2008. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung: Yrama Widya.
Slamet, J. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. Suma’mur. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan
Ketigabelas. Jakarta.
Verma, S. and Hefferman, M. 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine, Eighth Edition 2 Volume Set: Amazon.co.uk: Lowell A Goldsmith,
Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest , Amy Paller , David J. Leffell, Klaus
Wolff: Books’. Wahdini, M., Ramli, L. M. and Miliawati, R. 2014. Karakteristik
Pasien dan Spesies Dermatofita Penyebab Tinea Kruris di Rumah Sakit Umum
Daerah Gunung Jati Cirebon Jawa Barat. Glob.