Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN

PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG

Oleh;

Albertina Suryana (PO.530320419964)

Desitriliana Jeni (PO.530320419964)

David D. Conceicao (PO.530320419961)

Febry D. A. Riwu (PO.530320419967)

Geralda L. T. Maia (PO.530320419973)

Katarina Toyo (PO.530320419976)

PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG

Telah diseminarkan pada tanggal 01 Juli 2021

Penguji

Antonius Radja Ratu, S.Kp.G., MDSc

NIP. 197608101996031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

seminar tugas “Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi Silang” tepat pada

waktunya.

Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-

kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan bimbingan dari beberapa pihak

maka kesulitan-kesulitan dan masalah tesebut dapat teratasi. Untuk itu pada

kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Antonius Radja Ratu, S.Kp.G, MDSc selaku pembimbing laporan

praktikum serta sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik

yang membangun bagi penyusun laporan praktikum ini.

2. Bapak Muhammad Ibra Ayatulah, A.Md.KG selaku dosen PLP praktikum

penatalaksanaan pengendalian infeksi silang yang sudah membimbing dalam

melakukan praktikum.

Sangat disadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Akhir kata semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kupang, Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................

B. Tujuan .....................................................................................

C. Manfaat ...................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................

A. Sterilisasi ...............................................................................

1. Definisi Sterilisasi .............................................................

2. Tujuan Sterilisasi ...............................................................

3. Syarat - syarat Sterilisasi ...................................................

4. Jenis - jenis Sterilisasi .......................................................

B. Desinfeksi................................................................................

1. Definisi Desinfeksi .............................................................

2. Jenis - jenis Desinfeksi .......................................................

BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN PENGENDALIAN.................

INFEKSI SILANG...............................................................

iv
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum .........................

B. Jenis – jenis Praktikum ........................................................

C. Prosedur Kerja .....................................................................

D. Hasil dan Pembahasan..........................................................

BAB IV PENUTUP ..................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................

B. Saran ....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah penyebaran penyebab

penyakit diantara pasien, dokter gigi, dan petugas kesehatan dalam lingkungan

pelayanan kesehatan gigi (Suryana, dkk.,2019).

Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari

kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan

mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien.

Sebagai hasil pemajanan yang berulang kali terhadap mikroorganisme yang

ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi pada

praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian Infeksi yang

efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan

kesehatan gigi dan mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit

infeksi (Suryana, dkk.,2019)

Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi

di tempat pelayanan kesehatan gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke

tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien,

pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas

1
masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan

gigi.

Hasil penelitian Center of Disease Control and Prevention (CDC) dari

360 orang tenaga pelayanan kesehatan kejadian terluka di tempat praktek yaitu

36% dokter gigi, 34% ahli bedah mulut, 22% perawat gigi, dan 4% mahasiswa

kedokteran gigi (Wicker dkk, 2014).

Goodman dan Solomon mengkaji 13 laporan tentang penularan

penyakit menular yang terjadi dalam praktik perawatan gigi antara tahun 1961

dan tahun 1990 diantaranya yaitu laporan kasus yang pernah terjadi di praktik

perawatan gigi yaitu satu laporan yang menginformasikan bahwa tuberkulosis

paru ditularkan oleh seorang dokter gigi yang terinfeksi TB paru infeksius,

sembilan laporan dokter gigi terinfeksi virus hepatitis B dan menularkannya

kepada pasien, serta satu laporan yang menginvestigasi dugaan seorang dokter

gigi tertular HIV/AIDS (Ramadhani dkk,2015).

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia mempunyai

kewajiban untuk selalu bekerja sesuai dengan standar pelayanan kedokteran

gigi di Indonesia, yaitu melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

(PPI). Prosedur pelaksanaan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

tersebut harus dilaksanakan pada semua praktik pelayanan kesehatan gigi dan

mulut di seluruh Indonesia. Dokter gigi harus dapat memastikan seluruh

tenaga pelayanan yang bekerja di dalam lingkungannya mempunyai

pengetahuan dan mendapatkan pelatihan tentang Pencegahan dan

2
Pengendalian Infeksi. Hal tersebut termasuk kebersihan tangan, disinfeksi dan

sterilisasi peralatan serta bahan yang digunakan.

Teknik pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai dengan

perkembangan keilmuan dan secara rutin dilakukan monitoring (Kemenkes

RI,2012).

Profesi perawat gigi secara rutin mempunyai risiko yang tinggi untuk

tertular infeksi ketika sedang melakukan perawatan untuk pasien-pasiennya.

Potensi pekerjaan bagi penularan penyakit sejak mulai dapat dipastikan bila

kita menyadari bahwa kebanyakan mikrobial patogen manusia dapat di isolasi

dari sekresi rongga mulut. Sebagai hasil pemajanan yang berulangkali

terhadap mikroorganisme yang ada dalam darah dan saliva (Ketut Harapan,

dkk, 2019).

Seperti kita ketahui bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan

melalui alat yang tidak disterilkan seperti HIV, TBC, dan Hepatitis. Oleh

karena itu kami ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang pengendalian infeksi

silang di Laboratorium dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi dengan

praktikum judul “penatalaksanaan pengendalian infeksi silang” terdiri dari

sterilisasi oven, dan ozon, serta desinfeksi dental unit, desinfeksi handpiece

desinfeksi kompresor, dan desinfeksi ruangan tujuannya adalah untuk

mencegah terjadinya infeksi silang.

3
B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran penatalaksanaan pengendalian infeksi silang

di Laboratorium dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi ?

C. Tujuan

1. Tu juan Umum :

Diketahuinya gambaran penatalaksanaan pengendalian infeksi silang

di Laboratorium dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengendalian infeksi silang pada alat yang digunakan

di Laboratorium dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi

b. Mengetahui pengendalian infeksi silang tempat sekitar kerja pasien

di Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi.

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

tentang gambaran penatalaksaan pengendalian infeksi di Laboratorium

dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan Gigi.

2. Bagi Institusi Program Studi DIII Kesehatan Gigi

Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi atau masukan dalam hal

penatalaksaan pengendalian infeksi di Laboratorium dan klinik gigi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Dalam menjalankan profesinya tenaga pelayanan kesehatan gigi dan

mulut tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau

tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva

dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulangkali terhadap

mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit

infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Mengabaikan prosedur

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang efektif dapat mengakibatkan orang

lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan pasien

lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2012).

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2012) terkait Pelaksanaan

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang wajib dilaksanakan oleh tenaga

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia meliputi:

1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi,

a. Kewaspadaan Standar

b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.

2. Surveilans

3. Pendidikan dan Pelatihan.

5
Penerapan Kewaspadaan Isolasi:

1) Kewaspadaan Standar

a) Kebersihan tangan.

b) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

c) Manajemen limbah dan benda tajam

d) Manajemen lingkungan

e) Penanganan linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit)

f) Peralatan perawatan pasien

g) Perlindungan kesehatan karyawan

h) Penyuntikan yang aman

i) Etika batuk.

2) Kewaspadaan Berdasarkan transmisi

a) Transmisi airborne/udara

b) Transmisi droplet/percikan

c) Transmisi kontak.

1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Pasien Menurut Kemenkes

RI, tahun 2012 yaitu;

Tata Laksana Penanganan Pasien:

a. Lakukan kebersihan tangan.

b. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker)

c. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa

6
d. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif

e. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.

f. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai)

g. Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal ½ jumlah ratarata jumlah

kunjungan pasien per hari

h. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah

disterilkan dari bahan dan alat yang belum dibersihkan

i. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaan

instrumen terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan

penyimpanan

j. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum

memulai suatu perawatan

k. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja

operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

l. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah

terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak

perlu antara tangan dan mukosa pasien.

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga Pelayanan

Kesehatan Gigi Pasien (Kemenkes RI, 2012)

Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untuk mencegah

infeksi silang pada pasien atau tenaga pelayanan kesehatan gigi, penting

untuk beranggapan bahwa setiap darah dan cairan tubuh pasien berpotensi

7
berpenyakit infeksi, maka penting untuk dilakukan Kewaspadaan Standar.

a. Kewaspadaan Standar

1) Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan

merupakan pilar untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tenaga

pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus melakukan kebersihan

tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir jika tangan

terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/ powder dari sarung

tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu

pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik

termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips. Lamanya mencuci tangan

40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan

dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol,

lamanya 20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci tangan dalam

“hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat

keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya anti mikroba

yang digunakan pada kulit. Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik

dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik

dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba yang

standar. Untuk prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah) yang

mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai

alternatif pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate,

dapat menggunakan iodophor (Depkes, 2005). Tempatkan produk

8
cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposible atau yang diisi

ulang, dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diisi ulang.

Jangan diisi ulang cairan anti septik sebelum dibersihkan dan

dikeringkan terlebih dahulu.

Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:

a) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruh perhiasan

yang ada

di pergelangan tangan harus dilepas.

b) Kuku harus tetap pendek dan bersih

c) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat

menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan terlihatnya

kotoran di dalam kuku.

d) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus

menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut:

(1) Ember berkeran yang tertutup

(2) Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air

sementara yang lainnya mencuci tangan.

e) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau

membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung

tangan (Yee, 2006).

9
Indikasi kebersihan tangan termasuk :

1. Bila tangan terlihat kotor.

2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah,

cairan tubuh, ekskresi dan sekresi.

3. Sebelum memakai sarung tangan.

4. Segera setelah melepas sarung tangan.

10
5. Sebelum menyentuh pasien.

6. Sebelum melakukan prosedur antiseptik.

7. Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik

termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips.

2) Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) dibawah ini. Penyediaan peralatan dan bahan

perlindungan diri bagi tenaga di puskesmas wajib dipenuhi dan untuk

pengadaan dikoordinasikan dengan dinas kesehatan kota/kabupaten.

a) Sarung tangan

Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan sarung

tangan ketika melakukan perawatan yang memungkinkan

berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Sarung tangan

harus digantu tiap pasien, lepaskan sarung tangan dengan benar

setelah digunakan dan segera lakukan kebersihan tangan untuk

menghindari transfer mikroorganisme ke pasien lain atau

permukaan lingkungan. Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau

bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali

sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi

atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.

Prosedur pemakaian sarung tangan:

1) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah

dalam lipatannya.

11
2) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung

ke lantai, bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu

masukkan tangan.

3) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari

tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan

(bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan).

4) Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari

tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan

lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di

tangan. Selain sarung tangan yang digunakan untuk

pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk

mencuci alat serta membersihkan permukaan meja kerja, yaitu

sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari

lateks atau vinil yang tebal.

b) Masker Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib

menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk

mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta

percikansaliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. Masker harus

sesuai dan melekat dengan baik dengan wajah sehingga menutup

mulut dan hidung dengan baik. Ganti masker diantara pasien atau

jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke

pasien. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika

basah. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai.

12
c) Kacamata Pelindung Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib

menggunakan gaun/baju pelindung yang digunakan untuk

mencegah kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari

kontaminasi darah dan cairan tubuh. Gaun pelindung ini

harusdicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari bahan yang

dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga

terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai

(disposable). Lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah

selesai.

d) Gaun/baju Pelindung Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib

menggunakan kacamata pelindung untuk menghindari

kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan

saliva dan darah. Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air

dan sabun kemudian didisinfeksi setiap kali berganti pasien.

Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju

pelindung, lalu masker bedah dan selanjutnya kacamata pelindung

sebelum mencuci tangan. Setelah tangan dikeringkan, ambil sarung

tangan, kenakan dengan cara seperti tertera di atas Setelah selesai

perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan

sarung tangan yang telah terkontaminasi dengan memegang sisi

bagian luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam ke luar.

Setelah salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tangan

13
lainnya dengan memegang sisi bagian dalam sarung tangan dan

menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alat pelindungdiri

telah dilepaskan, hindari menyentuh area terkontaminasi. Selalu

lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum

memasang kembali sarung tangan.

Gambar . Alat Pelindung Diri (APD)

3) Manajemen Limbah dan Benda Tajam

a) Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yang berlaku.

b) Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani

limbah medis di training tentang penanganan limbah yang tepat,

metode pembuangan dan bahaya kesehatan.

c) Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk

limbah infeksius dan warna hitam untuk limbah non infeksius.

d) Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel, orthodontic

14
bands, pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat

yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning.

e) Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuang ke dalam drain

yang terhubung dengan sistem sanitary.

f) Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan

kepada keluarga.

4) Manajemen Lingkungan

a) Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan

disinfektan untuk pembersihan permukaan lingkungan.

b) Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi

permukaan lingkungan.

c) Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan

disinfeksi pemukaan lingkungan.

d) Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak

klinik terkontaminasi, khususnya yang sulit dibersihkan seperti

switches on dental chair dan ganti pelindung permukaan setiap

pasien.

e) Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di

lindungi dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan

disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi dengan darah.

f) Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai,dinding, meja,

troley) dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari

permukaan, tipe dan tingkat kontaminasi.

15
g) Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan

sebelum dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai, disposible

kain.

h) Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari.

i) Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela diarea

perawatan pasien jika terlihat kotor, berdebu dan ternoda.

j) Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya

menggunakan cairan disinfektan.

k) Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang

menyerap di daerah kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan

instrumen.

5) Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit)

a) Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh

atau bahan infeksius lainnya.

b) Ganti linen diantara pasien.

6) Peralatan Perawatan Pasien

a) Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan.

b) Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan.

c) Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum

ditangani untuk menghindari kontaminasi.

d) Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan, pembersihan

dan disinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan

16
penyimpanan.

e) Gunakan alat pembersih otomatis (Ultrasonic cleaner atau washer–

disinfector).

f) Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrumen

dan prosedur disinfeksi.

g) Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pembersihan

peralatan.

h) Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok dengan tipe

proses sterilisasi yang digunakan.

i) Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi, periksa

kebersihan instrumen, kemudian bungkus atau tempatkan instrumen

dalam kontainer yang tepat untuk mempertahankan kesterilan

selama penyimpanan.

j) Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.

k) Jangan simpan instrumen kritis tanpa dibungkus.

7) Perlindungan Kesehatan Karyawan

a) Immunisasi

Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenaga pelayanan

kesehatan gigi mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis

B, influenza, measles, mumps, rubella dan varicella. Pada saat ini

sudah ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi dari penyakit-

penyakit tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan

imunisasi atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum

17
terjadi: tetanus, difteri, poliomyelitis, tifoid, meningococcal,

hepatitis A, hepatitis B, rubella, tuberkulosis, measles, batuk rejan,

mumps.

b) Manajemen pasca pajanan.

c) Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya.

(1) Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk , tahan air

dan anti

bocor.

(3) Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah

digunakan.

(4) Jangan membengkokan, mematahkan atau melepas jarum

setelah digunakan.

(5) Gunakan teknik satu tangan atau peralatan lain jika harus

menutup kembali jarum setelah digunakan.

(6) Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari

orang lain.

d) Pencegahan Kecelakaan Kerja. Instrumen tajam yang digunakan

dalam memberikan perawatan kedokteran gigi (misalnya, sonde,

jarum dan ampul anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi

mengakibatkan luka dan menyebarkan penyakit menular.

Luka tersebut dapat dicegah dengan:

(1) Penanganan minimal jarum, syringe dan instrumen tajam

lainnya setelah penggunaan.

18
(2) Tangani instrumen tajam dengan hati-hati.

(3) Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat

robek segera setelah digunakan. Apabila wadah tersebut penuh,

keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen selanjutnya

dikubur.

(4) Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang

tajam.

(5) Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke

operator selama perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh

dipegang secara bersamaan oleh keduanya. Asisten meletakkan

instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah

didisinfeksi, beritahukan pada operator bahwa instrumen

tersebut telah siap untuk digunakan.

(6) Gunakan ‘teknik satu-tangan’ apabila perlu menutup kembali

jarum suntik. Letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan

datar. Dengan satu tangan memegang syringe dan jarum

dimasukkan ke tutupnya. Apabila tutup jarum suntik telah

menutup jarum, tekan tutup jarum suntik kepada permukaan

datar jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk

mengencangkan tutup.

8) Penyuntikan yang Aman

a) Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum suntik ke beberapa

pasien walaupun jarumnya diganti .

19
b) Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jika

memungkinkan.

9) Etika Batuk

Terapkan etika kebersihan pernapasan/batuk

a) Tutup mulut & hidung saat batuk/bersin dengan tissu.

b) Buang tissu ke tempat limbah.

c) Lakukan kebersihan tangan.

d) Jika tissu tidak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan bagian

dalam.

b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

1) Berdasarkan transmisi airborne

a) Gunakan masker N95/respiratorik

b) Segera lepas selesai tindakan

2) Berdasarkan transmisi droplet

a) Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah

b) Segera lepaskan selesai tindakan

3) Berdasarkan transmisi kontak

a) Gunakan sarung tangan dan gaun

b) Segera lepaskan selesai tindakan

20
B. PENANGANAN INSTRUMEN DAN ALAT PELAYANAN

KEDOKTERAN GIGI

Menurut Kemenkes RI, (2012) Penanganan instrumen dan alat pelayanan

Kedokteran gigi terdiri dari;

1. Pembatasan Kontaminasi

a. Peralatan kritis

Peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau

jaringan mulut. Semua peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi dengan

menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam

kategori kritis adalah semua instrumen bedah, periodontal scaller, scalpel,

bur diamond, bur tulang, dll.

b. Peralatan semi kritis

Peralatan semi kritis adalah alat yang masuk ke dalam rongga mulut tetapi

tidak masuk ke dalam jaringan mulut. Semua peralatan semi kritis wajib

dilakukan minimal desinfeksi ngtikat tinggi (DTT) atau apabila terdapat

alat yang dapat bertoleransi terhadap panas, maka dapat dilakukan

sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang

dimasukkan dalam kategori semi kritis adalah instrumen diagnosa,

kondensor, sendok cetak, handpiece dll.

c. Peralatan non kritis

Peralatan non kritis adalah alat yang tidak masuk ke dalam rongga mulut

dan dapat dilakukan dengan menggunakan disinfektan tingkat rendah.

21
Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori nonkritis

adalah tensimeter, occipital calipers, radiograph cone, glass plate, semen

spatel, dll.

2. Penentuan zona (Basic Protocol HKSAR, 2008)

Area pembersihan dan pemrosesan instrumen yang telah digunakan (Zona

Kotor), dan area sterilisasi dan penyimpanan nstrumen bersih (Zona bersih),

serta area perawatan pasien (Zona Kerja) harus terpisah satu sama lain.

3. Pre-Cleaning

Pra-cleaning dilakukan dengan cara merendam alat dengan larutan

enzymatik/detergen dengan tujuan untuk melepas noda, darah, lemak dan

cairan tubuh lainnya dari suatu benda sehingga memudahkan untuk

pengelolaan selanjutnya. Untuk meminimalkan pajanan terhadap petugas,

pemilahan alat-alat terkontaminasi dilakukan langsung oleh si pemakai

sebelum melepaskan alat pelndung diri (APD). Proses ini dilakukan selama

berkisar 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan.

4. Pembersihan instrumen

Seluruh instrumen yang digunakan dalam proses perawatan harus

dibersihkan/digosok menggunakan sabun dan air. Larutan deterjen harus

disiapkan setiap hari, dan diganti lebih sering jika nampak kotor. Operator

harus selalu menggunakan sarung tangan khusus, celemek, masker dan

kacamata kektia membersihkan instrumen. Gunakan selalu sikat atau sikat

gigi yang berbulu lunak untuk menggosok instrumen dan alat lainnya untuk

menghilangkan seluruh materi organik (darah dan saliva) dan kotoran

22
lainnya. Hal ini harus dilakukan dibawah permukaan air untuk menghindari

terjadi cipratan.Seluruh permukaan instrumen dan alat harus digosok.

Penanganan bagi alat-alat yang memiliki engsel (misalnya forceps) dan

lekukan (misalnya bone file) harus ditangani secara khusus. Setelah

dibersihkan, seluruh instrumen dan alat harus dibilas menggunakan air

mengalir atau air yang disimpan dalam wadah (diganti secara berkala)

untuk membersihkan seluruh larutan deterjen dan kemudian dikeringkan

dengan handuk bersih.

5. Disinfeksi Tingkat Tinggi

Apabila memungkinkan, instrumen yang bersentuhan dengan tulang atau

jaringan lunak atau telah kontak dengan darah harus disterilisasi. Apabila

tidak tersedia panci tekan atau autoklaf, instrumen dapat didisinfeksi

dengan direbus dalam panci berisi air selama 20 menit setelah dibersihkan

dengan menggunakan air dan sabun. 20 menit dihitung sejak air mulai

mendidih. Setelah air dalam panci mulai mendidih, jangan tambahkan air

ataupun instrumen selama proses disinfeksi berlangsung. Alkohol dan

yodofora tidak dipakai untuk disinfeksi tingkat tinggi (DTT) tetapi dapat

untuk disinfeksi tingkat rendah dengan cara merendam alat tersebut selama

20 menit.

6. Sterilisasi

Instrumen dengan engsel seperti forceps untuk ekstraksi harus terbuka

sebelum diletakkan dalam alat sterilisasi. Instrumen harus diletakkan

sehingga uap dapat berputar mengelilinginya. Apabila menggunakan panci

23
tekan, instrumen diletakkan pada wadah di atas permukaan air. Pertahankan

temperatur sampai 121°C (250°F) dengan tekanan 15 pound selama 20

menit untuk instrumen yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk instrumen

yang dibungkus. Mulai penghitungan waktu ketika uap nampak terlihat dan

turunkan panas sampai batas temperatur tetap menghasilkan uap panas.

Pada akhir proses sterilisasi, biarkan uap keluar lalu buka tutup panci tekan

untuk membiarkan instrumen mendingin secara perlahan.

Bila menggunakan autoklaf digunakan temperature 121°C, tekanan 15 psi

(pressure per square inch) selama 30 menit. Metode sterilisasi panas kering

dilakukan dengan menggunakan oven dengan panas yang tinggi, adapun

temperatur dan waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik.

Gambar Sterilisasi menggunakan autoklaf

24
Gambar Sterilisasi menggunakan panci tekan

Setelah melewati seluruh proses sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi,

instrumen yang tidak dibungkus dapat segera digunakan atau disimpan

dalam wadah yang juga telah disterilisasi atau didisinfeksi yang telah diberi

tanda yang mengindikasikan bahwa instrumen didalamnya telah disterilkan.

Instrumen harus disimpan dalam tempat tertutup (lemari, laci atau

kontainer) dan harus digunakan lagi dalam waktu kurang dari satu minggu.

Penyimpanan adalah hal yang penting. Sterilitas alat yang dibungkus dapat

bertahan lebih lama kecuali apabila pembungkus sobek atau basah, yang

dapat mengakibatkan kontaminasi (CDC, 2003; Mayworm, 1984).

Instrumen dalam pembungkus yang rusak harus dibersihkan, dibungkus dan

disterilkan kembali.

25
Gambar Pembungkusan alat setelah dilakukan sterilisasi

7. Penatalaksanaan Dental Unit

Dental unit dan dental chair adalah benda utama yang menjadi perhatian

pasien yang memasuki suatu ruangan pelayanan kedokteran gigi. Jadi alat-

alat tersebut harus selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai.

Tempat-tempat yang harus mendapat perhatian pada dental unit:

a. Meja instrument, harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%.

b. Handpiece harus bersih dan diberi pelumas sesudah digunakan.

c. Three way syringe.

d. Penghisap saliva.

e. Penghisap darah (vacuum tip).

f. Spitoon cuspidor bowl.

Spitoon bowl, disiram dengan lisol kemudian disiram dengan air bersih

lalu disikat dengan deterjen dan dibilas kembali.

26
g. Pegangan lamp harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%.

Pada dental chair :

a. Sandaran kepala/head rest bersih.

b. Sandaran tangan/arm rest bersih.

c. Tempat duduk bersih.

d. Tempat menaruh kaki/foot rest bersih.

Apabila akan melakukan tindakan :

a. Lapisi dengan plastik (wrapping).

1) Engsel-engsel di dental unit.

2) Pegangan lampu.

3) Meja.

4) Pegangan kursi.

5) Sandaran kepala.

b. Desinfeksi permukaan: siapkan larutan klorin 0,05%, semprotkan ke

semua permukaan, tunggu sampai 10 menit, lap dengan lap basah dan

keringkan dengan lap/handuk kering.

C. FASILITAS PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI YANG PERLU

DISEDIAKAN

Menurut Kemenkes RI, (2012) Pencegahan pengendalian infeksi

di RS, Puskesmas dan Praktik Swasta meliputi;

1. Pre-cleaning :perendaman alat bekas pakai dalam cairan

27
enzymatik/detergen selama 5-10 menit atau sesuai produk yang

digunakan.

2. Pencucian dengan menyikat alat dalam baskom (alat terendam dalam air).

3. Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.

4. Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:

a. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai

20 menit, misalnya alat dari logam, kaca.

b. Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC 3.

c. Dengan panas kering pada suhu 180ºC selama 1 jam atau 160ºC selama

2 jam

d. Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan klorin 0,5%) untuk

bahan yang cepat rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan karet

(utility gloves)

5. Disimpan di bak instrumen tertutup

Kategori alat Alat direbus Panci tekan Panas kering Autoklaf Desinfeksi

Alat kritis √ √ √ √

Alat semi kritis √ √

Alat non kritis √ √

D. PENATALAKSANAAN KECELAKAAN KERJA

Kemenkes RI, (2012) mengatakan hal yang harus diperhatikan saat

melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja seperti

dibawah ini :

28
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan

jumlah yang banyak dan sabun atau antiseptik sambil tekan bagian yang

tertusuk jarum sampai mengeluarkan darah. Jari yang tertusuk tidak boleh

dihisap dengan mulut.

2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci dengan

sabun dan air mengalir atau larutan garam dapur.

3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air

4. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi)

5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan

air.

29
BAB III

PELAKSANAAN TINDAKAN PENGENDALIAN

INFEKSI SILANG

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

Adapun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini adalah;

Hari/tanggal : Kamis, 18 Maret 2021

Pukul : 08 WITA – selesai

Tempat : Laboratorium dan Klinik Program Studi DIII Kesehatan

Gigi Poltekkes Kemenkes Kupang.

B. Jenis-jenis Praktikum

1. Sterilisasi alat;

a. Sterilisasi Oven

b. Sterilisasi Ozon

c. Sterilisasi Autoklaf

2. Desinfeksi

a. Desinfeksi Dental Unit

b. Desinfeksi Hand Piece

c. Desinfeksi Kompresor

d. Desinfeksi Ruangan

30
C. Prosedur Kerja Sterilisasi dan Desinfeksi

1. Sterilisasi Oven

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan alat yaitu;

1) Dental kabinet

2) Korentang

3) Baki instrument

4) Alat sterilisasi (oven)

5) Sikat

c. Persiapan bahan yaitu;

1) Larutan desinfektan (detol)

2) Sabun

3) Handuk kering steril

d. Tata Laksana Sterilisasi Oven;

1) Mencuci tangan, memakai APD

2) Pisahkan alat-alat yang akan didesinfeksi

3) Merendam alat-alat dengan benar (tenggelam) menggunakan

larutan desinfektan selama 10 menit

31
4) Alat dicuci dengan sabun dan disikat sampai bersih sesuai alur-

alurnya, bilas dibawah air mengalir

5) Keringkan dengan handuk kering steril

6) Mengatur alat-alat pada oven

7) Sambungkan dengan aliran listrik dan hidupkan oven

8) Mengatur temperatur dan waktu (180°C selama 1 jam, 160°C

selama 2 jam)

9) Setelah selesai waktu steril, putuskan aliran listrik dan diamkan

selama ± 20 menit agar alat dingin

10) Kemudian keluarkan alat-alat dan letakkan alat tersebut pada baki

instrument steril menggunakan korentang.

11) Penyelesaiannya yaitu membereskan kembali semua alat-alat yang

telah dipakai untuk di desinfeksi, lalu mencuci tangan

2. Sterilisasi Ozon

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker dan Handscoon

b. Persiapan alat dan bahan;

1) Persiapan alat yaitu;

a) Dental kabinet

b) Korentang

32
c) Baki instrument

d) Alat sterilisasi (ozon)

2) Persiapan bahan yaitu;

a) Larutan desinfektan (detol)

b) Sabun

c) Handuk kering steril

c. Tata Laksana Sterilisasi Ozon

1. mencuci tangan, memakai APD

2. Pisahkan alat-alat yang akan di sterilisasi

3. Merendam alat-alat dengan benar (tenggelam) menggunakan

larutan desinfektan selama 10 menit

4. Alat dicuci dengan sabun dan disikat sampai bersih sesuai alur-

alurnya, bilas dibawah air mengalir

5. Keringkan dengan handuk kering steril

6. Mengatur alat-alat pada ozon

7. Setelah mencapai 30°C lampu ozon akan mati dengan

sendirinya

8. Putuskan sambungan dengan aliran listrik dan diamkan selama

20 menit agar alat dingin

9. Keluarkan alat-alat dan letakkan alat tersebut pada baki

instrumen steril menggunakan korentang.

Penyelesaiannya yaitu membereskan kembali semua alat-alat

yang telah dipakai untuk di desinfeksi, lalu mencuci tangan.

33
3. Sterilisasi Autoklaf

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan alat dan bahan;

1) Persiapan alat yaitu;

a) Dental kabinet

b)Korentang

c)Baki instrument

d)Alat sterilisasi (autoklaf)

2) Persiapan bahan;

a) Larutan desinfektan (detol)

b) Sabun

c) Handuk kering steril

c. Tata Laksana Sterilisasi Autoklaf;

1) Mencuci tangan, memakai APD

2) Pisahkan alat-alat yang akan di sterilisasi

3) Merendam alat-alat dengan benar (tenggelam) menggunakan

larutan desinfektan selama 10 menit

4) Alat dicuci dengan sabun dan disikat sampai bersih sesuai alur-

34
alurnya, bilas dibawah air mengalir

5) Keringkan dengan handuk kering steril

6) Alat dibungkus/dipacking dengan medipack

7) Mengatur alat-alat pada baki autoclave

8) Putar katup air kepengisian (filling) untuk mengisi air ke dalam

ruang sterilisasi lalu putar katup kearah close

9) Sambungkan dengan aliran listrik

10) Mengatur temperatur (118°C-134°C)

11) Tekan tombol power

12) Mengatur waktu 4,15 atau 30 menit

13) Tutup pintu lalu tekan tombol start

14) Setelah selesai waktu steril, alarm berbunyi selama 40 detik.

Putar air ke pengeringan (draining) ke tekanan dalam ruang

sterilisasi berkurang. Setelah pengukuran tekanan ke posisi 0

putar katup ke close

15) Pintu dibuka keluarkan alat-alat gunakan korentang dan

letakkan alat-alat tersebut pada tray kemudian masukan ke

dalam ozon untuk pengeringan. Penyelesaiannya yaitu

membereskan kembali semua alat-alat yang telah dipakai untuk

di desinfeksi kemudian mencuci tangan.

35
4. Desinfeksi Dental Unit

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan alat;

1) 2 buah ember berisi air

2) Sikat wastafel

c. Persiapan bahan;

1) Kain flannel/kanebo

2) Tisu steril

3) Sabun cuci tangan

4) Portex desinfektan (alcohol 70%).

d. Tata Laksana Desinfeksi Dental Unit ;

1) Gunakan masker dan handscoon

2) Bersihkan bagian-bagian luar dari debu/kotoran lain dengan lap

basah dan keringkan

3) Cuspidor/sptoon bowl/mangkok pembuangan cuci dengan

bahan pembersih dengan sikat wastafel, saringan dibuka dan

diberi portex, desinfektan.

4) Pada tempat duduk pasien dibersihkan menggunakan kain

36
flannel dan tisu steril atau kapas alcohol 70%

Penyelesaiannya dengan membersihkan kembali semua alat-

alat yang telah dipakai untuk di desinfeksi dan mencuci tangan

dengan cara desinfeksi.

5. Desinfeksi Handpiece

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan bahan;

1) Kapas

2) Alcohol 70% minyak pelumas

c. Tata Laksana Desinfeksi Handpiece;

1) Gunakan masker dan handscoon

2) Tiap pergantian pasien, mata bur dikeluarkan, kepala handpiece

di desinfeksi dengan kapas alcohol 70%

3) Handpiece diputar dalam alcohol 70% agar bekas bur gigi dan

kotoran yang menempel terbuang. Putar sesuai arah jarum jam

3, setelah 3 menit diputar berlawanan arah jarum jam 3 menit

4) Handpiece dibuka disikat bagian yang bergerigi, dicuci dengan

alcohol 70%, dilap kering, diberi pelumas dan dipasang

37
kembali

5) Handpiece disimpan dengan posisi kepala handpiece berada di

bawah agar pelumas berada di kepala handpiece.

Penyelesaiannya dengan Membereskan kembali semua alat-alat

yang telah dipakai untuk desinfeksi dan Mencui tangan dengan

cara desinfeksi.

6. Desinfeksi Kompresor

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan alat;

2 buah ember berisi air

c. Persiapan bahan;

1) Kain flannel/kanebo

2) Sabun cuci tangan

3) Larutan desinfektan (lisol)

d. Tata Laksana Desinfeksi Kompresor

1) Gunakan masker dan handscoon

2) Sisa udara dalam tangki dibuang

38
3) Bersihkan bagian-bagian luar tangki kompresor dan selang-

selang dari debu/kotoran lain yang menempel

4) Lap basah menggunakan kanebo/kain flannel dan larutan

desinfektan.

7. Desinfeksi Ruangan

a. Persiapan operator;

1) Seragam lengkap (jas lab, papan nama, pin)

2) Kuku pendek

3) Rambut rapi

4) Masker

5) Handscoon

b. Persiapan alat;

1) 2 buah ember berisi air

2) Sapu lantai

c. Persiapan bahan;

1) 1 botol aqua sedang berisi larutan desinfektan

2) Sabun cuci tangan

3) Kain pel

d. Tata Laksana Desinfeksi Ruangan;

1) Gunakan masker dan handscoon

2) Merapikan ruangan dari semua benda-benda yang telah dipakai

termasuk meja dan kursi

3) Rungan dibersihkan (langit-langit, jendela) dan disapu

39
4) Lakukan desinfeksi ruangan dengan larutan desinfektan

menggunakan kain pel bersih. Lakukan minimal 2-3 kali atau

sesuai besarnya ruangan.

5) Ruang ditutup.

Penyelesaiannya dengan membereskan kembali semua alat-alat

yang telah dipakai untuk desinfeksi mencuci tangan dengan

cara biasa.

40
BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2012, infeksi silang dapat terjadi

di tempat pelayanan kesehatan gigi melalui 4 cara, diantaranya pasien ke

tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien,

pasien ke pasien dan tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas

masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga pelayanan kesehatan

gigi.

Profesi perawat gigi secara rutin mempunyai risiko yang tinggi tertular

infeksi ketika sedang melakukan perawatan untuk pasien-pasiennya. Potensi

pekerjaan bagi penularan penyakit sejak mulai dapat dipastikan bila kita

menyadari bahwa kebanyakan mikrobial patogen manusia dapat di isolasi dari

sekresi rongga mulut. Sebagai hasil pemajanan yang berulangkali terhadap

mikroorganisme yang ada dalam darah dan saliva, kontak tidak langsung,

melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, umumnya

melalui instrument yang digunakan tidak steril (Ketut Harapan, dkk, 2019).

Maka untuk mencegah hal tersebut, pentingnya pengedalian infeksi

silang dilakukan pada tenaga kesehatan gigi untuk mengurangi kemungkinan

atau resiko infeksi silang sehingga menghasilkan lingkungan yang aman bagi

pasien dan dokter atau perawat saat berkerja penerapan pelindung diri dan

kesterilian alat dan kebersihan lingkungan agar tidak adanya penularan

pengedalian infeksi langsung dan tidak langsung (Darmandi, 2018).

41
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan di Klinik dan

Laboratorium DIII Kesehatan Gigi, maka dapat dijelaskan tindakan

pencegahan pengendalian infeksi silang dilaksanakan dengan dua metode

yaitu sterilisasi dan desinfeksi. Yang digunakan untuk mensterilisasi alat yaitu

oven dan ozon. Oven merupakan alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas

kering. Dan ozon juga sama dengan oven merupakan alat sterilisasi dengan

cara fisik yaitu panas kering. Dalam melakukan sterilisasi perlu diketahui

mana alat yang terbuat dari bahan yang tahan dan tidak tahan panas maupun

bahan yang memiliki batas panas maksimal yang mampu diterimanya. Hal ini

bertujuan agar peralatan yang disterilkan tidak rusak, misalnya saja untuk

mensterilkan peralatan plastic dengan menggunakan sterilisasi panas kering,

sudah tentu yang terjadi adalah hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusaknya

peralatan tersebut. Oven digunakan untuk mensterilisasi alat yang terbuat dari

logam yang tahan terhadap suhu tinggi. Oven terbuat dari kotak logam, udara

yang didalamnya mendapat udara yang panas melalui panas daya listrik.

Sebelum dimasukkan alat-alat seperti alat kritis; Periodontal probe, sonde.

Alat semi kritis; Kaca mulut, ekskavator, dental pinset, cement stopper, plastic

filling instrument. Dan alat tidak kritis; Agate spatula, nierbeken, dappen

wash, dappen dish didesinfeksi lalu dikringkan dengan handuk steril,

kemudian dibungkus dengan plastik pembungkus untuk mencegah terjadinya

keretakan dan kontaminasi pada saat dikeluarkan dari dalam oven. Alat- alat

yang sudah dibungkus dimasukkan ke dalam oven dengan temperature dan

waktu 160°C-180°C selama 1-2 jam. Setelah pemanasan selesai, oven

42
dimatikan sampai mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan untuk menghindari

keretakan alat atau masuknya udara yang mengandung partikel debu. Suhu

yang digunakan160°C-180°C selama 1-2 jam karena panas kering kurang

efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap air panas maka

metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih

panjang. Alat lain yang digunakan dalam sterilisasi adalah Ozon. Sebelum

dimasukkan, alat-alat seperti alat kritis; Periodontal probe, sonde. Alat

semikritis; Kaca mulut, ekskavator, dental pinset, cement stopper, plastic

filling instrument. Dan alat tidak kritis; Agate spatula, nierbeken, dappen

wash, dappen dish dibungkus dengan plastik pembungkus terlebih dahulu

untuk mencegah terjadinya keretakan dan kontaminasi pada saat dikeluarkan

dari dalam ozon. Alat- alat yang sudah dibungkus dimasukkan ke dalam Ozon

sampai mencapai temperature 130°C pemanasan selesai, dan mati dengan

sendirinya mencapai suhu kamar. Lalu, metode praktikum yang kedua adalah

desinfeksi sebagai proses untuk menghilangkan sebagian besar atau semua

mikroorganisme patogen kecuali spora bakteri yang terdapat di permukaan

benda mati (non-biologis, seperti pakaian, lantai, dinding. Ada empat jenis

desinfeksi dalam praktikum ini dilakukan yaitu dental unit dengan tisu steril,

serta alcohol 70%), desinfeksi handpiece dengan kapas alcohol 70%,

kompresor dengan kanebo/kain flannel dan larutan desinfektan, dan ruangan

dengan larutan desinfektan menggunakan kain pel bersih.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan di Klinik dan
Laboratorium DIII Kesehatan Gigi, maka dapat dijelaskan tindakan
pencegahan pengendalian infeksi silang dilaksanakan dengan dua metode
yaitu sterilisasi dan desinfeksi. Yang digunakan untuk mensterilisasi alat yaitu
oven dan ozon. Oven merupakan alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas
kering. Dan ozon juga sama dengan oven merupakan alat sterilisasi dengan
cara fisik yaitu panas kering.Penatalaksaan Pengendalian Infeksi Silang
dengan prinsip sterilisasi ada 3 cara sterilisasi yaitu Sterilisasi Oven, Ozon,
Autoklaf. Namun yang dilakukan hanya dengan 2 metode sterilisasi yaitu
sterilisasi Oven dan Ozon saja dan untuk sterilisasi dengan menggunakan
autoklaf tidak dilaksanakan karena kekurangan alat sterilisasi autoklaf di
Laboratorium DIII Kesehatan gigi.

B. Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya ialah ;
1. Agar praktikum teknik proses sterilisasi dan desinfeksi alat serta ruangan
dilaksanakan dengan teliti sesuai tata laksana yang ada serta peserta yang
praktik selalu menjaga ketenangan agar praktikum dapat berjalan lancar.
2. Sebelum proses sterilisasi dengan oven ozon, alat bekas pakai
dicuci/dibersihkan dengan cermat sehingga jumlah bakteri kontaminan
termasuk sporanya berjumlah minimum.
3. Untuk sterilisator autoklaf harapannya agar segera disediakan di ruangan
Laboratorium agar praktikum sterilisasi alat semua bisa dilaksanakan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Darmandi.,2018. Pengendalian Infeksi Silang. Poltekkes Tanjungkarang.

Kementerian Kesehatan RI.,2012. Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan. Jakarta.

Ketut Harapan, I., Mustapa Bidjuni, M. B., Maramis, J. L., Maramis, J. L.,2019.

Perilaku Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap

Pencegahan Infeksi Silang. Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Manado.

Suryana, A., Sos, S.,(2019). Gambaran Penatalaksanaan Pengendalian Infeksi

Silang Di Poli Gigi Puskesmas X. Institusi Poltekkes Kemenkes

Bandung.

Ramadhani, W.R., Kepel, B.J., Parengkuan, W.G.,2015). Tindakan Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi pada Perawatan Periodonsia di Rumah Sakit Gigi

dan Mulut. pspdg FK Unsrat. e-GiGi, 3(2).

Wicker, dkk.,2014. Pengembangan Model Perilaku. Perpustakaan Universitas

Airlangga.

World Health Organization.,2003. Health Care Worker Safety, Switzerland.

Yee R.,2006. Infection Control for the Delivery of Basic Oral Emergency Care.

Developing Dentistry Vol. 7 No. 1.

45
LAMPIRAN

46

Anda mungkin juga menyukai