Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan student project Jurnal Reading tentang
Prinsip dan prosedur kontrol infeksi di kedokteran gigi. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada rekan – rekan kami yang telah berkontribusi dalam pembuatan student
project ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa student project ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan baik dalam penyusunan kata maupun materi student project ini dan
dengan sangat terbuka kami menerima kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya kami dapat memperbaiki student project ini.
Besar harapan kami agar student project yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat bagi kami selaku tim penyusun maupun para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………iv
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
BAB II: LAPORAN KASUS………………………………………………. 2
BAB III: PEMBAHASAN…………………………………………………. 5
3.1 Vaksinasi HBV………………………………………………… 5
3.2 Alat Pelindung Diri (APD) …………………………………… 5
3.3 Mencuci Tangan………………………………………………. 5
3.4 Sterilisasi Alat………………………………………………… 6
3.5 Pemantauan Autoklaf…………………………………………. 6
3.6 Dekontaminasi dan Pembersihan Permukaan
Menggunakan Pelindung Sekali Pakai………………………… 6
3.7 Kontrol Aerosol…………………………………………………7
3.8 Pengendalian Kecelakaan…………………………………….... 7
3.9 Kesimpulan Kasus……………………………………………... 8
BAB IV: KAITAN DENGAN TEORI……………………………………. 9
4.1 Infeksi…………………………………………………………. 9
4.1.1 Pengertian Infeksi….……………………………………... 9
4.1.2 Risiko Penularan Penyakit Dan Infeksi.………………...... 9
4.1.2.1 Infeksi di Udara………………………………........ 9
4.1.2.2 Infeksi melalui benda tajam dan cedera jarum
suntik………………………………...……..……..10
4.1.3 Pemutusan Rantai Infeksi………………………………...11
4.1.3.1 Evaluasi Pasien……………………………….......11
4.1.3.2 Perlindungan Personal……………………………11
4.2 Kontrol Infeksi………………………………………………..14
ii
4.2.1 Pengertian Kontrol Infeksi ………………………..……..14
4.2.2 Standar Kontrol Infeksi ………………………..………...14
4.3 Prosedur kontrol infeksi di kedokteran gigi…………..…..…. 15
BAB V: KESIMPULAN………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………18
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada praktek dokter gigi, sebagian besar tindakan dilakukan di dalam rongga
mulut, hal ini menyebabkan interaksi dokter gigi dan asisten memiliki resiko tinggi
dengan infeksi yang diakibatkan cairan tubuh pasien. Saliva pasien bercampur dengan
cairan sulkus, debris, darah, dan pus merupakan aerosol. Bahan aerosol ini sering
mengandung mikroba yang berpotensi menular dan menyebabkan penyakit menular. Jadi
selama perawatan gigi, baik pasien dan petugas kesehatan gigi dapat terpapar secara
potensial agen infeksius melalui kontak dengan darah, sekret mulut dan pernapasan, serta
terkontaminasi instrumen yang dipergunakan. Infeksi utama yang dapat tertular pada
perawatan gigi disebabkan oleh bakteri seperti; Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Clostridium tetani,
Legionella. Agen infeksi mikroba ini berasal dari rongga mulut serta saluran pernafasan,
mikroba dapat memperoleh akses ke darah dan air liur kemudian dapat ditularkan melalui
aerosol yang dihasilkan selama prosedur perawatan gigi atau melalui batuk, bersin, dan
berbicara. Dengan tingginya resiko terpapar infeksi maka dalam praktek dokter gigi dan
perawatan pasien memerlukan strategi dan protokol khusus. Hal ini akan membantu
mencegah transmisi agen penyebab penyakit (seperti bakteri, virus, protozoa, dan jamur)
di antara dokter dan pasiennya serta pada situasi khusus dimana infeksi diketahui
memiliki potensial kemampuan transmisi yang tinggi, tindakan pencegahan tambahan
harus dilaksanakan. Dalam paper ini juga membahas mengenai pencegahan infeksi,
seperti; evaluasi pasien dan perlindungan personal. Paper ini dibuat guna meningkatkan
pengetahuan mahasiswa kedokteran gigi serta praktisi kedokteran gigi prinsip dan
prosedur kontrol infeksi dalam penatalaksanaan perawatan praktek dokter gigi.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Dari studi yang dilakukan didapatkan beberapa data yang telah dihimpun dalam
bentuk tabel. Dimana, tabel 1 merupakan karakteristik dari partisipan, baik itu jenis
kelamin, pengalaman kerja, dan lainnya.
Tabel 2 berisi persentase respons positif terhadap domain yang dituju. Seluruh
domain yang berjumlah 11 akan didata persentase respon positifnya.
2
Tabel 2. Persentase Respon Positif Terhadap Domain yang Dituju
3
Tabel 4. Kepatuhan Partisipan Terhadap Protokol Pengendalian Infeksi Menurut
Kepemilikan
4
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, kepatuhan para dokter gigi selaku partisipan
menunjukkan angka 74,50% dari total populasi yang diuji. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa para dokter gigi mematuhi standar kewaspadaan dalam mencegah penularan
Hepatitis B yang rentan terjadi dalam praktik kedokteran gigi.
Dalam penelitian ini, kepatuhan terhadap alat pelindung diri dapat dikatakan
tinggi, seperti contohnya penggunaan sarung tangan (96,10%). Selain itu, kepatuhan
dengan pelindung mata berada di tingkat sedang di antara peserta dalam penelitian ini
(74,30%). Penggunaan pakaian pelindung, penutup kepala dan jas putih sangat penting
selama prosedur perawatan gigi. Studi pada Nablus dan Tulkarm ini menunjukkan bahwa
(76,30%) partisipan mematuhi penggunaan pakaian pelindung diri, penutup kepala, dan
jas putih. Secara umum, kepatuhan terhadap semua tindakan APD pada partisipan adalah
(81,1%) yang menunjukkan bahwa kesadaran terhadap protokol pencegahan infeksi
cukup tinggi.Hal ini juga didukung dengan adanya pandemi COVID-19 yang
memberikan kesadaran bagi para dokter gigi terhadap pentingnya penggunaan alat
pelindung diri (APD).
5
3.4 Sterilisasi Alat
Cara sterilisasi dengan autoclaving adalah metode yang paling efektif dengan
tingkat kepatuhan (94%) diantara peserta di distrik Nablus dan Tulkarm , sedangkan
untuk sterilisasi instrumen total (larutan dekontaminasi, mesin cuci desinfektan ,
antiseptik dan kantong pembungkus) adalah (59,4%). Penelitian dokter gigi di Lebanon
2017 menunjukkan bahwa autoklaf uap adalah cara sterilisasi yang disukai sebesar (65%)
. Studi lain yang dilakukan di Hebron- Palestina pada tahun 2017 menyoroti bahwa
respons mengenai sterilisasi instrumen relatif rendah (42,8%) di mana tingkat kepatuhan
menurut Sterilisasi dan Desinfeksi Alat Perawatan Pasien (SDT) sangat tinggi yaitu 88%.
T-test menunjukkan bahwa kelompok Tulkarm dengan mean = 0,65 lebih tinggi dari
kelompok Nablus dengan rata-rata (0,57). Hasil ini menyatakan bahwa dokter gigi
Tulkarm memiliki pengetahuan yang baik tentang cara-cara tindakan pengendalian
infeksi dan mereka ingin menerapkan langkah-langkah ini lebih dari dokter gigi Nablus.
Tes T menunjukkan bahwa kelompok spesialis dengan mean = 0,55 lebih rendah dari
kelompok (GP) dengan mean = 0,62.
6
(77,0%) dari semua peserta membuang penghalang pelindung sekali pakai setelah
menyelesaikan prosedur perawatan gigi.
7
3.9 Kesimpulan Kasus
8
BAB IV
Rute umum untuk transmisi mikroba agen dalam praktik gigi menurut
Bednarsh dan Molinari (2010), dan dikonfirmasi oleh Paramashivaiah et al. (2016),
dan Upendran et al. (2020), adalah
1. Kontak langsung dengan lesi infeksius, atau air liur yang terinfeksi, atau darah,
atau bahan yang terinfeksi lainnya;
2. Kontak tidak langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi, seperti
instrumen, permukaan lingkungan, atau peralatan;
3. Menghirup mikroorganisme di udara yang dapat tetap tersuspensi sebagai aerosol
di udara untuk waktu yang lama;
4. Kontak mukosa konjungtiva, hidung, atau mulut dengan tetesan seperti percikan
darah, air liur, atau sekret nasofaring yang mengandung mikroba dari orang yang
terinfeksi yang penyebarannya melalui batuk, bersin, atau berbicara.
Dalam praktik gigi, jalur transmisi infeksi digambarkan sebagai "horizontal". Ini
bisa dari pasien ke operator, dari operator ke pasien, dan dari pasien ke pasien (Smith &
Smith, 2014).
4.1.2 Risiko Penularan Penyakit Dan Infeksi
Flu biasa dan tuberkulosis. Ketika aerosol dibuat, misalnya, dengan instrumen
berkecepatan tinggi, berbagai ukuran tetesan diproduksi. Nasib mereka tergantung pada
ukuran mereka. Tetesan berdiameter lebih besar dari 100 μm disebut percikan dan
mengendap dengan sangat cepat pada permukaan sebagai akibat dari tarikan gravitasi;
9
mereka mencemari apa pun yang ada di depan dan di bawah pasien. Tetesan kecil
berdiameter kurang dari 100 μm menyumbang sebagian besar tetesan yang dibuat.
Mereka menguap seketika dan tetap tersuspensi atau tersuspensi di udara selama berjam-
jam sebagai inti tetesan, yang terdiri dari sekresi saliva kering atau serum dan organisme
apa pun yang mungkin dikandungnya. Akhirnya, mereka jatuh ke tanah. Secara praktis,
ini menggarisbawahi pentingnya ventilasi yang memadai dari lingkungan klinis, terutama
selama penggunaan instrumen pembuat aerosol dan desinfeksi rutin permukaan operasi.
Rute utama infeksi silang dalam operasi gigi adalah melalui kulit atau mukosa
karena kecelakaan yang melibatkan benda tajam atau cedera jarum suntik. Ada bukti
bahwa penularan hepatitis B dari pasien ke dokter gigi dan sebaliknya telah terjadi dengan
cara ini.
Terjadinya infeksi silang dikarenakan adanya penularan agen infeksi antara pasien
dengan tenaga kesehatan atau sebaliknya. Penularan infeksi ini dapat terjadi melalui
droplet, darah, saliva dan instrument yang terkontaminasi. Tenaga kesehatan termasuk
dokter gigi dan asisten gigi sangat berisiko terhadap penyakit menular, diantaranya yaitu
sebesar 1,6% dokter gigi dan asisten gigi terinfeksi Hepatitis C dan sebesar 6,1% dokter
gigi dan asisten gigi terinfeksi Hepatitis B.
Pelayanan praktik dokter gigi sangat berisiko terjadi penularan infeksi, didapatkan
adanya peningkatan frekuensi mikroorganisme sebelum perawatan sebesar 33,3% dan
sesudah perawatan sebesar 80% di udara ruang praktik serta peningkatan mikroorganisme
sebelum perawatan sebesar 18,3% dan sesudah perawatan 70% di permukaan dental unit.
Kemudian juga terdapat kontaminasi bakteri pada kaca mulut yang tidak dilakukan
pembersihan sebelum sterilisasi dan desinfeksi.
Dari hal tersebut di atas, jelas bahwa jumlah penyakit menular yang mungkin
terpapar oleh personel gigi selama hari kerja bisa sangat besar. Beberapa langkah tersedia
untuk personel gigi (dokter gigi, ahli kebersihan gigi, asisten bedah gigi, perawat gigi
sekolah, teknisi laboratorium gigi dan teknisi radiologi) untuk memutus rantai infeksi
silang ini bisa dengan:
10
1. Evaluasi pasien
2. Perlindungan pribadi
3. Sterilisasi dan disinfeksi
4. Pembuangan limbah yang aman
5. Asepsis laboratorium.
11
harus ditangani atau diletakkan secara terpisah. Dan juga dapat mengenakan celemek
vinil tahan air tambahan untuk melindungi pakaian dalam saat bekerja di area
laboratorium (misalnya, pemangkasan gigi palsu).
3) Alat Pelindung Diri (APD)
Langkah-langkah kebersihan pribadi mengurangi tingkat kemungkinan patogen
pada tubuh dan pakaian kita, meskipun tidak sepenuhnya menghilangkannya. Untuk
meminimalkan penyebaran organisme lebih lanjut dari staf ke pasien (dan sebaliknya),
penghalang pelindung berikut harus digunakan:
a. Sarung tangan
Tujuan utama pemakaian sarung tangan untuk menetapkan standar kebersihan
yang wajar untuk melindungi personel gigi dan pasien. Disarankan untuk mengganti
sarung tangan setidaknya setiap jam selama prosedur operasi yang lama pada pasien yang
sama. Ketika telah selesai melakukan kontak dengan pasien, sarung tangan harus segera
dilepas. Kemudian mencuci tangan dengan sabun antimikroba sebelum meninggalkan
klinik.
Ada tiga jenis sarung tangan utama yang digunakan dalam kedokteran gigi:
1. Sarung tangan lateks pelindung yang bersih, berkualitas tinggi harus digunakan setiap
kali memeriksa mulut pasien atau memberikan perawatan gigi rutin ketika tidak ada
prosedur pertumpahan darah yang dilakukan
2. Sarung tangan steril harus digunakan untuk prosedur pembedahan atau prosedur yang
dapat menyebabkan pengeluaran darah.
3. Sarung tangan utilitas tugas berat harus digunakan untuk membersihkan instrumen atau
permukaan atau menangani bahan kimia.
b. Pelindung mata
Pelindung mata harus dipakai oleh dokter gigi dan personel pendukung yang dekat
selama semua prosedur untuk melindungi konjungtiva dari percikan dan serpihan yang
dihasilkan oleh handpiece berkecepatan tinggi, penskalaan (manual atau ultrasonik), dan
pemolesan dan pembersihan instrument.
c. Masker
Mengenakan masker, seperti masker bedah, adalah tindakan higienis yang
diperlukan, terutama selama instrumentasi berkecepatan tinggi, karena dapat mencegah
12
inhalasi aerosol yang terkontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan
atas dan bawah. Kemanjuran filtrasi aerosol tersebut tergantung pada:
• Bahan yang digunakan untuk pembuatan masker (masker kertas lebih rendah dari jenis
fiber glass dan polypropylene)
• Lama waktu pemakaian masker: masa pakai masker diperkirakan sekitar 30–60 menit,
terutama jika masker basah.
• Selalu pastikan bahwa masker disesuaikan dengan baik sehingga hidung dan mulut
tertutup sepenuhnya.
• Masker tidak boleh disentuh dengan sarung tangan selama perawatan atau dipakai di
luar zona perawatan.
d. Rubber dam isolation
Sebisa mungkin, rubber dam harus digunakan dalam prosedur operasi untuk
meminimalkan produksi air liur dan aerosol yang terkontaminasi darah. Penggunaan
rubber dam selama prosedur operasi bertujuan untuk:
• Memberikan bidang visual yang jelas saat jaringan ditarik
• Meminimalkan kontak instrumen dengan mukosa (sehingga meminimalkan cedera
jaringan dan perdarahan selanjutnya)
• Mengurangi pembentukan aerosol, karena pengumpulan air liur tidak terjadi pada
permukaan rubber dam
• Meminimalkan penarikan kembali cairan mulut yang terkontaminasi ke dalam sistem
air unit gigi karena rubber dam mencegah pengumpulan cairan mulut dan kemungkinan
tersedot kembali ke saluran air.
4) Menangani benda tajam dan cedera terkait
Alat-alat dengan tepi tajam banyak digunakan dalam kedokteran gigi (misalnya
jarum, bilah, bur, file endodontik, kabel ortodontik, dan pita matriks).
• Daftar semua jenis benda tajam yang digunakan dalam praktik harus disimpan,
mengidentifikasi yang sekali pakai dan yang dapat digunakan kembali
• Wadah benda tajam yang harus digunakan di setiap area kerja, disimpan sedekat
mungkin dengan tempat penggunaan.
• Tidak boleh diletakkan dalam 1 wadah secara berlebihan dan harus ditutup dengan
benar untuk mencegah gangguan
5) Prosedur imunisasi
13
Praktisi harus memiliki kebijakan tertulis tentang vaksinasi (termasuk pemberian
booster). Imunisasi dilakukan agar mengurangi jumlah pekerja terinfeksi penyakit dan
mengurangi terjadinya transmisi. Dengan dilakukannya imunisasi maka dapat
memberikan kekebalan pada tubuh.
14
kewaspadaan berlaku untuk kontak dengan darah; semua cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi kecuali keringat, terlepas dari apakah mereka mengandung darah; kulit tidak
utuh; dan membran mukosa.
Hal ini memerlukan beberapa prosedur baru, seperti: isolasi pasien, ventilasi
ruangan yang memadai, alat proteksi pernafasan, dan penundaan non-darurat prosedur
perawatan gigi.
Evaluasi Pasien
Suatu riwayat medis yang menyeluruh harus diambil dari dari setiap pasien dan
diperbarui di setiap kunjungan. Hal ini tidak hanya baik untuk praktek klinis, tetapi juga
dapat mengungkapkan penyakit yang penting dalam kaitannya dengan infeksi silang dan
relevan dengan prosedur gigi yang akan dilakukan.
Personal Protection
Perlindungan untuk diri sendiri mencakup pakaian klinik yang sesuai, kebersihan
pribadi, berbagai alat pelindung (sarung tangan, pelindung mata, masker wajah, rubber
dam isolation) dan prosedur imunisasi. Sebisa mungkin, rubber dam harus digunakan
dalam prosedur operasi untuk meminimalkan produksi aerosol yang terkontaminasi air
15
liur/darah. Untuk meminimalisir infeksi silang dari aerosol, dapat menggunakan aspirator
berkecepatan tinggi yang efisien.
Untuk menghindari cedera dari benda tajam, pahami semua prosedur penanganan
benda tajam, dimana hal ini harus menjadi bagian integral dari pendidikan staf. Banyak
alat-alat yang tajam digunakan dalam kedokteran gigi seperti jarum, endodontic files,
orthodontic wires,dll. Semua jenis benda tajam yang digunakan dalam praktik harus
disimpan dengan baik dan mengidentifikasi yang sekali pakai dan yang dapat digunakan
kembali.
Dekontaminasi
16
BAB V
KESIMPULAN
Infeksi silang dapat didefinisikan sebagai transmisi agen infeksi antara pasien dan
staf dalam lingkungan klinis. Penularan dapat terjadi melalui udara dan benda-benda yang
terkontaminasi (fomites) seperti benda tajam dan cedera jarum suntik. Upaya pencegahan
infeksi melalui penyebaran mikroorganisme, baik dari pasien ke pasien lainnya, pasien
ke operator, operator ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien dapat
dilakukan dengan kontrol infeksi. Tujuan utama dari tindakan pencegahan penyebaran
penyakit infeksi adalah mengurangi suatu resiko kontak dengan mikroorganisme patogen
dan menciptakan suatu lingkungan yang bersih dan aman bagi pasien beserta para pekerja
yang berada di bidang kedokteran gigi. Infection Control Risk Assessment (ICRA)
merupakan suatu sistem pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat
kontinuitas dan probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan hasil
yang dapat dipertanggungjawabkan. Fitur utama dalam protokol pengendalian infeksi
yang komprehensif adalah evaluasi pasien, perlindungan pribadi, pembersihan instrumen,
sterilisasi dan penyimpanan, penggunaan sekali pakai, pembersihan dan disinfeksi
permukaan, asepsis laboratorium, pembuangan limbah dan pelatihan staf, termasuk
pendidikan berkelanjutan. Kontrol infeksi yang efektif adalah salah satu indikator penting
menunjukkan tercapainya pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Menawi, W., Sabbah, A., & Kharraz, L. (2021). Cross-infection and infection
control in dental clinics in Nablus and Tulkarm districts. BMC microbiology, 21(1), 1-11.
Nnaji, C. E., Ime, A. U., Nwatu, J. C., Okolo, P. U., Ochiagha, C. S., Nwachukwu,
J. O., & Onyeabor, H. C. (2021). Infection control in dentistry. Orapuh Literature
Reviews, 1(1), OR001-OR001.
S., Lakshman. (2012). Essential Microbiology for Dentistry : Fourth Edition.
Elsevier Ltd.
18