FAISHOL IRIYANTO
NIM. 201702040
i
PROFIL PENGAMBILAN OBAT
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI FARMASI
RAWAT JALAN BPJS RS PETROKIMIA GRESIK
FAISHOL IRIYANTO
ABSTRAK
ii
MEDICAL TAKING PROFILE
ON LUNG TUBERCULOSIS PATIENTS IN PHARMACEUTICAL
INSTALLATION
RAWAT JALAN BPJS RS PETROKIMIA GRESIK
FAISHOL IRIYANTO
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................................................ii
ABSTRACT................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................................4
2.1 Tuberkulosis Paru 4
2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru 4
2.1.2 Patofisiologi 4
2.1.3 Gejala Klinis 5
2.1.4 Klasifikasi Tuberkulosis menurut Pedoman Nasional Penanggulangan TB 5
2.2 Pengobatan Tuberkulosis 9
2.2.1 Tujuan Pengobatan Tuberkulosis 9
2.2.2 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 9
2.2.3 Prinsip Pengobatan Tuberkulosis 11
2.2.4 Panduan OAT di Indonesia 12
2.2.5 Pengobatan Tuberkulosis pada pasien kondisi khusus 14
2.2.6 Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TB 18
2.3 Profil 19
BAB 3 METODE PELAKSANAAN.......................................................................................21
3.1 Rancangan Penelitian 21
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 21
3.3 Populasi dan Sampel 21
3.4 Pengumpulan Data 22
3.5 Pengolahan dan Analis Data 22
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................................................23
4.1 Hasil Penelitian 23
iv
4.2 Pembahasan 24
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................................27
5.1 Kesimpulan 27
5.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................28
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pengelompokan OAT ..................................................................................................9
Tabel 2.2 OAT Lini Pertama .......................................................................................................9
Tabel 2.3 Kisaran Dosis OAT Lini Pertama Bagi Pasien Dewasa............................................10
Tabel 2.4 OAT yang Digunakan dalam Pengobatan TB MDR..................................................10
Tabel 2.5 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3..............................................12
Tabel 2.6 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2HRZES/ 5H3R3E3.......................................13
Tabel 2.7 Paduan OAT KDT Sisipan.........................................................................................13
Tabel 2.8 Acuan Penilaian Tingkat Kegagalan Fungsi Ginjal pada Penyakit Ginjal Kronis....16
Tabel 2.9 Dosis Dianjurkan pada Pasien TB dengan Penyakit Ginjal Kronis............................16
Tabel 4.1 Persentase pengambilan resep....................................................................................23
Tabel 4.2 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Bulan.....................................................23
Tabel 4.3 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Jenis Kelamin........................................23
Tabel 4.4 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Usia........................................................24
Tabel 4.5 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Jenis Obat..............................................24
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Rifampisin. MDR-TB mendorong penggunaan obat lini kedua yang lebih toksik seperti
Etionamid, Sikloserin, Kanamisin dan Kapreomisin. Namun Extensively Drug-Resisten
Tuberculosis (XDR-TB) menyebabkan bakteri TB resisten terhadap obat lini kedua (Irianti
dkk., 2016). Obat lini kedua yang dimaksud yaitu fluorokuinolon dan salah satu dari tiga
obat injeksi lini kedua (amikasin, kapreomisin, dan kanamisin).
Pengobatan TB bukan pengobatan yang memerlukan 1-2 hari untuk sembuh, tetapi
memerlukan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan. Penderita yang tidak
mengkonsumsi obat secara rutin dapat menjadi permasalahan kesehatan yang dapat
berdampak pada orang – orang disekitarnya, sebab dampak yang akan muncul apabila
penderita tidak rutin atau berhenti mengkonsumsi obat sebelum dinyatakan sembuh atau
bebas dari infeksi tuberkulosis yaitu munculnya kuman tuberculosis yang resisten
terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar, pengendalian obat
tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan terjadi peningkatan angka kematian
akibat penyakit tuberculosis (Bahar, 2000). Alasan umum pasien tidak mengkonsumsi
obat TB Paru yaitu pemakaian jangka panjang, sehingga mereka merasa jenuh, punya
pengalaman terhadap efek samping obat, takut terjadi ketergantungan obat, harga obat
yang mahal serta ketidak yakinan tentang obat yang digunakan dapat menyembuhkan
(Menkes RI, 2014).
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pasien, bahwa beberapa dari mereka lupa
mengkonsumsi obat secara rutin sehingga mereka harus datang kembali ke rumah sakit
untuk memulai pengobatannya kembali. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian tentang
penggunaan obat penderita TB paru masih sangat kurang. Berdasarkan uraian diatas maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Profil Pengambilan Obat Pada Pasien
Tuberkulosis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan BPJS Rumah Sakit Petrokimia Gresik”.
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil pengambilan obat pada
pasien tuberkulosis di instalasi farmasi rawat jalan BPJS RS Petrokimia Gresik.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pasien tuberkulosis
Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi obat secara
rutin sehingga pasien dapat menjalankan pengobatan dengan baik dan benar.
2. Bagi Rumah Sakit Petrokimia Gresik
Diharapkan dapat mengetahui tingkat pengambilan obat pada pasien tuberkulosis yang
sedang menjalani pengobatan sehingga pihak rumah sakit dapat mengambil langkah-
langkah aktif untuk mengatasi tidak diambilnya obat.
3. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis.
4. Bagi penulis
Diharapakan dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan program D3
Farmasi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
4
5. Defaulted atau Drop Out (DO)
DO adalah penderita yang tidak mengambil obat selama dua bulan berturut-turut
atau lebih sebelum masa pengobatan selesai. Tindak lanjutnya yaitu lacak
penderita tersebut dan beri penyuluhan pentingnya berobat secara teratur. Apabila
penderita akan melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak, bila positif
mulai pengobatan dengan kategori 2, bila negatif sisa pengobatan kategori 1 di
lanjutan.
6. Gagal
a. Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya
tetap positif atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir
pengobatan atau pada akhir pengobatan, tindak lanjutnya penderita BTA
positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 mulai dari awal.
b. Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya
pada akhir bulan ke dua menjadi positif, tindak lanjutnya berikan pengobatan
kategori 2 mulai dari awal.
2.2 Profil
Profil adalah sebuah gambaran singkat tentang seseorang, organisasi, benda,
lembaga atau wilayah. Berikut pengertian profil menurut beberapa ahli:
1. Sri Mulyani, profil adalah pandangan sisi, garis besar, atau biografi dari diri
seseorang atau kelompok yang memiliki usia sama.
2. Victoria Neufeld, profil merupakan grafik, diagram, atau tulisan yang
menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu.
3. Hasan Alwi, profil adalah pandangan mengenai seseorang.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa profil adalah
gambaran secara singkat tentang sesuatu kajian objek tertentu.
5
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
6
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasional. Sumber data yang digunakan
adalah data sekunder yaitu resep pasien bpjs poli spesialis paru yang mendapat terapi
pengobatan TB di Farmasi Rawat Jalan BPJS RS. Petrokimia Gresik pada bulan Maret
sampai dengan Mei 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan perekapan resep pasien TB
di instalasi farmasi rawat jalan RSPG yang masuk kriteria inklusi, kemudian dilakukan
pengolahan data dengan tabel meliputi: tanggal resep, umur pasien, obat TB, jumlah obat,
signa dan diambilnya atau tidaknya resep.
7
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8
4.1.3 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Usia
Persentase pengambilan obat berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Usia
Kelas Usia Jumlah Obat Obat Diambil Persentase
15 - 23 9 9 100%
24 - 32 9 9 100%
33 - 41 13 13 100%
42 - 50 20 20 100%
51 - 59 34 32 94%
60 - 68 11 11 100%
69 - 77 33 30 91%
Persentase pengambilan obat TB terendah yaitu pada rentang usia 69-77 tahun.
4.1.4 Persentase Pengambilan Obat Berdasarkan Jenis Obat
Persentase pengambilan obat berdasarkan jenis obat dapat dilihat pada Tabel 4.5
dan Tabel 4.6.
Tabel 4.5 Persentase Pengambilan Obat Kombinasi
No. Jenis Obat Jumlah Obat Obat Diambil Persentase
1 2-FDC 34 34 100%
2 4-FDC 27 27 100%
Tabel 4.6 Persentase Pengambilan Obat Satuan
No. Jenis Obat Jumlah Obat Obat Diambil Persentase
1 ETHAMBUTOL 500 mg 8 7 88%
2 PEHADOXIN FORTE 8 7 88%
3 PYRAZINAMID 500 mg 18 17 94%
4 RIFAMPICIN 450 mg 18 16 89%
5 RIFAMPICIN 600 mg 6 6 100%
6 SANTIBI PLUS 10 10 100%
Persentase pengambilan obat terendah yaitu obat Ethambutol 500 mg dan Pehadoxin
Forte.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat kita lihat bahwa persentase pengambilan obat pada
Bulan Maret diambil semua (100%) dari total keseluruhan 57 item obat. Sedangkan pada
Bulan April mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yaitu total persentase
pengambilan 92% dengan rincian 3 item obat tidak diambil dari total keseluruhan 37 item
obat. Tidak jauh berbeda dari Bulan April, pada Bulan Mei persentase pengambilan obat
9
hanya meningkat 2% dari bulan sebelumnya. Dari total 35 item obat, 2 diantaranya tidak
diambil. Faktor penurunan jumlah peresepan dan adanya obat yang tidak diambil salah
satunya dapat disebabkan karena adanya wabah covid-19 sehingga banyak pasien yang
merasa takut dan khawatir apabila ke rumah sakit dan memilih untuk tidak berkunjung ke
rumah sakit dalam beberapa waktu (Muhyiddin dkk, 2020).
Adapun pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa penderita jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan, hal ini disebabkan karena hampir pada sebagian besar laki-
laki cenderung lebih banyak bekerja dilapangan/luar ruangan dan juga laki-laki lebih
sering mengkonsumsi rokok dari pada perempuan. Berdasarkan laporan WHO pada tahun
2015 laki- laki memiliki resiko lebih besar untuk terkena penyakit TB paru dibandingkan
perempuan. Di Indonesia prevalensi penderita TB laki- laki juga lebih besar dengan nilai
0,4 dibandingkan dengan perempuan dengan nilai 0,3 (Risdakes dalam Sharomah, 2019).
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin
terhadap pengambilan obat TB, dimana jenis kelamin laki-laki hanya 2% lebih tinggi
dibanding jenis kelamin perempuan.
Pada Tabel 4.4 bisa diketahui rentang usia penderita TB paru rawat jalan RS
Petrokimia Gresik antara usia 15 tahun sampai dengan 77 tahun. Diperoleh data bahwa
pada rentan usia 51 sampai 59 tahun adalah yang paling banyak mendapatkan terapi obat
TB dengan total keseluruhan 34 item obat. Sedangkan untuk pasien TB paru pada rentang
usia 69 sampai 77 tahun memiliki persentase pengambilan obat yang paling rendah seperti
terlihat pada Tabel 4.4. Hal tersebut dapat disebabkan karena usia yang sudah lanjut
sehingga pasien pada rentang usia tersebut lebih memilih untuk segera pulang daripada
mengantri obat yang terkadang membutuhkan waktu yang lama dan lokasinya tidak berada
di dekat area praktek dokter. Dalam hal ini kemudahan akses berpengaruh signifikan
terhadap pengambilan obat terutama pada golongan usia lanjut (>60 tahun) (Efayanti,
2017).
Di poli spesialis paru Rumah Sakit Petrokimia Gresik kebanyakan masih
menggunakan obat TB lini pertama seperti Rifampisin (R), Etambutol (E), Pirazinamid (Z)
dan Isoniazid (I) dengan panduan 2HRZE pada tahap intensif dan 4H3R3 pada tahap
lanjutan. Peresepannya pun bermacam-macam, ada yang dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap atau OAT-KDT yaitu 4-FDC atau 2-FDC dan ada pula peresepan
10
obat satuan yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang
dikemas dalam bentuk blister. Dari data pada Tabel 4.5 didapatkan hasil bahwa peresepan
obat kombinasi dosis tetap lebih banyak daripada peresepan obat satuan, dimana 2-FDC
yang paling banyak dengan total 34 resep diikuti 4-FDC dengan total 27 resep. Sedangkan
obat dengan urutan peresepan terendah yaitu Rifampisin 600 mg dengan hanya total 6
resep. Dalam hal pengambilan, obat kombinasi dosis tetap memiliki persentase
pengambilan 100% atau diambil seluruhnya. Sedangkan pada obat satuan, terdapat dua
jenis obat yang memiliki persentase pengambilan obat paling rendah di level 88% yaitu
Etambutol 500 mg dan Pehadoksin Forte.
Etambutol bekerja dengan cara menghambat sintesis metabolit sel sehingga
metabolisme sel terganggu dan multiplikasi terhambat yang selanjutnya berakibat pada
kematian sel (Istiantoro dalam Nurindi, 2018). Namun demikian, orang yang mengonsumsi
etambutol memiliki risiko mengalami toksisitas ocular, salah satunya yaitu gangguan
persepsi warna dan penurunan tajam penglihatan (Nurindi, 2018). Hal tersebut dapat
menjadi pertimbangan tersendiri bagi yang mengkonsumsinya sehingga berdampak pada
tingkat pengambilan Etambutol di Instalasi Farmasi.
Pehadoksin Forte merupakan salah satu anti tuberkulosis lini pertama yang penting.
Pehadoksin masuk ke dalam sel Mycobacterium tuberculosis dengan berdifusi secara pasif,
kemudian diaktifkan oleh enzim katalase peroksidase. Pehadoksin aktif kemudian akan
menghambat biosintesis asam mikolat dinding sel M. tuberculosis. Dibalik manfaatnya,
Pehadoksin juga memiliki efek samping yaitu kesemutan bahkan sampai rasa terbakar
dikaki (Sari, 2014). Hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa pasien enggan
mengkonsumsi Pehadoksin Forte.
11
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa persentase pengambilan obat TB rata-rata 95% dan yang tidak diambil 5% dengan
rincian pengambilan pada Bulan Maret sebesar 100%, sedangkan Bulan April dan Mei
sebesar 92% dan 94%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu perlu adanya peningkatan kesadaran
pasien dari segi petugas kesehatan dengan mengadakan edukasi pada pasien TB Paru,
dengan penyuluhan secara berkala pada pasien di Rumah Sakit, Mengaktifkan poli TB
DOTS dengan pelayanan TB paru secara terpisah dengan dokter dan perawat terlatih
sehingga memudahkan untuk pencatatan dan pengontrolan pasien TB yang berobat. Dan
untuk peresepan obat TB paru sebaiknya diberikan dalam jumlah satu bulan untuk satu kali
kontrol, hal ini supaya pasien tidak perlu sesering mungkin ke rumah sakit untuk berobat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A. 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Soeparman . jilid
II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelaksaanaan Hari TB Sedunia
2011. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Paisal, D. 2020. Pengertian Profil. http://catatansang1.blogspot.com/2015/02 /pengertian-
profil.html?m=1 . Diakses tanggal 2 Juli 2020.
Evayanti, D. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengambilan Obat Peserta
Program Rujuk Balik di Bandar Lampung. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 9, No.1, hlm:
19-25.
Hidayati, H. N. 2018. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Tuberculosis Di Klinik
Pangsud Gresik. Laporan Tugas Akhir. Stikes Delima Persada Gresik. Gresik.
Irianti, Kuswandi, Munif, dan Anggar. 2016. Mengenal Anti-Tuberkulosis. 1. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Menteri Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.
Kusuma, R. A. 2019. Analisa Kepatuhan Penyimpanan dan Pelayanan Obat High Alert di
Instalasi Farmasi Rawat Inap RS Petrokimia Gresik. Laporan Tugas Akhir. Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik. Gresik.
Fajar, M. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhyiddin, A., Rosyad, R., Rahman, M. Taufiq., dan Huriani, Y., 2020. Urgensi Penjelasan
Keagamaan terhadap Keluarga Suspek Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19
Sari, I., Yuniar, Y., dan Syaripuddin, M. 2014. Studi Monitoring Efek Samping Obat
Antituberkulosis Fdc Kategori 1 di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. Media
Litbangkes, Vol. 24, No. 1, hlm: 28-35.
13
Sarwani, D., Nurlaela, S., dan Zahrotul A. 2012. Faktor Risiko Multidrug Resistant
Tuberculosis (MDR-TB). Jurnal Kesehatan Masyarakat, hlm: 61.
Sharomah, Y. W. 2019. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Tuberculosis di Klinik
Sartika. Laporan Tugas akhir. Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik.
Gresik.
14
LAMPIRAN
15
35 18/03/2020 58 SANTIBI PLUS V
36 18/03/2020 58 PYRAZINAMID 500 V
37 18/03/2020 48 RIFAMPICIN 600 mg 15 1x1 V
38 18/03/2020 48 SANTIBI PLUS 30 1x2 V
39 18/03/2020 48 PYRAZINAMID 500 45 1x3 V
40 21/03/2020 15 4-FDC 45 1X3 V
41 21/03/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg 10 1x1 V
42 21/03/2020 70 ETHAMBUTOL 500 30 1x3 V
43 21/03/2020 70 PYRAZINAMID 500 20 1x2 V
44 23/03/2020 42 2-FDC 24 1 X 4 (Seminggu 3x) V
45 23/03/2020 27 2-FDC 24 1 X 4 (Seminggu 3x) V
46 23/03/2020 40 2-FDC 24 1 X 4 (Seminggu 3x) V
47 23/03/2020 55 2-FDC 18 1 X 3 (Seminggu 3x) V
48 23/03/2020 50 2-FDC 18 1 X 3 (Seminggu 3x) V
49 23/03/2020 26 2-FDC 18 1 X 3 (Seminggu 3x) V
50 28/03/2020 68 RIFAMPICIN 450 mg 30 V
51 28/03/2020 68 PEHADOXIN FORTE 30 V
52 28/03/2020 73 RIFAMPICIN 450 mg 30 1x1 V
53 28/03/2020 73 SANTIBI PLUS 60 1x3 V
54 28/03/2020 73 PYRAZINAMID 500 50 1 x 2,5 V
55 30/03/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg V
56 30/03/2020 70 ETHAMBUTOL 500 V
57 30/03/2020 70 PYRAZINAMID 500 30 1x2 V
58 01/04/2020 53 4-FDC 18 1X3 V
59 01/04/2020 17 4-FDC 90 1X3 V
60 01/04/2020 26 4-FDC 90 1X3 V
61 01/04/2020 48 RIFAMPICIN 600 mg 20 1x1 V
62 01/04/2020 48 SANTIBI PLUS 40 1x2 V
63 01/04/2020 48 PYRAZINAMID 500 60 1x3 V
64 08/04/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg 7 1x1 V
65 08/04/2020 70 ETHAMBUTOL 500 21 1x3 V
66 08/04/2020 70 PYRAZINAMID 500 14 1x2 V
67 11/04/2020 74 2-FDC 26 1 X 3 (Seminggu 3x) V
68 11/04/2020 26 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
69 15/04/2020 61 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
70 15/04/2020 53 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
71 15/04/2020 58 RIFAMPICIN 450 mg 15 1x1 V
72 15/04/2020 58 SANTIBI PLUS 45 1x3 V
73 15/04/2020 58 PYRAZINAMID 500 45 1x3 V
74 15/04/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg 30 1x1 V
75 15/04/2020 70 ETHAMBUTOL 500 90 1x3 V
76 15/04/2020 70 PYRAZINAMID 500 60 1x2 V
77 18/04/2020 35 4-FDC 60 1X4 V
78 18/04/2020 55 4-FDC 60 1X4 V
79 18/04/2020 43 4-FDC 120 1X4 V
80 20/04/2020 35 2-FDC 24 1 X 4 (Seminggu 3x) V
16
81 20/04/2020 62 4-FDC 90 1X3 V
82 22/04/2020 48 RIFAMPICIN 600 mg 15 1x1 V
83 22/04/2020 48 SANTIBI PLUS 30 1x2 V
84 22/04/2020 48 PYRAZINAMID 500 45 1x3 V
85 22/04/2020 48 PEHADOXIN FORTE 15 1x1 V
86 25/04/2020 42 2-FDC 24 1 X 4 (Seminggu 3x) V
87 25/04/2020 68 RIFAMPICIN 450 mg 30 V
88 25/04/2020 68 PEHADOXIN FORTE 30 V
89 25/04/2020 52 RIFAMPICIN 600 mg 15 1x1 V
90 25/04/2020 52 PEHADOXIN FORTE 15 1x1 V
91 25/04/2020 52 ETHAMBUTOL 500 30 1x2 V
92 25/04/2020 52 PYRAZINAMID 500 45 1x3 V
93 27/04/2020 20 4-FDC 60 1X4 V
94 29/04/2020 63 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
95 02/05/2020 55 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
96 02/05/2020 35 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
97 02/05/2020 35 2-FDC 12 1 X 4 (Seminggu 3x) V
98 02/05/2020 38 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
99 04/05/2020 39 4-FDC 45 1X3 V
100 04/05/2020 40 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
101 04/05/2020 27 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
102 04/05/2020 25 4-FDC 90 1X3 V
103 04/05/2020 15 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
104 04/05/2020 58 RIFAMPICIN 450 mg 30 1X1 V
105 04/05/2020 58 PEHADOXIN FORTE 30 1X1 V
106 06/05/2020 74 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
107 06/05/2020 33 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
108 06/05/2020 55 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
109 06/05/2020 48 RIFAMPICIN 600 mg 30 1x1 V
110 06/05/2020 48 PEHADOXIN FORTE 30 1x1 V
111 11/05/2020 20 4-FDC 120 1X4 V
112 11/05/2020 67 4-FDC 21 1X3 V
113 11/05/2020 56 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
114 13/05/2020 50 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
115 13/05/2020 53 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
116 16/05/2020 39 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
117 16/05/2020 23 4-FDC 45 1X3 V
118 16/05/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg 15 1x1 V
119 16/05/2020 70 ETHAMBUTOL 500 45 1x3 V
120 16/05/2020 70 PYRAZINAMID 500 30 1x2 V
121 18/05/2020 31 4-FDC 68 1X4 V
122 18/05/2020 67 2-FDC 36 1 X 3 (Seminggu 3x) V
123 20/05/2020 58 RIFAMPICIN 450 mg 15 1X1 V
124 20/05/2020 58 PEHADOXIN FORTE 15 1X1 V
125 30/05/2020 55 2-FDC 48 1X4 V
126 30/05/2020 35 2-FDC 48 1 X 4 (Seminggu 3x) V
17
127 30/05/2020 70 RIFAMPICIN 450 mg 15 1x1 V
128 30/05/2020 70 ETHAMBUTOL 500 45 1x3 V
129 30/05/2020 70 PYRAZINAMID 500 30 1x2 V
18