NUTRISI COVID-19
Sanksi Pelanggaran Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya,
yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49
ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Protokol Klinis dan Panduan
Penyusunan Menu untuk ODP, PDP,
Pasien COVID-19 dan Nakes
NUTRISI COVID-19
Penyunting
Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
dr. Dadang Arief Primana, M.Sc., Sp.KO., Sp.GK(K)
Penerbit
Masagena Press
2020
PANDUAN PRAKTIS PENATALAKSANAAN
NUTRISI COVID-19
iv
Penyunting:
Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
dr. Dadang Arief Primana, M.Sc., Sp.KO., Sp.GK(K)
Penyusun:
Prof. Dr. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., Sp.GK(K)
dr. Dadang Arief Primana, M.Sc., Sp.KO., Sp.GK(K)
dr. Wijayanto, M.Kes., Sp.GK
dr. Nur Ainun Rani, M.Kes., Sp.GK
dr. Marniar, M.Kes., Sp.GK
dr. Aryanti Bamahry, M.Kes., Sp.GK
dr. Andi Faradilah, M.Kes., Sp.GK
dr. Devintha Virani, M.Kes., Sp.GK
Kontributor:
Dr.med, dr. Maya Surjadjaja, M.Gizi., Sp.GK
dr. Pauline Endang Praptini, MS., Sp.GK
dr. Erwin Christianto, M.Gizi., Sp.GK
dr. Arti Indira, M.Gizi., Sp.GK., FINEM
dr. Ingka Nilawardani, M.Gizi., Sp.GK
dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si., Sp.GK
dr. Ade Erni, M.Gizi., Sp.GK
dr. Syuma Adhy Awan, M.Kes., Sp.GK
v
vi
KATA PENGANTAR
PENGURUS PUSAT PDGKI
ix
klinik berupa nutrition therapy sebagai terapi komprehensif
terhadap pasien positif COVID-19 sedang sampai berat dan
kritis
Pemenuhan kebutuhan energi, makronutrien,
mikronutrien, cairan, dan zat-zat gizi lain yang sesuai
prinsip gizi seimbang untuk promotif, preventif dan kuratif
(terapi gizi) terhadap pasien COVID-19 membutuhkan
penatalaksanaan dan pengawasan ketat oleh Dokter
Spesialis Gizi Klinik. Selain itu, pemberian makanan
melalui berbagai jalur (per oral, enteral dan parenteral)
harus memperhatikan kondisi pasien COVID-19 (fungsi
vital, fungsi kardiovaskuler, fungsi respirasi, fungsi gastro
intestinal, fungsi ginjal dan status glikemik) dapat dilakukan
oleh Dokter Spesialis DPJP, termasuk oleh Dokter Spesialis
Gizi Klinik.
Semoga Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi
Covied-19 ini bermanfaat untuk teman sejawat Dokter
Spesialis Gizi Klinik, Dokter Spesialis lain, Dokter Umum
dalam rangka mencegah dan mengobati pasien COVID-19.
Demikian pengantar dari Kami, semoga Allah SWT
selalu melindungi kita, dokter di Indonesia dan seluruh
masyarakat Indonesia serta memberi berkah dalam setiap
usaha kita.
x
DAFTAR ISI
xi
5.5 Preskripsi Menu Harian ............................ 28
5.6 Contoh Menu Harian untuk Siklus 14
Hari (2 Siklus) di Rumah Sakit Darurat
COVID-19 .................................................... 29
5.7 Contoh Daftar Makanan Selingan ............. 43
5.8 Contoh Siklus Menu Makanan Selingan
PDP Dewasa Laki-laki di Rumah Sakit
Darurat COVID-19 ..................................... 45
5.9 Contoh Siklus Menu Makanan Selingan
PDP Dewasa Perempuan di Rumah Sakit
Darurat COVID-19 ..................................... 46
5.10 Contoh Siklus Menu Makanan Selingan
PDP Geriatri di Rumah Sakit Darurat
COVID-19 .................................................... 47
5.11 Contoh Siklus Menu Makanan Selingan
Nakes Laki-laki di Rumah Sakit Darurat
COVID-19 .................................................... 48
5.12 Contoh Siklus Menu Makanan Selingan
Nakes Perempuan di Rumah Sakit
Darurat COVID-19 ..................................... 49
DAFTAR REFERENSI ...................................................... 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................ 55
Lampiran 1: Formulir Preskripsi Diet .............. 55
Lampiran 2: Bahan Penukar Makanan ............ 56
Lampiran 3: Daftar Formula Parenteral dan
Enteral Komersil .......................... 69
TENTANG PENYUSUN .................................................. 72
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit infeksi disebabkan oleh novel
coronavirus, saat ini disebut severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Kemunculan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah
menyebabkan Pandemik Global dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.1
Coronavirus membutuhkan sel inang untuk memperbanyak diri. Dapat dijelaskan siklus
dari Coronavirus setelah menemukan sel inang: Pertama, penempelan dan masuknya virus
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.2 Protein S berikatan dengan reseptor
di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan
pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel
endotel arteri vena, dan sel otot polos.3
Saat virus berhasil masuk, terjadi translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
Masuknya virus dapat mengurangi respons IFN anti-virus yang mengakibatkan replikasi virus
yang tidak terkendali dan menyebabkan meningkatnya produksi sitokin proinflamasi.
Imunopatologi paru-paru diperkirakan merupakan hasil dari badai sitokin yang terjadi.
Th1/Th17 spesifik teraktifasi dan memperburuk respon inflamasi.4,5
Sebagai akibat dari gangguan sistem imun dan inflamasi yang terjadi, kondisi pasien
dapat mengalami perburukan dan jatuh pada kondisi kritis. Kondisi sakit kritis pada pasien
yang dirawat dengan COVID-19, memerlukan tatalaksana yang komprehensif termasuk terapi
gizi. Pasien COVID-19 yang sakit kritis berada dalam kondisi stres yang sangat berat, hal ini
berisiko malnutrisi yang tinggi. Evaluasi awal risiko malnutrisi, fungsi saluran cerna, dan risiko
aspirasi sangat penting untuk menentukan prognosis.
Pemenuhan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, cairan, dan zat-zat gizi
yang mampu meningkatkan sistem immunomodulator, anti inflamasi, anti oksidan dan
probiotik menjadi acuan dalam penyusunan protokol terapi gizi pada COVID-19. Beberapa
formula nutrisi enteral maupun parenteral dapat direkomendasikan untuk diberikan. Hal ini
tentunya membutuhkan pengawasan yang ketat oleh dokter spesialis gizi klinik.
Pertimbangan respon asupan, penurunan berat badan, status gizi, keadaan klinis
pasien, keseimbangan cairan, hemodinamik, nilai laboratorium dan penyakit komorbid
menjadi dasar diagnosa gizi pada pasien COVID-19. Literatur yang dipakai dalam penyusunan
protokol terapi gizi pada COVID-19 berbasis bukti, walaupun membutuhkan penelitian lebih
lanjut namun dapat dipakai sebagai modalitas terapi saat ini.
1
BAB II
PROTOKOL KLINIS TERAPI GIZI
Kebutuhan energi dihitung berdasarkan status gizi, kondisi klinis dan hemodinamik,
pemeriksaan penunjang, dan adanya penyakit komorbid.8
Energi diberikan sebesar:
a. Orang dalam pemantauan (ODP) = 30–35 kkal/kg BB/hari
b. Orang Tanpa gejala (OTG) = 30-35 kkal/kgBB/hari
c. Pasien dalam pengawasan (PDP) = 30–35 kkal/kgBB/hari
d. Tenaga Kesehatan (Nakes) = Angka Kecukupan Gizi (AKG 2019) +10%
e. Geriatri = 30 kkal/kgBB/hari
3
2.3 Pemberian Mikronutrien
Pada pasien COVID-19 terjadi peningkatan kebutuhan vitamin dan trace
mineral.6 Kebutuhan mikronutrien tergantung pada kondisi pasien, apakah
terdapat tanda defisiensi dan mempertimbangkan kebutuhan antiinflamasi,
antioksidan, imunonutrisi, pre/probiotik. Beberapa mikronutrien yang
direkomendasikan pada pasien COVID-19 tercantum dalam Tabel 1-3.
Pemberian vitamin C pada kasus COVID-19 berat atau dengan komplikasi
direkomendasikan melalui intra vena, oleh karena efeknya 10 kali lebih kuat
dibanding secara oral.11 Pemberian zink pada penelitian in vitro mendapatkan hasil
adanya peningkatan konsentrasi intraseluler Zn2+ dengan zink ionophore seperti
Pyrithione (PT) yang dapat menganggu replikasi virus corona secara efisien.12
Pemberian probiotik dipertimbangkan khususnya pada pasien yang
menggunakan antibiotik.9
a. Vitamin A
Merupakan vitamin larut lemak yang penting untuk memelihara fungsi
penglihatan, berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan dan menjaga
integritas epitel dan mukosa tubuh. Vitamin A juga berperan penting dalam
meningkatkan fungsi imun, dengan mengatur respon imun baik sistem imun
humoral dan seluler. Suplementasi vitamin A, saat ini lazim diberikan setelah
pemberian beberapa vaksin seperti vaksin campak dan rabies yang
meningkatkan efektifitas hingga 2,1 kali. Pemberian vitamin A bersamaan
dengan vitamin D juga diberikan pada anak usia 2-8 tahun untuk meningkatkan
respon imun.13
Vitamin A sering dikenal vitamin “anti-infective” karena tubuh bekerja
melawan infeksi bergantung pada asupan yang adekuat. Sebagai contoh,
defisiensi vitamin A sering didapatkan pada kasus campak dan diare yang
memiliki luaran lebih buruk pada anak dengan defisiensi vitamin A.
Suplementasi vitamin A didapatkan menurunkan morbiditas dan mortalitas
beberapa penyakit infeksi seperti campak, diare, campak yang berkaitan
dengan pneumonia, infeksi HIV, dan malaria. Suplementasi vitamin A juga
memberikan perlindungan pada komplikasi beberapa penyakit dan penyakit
yang mengancam nyawa termasuk malaria, penyakit infeksi paru dan HIV.
Pada anak vitamin A juga berhubungan dengan percepatan pertumbuhan dan
perbaikan nafsu makan.14–16
4
Secara umum, Vitamin A harus bekerja bersama dengan mikronutrien
lain, sebagai contoh vitamin A bekerja bersama vitamin A,C,D,E dan zink
dibutuhkan untuk menjaga integritas fungsional permukaan tubuh baik internal
dan eksternal (kulit dan membrane mukosa) sebagai barrier fisik dan kimia
pertama melawan patogen. Vitamin A juga berperan pada proliferasi,
diferensiasi, fungsi pergerakan dan kemampuan untuk oxidative burst innate
immunity bersamaan dengan vitamin C, D, E, B6, B12, folat, besi, zink,
tembaga, selenium dan magnesium. Aktifasi sistem komplemen, pelepasan
sitokin juga membutuhkan vitamin A, D, C, zink, besi dan selenium. Proses
inflamasi sendiri antara innate immunity dan adaptive immunity diregulasi oleh
vitamin A, C, E, B6, besi, zink dan tembaga. Vitamin A berperan dalam
pencegahan dibuktikan dalam menurunkan risiko diare dan campak pada anak,
namun juga berperan pada pengobatan infeksi seperti pneumonia, infeksi
saluran nafas, diare yang berkaitan dengan campak.17
Namun pada penelitian spesifik pengaruh vitamin A pada infeksi virus
SARS Co-V2 belum didapatkan bukti menurunkan gejala atau menurunkan
virulensi Covid-19, serta belum diketahui efek menguntungkan dalam
pemberian suplementasi. Farhagi et al (2013) menemukan pemberian 25.000
IU vitamin A setiap hari selama 4 bulan menurunkan IL1b dan menurunkan
rasio IL1b/IL4 pada wanita obese, namun pemberian lebih dari 25.000 IU
selama lebih dari 6 tahun atau 100.000 IU selama lebih dari 6 bulan dapat
menyebabkan hipervitaminosis, sehingga dalam pemberian suplementasi
vitamin A diperlukan monitor fungsi hati bahkan dalam pemberian dosis rendah
yang mempertimbangkan variasi sensitifitas tiap individu yang berbeda.18
Menurut penelitian Jee et al (2013) dilaporkan diet rendah vitamin A
dapat membahayakan efektivitas vaksin bovine coronavirus dan membuat anak
sapi lebih rentan terhadap infeksi penyakit menular. Efek infeksi dengan
infectious bronchitis virus (IBV), yang merupakan satu famili dengan
coronavirus, lebih rentan pada ayam yang diberikan diet rendah vitamin A
dibandingkan mereka yang diberi diet yang cukup vitamin A. Vitamin A bekerja
dengan menurunkan replikasi virus (dalam penelitian campak) dan
meningkatkan innate immunity melindungi sel yang tidak terinfeksi selama
replikasi virus.15 Berdasarkan perkembangan penelitian mengenai vitamin A
terhadap beberapa virus, maka suplementasi vitamin A berpotensi efektif
diberikan baik sebagai pencegahan maupun pengobatan penyakit infeksi virus
5
termasuk covid-19. Menurut penelitian Zhang, rekomendasi pemberian vitamin
A adalah 5.000 IU/hari (1.500 µg RE) untuk pencegahan infeksi virus dan
20.000 IU/hari (6.000 µg RE) untuk terapi yang dapat bersumber dari protein
hewani seperti hati, telur, susu dan keju; sedangkan sumber nabati seperti
sayur berdaun hijau gelap, wortel, papaya, manggis, dan ubi.13
Menurut ESPEN, vitamin A bersamaan dengan vitamin B, C, D, omega
3, selenium, Zink dan besi perlu dilakukan penilaian lebih lanjut. Untuk pasien
Covid-19 dengan malnutrisi diberikan suplementasi vitamin A, vitamin D dan
mikronutrien lain seperti vitamin B, C, selenium, zink dan besi.14 Menurut 12
rekomendasi ASPEN mengenai dukungan gizi pada pasien covid-19 tidak
disebutkan secara spesifik mengenai suplementasi vitamin A, namun kondisi
defisiensi vitamin A pada hewan coba, menunjukan peningkatan risiko covid-
19. Dosis vitamin A sendiri lazimnya menggunakan RE (Retinol Equivalent)
dimana 1 µg retinol = 6 µg β‐carotene = 12 µg other active carotenoids = 3.33
international units. Sumber vitamin A sendiri paling tinggi pada hati ayam (4957
µg/100 g), mentega (1000 µg/100 g), kuning telur (606 µg/100 g), cabai merah
(486 µg/100 g), wortel (333 µg/100 g), bayam (273.5 µg/100 g), kangkung
(197.5 µg/100 g), labu kuning (131 µg/100 g). Untuk suplementasi vitamin A,
harus diberikan secara hati-hati karena dapat meningkatkan keparahan
pneumonia sehingga perlu diberikan dengan hati-hati.19
b. Vitamin C
Salah satu cara untuk meningkatkan imunitas pada masa pandemi yang
paling banyak dibahas adalah mengkonsumsi Vitamin C. Vitamin C dipercaya
dapat meningkatkan kekebalan tubuh melalui beberapa mekanisme antara
lain: Vitamin C meningkatkan kinerja sel darah putih, berakumulasi dengan sel
phagosit seperti neutrofil, meningkatkan differensiasi dan proliferasi sel B dan
T limfosit. Vitamin C berperan juga dalam proses apoptosis sehingga dapat
mengurangi nekrosis jaringan dan kerusakan sel vitamin C meningkatkan
produksi Interferon dan mengurangi replikasi virus. Selain itu Vitamin C juga
merupakan antioksidan kuat dan secara sinergistik meningkatkan kadar
glutation di dalam tubuh. Glutation adalah master antioksidan di dalam tubuh
yang dapat menjaga sistem kekebalan tubuh. Konsumsi vitamin C 500 mg
sehari dapat meningkatkan kadar glutation tubuh sampai 47%.
6
Kekurangan vitamin C dapat mengurangi imunitas tubuh dan
menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Sebaliknya kebutuhan
tubuh akan vitamin C meningkat pada kondisi infeksi dikarenakan
meningkatnya metabolisme dan inflamasi.
Untuk pencegahan scurvy hanya dibutuhkan sekitar 10 mg/hari ,
namun vitamin C aman dikonsumsi pada dosis yang lebih tinggi. Menurut
rekomendasi nutrisi di AS ’tolerable upper intake level’ pada orang dewasa
adalah sebesar 2 g/hari. Linus Pauling, ilmuwan vitamin C, menganjurkan
asupan vitamin C sekitar 1000-3000 mg. Robert Catchart menyarankan teknik
toleransi perut (bowel tolerance) yakni dosis vitamin C yang cocok tanpa
menimbulkan diare. Jadi, dalam hal ini diare (loose stool) menjadi pembatas
dosis yang bisa diterima oleh individu tersebut pada kondisi kesehatannya saat
itu.
Review meta analis pada tahun 2019 pada 6 studi menyebutkan
pemberian per oral (1-3 g/hari, rata rata 2 g/hari) maupun intra vena (dosis
bervariasi) dapat memperpendek lama rawat di ICU sebesar 8,6 % and
mengurangi durasi pemakaian ventilator dan 3 studi sebesar 18.2%. Ilmuwan
dari Finlandia dan Australia melaporkan dari 12 penelitian pada 1766 pasien
pemberian vitamin C memperpendek masa rawat di ICU sebesar 7.8 %.
Penelitian lain menyebutkan supplementasi vitamin C 200 mg/hari dapat
menurunkan angka kematian sebesar 80% pada penderita saluran nafas berat.
Berdasarkan laporan studi independen berskala kecil dan 3 studi klinis
pada tanggal 1 Maret 2020 Shanghai Medical Association melakukan
publikasi awal "Shanghai 2019 Coronary Virus Disease Comprehensive
Treatment Expert Consensus "
(http://rs.yiigle.com/m/yufabiao/118326.htm). Dosis rekomendasi vitamin
C bervariasi menurut keparahan penyakit, berkisar 50-200 mg/kgBB/hari
hingga 16.000 mg/hari. Dosis yang diberikan berkisar 4.000-16.000 mg iv
untuk dewasa. Rata rata di pakai Vitamin C intra vena dosis tinggi 100-200
mg/kg BB/hari sebagai terapi pada pasien rawat inap untuk memperbaiki
index oksigenasi dan status koagulasi, sehingga mengurangi pemakaian
ventilator atau life support lainnya. Dr. Enqian Mao salah seorang
penulis Shanghai Guidelines for the Treatment of Covid-19 Infection
memberikan terapi vitamin C iv dosis tinggi pada 50 kasus infeksi COVID-19
sedang hingga berat, dengan dosis vitamin C sebesar 10.000-20.000 mg/
7
hari selama 7-10 hari; dengan 10.000 mg untuk kasus sedang dan 20.000 mg
untuk kasus yang lebih berat, Status paru pasien menjadi stabil dan membaik.
Tidak ditemukan efek samping yang dilaporkan dari semua kasus pemberian
terapi vitamin C dosis tinggi tersebut.
Para ilmuwan di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan
memberikan infus 24 g/hari pada pasien Covid-19 selama 7 hari; dosis
vitamin C harian yang diberikan oleh Tiongkok sekitar 60 kali lebih
banyak daripada jumlah yang direkomendasikan oleh NHS. Penelitian ini
telah dilakukan sejak 14 Febuari 2020 dan hasilnya diperkirakan akhir
September 2020. Pemberian intravena Vitamin C dosis tinggi juga dilakukan di
New York. Berdasarkan wawancara dengan Andrew G. Weber, dokter ahli paru
dan spesialis penyakit kritis yang terafiliasi dengan Northwell health Facilities
pasien Covid-19 di ICU langsung menerima 1.500 mg Vitamin C 3-4x/hari.
Dosis tersebut 16x lebih besar dari rekomendasi NIH yang hanya berkisar 75
mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Terapi di New York ini
didasarkan pada terapi eksperimental di Shanghai, Tiongkok. Sedangkan dosis
vitamin C per hari yang diberikan di Shanghai sekitar 60 kali lebih besar
dari jumlah yang direkomendasikan oleh NHS. Menurut Dr Weber pasien
yang menerima vitamin C secara signifikan lebih baik daripada mereka yang
tidak.
Walaupun efek samping dan toksisitas Vitamin C rendah namun masih
belum menjadi standard terapi pada pasien covid 19 , dikarenakan belum
selesainya penelitian ilmiah yang sahih. Seperti dikatakan oleh Dr. Mike
Skinner, ahli virologi di Imperial College London bahwa para peneliti
belum memperoleh kepastian tentang potensi vitamin C saat ini karena
manfaat vitamin C untuk melawan virus SAR COV2 masih dalam tahap uji
klinis.
c. Vitamin D
Hingga saat ini belum ada bukti penelitian mengenai peran vitamin D
pada COVID-19. Memang telah terdapat beberapa penelitian terdaftar namun
belum menunjukkan hasil. Penelitian terdaftar tersebut misalnya adalah suatu
percobaan pemberian vitamin D ditambah seng dengan desain RCT pada usia
lanjut diatas 60 tahun yang positif COVID-10. Dosis vitamin D yang diberikan
sebesar 2000 IU dan seng glukonat 30 mg per hari selama 2 bulan.27 Penelitian
8
lain adalah pemberian vitamin D dosis tunggal sebesar 25.000 IU dibandingkan
dengan perawatan biasa, akan menilai tingkat mortalitas pada pasien COVID-
19.28
Penelitian sebelumnya mengenai hubungan vitamin D dengan infeksi
saluran napas atas/acute respiratory tract infection (ARTI) telah banyak
dilakukan. Suplementasi vitamin D memberikan efek proteksi terhadap ARTI
bila diberikan selama beberapa minggu atau bulan sebelumnya. Pada sebuah
meta-analisis menemukan bahwa pemberian suplementasi vitamin D dapat
menurunkan ARTI secara signifikan.29 Efek suplementasi paling terlihat pada
pasien dengan konsentrasi serum vitamin D dibawah 25 nmol/L. Dosis harian
atau mingguan memberikan efek protektif, bahkan jika konsentrasi serum
vitamin D awal diatas 25 nmol/L. Namun dosis tinggi secara intermiten tidak
efektif walaupun pada pasien dengan defisiensi vitamin D.
Oleh karena itu, pemberian vitamin D pada COVID-19 belum ditemukan
bukti penelitian yang mendukung. Orang dengan risiko defisiensi vitamin D
disarankan untuk menggunakan suplemen sehingga tercapai konsentrasi
vitamin D yang adekuat. Pemberian vitamin D sesuai angka kebutuhan gizi
(AKG) sebesar 600 IU/hari untuk usia dibawah 70 tahun dan 800 IU/hari untuk
usia diatas 70 tahun.
d. Zink
Zink (Zn) atau seng merupakan salah satu mikronutrien (mikromineral
esensial) yang diperlukan tubuh untuk sistem imunitas tubuh, pertahanan
tubuh terhadap infeksi, dan proses tumbuh kembang. Zink terdapat di seluruh
tubuh dan merupakan zat mineral kedua terbanyak di dalam tubuh setelah zat
besi (Fe). Dalam tubuh manusia terdapat sebanyak 2-3 gram zink. Konsentrasi
terbesar terdapat pada jaringan hati, pankreas, ginjal, tulang, dan otot. Selain
itu, zink juga terdapat di mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut
dan kuku.31-34
Zink berperan dalam berbagai fungsi biologis, antara lain fungsi
imunitas tubuh dan ekspresi informasi genetik, pertahanan terhadap oksidan
(sebagai antioksidan), berperan dalam sintesis dan degradasi karbohidrat,
lipid, protein, dan asam nukleat, komponen penting untuk stabilisasi struktur
protein dan asam nukleat, maupun integritas organel subselular, sebagai
katalisator dan penyusun struktur sel, dan juga berperan dalam proses
9
signaling sel, serta mempertahankan struktur normal sitoskeleton. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi bioavailabilitas zink antara lain, jenis
senyawa zink, jumlah zink dalam makanan, tingkat absorpsi, status gizi, dan
interaksi dengan zat lain.31-34
Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zink berperan dalam
perbaikan gejala klinis beberapa kondisi penyakit. Di negara berkembang, anak
yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas, suplementasi zink dapat
menurunkan prevalensi pneumoni dan tingkat morbiditas. Zink secara
signifikan dapat mengurangi durasi gejala klinis dari infeksi rhinovirus melalui
penghambatan replikasi rinovirus. Pemberian Zink dapat mengurangi durasi,
tingkat keparahan dan insiden diare pada anak-anak. Pemberian zink pada
kondisi flu, dapat mengurangi durasi batuk dan keluarnya lendir hidung,
menurunkan secara signifikan kadar sIL-1ra dan ICAM-1. Suplementasi zink
pada hepatitis C, dapat menurunkan insiden gangguan gastrointestinal,
mencegah penurunan berat badan, serta mencegah kondisi anemia ringan.
31,33,34
e. Curcuma
Kurkumin dan analognya adalah fitonutrien utama pada kunyit
(Curcuma longa L.) dan spesies kurkuma yang lain. Kandungan kurkumin pada
kunyit adalah sekitar 3%. Kunyit telah digunakan di seluruh dunia sebagai
bumbu masak dan pengobatan tradisional, serta merupakan suplemen yang
popular karena manfaatnya yang luas seperti anti inflamasi, anti kanker, dan
bermanfaat untuk sistem kardiovaskuler, respirasi dan sistem imun. Selain itu,
supresi sitokin oleh kurkumin membuatnya bermanfaat pada penanganan
pasien Ebola melawan badai sitokin dengan menghambat pelepasan IL 1, IL 6
dan TNF α. Kurkumin juga menghambat aminopeptidase N (APN) yang telah
diidentifikasi sebagai reseptor selular untuk virus corona alfa, serta menekan
sekresi IL-1β dan mencegah inflamasi melalui inhibisi inflammasome NLRP3.35-
37
Dosis kurkuma untuk kondisi inflamasi dan infeksi berkisar antara 1000 mg
– 3000 mg /hari atau setara 30 – 90 mg kurkumin.38
f. Omega 3
Pelepasan sitokin proinflamasi dalam jumlah besar pada infeksi SARS-
CoV-2 mengakibatkan Cytokine release syndrome (CRS) atau badai sitokin,
10
yaitu respons inflamasi sistemik akibat respons imun yang tidak terkontrol.39
Terjadinya ARDS diakibatkan kerusakan paru dan fibrosis sehingga terjadi
disabilitas fungsional,40 penyebab utama mortalitas.41 Manajemen terapi gizi
medik COVID-19 saat ini bersifat suportif dan merupakan komponen
terintegrasi dari perawatan pendukung di ICU, mencegah hiperinflamasi yang
mengakibatkan kegagalan pernafasan (ARDS).42
Kandungan omega 3 EPA dan DHA memiliki efek menguntungkan pada
fungsi utama biologis, termasuk modulasi respon imun dan inflamasi.
Meningkatkan efek fagositosis makrofag secara umum, memberikan efek
polarisasi makrofag m1 dan meningkatkan m2 sehingga mengurangi sekresi
IL-1β, TNF-α, dan IL-6.43 Omega 3 EPA dan DHA diakui sebagai mediator
utama dalam resolusi peradangan karena memproduksi mediator khusus pro-
resolusi (specialized pro-resolving mediator; SPM) yang berperan dalam
modulasi imun.44,45 Omega 3 EPA dan DHA juga meningkatkan aktivitas fagosit
neutrophil dan berinteraksi dengan sistem imun adaptif lain untuk
mempromosikan sel T naif transisi ke sel T helper1 dan menyajikan antigen ke
sel-B.46.47 Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan perbaikan hasil klinis,
mis. tingkat infeksi, tingkat sepsis, penggunaan ventilator, lama rawat ICU dan
di rumah sakit.48 Pedoman masyarakat klinis internasional merekomendasikan
penggunaan nutrisi spesifik emulsi lipid parenteral dengan EPA+DHA di unit
perawatan intensif.49,50 Namun menyarankan tidak memberikan omega 3
secara rutin pasien diruang ICU.51
Syarat pemberian Formulasi enteral imun-modulasi (ω-3 fatty acids)
diberikan untuk pasien sakit kritis, yang menjalani operasi elektif GI utama,
trauma (skor indeks trauma abdomen> 20), luka bakar (total luas permukaan
tubuh> 30%), kanker kepala dan leher, dan pasien yang sakit kritis dengan
ventilasi mekanik yang tidak septik berat.52
Formula mengandung ω-3 dapat mengatasi efek sel myeloid
suppressor. Pada cedera atau operasi besar dengan cepat meningkatkan level
arginase 1, menghasilkan penipisan arginin relatif. Pasokan arginin yang tidak
memadai mempengaruhi fungsi sel-Tdan menyebabkan penekanan kekebalan.
Kekurangan Arginin mempengaruhi produksi nitrat oksida dan mempengaruhi
mikrosirkulasi. Asam lemak ω-3, EPA dan DHA menggantikan asam lemak ω-6
dari membran sel imun. Efek ini menurunkan peradangan sistemik melalui
produksi alternative prostaglandin dan leukotrien yang secara biologis kurang
11
aktif. EPA dan DHA menurunkan ekspresi nuclear factor-kappa B (NFkB),
intracellular adhesion molecule 1 (ICAM-1), dan E-selectin, yang pada dasarnya
mengurangi perlekatan neutrophil dan migrasi transepitel untuk memodulasi
peradangan lokal dan sistemik. Selain itu, EPA dan DHA membantu untuk
menstabilkan miokardium dan menurunkan insiden aritmia jantung, penurunan
kejadian sindrom distress pernapasan akut (ARDS), dan mengurangi
kemungkinan sepsis. Berbagai meta-analisis menunjukkan pemberian
formulasi imun-modulasi terkait dengan pengurangan signifikan durasi
penggunaan ventilasi mekanik, morbiditas akibat infeksi, dan lama rawat
rumah sakit dibandingkan dengan penggunaan formulasi enteral standar dan
hasil luaran lebih baik pada pasien kritis ICU bedah dibanding ICU medis.
Pasien dengan ARDS, ALI, dan sepsis, penggunaan formulasi enteral diperkaya
dengan asam lemak ω-3 (dalam bentuk EPA), minyak borage (asam γ-linolenat
[GLA]), dan antioksidan adalah terbukti secara signifikan mengurangi lama
tinggal di ICU, durasi ventilasi mekanis, kegagalan organ,dan mortalitas
dibandingkan dengan penggunaan formulasi enteral standar. Untuk
medapatkan manfaat terapi yang optimal formula imun-modulasi, setidaknya
50% -65% kebutuhsn energi harus tercapai.49 Pemberian formula modulasi
imun tidak boleh digunakan secara rutin kecuali diberikan pada pasien trauma
kepala (TBI) dan pasien perioperative. 51
12
lama rawat dan lama ventilasi, sebaliknya, pemberian bolus tidak memiliki
keuntungan.57
Dosis Emulsi lipid parenteral EPA & DHA direkomendasikan (dosis 0,1-
0,2 g/kg/hari). Penggunaan emulsi lipid parenteral megandung hanya minyak
kedelai kaya omega-6 harus dihindari karena efek pro-inflamasinya.54,58 Studi
perbandingan pemberian emulsi lipid setiap hari tidak menunjukkan efek buruk
seperti dalam pedoman ESPEN sebelumnya,54 direkomendasikan untuk tidak
menunda pemberian emulsi lipid intravena setiap hari.59 Emulsi lipid alternatif
telah tersedia, termasuk sumber yang memasukkan minyak zaitun, minyak
ikan, dan minyak kelapa (MCT) dalam berbagai kombinasi. Meta-analisis telah
menunjukkan keuntungan untuk emulsi lipid yang diperkaya dalam minyak ikan
atau minyak zaitun.60
g. Probiotik
Beberapa pasien covid-19 mengalami gejala gastrointestinal (seperti
nyeri abdomen dan diare) akibat infeksi langsung pada mukosa intestinal atau
efek dari obat antivirus dan anti biotic. Terdapat laporan bahwa terjadi
ketidakseimbangan mikroekologi intestinal pada pasien covid-19, yang
13
bermanifestasi terjadi reduksi flora intestinal seperti lactobacillus dan
bifidobacterium. Ketidakseimbangan mikroekologi intestinal dapat
menyebabkan translokasi bakteri dan infeksi sekunder, sehingga penting untuk
menjaga keseimbangan mikroekologi intestinal dengan dukungan nutrisi dan
modulator mikroekologik.9
Intervensi mikroekologik dapat mengurangi translokasi bakteri dan
infeksi sekunder, meningkatkan bakteri baik, menghambat bakteri berbahaya,
mengurangi produksi toksin dan infeksi yang disebabkan oleh disbiosis
mikroflora usus. Mikroekologik juga dapat memperbaiki gejala gastrointestinal
pasien, mengurangi air dalam feses, memperbaiki tekstur feses dan frekwensi
defekasi, serta mengurangi diare dengan menghambat akrofi mukosa
intestinal.9
14
Tabel 2. Pemberian Mineral pada Pasien COVID-19
Jenis Jumlah
Selenium73 200 µg/hari
Zink73 20-40 mg/hari
Kalsium74 Sakit berat/kritis
600 mg/hari
2.4 Elektrolit
Angiotensin (ACE-2) merupakan mekanisme kontra regulasi (counter-
regulatory) utama pada main axis sistem renin angiotensin (RAS) yang memiliki
peranan penting dalam mengontrol gula darah dan keseimbangan elektrolit. SARS
Cov-2 mengikat ACE-2 dan mempercepat degradasi ACE-2 kemudian menurunkan
aksi counter-act ACE-2 pada RAS. Efek paling akhirnya adalah meningkatkan
reabsorpsi sodium dan air sehingga meningkatkan tekanan darah dan eksresi
kalium. Selain itu pasien dengan Covid-19 juga sering mengalami gejala
gastrointestinal seperti diare dan muntah. Dengan kata lain, dampak Covid-19
pada RAS dan sistem gastrointestinal dapat menyebabkan gangguan homeostasis
elektrolit dan pH, terutama hipokalemia.78
Berdasarkan teori tersebut, maka pada pasien yang normokalemia diberikan
infus cairan yang mengandung kalium dengan dosis 36-72 mmol/hari, sedangkan
pada pasien dengan hipokalemia dosis kalium disesuaikan dengan kondisi pasien.
15
Jika terjadi kenaikan tekanan darah selama perawatan maka dapat
dipertimbangkan pemberian diet rendah garam.79
16
Makanan yang diberikan melalui jalur oral harus mengandung makronutrien
dan mikronutrien sesuai kebutuhan pasien. Makanan yang mengandung
karbohidrat berasal dari beras (nasi), gandum (roti, mie, pasta, kue), umbi-
umbian (kentang), buah (pisang). Makanan yang mengandung protein bisa
berasal dari makanan sumber protein hewani (ikan, ayam, daging, telur, susu)
dan makanan sumber protein nabati (tahu, tempe, kacang). Lemak bisa
didapatkan dari lemak hewani dan minyak. Vitamin dan mineral bisa berasal
dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan juga makanan asal hewani.
b. Enteral: Naso/oral Gastric Tube
Pemilihan jalur NGT atau OGT dilakukan bila asupan makan <50 % dalam 3
hari, kesadaran pasien menurun, dan ada gangguan menelan dengan
memperhatikan fungsi kardiovaskuler. Pada kondisi sakit berat dan sakit kritis,
sering terjadi kerusakan usus yang akut, dengan manifestasi berupa distensi
abdomen, diare, dan gastroparesis. Untuk pasien dengan intubasi trakeal,
ujung selang makan direkomendasikan terletak post pyloric. 8
Sediaan enteral bisa berupa makanan blender (blenderized food) dan formula
komersil.
c. Parenteral : Intravena perifer/sentral
Pemilihan jalur intravena selain mempertimbangkan kondisi diatas, juga
mempertimbangkan osmolaritas nutrisi parenteral yang diberikan. Pada pasien
usia lanjut dengan risiko aspirasi yang tinggi atau pasien dengan distensi
abdomen dapat diberikan parenteral nutrisi sementara waktu sampai kondisi
membaik. Bila menggunakan infusion pump maka diatur kecepatannya, dimulai
dengan dosis yang rendah dan dinaikkan secara bertahap. Bila memungkinkan,
parenteral nutrisi dihangatkan lebih dahulu untuk menghindari intoleransi.8
17
ii. Pasien dengan fungsi gastrointestinal yang baik direkomendasikan sediaan
whole protein tinggi kalori.
iii. Pasien dengan hiperglikemia perlu diperhatikan sediaan untuk mengontrol
glikemik.
iv. Energi : 25-30 kkal/kg BB/hari dengan protein 1.2-2 g/kgBB/hari
v. Pasien geriatri dengan risiko aspirasi dan distensi abdomen dapat diberikan
nutrisi parenteral untuk sementara waktu yang kemudian secara bertahap
beralih menggunakan nutrisi enteral jika keadaan membaik.
b. Pemilihan jalur pemberian makan sama seperti pada point 5.
c. Pasien dengan ventilator:
i. Perhitungan kebutuhan energi sebaiknya menggunakan indirect
calorimetry, jika tidak tersedia maka dapat menggunakan VO2 (konsumsi
oksigen) dari kateter pulmonary arterial atau VCO2 (produksi karbon
dioksida) dengan rumus:
REE (kkal): 1.44 (3.9 VO2 + 1.1 VCO2) atau EE (kkal) : VCO2 x 8.19
Namun jika indirect calorimetry, VO2 ataupun VCO2 tidak ada maka
gunakan rumus 20-25 kkal/kgBB/hari.
ii. Pada fase akut, pemberian nutrisi tidak melebihi 70% dari total energi
kemudian setelah 3 hari dapat ditingkatkan menjadi 80-100%.
iii. Jika toleransi pasien dengan pemberian nutrisi enteral tidak baik maka
diberikan nutrisi parenteral.
d. Komposisi makronutrien:
1. Protein: 1.3 g/kgBB/hari
2. Glukosa dari nutrisi parenteral atau karbohidrat dari nutrisi enteral tidak
melebihi 5 mg/kgBB/menit
3. Lemak via intravena tidak boleh melebih 1.5g/kg/BB. Tidak
direkomendasikan untuk memberikan emulsi lemak intravena dengan
bahan dasar minyak soya (soybean oil-based).
2.8 Sakit Berat dengan Ventilator, dengan dan Tanpa Komorbid di Rumah
Sakit
Infeksi COVID-19, dapat mengenai siapa saja, namun prognosis lebih buruk
pada pasien usia lanjut (60 tahun), dan dengan komorbid. Pasien dengan satu
faktor komorbid, prognosisinya masih lebih baik dibandingkan dengan pasien yang
memiliki ≥2 faktor komorbid (polimorbid).82 Fatalitas tinggi juga terjadi pada
18
pasien COVID-19 sakit berat dengan ventilator, dengan atau tanpa komorbiditas.
Pasien COVID-19 kondisi kritis dengan Ventilator mengalami gangguan metabolik
dan inflamasi, selain tatalaksana obat dan tindakan, pasien memerlukan terapi gizi
medik yang adekuat selama dalam perawatannya, untuk menunjang kesembuhan
dan pemulihannya.83
Pemberian terapi gizi pasien COVID-19 sakit berat dengan ventilator, diberikan
perlahan mulai jumlah kecil trophic feeding, ditingkatkan bertahap pada minggu
pertama menjadi 15- 20 kkal/kg BB aktual/ hari (setara 70 – 80% kebutuhan
energi total) dengan protein ditingkatkan bertahap (1.2-2 g/ kg BB/ hari). Pasien
usia lanjut, tirah baring lama, dan polimorbid, umumnya dengan asupan makan
yang tidak adekuat disertai adanya gangguan metabolik, pasien sudah dalam
kondisi malnutrisi, sarkopenia, dan berisiko menglami Refeeding Syndrome. Pasien
dengan risiko Refeeding Syndrome juga perlu diberikan kebutuhan nutrisi mulai
25% kebutuhan total, dan ditingkatkan perlahan dan bertahap. Monitoring
toleransi terapi gizi yang diberikan, dan pantau adanya refeeding syndrome.84,85
Kondisi Penyakit kritis menginduksi disfungsi usus, perubahanan microbiota
usus, dan dysbiosis, yang meningkatkan respons inflamasi, yang akan
menyebabkan disfungsi seluler, dan pada akhirnya akan terjadi kegagalan
mulitiorgan. Direkomendasikan pemberian nutrisi enteral dini untuk mencegah hal
tersebut. Nutrisi enteral dini melalui lambung sedapat mungkin diberikan dalam
24-36 jam setelah masuk perawatan intensif atau jika memungkinkan dalam 12
jam setelah intubasi. Nutrisi enteral aman diberikan pada pasien dengan bantuan
respirasi posisi tengkurap dan pada pasien dengan ventilasi extracorporeal
membrane oxygenation (ECMO). Jika tidak memungkinkan diberikan nutrisi
enteral, dapat diberikan nutrisi parenteral. Pasien dengan malnutrisi perlu
mendapat suplementasi mikronutrien, maupun nutrien spesifik lainnya untuk
mencegah dan menangani defisiensi yang ada, meskipun demikian belum ada
penelitian tentang penggunaan suplementasi mikronutrien dengan jumlah sangat
besar, suprafisiologis atau supraterapeutik yang dapat mencegah atau
meningkatkan luaran klinis COVID-19.84,85
Pasca ekstubasi, lepas dari ventilator pasien mengalami nyeri menelan,
disfagia, gangguan fisik, mental dan fungsi kognitifnya, sehingga perlu dikelola
asupan gizinya dengan bertahap untuk bisa makan melalui oral, dengan jumlah
energi yang adekuat tetapi tidak menyebabkan overfeeding, dan dengan jumlah
asupan protein yang cukup sehingga dapat mencegah kehilangan massa dan
19
fungsi otot, yang dapat menyebabkan Intensive Care Unit acquired weakness
(ICUAW). Untuk dapat mengelola pemberian terapi gizi medik yang adekuat pada
Pasien COVID-19 sakit berat, dengan atau tanpa komorbid maka perlu dikelola
oleh DrSpGK, sesuai dengan kompetensinya. Secara umum terapi gizi medik yang
diberikan perlu mengikuti pedoman tatalaksana gizi pada sakit kritis yang telah
ada, dengan menyesuaikan kondisi pasien COVID-19, dengan tetap
memperhatikan aspek klinis pasien, faktor komorbiditas dan toleransi
nutrisinya.84.85
Pengelolaan pasien COVID-19 di Rumah Sakit tentunya perlu kerjasama tim
agar dapat memberikan hasil yang terbaik bagi pasien. Dokter Spesialis Gizi Klinik
bersama dengan berbagai teman sejawat dokter dan tenaga kesehatan, sebagai
suatu tim. Selain itu pengelolaan pasien COVID perlu sesuak panduan umum
penanganan pasien COVID-19 yang benar, seperti membatasi paparan dengan
pasien, meminimalkan aerosol, cuci tangan, dan penggunaan alat pelindung diri
yang tepat. 85
2.9 Malnutrisi
Pasien Covid-19 berisiko mengalami malnutrisi dan pasien yang masuk rumah
sakit yang telah mengalami malnutrisi memiliki luaran klinis yang lebih buruk dan
angka mortalitas yang lebih tinggi dibanding pasien tanpa malnutrisi. Pasien Covid-
19 yang berisiko tinggi mengalami malnutrisi antara lain adalah pasien geriatri dan
pasien dengan komorbid. Penelitian di Wuhan menemukan 27,5% berisiko
malnutrisi dan 52,7% yang malntrisi pada pasien Covid-19 lansia. Skrining dan
asesmen malnutrisi harus menjadi langkah awal asesmen umum pada semua
pasien. Skrining awal dapat menggunakan MUST (Malnutrition Universal Screening
Tool) dan NRS (Nutrition Risk Screening) pada pasien di rumah sakit.86
Pasien Covid-19 dengan malnutrisi seharusnya dilakukan optimalisasi status
gizi dengan memberikan dukungan nutrisi yang adekuat selama menjalani terapi.
Kebutuhan makronutrien yang dianjurkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan Energi:
• Pasien usia>65 tahun dengan polimorbid : 27 kkal/kgbb/hari
• Pasien malnutrisi berat dengan polimorbid: 30 kkal/kgbb/hari.
Pemberian harus diberikan bertahap karena pasien ini berisiko
mengalami “Refeeding Syndrome.”
b. Kebutuhan Protein:
20
• Pasien usia>65 tahun: 1g/kgbb/hari, jumlah ini dapat disesuaikan
dengan status gizi, aktivitas fisik, kondisi penyakit dan toleransi.
• Pasien rawat inap dengan polimorbid: ≥1g/kgbb/hari untuk mencegah
kehilangan berat badan, mengurangi komplikasi dan readmisi serta
memperbaiki luaran klinis.
c. Kebutuhan karbohidrat dan lemak disesuaikan dengan kebutuhan energi
dengan mempertimbangkan fungsi respirasi. Karbohidrat diturunkan
sampai 50% pada pasien dengan ventilator.
Evaluasi:
a. Kondisi pasien yaitu fungsi vital, fungsi kardiovaskuler, fungsi respirasi,
fungsi gastro intestinal, fungsi ginjal dan status glikemik.
b. Kebutuhan energi : kebutuhan energi dapat ditunda, diturunkan ataupun
dinaikkan sesuai dengan fase sakit kritis pada pasien, fase inisial atau fase
penyembuhan dan hemodinamik
c. Kebutuhan makronutrien: pemberian seperti karbohidrat dan protein dapat
dinaikkan ataupun diturunkan menyesuaikan hasil evaluasi nilai
laboratorium dan fungsi respirasi
21
d. Kebutuhan mikronutrien
e. Kebutuhan cairan
BAB III
ALUR PEMBERIAN NUTRISI
Setiap pasien yang masuk rumah sakit setelah dilakukan asesmen gizi
kemudian ditentukan perencanaan terapi gizi, termasuk pemilihan jalur pemberian
nutrisi. Pada pasien dengan status gastrointestinal fungsional dan tidak ada gangguan
menelan diberikan nutrisi peroral. Pasien dengan status gastrointestinal fungsional
namun mengalami kondisi berikut; kesulitan mengunyah /menelan (disfagia), sangat
sesak, kondisi sakit berat atau kritis dan kesadaran menurun, pemberian nutrisi enteral
melalui pipa nasogastrik, bila residu lambung >500 ml dianjurkan menggunakan pipa
duodenal. Pasien dengan gangguan saluran cerna seperti obstruksi, ileus, atau diare
berat diberikan nutrisi parenteral, jika jangka panjang >2 minggu diberikan melalui
vena sentral, kurang dari 2 minggu diberikan melalui vena perifer. Nutrisi enteral
seharusnya ditunda pemberiannya jika terdapat kondisi hemodinamik yang tidak stabil,
hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis yang tidak terkontrol.
Monitoring asupan dilakukan setiap hari untuk menilai adekuat tidaknya
pemberian terapi gizi, khususnya pada pasien yang diberikan nutrisi peroral. Jika
didapatkan asupan tidak adekuat (<60% dari target kebutuhan kalori) dalam 3 kali 24
jam, maka dapat diberikan tambahan nutrisi parenteral. Alur pemberian nutrisi dapat
dilihat pada Gambar 1.
22
Gambar 1. Rute Pemberian Nutrisi
23
BAB IV
REKOMENDASI
Pemberian nutrisi yang sesuai dapat berperan baik sebagai tindakan pencegahan
maupun sebagai terapi.
Untuk tindakan pencegahan, rekomendasi yang dapat diberikan adalah:
1. Makan makanan yang sehat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan
2. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan asupan tinggi protein
3. Tingkatkan asupan sayuran dan buah sumber vitamin dan mineral
4. Cuci tangan dan bahan makanan sebelum diolah
5. Tidur yang cukup dan cegah dehidrasi
Sedangkan untuk terapi, rekomendasi yang diberikan tertuang dalam Tabel 5 ringkasan
sebagai berikut:
24
Tabel. 5 Rekomendasi Penatalaksanaan Terapi Nutrisi Covid-19
ODP PDP NAKES PENYAKIT KRITIS
Energi 30-35 kkal/kgBB/hari 30-35 kkal/kgBB/hari AKG + 10% 25-30 kkal/kgBB/hari
Makronutrien
Tanpa ventilator: 1.2-2 g/kgBB/hari
Protein 15-25% 1.2-2 g/kbBB/hari/15-25% 15-25%
Dengan ventilator: 1.3 g/kgBB/hari
Karbohidrat 50% 50% 55% 50%
Lemak 25-30% 25-30% 25-30% 25-30%
30-35 ml/kgBB (Cairan isotonik
Cairan 30-40 ml/kgBB/hari 30-40 ml/kgBB/hari Balans cairan / Hemodinamik
kristaloid/normal salin/ringer laktat)
Mikronutrien
Vitamin A Laki-laki 650 RE/hari Laki-laki 650 RE/hari Laki-laki 650 RE/hari Laki-laki 650 RE/hari
Perempuan 600 RE/hari Perempuan 600 RE/hari Perempuan 600 RE/hari Perempuan 600 RE/hari
Vitamin B1 Sakit berat/kritis Sakit berat/kritis
Intravena: 100 mg/24 jam diberikan Intravena: 100 mg/24 jam diberikan
Vitamin B6 25-100 mg/hari 25-100 mg/hari
Sakit ringan per oral:
1 g/hari (500 mg/12 jam)
Sakit berat/kritis:
1 jam pertama:
Sakit berat/dengan komplikasi (intravena) :
Vitamin C 500-1000mg/hari Intravena: 4 g dalam 100 cc Nacl 500-1000mg/hari
1 g/8 jam/hari
0.9% drips
Dilanjutkan dengan :
Intravena: 1 g/8 jam dalam 50 cc
Dextrose 5% atau 50 cc NaCl 0.9%
Vitamin D <70 th : 600 IU/hari <70 th : 600 IU/hari <70 th : 600 IU/hari <70 th : 600 IU/hari
>70 th : 800 IU/hari >70 th : 800 IU/hari >70 th : 800 IU/hari >70 th : 800 IU/hari
Vitamin E 300 IU/hari Sakit berat/kritis: 400IU/hari 300 IU/hari Sakit berat/kritis: 400IU/hari
Zink 20 mg/hari 20-40 mg/hari 20 mg/hari 20-40 mg/hari
Selenium 50-100 µg/hari 200 µg/hari 50-100 µg/hari 200 µg/hari
Kalsium Sakit berat/kritis, peroral: 600mg/hari Sakit berat/kritis, peroral: 600 mg/hari
Nutraceutical
Lactilobacillus 10.-9 -10.-10 colonic forming unit
Madu 10g/12 jam/hari 10g/12 jam/hari 10g/12 jam/hari 10g/12 jam/hari
Kurkumin 30-90 mg/24 jam dosis terbagi 30-90 mg/24 jam dosis terbagi
25
BAB V
PANDUAN PENYUSUNAN MENU
COVID-19
Panduan ini disusun untuk menerjemahkan preskripsi nutrisi kedalam bentuk menu
harian sesuai dengan komposisi zat gizi yang dibutuhkan. Menu ini dapat dimodifikasi sesuai
dengan bahan pangan lokal yang tersedia.
5.1 Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan gizi makronutrien dan mikronutrien untuk tenaga kesehatan
dan pasien.
2. Meningkatkan status imun.
3. Mempertahankan dan atau meningkatkan status gizi.
4. Memperbaiki kondisi klinis pasien.
5. Menyediakan siklus menu 14 hari.
5.2 Sasaran:
1. Tenaga kesehatan.
2. Orang dalam pemantauan (ODP) geriatri.
3. Pasien dalam pengawasan (PDP).
4. Pasien kondisi klinis berat dan kritis.
26
3) ODP dan PDP Geriatri: 50% dari total kebutuhan energi.
4) PDP kondisi berat, kritis, atau malnutrisi berat: maksimal 50% ( tidak
diberikan dalam jumlah tinggi untuk mengurangi produksi CO2 sebagai
hasil akhir metabolisme karbohidrat).
3. Kebutuhan Protein
1) Tenaga kesehatan (Nakes): 15 % dari total kebutuhan energi (lebih
tinggi 5% dari AKG untuk meningkatkan sistem imun).
2) PDP Kondisi stabil: 20% dari total kebutuhan energi (diberikan protein
tinggi untuk meningkatkan sistem imun dan mengatasi inflamasi akut).
3) ODP dan PDP Geriatri: 15% dari total kebutuhan energi (tidak diberikan
terlalu tinggi karena pada pasien geriatri umumnya mengalami
penurunan fungsi ginjal).
4) PDP kondisi berat, kritis, atau malnutrisi berat: 20% -25 % dari total
kebutuhan energi (diberikan protein lebih tinggi untuk meningkatkan
sistem imu, mengatasi inflamasi akut dan katabolisme). Untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal diberikan protein 7 -10% (0,6 – 0,8
g/kgbb/hari disesuaikan dengan derajat gangguan fungsi ginjal).
Diberikan protein dengan nilai biologis tinggi dengan rasio protein hewani :
nabati sebesar 67%:33%.
4. Kebutuhan Lemak
1) Tenaga kesehatan (Nakes): 30% dari total kebutuhan energi
2) PDP Kondisi stabil: 30% dari total kebutuhan energi.
3) PDP Geriatri: 35% dari total kebutuhan energi.
4) PDP kondisi berat, kritis, atau malnutrisi berat: 25 - 30 % dari total
kebutuhan energi.
27
5.1 PERENCANAAN KEBUTUHAN GIZI
KEBUTUHAN GIZI
Sasaran BB (Kg) Energi Karbohidrat Protein (gram/persen) Lemak
Mikronutrien
(kkal) (gram/persen) TOTAL HEWANI NABATI (gram/persen)
PDP Dewasa 262 105 70 35 70 Dipenuhi dari
55 – 70 2100
Laki-laki (50%) (20%) (67%) (33%) (30%) sumber:
PDP Dewasa 237 95 63 32 63 - Sayur 2-3 kali
55 - 70 1900
Perempuan (50%) (20%) (67%) (33%) (30%) 100 g/hari
PDP Geriatri 250 75 50 25 78 - Buah 2-3 kali
60 - 70 2000
Laki-laki (50%) (15 %) (67%) (33%) (35%) 100 g/hari
PDP 218 66 44 22 68 - Oral nutrition
Geriatri 55 - 65 1750 (50%) (15%) (67%) (33%) (35%) suplemen
Perempuan (ONS)
PDP 187 94 63 31 42
Berat/Kritis/ 40 - 60 1500 (≤50%) (25%) (67%) (33%) (25%)
Malnutrisi Berat
385 105 70 35 93
NAKES Laki-laki 55 – 70 2800
(55 %) (15%) (67%) (33%) (30%)
NAKES 330 90 60 30 80
55 - 65 2400
Perempuan (55 %) (15%) (67%) (33%) (30%)
28
5.2 PRESKRIPSI MENU HARIAN
Makan Pagi Selingan Pagi Makan Siang Selingan Sore Makan Malam Selingan Malam
SASARAN
(06.30 - 07.30) (09.30 - 10.00) (12.30 - 13.30) (15.30 - 16.00) (18.30 - 19.00) (21.00 - 21.30)
Energi : 420 kkal Energi : 210 Energi : 630 kkal Energi : 210 kkal Energi : 525 kkal Energi : 105 kkal
PDP Dewasa Laki-laki Protein:21±5 g Protein:37±5 g Protein:26±5 g
Hewani: 14g Hewani:28g Hewani:21g
Energi : 380 kkal Energi : 190 Energi : 570 kkal Energi : 190 kkal Energi : 525 kkal Energi : 95 kkal
PDP Dewasa Perempuan Protein:19±5 g Protein:33±5 g Protein:24±5 g
Hewani: 14g Hewani: 21g Hewani: 14g
Energi : 400 kkal Energi : 200 Energi : 600 kkal Energi : 200 kkal Energi : 500 kkal Energi : 100 kkal
PDP Geriatri Laki-laki Protein:15±5 g Protein:26±5 g Protein:19±5 g
Hewani: 14 g Hewani: 17g Hewani: 14g
Energi : 350 kkal Energi : 175 Energi: 525 kkal Energi : 200 kkal Energi : 437 kkal Energi : 88 kkal
PDP Geriatri Perempuan Protein:13±5 g Protein: 23±5g Protein:17±5 g
Hewani: 10g Hewani: 14g Hewani: 14g
PDP Energi : 300 kkal Energi : 150 Energi : 525 kkal Energi : 150 kkal Energi : 375 kkal Energi : 75 kkal
Berat/Kritis/Malnutrisi Protein:24±5 g Protein:32±5 g Protein:23±5 g
Berat Hewani: 14g Hewani: 21g Hewani: 14g
Energi : 560 kkal Energi : 260 Energi : 840kkal Energi : 260 kkal Energi : 700 kkal Energi : 130 kkal
NAKES Laki-laki Protein:24±5 g Protein:37±5 g Protein:26±5 g
Hewani: 14g Hewani: 25g Hewani: 18g
Energi : 480 kkal Energi : 220 Energi : 720kkal Energi : 220 kkal Energi : 600 kkal Energi : 110 kkal
NAKES Perempuan Protein:22±5 g Protein:31±5 g Protein:22±5 g
Hewani: 14g Hewani: 21g Hewani: 15g
Catatan:
Persentase kalori perjadwal makan:
-Makan pagi: 20 % kebutuhan energi total -Kebutuhan protein pagi: 25 % dari total protein
-Makan siang: 30% kebutuhan energi total, pada sakit kritis 20% -Kebutuhan protein siang:35 % dari total protein
-Makan malam : 25 % kebutuhan energi total, pada sakit kritis 20% -Kebutuhan protein malam:25% dari total protein
-Selingan pagi : 10% kebutuhan energi total, pada sakit kritis 15% -Kebutuhan protein selingan : ≤15%
-Selingan sore : 10% kebutuhan energi total, pada sakit kritis 15% -Kebutuhan protein pagi: 25 % dari total protein
-Selingan malam : 5 % kebutuhan energi total, pada sakit kritis 10% -Kebutuhan protein siang:35 % dari total protein
29
5.3 CONTOH MENU HARIAN untuk siklus 14 hari (2 Siklus) di RUMAH SAKIT DARURAT COVID-19
Hari
Siklus I 1 2 3 4 5 6 7
Pagi Nasi kebuli Nasi goreng Mie goreng saus Nasi kuning Nasi uduk Bubur ayam I fu mie
Thailand kacang
Siang Pepes ayam Sate lilit ikanIkan saos madu Ikan saus lemon Pepes ikan Rollade daging Ayam saus krim
daun kemangi Telur bumbu bali
Siomay ayam Tempe bumbu Tempe bumbu sapi Sayur kukus
Tempe bacem Sayur jantung Sop kacang bali kunyit Steak tempe
Tumis brokoli pisang merah Sayur lodeh Sayur campur Sayur campur
(kacang hijau – (rebung)
bayam)
Malam Tongkol suwir Ikan kuah asam Ayam suwir Rawon Ayam penyet Sup ikan tahu Ikan asam
bumbu merah Tahu goreng bumbu rujak Tauge-wortel daun jeruk sutera manis
Sayur campur Cah tauge Telur bumbu rebus Tahu panggang Cah buncis- Tumis tahu
nanas saos kecap kacang hitam kacang tanah
Cah kangkung Terong bumbu Cah buncis
bali
Siklus II 1 2 3 4 5 6 7
Pagi Pasta kentang Nasi kukus tahu Dadar isi daging Mie rebus tauge Nasi goreng Pasta saus krim Sup krim
brokoli jamur saus krim kacaang polong tomat kentang
Siang Ayam bumbu Sup tomat ikan Sate ayam Ayam Hainan Steak ikan Ayam bumbu Bistik ikan
ketumbar marinara bumbu kecap Sapo tahu Sayuran kare Pangsit tahu
Tahu kukus Lumpia telur Pepes tempe sayuran panggang Tahu panggang capcay
jamur Tumis kacang Sayur campur saus tomat
Sayur asam panjang (bayam-kacang Kangkung
kedele) bumbu kelapa
Malam Sup ikan Ayam bumbu Ikan panggang Ikan panggang Sate ayam Pepes tahu Soto bandung
bandeng bumbu wijen merah bumbu kemiri bumbu kunyit Soto ayam
merah Tahu isi telur Perkedel tempe Lumpia telur Cah terong
Tempe mendoan panggang panggang panggang buncis
panggang Sayur campur Sup sayuran Sup bihun oyong
Tumis kangkung (bayam labu asam manis
cabai hijau kuning)
30
CONTOH MENU SEHARI PDP DEWASA LAKI-LAKI 2100 KKAL
Makanan Utama Nasi putih 150g 1 1/3 gelas Kalori: 462 kkal
Malam Ayam penyet daun jeruk 80g 2 potong sedang Protein: 26g
Tahu panggang saos kecap 110g 1 biji besar
Sayur terong bumbu bali 100g 1 mangkuk
Selingan Malam Jeruk manis 220 g 2 buah besar Kalori: 100 kkal
KH: 24g
TOTAL MAKRONUTRIEN dan • Kalori:2095kkal • Vitamin C: 125 mg
MIKRONUTRIEN • Protein:101g • Vitamin E: 1,5 mg
• Karbohidrat: 255g • Zinc; 10 mg
• Lemak:79g • Kalsium: 647mg
• Vitamin A: 681 mcg • Iron: 12,9 mg
• Vtamin B1: 1,1 mg
• Vitamin B2: 1,4 mg
• Vitamin B6: 1,4 mg
31
CONTOH MENU SEHARI PDP DEWASA PEREMPUAN 1900 KKAL
Makanan Utama Nasi putih 150g 1 1/3 gelas Kalori: 462 kkal
Malam Ayam penyet daun jeruk 80g 2 potong sedang Protein: 26g
Tahu panggang saos kecap 110g 1 biji besar
Sayur terong bumbu bali 100g 1 mangkuk
Selingan Malam Jeruk manis 110 g 1 buah besar Kalori: 100 kkal
KH: 24g
TOTAL MAKRONUTRIEN dan • Kalori:1945kkal • Vitamin C: 76 mg
MIKRONUTRIEN • Protein:93g • Vitamin E: 1,2 mg
• Karbohidrat: 230g • Zinc; 8,6 mg
• Lemak:75g • Kalsium: 400mg
• Vitamin A: 606 mcg • Iron: 12,5 mg
• Vtamin B1: 0,9 mg
• Vitamin B2: 1,1 mg
• Vitamin B6: 1,3mg
32
CONTOH MENU SEHARI ODP/PDP GERIATRI 1800- 2000 KKAL
Makanan Utama Nasi putih 150g 1 1/3 gelas Kalori: 462 kkal
Malam Ayam penyet daun jeruk 80g 2 potong sedang Protein: 26g
Tahu panggang saos kecap 110g 1 biji besar
Sayur terong bumbu bali 100g 1 mangkuk
Selingan Malam Jeruk manis 220 g 2 buah besar Kalori: 100 kkal
KH: 24g
TOTAL MAKRONUTRIEN dan • Kalori:1895kkal • Vitamin C: 67,7 mg
MIKRONUTRIEN • Protein:87,8g • Vitamin E: 1,2 mg
• Karbohidrat: 285g • Zinc; 7,1 mg
• Lemak:52,8g • Kalsium: 879mg
• Vitamin A: 1886 mcg • Iron: 46,7 mg
• Vtamin B1: 0,7 mg
• Vitamin B2: 1,3 mg
• Vitamin B6: 1,2 mg
33
CONTOH MENU SEHARI NAKES LAKI-LAKI 2700 - 2800 KKAL
Makanan Utama Nasi putih 200g 1 1/2 gelas Kalori: 549 kkal
Malam Ayam penyet daun jeruk 80g 2 potong sedang Protein: 28g
Tahu panggang saos kecap 110g 1 biji besar
Sayur terong bumbu bali 100g 1 mangkuk
Selingan Malam Jeruk manis 220 g 2 buah besar Kalori: 250 kkal
Susu UHT 200ml 1 kotak Protein :6g
KH: 24g
TOTAL MAKRONUTRIEN dan • Kalori:2662kkal • Vitamin C: 142 mg
MIKRONUTRIEN • Protein:113g • Vitamin E: 1,5 mg
• Karbohidrat: 366g • Zinc; 12,4 mg
• Lemak:99g • Kalsium: 1076mg
• Vitamin A: 918 mcg • Iron: 15,0 mg
• Vtamin B1: 1,4 mg
• Vitamin B2: 2,1 mg
• Vitamin B6: 1,9 mg
34
CONTOH MENU SEHARI NAKES PEREMPUAN 2400 KKAL
Makanan Utama Nasi putih 200g 1 1/2 gelas Kalori: 549 kkal
Malam Ayam penyet daun jeruk 80g 2 potong sedang Protein: 28g
Tahu panggang saos kecap 110g 1 biji besar
Sayur terong bumbu bali 100g 1 mangkuk
Selingan Malam Jeruk manis 220 g 2 buah besar Kalori: 250 kkal
KH: 24g
TOTAL MAKRONUTRIEN dan • Kalori:2422kkal • Vitamin C: 144 mg
MIKRONUTRIEN • Protein:102,8g • Vitamin E:2,5 mg
• Karbohidrat: 313g • Zinc; 11,6 mg
• Lemak:95g • Kalsium: 864mg
• Vitamin A: 715 mcg • Iron: 15,2 mg
• Vtamin B1: 1,3 mg
• Vitamin B2: 1,9 mg
• Vitamin B6: 1,8 mg
35
DAFTAR REFERENSI
11. Andrew W.Saul. Sanghai Goverment Officially Recommends Vitamin for COVID-19.
Orthomolecular Medicine News Service. 2020.
12. COVID-19 Science Report: Therapeutics.Saw Swee Hock School of Public Health.
National University of Singapore. 2020.
36
review. Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews 2020; 14:
367–382.
15. Zhang L, Liu Y. Potential interventions for novel coronavirus in China: A systematic
review. J Med Virol 2020; 92: 479–490.
17. Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A Review of Micronutrients and the Immune
System–Working in Harmony to Reduce the Risk of Infection. Nutrients 2020;
12:236.
18. Alschuler L, Weil A, Horwitz R, Stamets P, Chiasson AM, Crocker R et al. Integrative
considerations during the COVID-19 pandemic. EXPLORE 2020;
S1550830720301130.
19. Taslim NA, Primana DA. Panduan Praktis Penatalaksanaan Nutrisi Covid-19. Versi
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia: Jakarta, 2020.
20. Cathcart RF. Vitamin C, titrating to bowel tolerance, anascorbemia, and acute
induced scurvy Med Hypotheses. 1981 Nov; 7(11): 1359-76.
23. Hemilä, Harri, and Elizabeth Chalker. “Vitamin C Can Shorten the Length of Stay in
the ICU: A Meta-Analysis.” Nutrients: Vol.11, 4 708. 27 Mar. 2019,
doi:10.3390/nu11040708.
24. Hemilä, Harri, and Pekka Louhiala. “Vitamin C may affect lung infections.” Journal
of the Royal Society of Medicine. Vol.100, 11(2007): 495-8.
doi:10.1177/014107680710001109.
37
25. Hunt C. The clinical effects of vitamin C supplementation in elderly hospitalized
patients with an acute respiratory infection. Int J Vit Nut Res 1994;64:212-19].
26. Institute of Medicine. Food and Nutrition Board. Dietary Reference Intakes for
Vitamin C, Vitamin E, Selenium, and Carotenoidsexternal link disclaimer.
Washington, DC: National Academy Press, 2000.
27. Seguy D. Impact of Zinc and Vitamin D3 Supplementation on the Survival of Aged
Patients Infected With COVID-19 (ZnD3-CoVici) [Internet]. Available from:
https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04351490.
29. Martineau AR, Jolliffe DA, Hooper RL, et al. Vitamin D supplementation to prevent
acute respiratory tract infections: Systematic review and meta-analysis of
individual participant data. BMJ 2017; 356.
31. Rahaman O.Suara, James E.Crowne. Effect of Zinc Salts on Respiratory Syncytial
Virus Replication. Antimicrobial agents and chemotherapy. Mar.2004, p.783-790.
32. Scott AR, Stephanie O, Chantelle A, Golo A. The Role of zinc in Antiviral Immunity.
Adv.Nutr. 2019; 10:696-710. American Society for Nutrition 2019.
33. Michelle S, Jennie J, Daniel ER, Gordon G. Zinc for treatment of the common cold:
a systemic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Canadian
medical assocition 2012.
34. Ananda SP. Zinc: role in immunity, oxidative stress and chronic inflammation.
Clinical Nutrition and Metabolic Care 2009, 12:646-652.
35. Liang Chen, Chun Hu, Molly Hood, et al. A Novel Combination of Vitamin C,
Curcumin and Glycyrrhizic Acid Potentially Regulates Immune and Inflammatory
Response Associated with Coronavirus Infections: A Perspective from System
Biology Analysis. Nutrients 2020, 12, 1193.
36. Sordillo, P. P., Helson, L. Curcumin Suppression of Cytokine Release and Cytokine
Storm. A Potential Therapy for Patients with Ebola and Other Severe Viral
Infections. In Vivo 2015, 29, 1–4.
38
37. Haipeng Yin, Qiang Guo, Xin Li, et al. Curcumin Suppresses IL-1β Secretion and
Prevents Inflammation through Inhibition of the NLRP3 Inflammasome. J Immunol April
15, 2018, 200 (8) 2835-2846.
38. Subash C. Gupta, Sridevi Patchva, and Bharat B. Aggarwal. Review Article
Therapeutic Roles of Curcumin: Lessons Learned from Clinical Trials. The AAPS
Journal, Vol. 15, No. 1, January 2013.
39. Shi, Y., Wang, Y., Shao, C., et al. 2020. COVID-19 infection: the perspectives on
immune responses. Cell Death & Differentiation. doi:10.1038/s41418-020-0530-3.
40. Zumla A, Hui DS, Azhar EI, et al. Reducing mortality from 2019-nCoV: host-directed
therapies should be an option. Lancet. 2020; 395(10224):e35-e6.
41. Ruan, Q., Yang, K., Wang, W., et al. (2020). Clinical predictors of mortality due to
COVID-19 based on an analysis of data of 150 patients from Wuhan, China.
42. Barazzoni R et al., ESPEN expert statements and practical guidance for nutritional
management of individuals with SARS-CoV-2 infection, Clinical Nutrition,
https://doi.org/10.1016/j.clnu.2020.03.022.
43. Gutierrez, S., Svahn, S.L., and Johansson, M. E. 2019. Effects of Omega-3 Fatty
Acids on Immune Cells. Int. J. Mol. Sci. 2019, 20, 5028;
doi:10.3390/ijms20205028.
44. Martindale, R. G., Berlana, D., Boullata, J. I., et al. (2020). Summary of
Proceedings and Expert Consensus Statements From the International Summit
“Lipids in Parenteral Nutrition.” Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 44, S7–
S20. doi:10.1002/jpen.1746.
45. Buckley, C. D., Gilroy, D. W., & Serhan, C. N. (2014). Proresolving Lipid Mediators
and Mechanisms in the Resolution of Acute Inflammation. Immunity, 40(3), 315–
327. doi:10.1016/j.immuni.2014.02.009.
46. Li, Y., Wang, W., Yang, F., et al. 2019. The regulatory roles of neutrophils in
adaptive immunity. Cell Communication and Signaling, 17(1). doi:10.1186/s12964-
019-0471-y.
47. Puga, I., Cols, M., Barra, C. M., et al. 2011. B cell–helper neutrophils stimulate the
diversification and production of immunoglobulin in the marginal zone of the
spleen. Nature Immunology, 13(2), 170–180. doi:10.1038/ni.2194.
39
Hospitalized Adults. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition,
44(S1). doi:10.1002/jpen.1775.
49. McClave, S. A., Martindale, R. G., Vanek, V. W., et al. 2009. Guidelines for the
Provision and Assessment of Nutrition Support Therapy in the Adult Critically Ill
Patient: Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 33(3), 277–316.
50. Singer, P., Reintam Blaser, A., Berger, M. M., et al. (2018). ESPEN guideline on
clinical nutrition in the intensive care unit. Elsevier Clinical Nutrition.
51. McClave S.A.2016. Guidelines for the Provision and Assessment of Nutrition
Support Therapy in the Adult Critically Ill Patient. Journal of Parenteral and Enteral
Nutrition Volume 40 Number 2 February 2016 159– 211DOI:
10.1177/0148607115621863.
53. Parish M, Valiyi F, Hamishehkar H, Sanaie S, Jafarabadi MA, Golzar SEJ, et al. The
effects of Omega-3 fatty acids on ARDS: a randomized double-blind study. Adv
Pharmaceut Bull 2014; 4(S2):555e61. doi: 10.5681/apb.2014.082.
54. Singer, P., Berger, M. M., Van den Berghe, et al. (2009). ESPEN Guidelines on
Parenteral Nutrition: Intensive care. Clinical Nutrition, 28(4), 387–400.
55. Pontes-Arruda A, Aragao AM, Albuquerque JD. Effects of enteral feeding with
eicosapentaenoic acid, gamma-linolenic acid, and antioxidants in mechanically
ventilated patients with severe sepsis and septic shock. Crit Care Med 2006;
34:2325e31.
56. Zhu, D., Zhang, Y., Li, S., et al. (2014). Enteral omega-3 fatty acid supplementation
in adult patients with acute respiratory distress syndrome: a systematic review of
randomized controlled trials with meta-analysis and trial sequential analysis.
Intensive Care Medicine, 40(4), 504–512. doi:10.1007/s00134-014-3244-5
57. Glenn, J. O. H., & Wischmeyer, P. E. (2014). Enteral fish oil in critical illness.
Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care, 17(2), 116–
123. doi:10.1097/mco.0000000000000039.
58. Looijaard, W. G. P. M., Dekker, I. M., Stapel, S. N., et al. (2016). Skeletal muscle
quality as assessed by CT-derived skeletal muscle density is associated with 6-
month mortality in mechanically ventilated critically ill patients. Critical Care,
20(1). doi:10.1186/s13054-016-1563-3.
40
59. Arrazcaeta J, Lemon S. Evaluating the significance of delaying intravenous lipid
therapy during the first week of hospitalization in the intensive care unit. J Parenter
Enteral Nutr 2014; 29:255e9.
60. Manzanares W, Langlois PL, Hardy G. Intravenous lipid emulsions in the critically
ill: an update. Curr Opin Crit Care 2016; 22:308e15.
61. Huang C, Wang Y, Li X, et al. Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China. Lancet. 2020; 395(10223):497-506.
62. R. D. Semba. Vitamin A and immunity to viral, bacterial and protozoan infections.
Proceedings of the Nutrition Society (1999), 58, 719–727.
63. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang
Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Hal.9-10
64. Thiamine deficiency and its prevention and control in major emergencies, ©World
Health Organization, 1999, p.24
65. Won-Young Kim, Eun-Jung Jo, Jung Seop Eom, Jeongha Mok, Mi-Hyun Kim, Ki Uk
Kim, Hye-Kyung Park, Min Ki Lee, Kwangha Lee. Combined vitamin C,
hydrocortisone, and thiamine therapy for patients with severe pneumonia who
were admitted to the intensive care unit: Propensity score-based analysis of a
before-after cohort study. Journal of Critical Care 47 (2018) 211–218
66. Adrian F. Gombart, Adeline Pierre and Silvia Maggini. A Review of Micronutrients
and the Immune System–Working in Harmony to Reduce the Risk of Infection.
Nutrients 2020, 12, 236
68. Harri Hemilä , Review Vitamin C and Infections. Nutrients 2017, 9, 339
69. Ying Wang, Huan Lin, Bing‑wen Lin and Jian‑dong Lin, Review Effects of different
ascorbic acid doses on the mortality of critically ill patients: a meta‑analysis. Ann.
Intensive Care (2019) 9:58
71. Jeremy A. Beard, Allison Bearden, and Rob Striker. Vitamin D and the anti-viral
state. J Clin Virol. 2011 March ; 50(3): 194–200.
41
72. Ettore Crimi, Antonio Liguori, Mario Condorelli, Michele Cioffi, Marinella Astuto,
Paola Bontempo, Orlando Pignalosa, Maria Teresa Vietri, MD§, Anna Maria Molinari,
Vincenzo Sica, Francesco Della Corte, and Claudio Napoli. The Beneficial Effects of
Antioxidant Supplementation in Enteral Feeding in Critically Ill Patients: A
Prospective, Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Trial. Anesth Analg
2004;99:857–63
73. Adrian F. Gombart, Adeline Pierre and Silvia Maggini. A Review of Micronutrients
and the Immune System–Working in Harmony to Reduce the Risk of Infection.
Nutrients 2020, 12, 236
75. Hao Q, Dong BR,Wu T. Probiotics for Preventing Acute Upper Respiratory Tract
Infections review. Cochrane Library.2015
76. Minelli EB, Benini A. Relationship between number of bacteria and their Probiotic
Effects. Microbial Ecology in Health and Disease. 2008
77. Tahereh Eteraf-Oskouei 1,2, Moslem Najafi. Traditional and Modern Uses of
Natural Honey in Human Diseases: A Review. Iran J Basic Med Sci, Vol. 16, No. 6,
Jun 2013
79. Scotto CJ, Fridline M, Menhart CJ, Klions HA. Preventing hypokalemia in critically
ill patients. AJCC, March 2014, vol 23, no.2.
80. Reducing excess mortality from common illnesses during influenza pandemic.WHO
guidelinefor emergency interventions incommunity setting.2008
81. Montejo JC, Mi.ambres E, Bordejé L, et al. Gastric residual volume during enteral
nutrition in ICU patients: the REGANE study. Intensive Care Med 2010;36:1386-
93.
82. Fei Zhou, Ting Yu, Ronghui Du, dkk. Clinical course and risk factors for mortality
of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study.
Lancet 2020; 395: 1054–62.
83. Intensive Care National Audit Research Centre (ICNARC) report on COVID-19 in
critical care, 04 April 2020.
42
84. Barazzoni R et al., ESPEN expert statements and practical guidance for nutritional
management of individuals with SARS-CoV-2 infection, Clinical Nutrition,
https://doi.org/10.1016/j.clnu.2020.03.022.
85. Robert Martindale, Jayshil J. Patel MD, Beth Taylor dkk. Nutrition Therapy in the
Patient with COVID-19 Disease Requiring ICU Care. ASPEN, SCCM, Updated March
30, 2020.
87. Li T, Zhang Y, Gong C, Wang J, Liu B, Shi L dan Duan J. Prevalence of malnutrition
and analysis of related factors in elderly patients with COVID-19 in Wuhan, China.
EJCN. 22 April 2020.
43
LAMPIRAN 1: Formulir Preskripsi Diet
___________________
44
LAMPIRAN 2: Bahan Penukar Makanan
Untuk memudahkan penggunaan, bahan makanan dalam daftar selain dalam ukuran gram
juga dinyatakan dengan alat Ukuran Rumah Tangga (URT). Cara ini terbukti cukup teliti dan
praktis dalam penyusunan diet. dIbawah ini keterangan singkatan ukuran rumah tangga.
bh = buah g = gram
bj = biji kcl = kecil
btg = batang ptg = potong
btr = butir sdg = sedang
bsr = besar sdm = sendok makan
gls = gelas sdt = sendok teh
Bahan makanan pada tiap golongan dalam jumlah yang dinyatakan pada daftar, bernilai
hampir sama, oleh karena itu satu sama lain dapat saling menukar. Untuk singkatnya, disebut
dengan istilah 1 satuan penukar.
45
Ubi jalar putih 1 bj 140
Nasi jagung ¾ gelas 100
Tepung kentang 10 sdm 50
Ubi jalar kuning 1 bj 150 S++ P-
Keterangan :
Na+ Natrium 200-400 mg S++ Serat >6g
P- Rendah protein S+ Serat 3-6g
P+ Tinggi protein K+ Tinggi Kalium
2. Lemak sedang
1 Satuan penukar = 75 kalori, 7 g protein, 5 g lemak
46
3. Tinggi Lemak
1 Satuan penukar = 150 kalori, 7 g protein, 13 g lemak
47
Sayuran B
1 Satuan penukar 1 gls (100 g) = 25 kalori, 1 g protein, 5 g karbohidrat
Bahan makanan
Bayam K+ Kangkung S+
Bit K+ Kucai S+
Buncis S++ Kacang panjang S+
Brokoli S+ Kecipir S+
Caisim S++ Labu siam
Daun pakis S+ Labu wuluh K+
Daun wuluh Pare S++
Genjer Pepaya muda S+
Jagung muda S+ Rebung S+ K+
Jantung pisang S+ Sawi S+
Kol S+ K+ Toge kacang hijau S+ K+
Kembang kol S++ K+ Terong S+
Kapri muda K+ Wortel S+
Sayuran C
1 Satuan penukar 1 gls (100 g) = 50 kalori, 3 g protein, 10 g karbohidrat
Bahan makanan
Bayam merah S+ K+ Kacang kapri S+
Daun katuk S Kluwih Ka
Daun melinjo S++ Melinjo
Daun pepaya K++ Nangka muda S+
Daung singkong S+ K+ Toge kacang kedele
Daun tales S+
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g K+ Tinggi Kalium
S++ Serat > 6 g Ka+ Sayuran > 50 Kalori
48
Jeruk manis 2 bh 110 K+
Jambu air 2 bh bsr 110 S+
Jambu biji 1 bh bsr 100 K+
Jambu bol 1 bh bsr 90 S+
Kolang-kaling 5 bh sdg 25 S++
Kedondong 2 bh sdg 120 S++
Kemang 1 bh bsr 105
Kurma 3 bh 15
Lychee 10 bh 75
Mangga ¾ bh bsr 90
Melon 1 ptg bsr 190 S+
Madu 1 sdm 15
Nenas ¼ bh sdg 95
Nangka masak 3 bj sdg 45 S++
Pisang 1 bh 50 K+
Pepaya 1 ptg bsr 110 S+ K+
Peach 8 bh kcl 115 S++
Rambutan 8 bh 75
Sawo 1 bh sdg 55
Semangka 1 bh bsr 180
Sirsak ½ gls 60 S+
Salak 2 bh sdg 65 S+
Kelapa muda daging 1 bh sdg 70
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g S++ Serat > 6 g K+ Tinggi Kalium
49
3. Susu Tinggi Lemak
1 Satuan penukar = 150 kalori, 7 g protein, 10 g lemak, 10 g karbohidrat
Keterangan :
Na++ Natrium > 400 mg
Ko+ Tinggi kolesterol
K+ Tinggi Kalium
2. Lemak jenuh
Keterangan :
S+ Serat 3-6 g
S++ Serat > 6 g
Tj+ Sumber lemak tidak jenuh tunggal
K+ Tinggi Kalium
50
LAMPIRAN 3: Daftar Formula Parenteral Dan Enteral Komersil
PARENTERAL
51
FORMULA ENTERAL
52