Edisi Pertama
Editor:
dr. Irena Sakura Rini, MARS, Sp.BP-RE(K)
dr. Gwendy Aniko, Sp.BP-RE(K)
Desain Sampul:
dr. Ahmad Fawzy, Sp.BP-RE
1
2
3
DAFTAR ISI
halaman
Sampul depan
Halaman judul
Tim Penyusun ……………………………………………………………… 1
Himbauan …………………………………………………………………… 2
Rekomendasi PERAPI ……………………………………………………. 3
Daftar Isi ……………………………………………………………………. 4
Prakata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik 6
Rekonstruksi dan Estetik Indonesia ……………………………………...
Sambutan Ketua Kolegium Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik 7
Indonesia ……………………………………………………………………
Sambutan Ketua Majelis Kehormatan PERAPI ………………………... 8
Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………... 9
Bab 2 Definisi Operasional ……………………………………………... 11
2.1 Kasus Konfirmasi ………………………………………… 11
2.2 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) ……………………. 11
2.3 Orang Dalam Pemantauan (ODP) …………………….. 12
2.4 Orang Tanpa Gejala (OTG) ………………………......... 13
2.5 Kontak erat ……………………………………………...... 14
2.6 Negara / wilayah yang melaporkan transmisi lokal ...... 15
2.7 Karantina ………………………………………………..... 16
2.8 Pencegahan dan pengendalian infeksi berkaitan 17
dengan pelayanan kesehatan …………………………
2.9 Pencegahan pada level individu ……………………… 19
2.10 Pencegahan pada level masyarakat …………………. 20
Bab 3 Pelayanan Rawat Jalan Bedah Plastik Rekonstruksi dan 22
Estetik ……………………………………………………………..
Bab 4 Penundaan Operasi Elektif di bidang Bedah Plastik 23
Rekonstruksi dan Estetik ………………………………………..
Bab 5 Pelaksanaan Operasi Gawat Darurat dan Operasi Urgensi di 26
bidang Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik ………………
Bab 6 Pelayanan di Klinik Utama Bedah Plastik Rekonstruksi dan 28
Estetik ……………………………………………………………..
Bab 7 Pelaksanaan Konsultasi dengan Telemedicine di bidang 30
Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik ……………………….
Daftar Pustaka ……………………………………………………………... 31
Lampiran 1 WHO: 5 moment of hand hygiene ……………………… 33
Lampiran 2 WHO: How to handwash ………………………………... 34
Lampiran 3 WHO: How to handrub …………………………………... 35
Lampiran 4 Kemenkes: Etika batuk ………………………………….. 36
Lampiran 5 Kemenkes: Cara memakai masker yang benar ………. 37
Lampiran 6 Kemenkes: Jenis APD berdasarkan lokasi, petugas dan 39
jenis aktivitas ……………………………………………...
Lampiran 7 Preoperative screening for COVID-19 risk ……………. 41
Lampiran 8 WHO: How to don and remove non-sterile gloves …… 43
Lampiran 9 WHO: How to don and remove sterile gloves ………… 44
4
Lampiran 10 WHO: Surgical hand preparation technique with an 46
alcohol-based handrub formulation …………………….
Lampiran 11 CDC: Sequence for putting on and remove Personal 48
Protective Equipment (PPE) …………………………….
Lampiran 12 Kemenkes: Cara pemakaian dan pelepasan APD 51
Coverall ........................................................................
Lampiran 13 Kemendagri: Protokol kedatangan sampai di rumah dari 53
bepergian ………………………………………………….
5
PRAKATA
KETUA UMUM
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH PLASTIK
REKONSTRUKSI DAN ESTETIK INDONESIA
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan Rakhmat dan
IjinNya telah disusun Buku Panduan Pelayanan Pasien Bedah Plastik Rekonstruksi
dan Estetik pada masa Pandemi Covid -19 dengan lengkap.
Pengurus Perhimpunan beserta Kolegium Bedah Plastik Rekonstruksi dan
Estetik Indonesia (PERAPI) menyusun Buku Panduan ini agar dapat dipelajari dan
dijadikan pegangan oleh para dokter spesialis bedah 6lastic rekonstruksi dan estetik
Indonesia dalam memberikan pelayanan terhadap pasien dimasa Pandem iCovid -19
ini terutama pada kasus yang berkaitan dengan bidang Bedah Plastik rekonstruksi
dan estetik.
Seperti kita ketahui bahwa Pandemi Covid -19 ini telah berkembang dengan
cepat dan merenggut banyak korban jiwa serta akan berdampak terhadap berbagai
aspek vital baik aspek kesehatan, perekonomian, sosial, budaya, pendidikan dan
bahkan sistim pertahanan dan keamanan Bangsa. Para dokter bersama sama dengan
tenaga kesehatan lainnya sebagai garda terdepan tentu saja memiliki tugas yang
sangat berat dengan risiko tertular yang sangat tinggi oleh karena berkontak langsung
dengan pasien Covid -19 yang dengan atau tanpa gejala klinis, sebelum dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang diagnostiK yang valid.
Gerakan dokter semesta yang dicanangkan oleh IDI menuntut setiap dokter
tidak terkecuali bidang spesialisnya untuk dapat menangani pasien terkait covid -19
ini sesuai dengan standar keselamatan dan kualitas pelayanan yang baik, beretika
dan menghormati hak -hak pasien.
Buku panduan yang lengkap dan praktis, serta pelatihan singkat diperlukan
agar teman sejawat bedah plastik rekonstruksi dan estetik dapat turun ke lapangan
memenuhi panggilan kemanusiaan ini dengan baik, aman dan selamat.
Semoga Teman Sejawat, dimana pun berada dan bertugas selalu diberikan
kesehatan, keselamatan dan kesuksesan dalam menghadapi, mencegah, mengobati
dan menghentikan wabah ini bersama sama dengan tenaga kesehatan lain dan
komponen bangsa lainnya.
Aamiin Ya Robbal Aalamiin.
6
SAMBUTAN
KETUA KOLEGIUM BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
INDONESIA
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, buku Panduan Pelayanan Pasien Bedah
Plastik Rekonstruksi dan Estetik pada masa pandemi Covid-19 telah dapat
diselesaikan. Buku ini sangat penting sebagai pengetahuan yang perlu diketahui dan
sebagai panduan bagi seluruh Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan
Estetik dalam memberikan pelayanannya. Juga bagi para peserta Program
Pendididkan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik yang
sedang menempuh pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Plastik
Rekonstruksi dan Estetik Indonesia.
Dalam situasi pandemi ini dokter merupakan ujung tombak pemberantasan dan
penanganan Covid-19 sehingga berpotensi tertular Covid-19. Dokter merupakan
profesi yang harus terus memberi pelayanan kepada orang sakit di saat bencana, baik
untuk kasus bidang spesialisasinya yang non Covid-19 maupun kasus Covid-19.
Kewaspadaan tinggi sangat diperlukan, sehingga alat pelindung diri (APD) sifatnya
sangat esensial untuk melindungi diri. Dokter dalam menjalankan tugas profesinya
punya risiko yang membahayakan dirinya tertular Covid-19 terutama dari pasien yang
positif namun tidak ada gejala.
Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik sebaiknya bukan
merupakan garda terdepan dalam pelayanan pasien COVID-19, melainkan sebagai
lapisan kedua, kecuali dalam menangani pasien bedah plastik rekonstruksi dan estetik
emergensi yang disertai Covid-19. Telah diserukan agar para Dokter Spesialis Bedah
Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia walaupun tidak menangani Covid-19
secara langsung, dapat mengurangi layanan elektif kecuali emergensi dengan
mengenakan APD yang memadai.
Buku ini memuat informasi tentang berbagai hal yang terkait dengan Covid-
19, yang penting diketahui dalam memberikan pelayanan di masa pandemi ini. Juga
berbagai dampak dan juga pembatasan yang perlu dilakukan menyikapi dengan
situasi yang ada. Diharapkan dengan adanya buku ini seluruh dokter yang terkait pada
pelayanan dan juga pendidikan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya dengan tetap
menjunjung azas kehati-hatian, agar tidak tertular dan menjadi sakit akibat kurang
waspada dalam memberikan pelayanan yang terbaik. Semoga Allah SWT selalu
melindungi kita semua.
Saya sampaikan penghargaan yang tinggi pada tim penyusun buku Panduan
ini yang telah bekerja dan meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian buku ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sebagai bagian dari upaya untuk
memberikan pelayanan yang profesional, sesuai harapan masyarakat dan ikut
berjuang membantu memberantas Covid-19 pada masa pandemi ini.
7
SAMBUTAN
KETUA MAJELIS KEHORMATAN PERAPI
Para Anggota PERAPI dan PPDS Program Studi Dokter Spesialis Bedah Plastik
Rekonstruksi dan Estetik.
Dalam menghadapi wabah COVID-19 ini PERAPI telah membuat pedoman bertindak
hati-hati dalam menjalankan tugas kita.
Profesi kita bekerja karena pengertian yang rasional dalam menghadapi apapun yang
terjadi berdasarkan fakta yang relevan dan mempunyai pengaruh. Dengan mengikuti
prosedur maka wabah COVID-19 ini kita hadapi secara berhati-hati tanpa rasa takut
dan tidak gegabah sehingga jangan juga terlalu berani, dan mengabaikan petunjuk
yang sudah ada.
Semoga petunjuk ini efektif melindungi kita dalam bekerja.
8
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan adanya kasus pneumonia dengan
etiologi yang tidak jelas yang mulai berkembang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Kasus ini terus berkembang hingga didapatkan adanya kematian dan adanya
penyebaran kasus serupa di luar Cina. Kasus ini diidentifikasi disebabkan oleh
Coronavirus, yaitu SARS-CoV-2.
Gejala umum infeksi COVID-19 ini antara lain berupa gangguan pernafasan seperti
demam, batuk dan sesak nafas. Masa inkubasi infeksi ini rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang hingga 14 hari. Kasus infeksi COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom gagal nafas akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, kesulitan bernafas, dan hasil penunjang radiologis menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui
percikan batuk / bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko
tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk
yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar yang dianjurkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah mencegah penyebaran infeksi
dengan cara:
- Melakukan cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir;
- Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
- Menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan
lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu membuang tisu ke tempat sampah;
- Memakai masker medis jika memiliki gejala pernafasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker;
- Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernafasan;
- Menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernafasan seperti batuk dan bersin.
9
1. Pandemi COVID-19 diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 (severe acute
respiratory syndrome corona virus 2) dimana hingga tanggal 15 April 2020,
sesuai data WHO telah dikonfirmasi positif infeksi sebanyak 2.013.581 kasus
dan 127.587 kematian terkonfirmasi di hamper semua negara di seluruh dunia.
Di Indonesia, hingga tanggal 15 April 2020 terdapat 5.136 kasus konfirmasi
positif, dan 468 kasus kematian di 34 provinsi di Indonesia.
5. PERAPI akan terus menyampaikan dan merilis informasi yang relevan dan
kredibel berkaitan dengan COVID-19 melalui berbagai media yang ada kepada
setiap anggota. Informasi yang dirilis meliputi:
a. Panduan penundaan operasi elektif yang berkaitan dengan kemungkinan
meningkatkan risiko penyebaran virus baik pada pasien maupun dokter
berkaitan dengan kebijakan physical distancing dan menghindari
kerumunan (social distancing). Panduan penundaan operasi elektif yang
mempertimbangkan penggunaan sumber daya rumah sakit seperti
kapasitas rawat inap, unit perawatan intensif (ICU), alat ventilator dan
pendukung kehidupan lain yang diperlukan bila terjadi penanganan pasien
terinfeksi COVID-19.
b. Panduan operasi urgensi dan operasi gawat darurat pada pasien tidak
terdiagnosa positif COVID-19 dan pada pasien positif COVID-19.
c. Panduan pelayanan bedah plastik rekonstruksi dan estetik di rawat jalan.
d. Panduan manajemen praktek yang efektif dan aman termasuk penggunaan
konsultasi secara telemedicine yang sesuai dengan etik profesi dan tidak
melanggar undang-undang.
e. Advokasi berbagai hal dalam pelayanan kesehatan di bidang bedah plastik
rekonstruksi dan estetik.
10
BAB 2
DEFINISI OPERASIONAL
11
hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi
diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS
Rujukan); pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT-
PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium
pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT-PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi: ringan
(isolasi diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS
Rujukan). Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan RT-PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di
Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT-
PCR.
Kegiatan surveilans terhadap PDP ringan dan PDP sedang dilakukan berkala
untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari. Petugas
kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui telepon atau melalui
kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat. Pemantauan dilakukan dalam
bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan
dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat. Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan
sehat yang tidak memiliki gejala terkait COVID-19, ditetapkan melalui surat
pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
12
pemeriksaan ulang
pada 10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan
ulang positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT-PCR sebanyak
2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT-PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah. Pada
kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR
sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa
yang mampu melakukan pemeriksaan RT-PCR.
Apabila OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38 0C)
atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa karantina maka:
a. Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah
13
b. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat
c. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan
14
24. Belarusia 84. Kepulauan Virgin Amerika Serikat 144. Reunion
25. Bhutan 85. Kepulauan Virgin Inggris 145. Rumania
26. Bolivia 86. Kenya 146. Rusia
27. Bosnia & Herzegovania 87. Kongo 147. Rwanda
28. Brazil 88. Kolombia 148. Saint Lucia
29. Brunei Darussalam 89. Kosta Rika 149. San Marino
30. Bulgaria 90. Kosovo 150. Selandia Baru
31. Burkina Faso 91. Kroatia 151. Senegal
32. Burundi 92. Kuba 152. Serbia
33. Cabo Verde 93. Kuwait 153. Singapura
34. Chad 94. Kyrgyztan 154. Siprus
35. Chili 95. Lao PDR 155. Slovakia
36. Cina 96. Latvia 156. Slovenia
37. Denmark 97. Lebanon 157. Somalia
38. Djibouti 98. Liberia 158. Spanyol
39. Dominika 99. Libya 159. Sri Lanka
40. Ekuador 100. Lituania 160. Sudan
41. El Savador 101. Luksemburg 161. Suriname
42. Eritrea 102. Madagaskar 162. Swedia
43. Estonia 103. Makedonia Utara 163. Swiss
44. Ethiopia 104. Malawi 164. Thailand
45. Fiji 105. Malaysia 165. Tunisia
46. Filipina 106. Maldives 166. Turki
47. Finlandia 107. Mali 167. Trinidad & Tobago
48. Georgia 108. Malta 168. Togo
49. Ghana 109. Maroko 169. Uganda
50. Gibraltar 110. Matinik 170. UK
51. Grenada 111. Mauritius 171. Ukraina
52. Guam 112. Mayotte 172. Uni Emirat Arab
53. Guatemala 113. Meksiko 173. Uruguay
54. Guadeloupe 114. Mesir 174. Uzbekistan
55. Guemsey 115. Monako 175. Venezuela
56. Guinea 116. Montenegro 176. Vietnam
57. Guinea Khatulistiwa 117. Mozambik 177. Yordania
58. Guyana 118. Myanmar 178. Yunani
59. Guyana Prancis 119. Naminia 179. Zambia
60. Honduras 120. Nepal 180. Zimbabwe
15
d. Kabupaten Karang Asem
e. Kabupaten Buleleng
f. Kota Denpasar
11. Kalimantan Barat Kota Pontianak
12. Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya
13. Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin
14. Kalimantan Timur Kota Balikpapan
15. Sulawesi Utara Kota Manado
16. Sulawesi Selatan a. Kabupaten Gowa
b. Kabupaten Maros
c. Kota Makasar
17. Sulawesi Tenggara Kota Kendari
18. Papua a. Kabupaten Mimika
b. Kota Jayapura
2.7 Karantina
Karantina merupakan pembatasan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu wilayah termasuk wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi.
16
1. Menjalankan langkah pencegahan standar untuk semua pasien, meliputi:
a. Kebersihan tangan dan pernafasan
Petugas kesehatan harus menerapkan 5 momen kebersihan
tangan sesuai rekomendasi WHO (lampiran 1)
Kebersihan tangan mencakup:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (lampiran 2)
atau menggunakan antiseptik berbasis alkohol (lampiran 3)
sesuai dengan 6 langkah cuci tangan yang direkomendasikan
oleh WHO,
- Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor,
- Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan
terutama ketika melepas APD.
Orang dengan gejala sakit saluran pernafasan harus:
- Menerapkan kebersihan/etika batuk (lampiran 4),
- Menggalakkan kebiasaan cuci tangan,
- Menggunakan masker (lampiran 5),
- Menjauhkan setidaknya 1 meter dari pasien lain.
17
3. Menerapkan pengendalian administratif
Pengendalian adminitratif meliputi:
- Penyediaan infrastruktur dan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) yang berkesinambungan
- Pembekalan pengetahuan petugas kesehatan
- Mencegah kepadatan pengunjung di ruang tunggu
- Menyediakan tempat khusus untuk orang sakit
- Mengorganisir pelayanan kesehatan agar persediaan perbekalan
digunakan dengan benar
- Adanya prosedur surveilans ISPA diantara petugas kesehatan
- Pemantauan kepatuhan
18
- Semua orang yang masuk kamar pasien harus dicatat (untuk
tujuan penelusuran kontak).
- Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke
wajah dan/atau badan, pemakaian APD harus ditambah dengan
masker bedah dan pelindung mata/ kacamata, atau pelindung
wajah; gaun dan sarung tangan.
19
- Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam
atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan
segera cuci tangan
- Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian
- Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda
yang sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot,
gagang pintu, handphone, komputer, botol air reusable, kunci mobil,
setir mobil, dan lain-lain.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical
distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:
- Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak
minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
- Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang
tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian.
- Bekerja dari rumah (Work from Home), jika memungkinkan dan kantor
memberlakukan ini.
- Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
- Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat
wisata.
- Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk berkunjung /
bersilaturahmi
tatap muka dan menunda kegiatan bersama. Hubungi
mereka dengan telepon,
internet, dan media sosial.
20
- Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau
fasilitas
lainnya.
- Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung
dengan mereka.
- Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.
- Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
21
BAB 3
PELAYANAN RAWAT JALAN
BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
22
BAB 4
PENUNDAAN OPERASI ELEKTIF
DI BIDANG BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
1. Melakukan tindakan physical distancing dan social distancing sebagai upaya untuk
menurunkan risiko penyebaran COVID-19.
3. Rumah sakit dan dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik
direkomendasikan untuk melakukan manajemen pasien dengan seksama untuk
mengulas semua rencana operasi yang sudah terjadwalkan atau akan
dijadwalkan. Hasil ulasan akan digunakan sebagai dasar untuk meminimalkan,
menunda atau membatalkan rencana operasi elektif yang terjadwal termasuk
prosedur non-invasif lainnya. Hal ini dilakukan hingga melewati predicted inflection
point pada grafik eksposur sehingga infrastruktur layanan kesehatan dapat
menangani kebutuhan pelayanan medis pada pasien kritis. Hal-hal yang menjadi
dasar pertimbangan penundaan operasi elektif:
a. Keadaan jumlah kasus COVID-19 saat ini dan proyeksi waktu yang akan
datang pada daerah tempat fasilitas kesehatan.
b. Suplai dan ketersediaan APD di fasilitas kesehatan.
c. Ketersediaan staf yang didedikasikan untuk perawatan pasien COVID-19.
d. Ketersediaan alokasi tempat tidur dan ICU yang didedikasikan untuk
perawatan pasien COVID-19.
e. Ketersediaan ventilator dan kemungkinan penggunaan ventilator paska
operasi yang berkaitan dengan ventilator yang didedikasikan pada pasien
COVID-19.
f. Usia dan keadaaan kesehatan secara umum pasien yang berkaitan dengan
adanya risiko penularan virus COVID-19 dalam proses administrasi rawat
inap, selama operasi dan selama pemulihan paska operasi.
g. Adanya unsur urgensi dari prosedur operasi yang direncanakan.
h. Lokasi operasi di area kepala dan leher memiliki risiko yang lebih tinggi
berkaitan dengan penularan melalui droplet dan aerosolisasi.
i. Pasien yang dalam prosedur pembiusan menggunakan face mask lebih
berisiko menularkan dengan cara aerosol daripada pasien yang diintubasi.
5. Penggunaan APD sesuai rekomendasi WHO untuk tenaga medis yang merawat
pasien tanpa keluhan saluran nafas yaitu APD yang sesuai dengan standar
perlindungan universal (universal precaution) yaitu masker medis, sarung tangan,
23
pelindung wajah dan selalu melakukan standar higiene perorangan minimal
dengan 6 langkah cuci tangan yang direkomendasi oleh WHO.
6. Tenaga kesehatan dan dokter selama perawatan pasien dan pelaksanaan operasi
disarankan untuk:
a. Melaksanakan keselamatan kerja, prosedur perlindungan universal
(universal precaution), meminimalkan risiko eksposur pada tenaga
kesehatan lain dan ikut terlibat dalam pelatihan yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan.
b. Melaksanakan protokol yang telah ditetapkan pada perawatan pasien di
rawat inap.
c. Melakukan perawatan pada pasien dengan rasa hormat, sepenuh hati dan
berperikemanusiaan dengan tetap menjaga kerahasiaan pasien.
d. Melakukan tahapan pemakaian, penggunaan dan pelepasan APD dengan
baik dan benar serta membuang APD sebagai bahan infeksius dengan
benar.
e. Melakukan pengawasan terhadap diri sendiri terhadap tanda-tanda infeksi
COVID-19, melakukan isolasi terhadap diri sendiri dan melaporkan kepada
penanggung jawab unit fasilitas kesehatan.
f. Memberikan informed consent secara lisan dan tertulis sesuai dengan
prosedur Rumah Sakit tentang segala aspek yang berkaitan dengan
keadaan penyakit, risiko penularan, pencegahan penularan, rencana terapi,
komplikasi, perawatan pasca operasi, perawatan di rumah, tempat kontrol
paska perawatan, dan lain-lain.
g. Melakukan advokasi kepada manajemen fasilitas kesehatan apabila
ditemukan gejala stres mental dan gangguan kesehatan mental yang
membutuhkan intervensi suportif pada petugas kesehatan.
8. Pemilihan secara selektif pasien poliklinik yang bersifat urgen untuk prosedur
diagnostik dan prosedur pembedahan.
10. Pelayanan pembedahan untuk pasien konfirmasi positif atau suspek COVID-19
dilakukan dalam kamar operasi bertekanan negatif.
11. Pelayanan bedah plastik rekonstruksi dan estetik pada daerah yang ditetapkan
sebagai daerah terinfeksi wajib berkonsultasi dan mengikuti panduan dari Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Pemerintah Republik Indonesia.
24
12. Pemilihan dan pelaksanaan tindakan anestesi untuk operasi harus dibicarakan
dengan dokter spesialis anestesiologi dengan mengikuti Rekomendasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN) dalam penatalaksanaan pasien dalam pengawasan (PDP), pasien
tersangka atau pasien konfirmasi positif COVID-19.
13. Menolak suatu kerja sama operasi rekonstruksi yang bersifat elektif (joint operation
dengan bedah plastik) dapat menjadi hak seorang dokter bedah plastik apabila
standar keselamatan yang terkait dengan pencegahan penularan sesuai dengan
butir tersebut di atas tidak terpenuhi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu azaz
bahwa keselamatan orang banyak merupakan hokum yang utama (salus populi
suprema lex esto).
25
BAB 5
PELAKSANAAN OPERASI GAWAT DARURAT DAN OPERASI URGENSI
DI BIDANG BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
26
e. Melakukan pengawasan terhadap diri sendiri terhadap tanda-tanda infeksi
COVID-19, melakukan isolasi terhadap diri sendiri dan melaporkan kepada
penanggung jawab unit fasilitas kesehatan.
f. Melakukan advokasi kepada manajemen fasilitas kesehatan apabila
ditemukan gejala stress mental dan gangguan kesehatan mental yang
membutuhkan intervensi supportif pada petugas kesehatan.
7. Pelayanan bedah plastik rekonstruksi dan estetik pada daerah yang ditetapkan
sebagai daerah terinfeksi wajib berkonsultasi dan mengikuti panduan dari Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Pemerintah Republik Indonesia.
9. Risiko penularan dengan cara airborne paling tinggi terjadi pada saat tindakan
intubasi dan esktubasi sehingga petugas kesehatan lainnya selain tim anestesi
sebaiknya menunggu di luar kamar operasi pada saat dilakukan tindakan tersebut.
Petugas kesehatan lainnya baru diperbolehkan masuk lebih kurang 15 menit
setelah tindakan intubasi dan esktubasi dilakukan, dengan pertimbangan bahwa
kemampuan standar kamar operasi rat-rata untuk membersihkan sirkulasi udara
adalah 15 – 20 menit.
27
BAB 6
PELAYANAN DI KLINIK UTAMA
BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
1. Melakukan tindakan physical distancing dan social distancing sebagai upaya untuk
menurunkan risiko penyebaran COVID-19.
5. Penggunaan APD sesuai rekomendasi WHO untuk tenaga medis yang merawat
pasien tanpa keluhan saluran nafas yaitu APD yang sesuai dengan standar
perlindungan universal (universal precaution) yaitu masker medis, tutup kepala,
sarung tangan dan selalu melakukan standar higiene perorangan minimal dengan
6 langkah cuci tangan yang direkomendasi oleh WHO.
7. Memberikan informed consent secara lisan dan tertulis sesuai prosedur di Rumah
Sakit tentang segala aspek yang berkaitan dengan keadaan penyakit, risiko
penularan, pencegahan penularan, rencana terapi, komplikasi, perawatan pasca
operasi, perawatan di rumah, tempat kontrol post perawatan, dan lain-lain.
28
8. Pengaturan waktu kunjungan pasien dan pengantar agar memenuhi physical
distancing.
9. Pelayanan klinik utama bedah plastik rekonstruksi dan estetik pada daerah yang
ditetapkan sebagai daerah terinfeksi (episentrum) wajib berkonsultasi dan
mengikuti panduan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
Pemerintah Republik Indonesia.
29
BAB 7
PELAKSANAAN KONSULTASI DENGAN TELEMEDICINE
DI BIDANG BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK
30
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons, 2020. COVID-19: Elective Case Triage Guidelines for
Surgical Care. http://www.facs.org/covid-19/elective-case-triage-guidelines-
for-surgical-care. Diakses 10 April 2020.
World Health Organization (WHO), 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health
Care: First Global Patient Safety Challenge Clean Care is Safer Care,
http://www.who.int/gpsc/tools/who-guidelines-hand-hygiene-in-health-care.
Diakses 10 April 2020.
World Health Organization (WHO), 2020. Advice on the use of masks in the context
of COVID-19. http://www.who.int/publications-detail/advice-on-the-use-of-
masks-in-the-context-of-COVID-19. Diakses 10 April 2020.
World Health Organization (WHO), 2020. Infection prevention and control during
health care when COVID-19 is suspected. http://www.who.int/publications-
detail/infection-prevention-and-control-during-health-care-when-novel-
coronavirus-(nCoV)-infection-is-suspected. Diakses 10 April 2020.
31
World Health Organization (WHO), 2020. Operational considerations for case
management of COVID-19 in health facility and community.
http://www.who.int/publications-detail/operational-considerations-for-case-
management-for-COVID-19-in-health-facility-and-community. Diakses 10 April
2020.
32
Lampiran 1:
33
LAMPIRAN 2:
34
Lampiran 3:
35
Lampiran 4:
36
Lampiran 5:
37
Jenis masker:
Masker bedah (3- N95 atau Facepiece
Masker kain
ply) ekuivalen respirator
38
Lampiran 6:
39
Sepatu boots atau sepatu tertutup
Ruang tunggu Pasien dengan Semua kegiatan Menggunakan masker bedah
gangguan pernafasan Segera pindahkan pasien ke ruang isolasi
atau pisahkan dari yang lain; jika ini tidak
memungkinakn pastikan jarak minimal 1
meter dari pasien lain
Pasien tanpa Semua kegiatan Tidak perlu menggunakan APD
gangguan pernafasan
Area Semua perkerja, Kegiatan administrasi Tidak perlu menggunakan APD
administrasi termasuk petugas
kesehatan
Triage Petugas kesehatan Pemeriksaan awal Menjaga jarak minimal 1 meter
yang tidak Tidak perlu menggunakan APD
memerlukan kontak
langsung
Pasien dengan Semua kegiatan Menjaga jarak minimal 1 meter
gangguan pernafasan Menggunakan masker bedah
Pasien tanpa Semua kegiatan Tidak perlu menggunakan APD
gangguan pernafasan
Komunitas
Rumah Pasien dengan Semua kegiatan Menjaga jarak minimal 1 meter
gangguan pernafasan Menggunakan masker bedah
Area umum Orang tanpa gangguan Semua kegiatan Tidak perlu menggunakan APD
(seperti pernafasan
sekolah,
mall/pusat
perbelanjaan)
40
Lampiran 7:
41
TOTAL SKOR ≥ 3
CT THORAX
RAPID TEST
42
Lampiran 8:
43
Lampiran 9:
44
45
Lampiran 10:
46
47
Lampiran 11:
CDC: Sequence for putting on and remove Personal Protective Equipment (PPE)
48
49
50
Lampiran 12:
51
52
Lampiran 13:
53