Anda di halaman 1dari 106

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

LAPORAN PRAKTEK KESEHATAN MASYARAKAT


“Gambaran Faktor Risiko Kerja di Bagian Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cikalong Wetan 2019”

Oleh:
HERYZAL ADITYA
113115050

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019

1
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

LAPORAN PRAKTEK KESEHATAN MASYARAKAT


“Gambaran Faktor Risiko Kerja di Bagian Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Cikalong Wetan 2019”
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Oleh:
HERYZAL ADITYA
113115050

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2019

1
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga mahasiswa dapat menyusun dan menyelesaikan

laporan kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Evaluasi

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja

di Instalasi Gawat Daruat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Cikalong

Wetan 2019”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih

gelar Sarjana Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

Mahasiswa menyadari sepenuhnya bahwa laporan kegiatan Praktek

Kesehatan Masyarakat ini dapat tersusun berkat pembimbing dan bantuan

dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini mahasiswa menyampaikan

terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Gunawan Iranto,dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

2. Bapak Asep Dian A., SKM., MM., MH.Kes. selaku Ketua Program

Studi S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Jenderal Achmad Yani

Cimahi.

3. R Setijo Widodo, dr., Sp.KFR selaku pembimbing akademik yang

telah banyak membantu dalam menyusun laporan kegiatan Praktek

Kesehatan Masyarakat.

1
4. Dr. Anna Nasriawati, M.K.K selaku Pembimbing Lapangan di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

5. Teh Dwi Yuni Lianti, S.KM, teh Desi Agustin, AMKL , a Wadi Laksana

Amd.Kep selaku pembimbing harian di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Cikalong Wetan

6. Kedua orang tua mamah dan bapak dan adiku dan keluargaku yang

telah memberikan dukungan dan motivasi terbesar baik dalam hal

moril maupun material.

7. Sahabat seperjuangan Road To Jannah yang selalu memberikan

dukungan. Mahasiswa menyadari masih banyak kekurangan dan

masih memerlukan perbaikan, sehingga sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan

ini. Mahasiswa berharap semoga laporan kegiatan Praktek

Kesehatan Masyarakat ini dapat bermanfaat khususya bagi

mahasiswa dan umumnya bagi para pembaca.

Cimahi, Maret 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 8
C. Manfaat ..................................................................................... 9
D. Lokasi dan Waktu .................................................................... 10
E. Ruang Lingkup ......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11


A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................................. 12
1. Kecelakaan kerja .............................................................. 12
2. Kesehatan kerja ................................................................ 13
B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) ....... 14
1. Pelaksanaan K3RS…………………….………………………16
2. Program K3RS ................................................................... 19
C. Rumah Sakit ............................................................................ 23
1. Pengertian Rumah Sakit ................................................... 23
2. Keadaan dan Masalah Rumah Sakit ................................ 23
D. Installasi Gawat Darurat (IGD) ................................................. 26
1. Pengertian Instalasi Gawat Darurat (IGD) ......................... 26
2. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) ............................ 28
E. Manajemen Risiko................................................................... 29
1. Pengertian Manajemen Risiko .......................................... 29
2. Faktor Risiko ..................................................................... 29

BAB III ANALISI SITUASI ........................................................................ 39


A. Gambaran Umum RSUD Cikalong Wetan .............................. 39
1. Sejarah ............................................................................. 39
2. Visi dan Misi...................................................................... 41
3. Program kesehatan kerja RSUD Cikalong Wetan ............ 44
4. Gambaran umum wilayah ................................................. 52
5. Struktur organisasi RSUD Cikalong Wetan ...................... 54
6. Struktur Instalasi Gawat Darurat (IGD) ............................. 55
7. Struktur K3RS RSUD Cikalong Wetan ............................. 32
8. Jenis dan Kapasitas produksi ........................................... 33

1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 55
A. Gambaran Risiko Kerja ........................................................... 55
B. Potensi bahaya kerja .............................................................. 60
C. Kecelakaan kerja di RSUD Cikalong Wetan ........................... 62
D. Pengendalian .......................................................................... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 67


A. Simpulan ................................................................................. 67
B. Saran ...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69


LAMPIRAN

1
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
Tabel 2.1. Program Keselamatan Kerja............................... 23
Tabel 2.2. Bahaya Potensial................................................ 25
Tabel 3.1. Kunjungan pasien tahun 2017............................ 50
Tabel 3.2. Status bayar pasien............................................. 51
Tabel 3.3. 10 besar penyakit di IGD tahun 2017……………. 52
Tabel 3.4. Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat……. 55
Tabel 3.5. Struktur Organisasi Komite K3RS RSUD 56
Cikalong Wetan…………………………………….
Tabel 4.1. Gambaran Risiko Kerja…………………………… 57

1
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
Gambar 3.1. Peta Kecamatan Cikalong Wetan..................... 48
Gambar 3.2. Jumlah Kunjungan IGD Tahun 2017................. 19
Gambar 3.3 Denah Instalasi Gawat darurat (IGD)................ 53
Gambar 3.4 Struktur organisasi RSUD Cikalong.................. 54

1
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin PKM

Lampiran 2. Surat Balasan PKM dari RSUD Cikalong Wetan

Lampiran 3. Lembar Kegiatan Harian

Lampiran 4. Lembar Konsultasi

Lampiran 5. Absen Harian

Lampiran 6. SOP memasang Infus

Lampiran 7. SOP Pengolahan Sampah

Lampiran 8. Dokumentasi

Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga keja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian

keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan

mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang

tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan

kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada di dalam kesehatan dan

keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapai juga mental,

emosional dan psikologi (Sucipto, 2014)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga keja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian

keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan

mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang

tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan

kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada di dalam kesehatan dan

1
2

keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapai juga mental,

emosional dan psikologi (Sucipto, 2014)

Rumah sakit sebagai instusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,

dan kehidupan spsial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan

pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga di tuntut harus

melaksanakan dan mengembangkan program keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit dan terdapat dalam instrument

akreditasi Rumah sakit. (KEPMENKES, 2010)

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, khusunya pasal 165 : “Pengelola tempat kerja wajib

melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya

pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan pemulihan bagi tenaga

kerja”. Berdasarkan pasal diatas maka pengelola tempat kerja di

Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga

kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja

disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin

kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyediaan

layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai


3

potensi bahaya di Rumah Sakit harus. Oleh karena itu Rumah Sakit

dituntut untuk melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan

kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh

sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.

(KEPMENKES, 2010)

Menurut KEMENKES Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010

tentang standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit,

bahwa bahayap potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh

faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomic, faktor fisik, faktor

psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat

kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di

lingkungan sekitarnya. (KEMPENKES, 2010)

K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam hal kesehatan dan

keselamatan bagi SDM Rumah Sakit. Pasien,pengunjung/pengantar

pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit hal ini secara tegas

dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit pasal 40 ayat (1) yakni “Dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara

minimal 3 (tiga) tahun sekali” k3 termasuk sebagai salah satu standar

pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit disamping

standar pelayanan lainnya.


4

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

pasal 23 dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) harus diselenggarakan disemua tempat kerja yang mempunyai

risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai

karyawan paling sedikit 10 orang, jika memperhatikan isi pasal diatas

maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria, tidak

hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit,

tapi juga terdapat pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.

Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-

upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

1. Data dan Fakta K3RS

a) Secara Global :

WHO: Dari 35 juta pekerja kesehatan

a. 3juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan

virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan

170.000 terpajan virus HIV/AIDS)

b. Dapat terjadi 15.000 HBC, 70.000 HBB & 1000

kasus HIV

c. Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang

d. 8-12% pekerja Rumah Sakit sensitif terhadap

lateks
5

ILO (2000) kematian akibat penyakit menular yang

berhubungan dengan pekerjaan laki-laki 108.256

dan perempuan 517.404

b) Diluar negeri :

a. USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan

terinfeksi Hepatitis B, 47 positif HIV dan setiap

tahun 600.000-1.000.000 luka tusuk jarum

dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak

dilaporkan)

b. SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka

KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding

pekerja lain dengan KAK terbesar adalah

cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick Injuries)

c. Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas

anestesi, secara signifikan meningkatkan

abortus spontan, anak yang diahirkan

mengalami kelahiran kongenital (studi

restrospektif di Rumah Sakit Ontario terhadap

8.032 orang. Tahun 1981-1985)

d. 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera

tulang belakang akibat kerja (occupational low

back pain), (Harber P et al, 1985)


6

c) Indonesia :

a. Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih

dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain didapat

pada 83.3% pekerja. Penderita terbanyak usia 30-

49 : 63/3% (Instalasi bedah sentral di RSUD di

jakarta 2006)

b. 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di

jakarta menderita Dermatitis Kontak Intan kronik

Tangan (2004)

c. Penelitian dr.Joseph tahun 2005-2007 mencatat

bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73 % dari

total petugas kesehatan

d. Prevalensi gangguan mental emosional 17,7 %

pada perawat disuatu Rumah Sakit di Jakarta

berhubungan bermakna dengan stressor kerja.

e. insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi

pada pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan

seluruh pekerja di semua kategori (jenis kelamin,

ras, umur dan status pekerjaan (Gun 1983)

berdasarkan data-data yang ada insiden akut secara signifikan

lebih besar terjadi pada pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan

seluruh pekerjaan disemua kategori (jenis kelamin, ras, umur, status

pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja Rumah Sakit berisiko 1,5 kali lebih
7

besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah

luka tusuk jarum yang terkontaminasi HBV 27-37:100. Risiko

pebularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung

HCV 3-10:100.

RSUD Cikalong Wetan sebagai salah satu Rumah Sakit terbesar

Tipe C di Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di Jl. Cikalong

Wetan, Rumah Sakit ini baru saja di dirikan 3 tahun lalu oleh

pemerintah kabupaten bandung barat, Dengan adanya RSUD

Cikalong Wetan ini akan memberikan kemudahan akan akses

pelayanan rujukan (tingkat II) kepada masyarakat di wilayah

Cikalong Wetan dan sekitarnya. Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Cikalong Wetan baru saja dibentuk kurang lebih 7 bulan yang lalu,

dengan adanya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

dirumah sakit ini dapat mengurangi angka Kesakitan Penyakit Akibat

Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dilingkungan

seluruh lingkungan Rumah Sakit, baik karyawan, pasien,

pengunjung maupun masyarakat sekitar Rumah Sakit. Instalasi

Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit yang berada di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan yang harus

memberikan pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita

penyakit atau kecelakaan , Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan ini sudah berjalan


8

dengan maksimal, akan tetapi masih dalam berbenah untuk

meningkatkan nilai mutu tingkat pelayannya.

Dari uraian diatas dan berbagai potensi bahaya yang ada pada

Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Cikalong Wetan, maka penulis tertarik untuk memberikan

gambaran faktor-faktor risiko kecelakaan kerja dan risiko penyakit

akibat kerja dalam usaha menerapkan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) dan upaya pencegahan kecelakan dan penyakit akibat

kerja dengan judul gambaran faktor-faktor bahaya akibat kerja pada

Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Cikalong Wetan tahun 2019.

B. Tujuan Praktek Kesehatan Masyarakat

1. Tujuan Umum

Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat (PKM) beertujuan

untuk mengetahui ”Gambaran Faktor Risiko Kerja di bagian

Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah sakit Umum Daerah (RSUD)

Cikalong Wetan”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan informasi tentang gambaran faktor risiko

kerja pada pekerja di bagian Instalasi Gawat darurat (IGD)

Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.


9

b. Menentukan gambaran masalah faktor risiko kerja pada

pekerja di bagian Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah sakit

Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

c. Mengetahui penyebab masalah faktor-faktor risiko akibat kerja

pada pekerja di bagian Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah

sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

d. Menyusun pemecahan masalah gambaran faktor risiko kerja

pada pekerja di bagian Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah

sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

C. Manfaat Praktek Kesehatan Masyarakat

1. Bagi Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan

a. Memberi masukan dan saran mengenai pemecahan masalah

dan pencegahan masalah yang diakibatkan oleh potensi risiko

pada pekerja di bagian Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah

sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

b. Menciptakan kerja sama dalam hal pendidikan dan pelatihan

kesehatan yang bermanfaat baik untuk pihak Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan maupun untuk

Progam Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat S1 Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Achmad Yani Cimahi.


10

2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

a. Sarana untuk menjalin dan membina kerja sama dengan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan.

b. Sebagai tempat atau sarana pemanfaat keilmuan bagi

mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Achmad Yani

Cimahi.

3. Bagi Mahasiswa

a. Sarana untuk proses pembelajaran, menambah wawasan

serta dapat membandingkan dan mengaplikasikan teori yang

diperoleh selama proses perkuliahan dengan kondisi yang

ada di ligkungan kerja.

b. Mampu mengenali dan mengidentifikasi kondisi lingkungan

kerja secara nyata.

D. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Cikalong Wetan dilaksanakan selama 20 hari

kerja, yaitu dimulai pada tanggal 07 januari 2019 sampai dengan 01

februari 2019.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan praktik kesehatan masyarakat ini

difokuskan kepada kegiatan pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong

Wetan Tahun 2019.


BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja yang telah popular dengan

sebutan k3, dewasa ini implementasinya telah menyebar secara

luas di hampir setiap sector industri. Keselamatan dan kesehatan

kerja (k3) secara fisolofi didefinisikan sebagai “upaya dan

pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan

tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karyanya dalam

rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera”.

Secara keilmuan, k3 didefinisikan sebagai “ilmu dan

penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan

pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan” dari sudut

pandang ilmu hokum, k3 didefinisikan sebagai “suatu upaya

perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang

memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat

dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat

dijalankan secara aman, efisien dan produktif”.

11
12

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk

memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat

kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan

Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat

kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

(KEPMENKES, 2010)

Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya terpadu seluruh pekerja

Rumah Sakit, Pasien, Pengunjung/pengantar orang sakit untuk

menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah sakit yang

sehat, amam dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit.

(KEPMENKES, 2010)

2. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau

peristiwa yang tidak diinginkan yang merupakan terhadap

manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.

Juga kecelakaan biasanya terjadi akibat kontak dengan suatu zat

atau sumber energi. Secara umum kecelakaan kerja dibagi

menjadi duagolongan yaitu :

 Kecelakaan industri ( Industrial accident ) yaitu kecelakaan

yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya

atau bahaya kerja.


13

 kecelakaan dalam perjalanan ( community accident ) yaitu

kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan

dengan adanya hubungan kerja.

a. Penyebab

Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu

keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan

langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok :

a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu

tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang

akan menyebabkan kecelakaan.

b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

yaitu keadaan yang akan menyebabkan

kecelakaan.

3. Kesehatan kerja

Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja

bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi

pekerja yang disebabkan oelh kondisi pekerjaan; perlindungan

bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang

merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan

pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan

kondisi fisiologi dan psikologinya. Secara ringkasan merupakan


14

penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia

kepada pekerjaan atau jabatannya. (KEPMENKES, 2010)

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang

bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-

tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha

pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan

kerja maupun penyakit umum. (Buntarto, 2015)

Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,

dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai

kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

Rumah sakit merupakan tempat pertemuan antara pasien dan

dokter/perawat, berbagai jenis penyakit, obat, keahlian dan

peralatan operasa super canggih. Realitas itu menyebabkan

aktivitas rumah sakit menjadi sangat kompleks.kompleksitas

aktivitas dirumah sakit bukan tanpa risiko. Seperti bidang usaha

lainnya, aktivitas di rumah sakit menimbulkan gangguan kesehatan

dan ancaman kecelakaan. Kondisi semacam itu menyebabkan

kehadiran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit

menjadi urgent. (Danggur, 2012)

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

pasal 23 dinyatakan bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja


15

(K3) harus diselenggarakan disemua tempat kerja yang mempunyai

risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai

karyawan paling sedikit 10 orang, jika memperhatikan isi pasal diatas

maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk ke dalam kriteria, tidak

hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit,

tapi juga terdapat pasien maupun pengunjung Rumah Sakit.

Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola menerapkan upaya-

upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit khususnya dalam hal kesehatan dan

keselamatan bagi SDM Rumah Sakit. Pasien,

pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit hal

ini secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 44

tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40 ayat (1) yakni “Dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan

akreditasi secara minimal 3 (tiga) tahun sekali” k3 termasuk sebagai

salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi

Rumah Sakit disamping standar pelayanan lainnya. (Danggur,

2012)

Pada bidang keperawatan, para pekerja juga tercantum oleh

berbagai gangguan kesehatan dan kecelakaan. Gangguan

kesehatan yang sering kali dialami oleh para petugas adalah

penularan beberapa jenis penyakit yang berasal dari pasien, seperti


16

HIV, TBC, Hepatitis C dan Diare serta tercemar oleh gas beracun.

Sedangkan ancaman kecelakaannya adalah cedera di bagian

punggung saat membawa tempat tidur pasien dan terpeleset

karena licin. (Danggur. 2012)

Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi

juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi

dan kondisi di Rumah Sakit, yaitu kecelakaan, peledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubunga dengan instalasi listrik

dan sumber-sumber cidera lainnya. Radiasi bahan-bahan kimia

yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan

ergonomi. Semua potensi bahay tersebut diatas, jelas mengancam

jiwa dan kehidupan bagi karyawan di Rumah Sakit, para pasien

maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.

1) Pelaksanaan K3RS

a. Kebijakan pemerintah tentang Rumah Sakit di Indonesia;

meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas

pelayanan kesehatan yang aman di Rumah Sakit.

b. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi K3

Rumah Sakit serta tidak lanjut, yang merujuk pada SK

menkes No.432/Menkes/SK/2007 tentang pedoman

manajemen K3 Rumah Sakit dan OHSAS 18001 tentang

standar sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3).
17

c. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Rumah Sakit adalah bagian dari sistem manajemen

Rumah Sakit.

d. Rumah Sakit kompetitif di era global; tuntutan

pengelolaaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena

pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar

Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari

gangguan kesehatan daan kecelakaan kerja, baik sebagai

dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun

karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah

Sakit yang tidak memenuhi standar.

e. Tuntutan hukum terhadap mutu pelayana Rumah Sakit

semakin meningkat; tuntutan masayarakat mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik.

f. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah

Sakit.

g. Karakteristik Rumah Sakit; pelayanan kesehatan

merupakan industry yang terdiri dari banyak tenaga kerja

(labor intensive), padat modal, padat teknologi, dan padat

pakar, bidang pekerjaan dengan tingkat keterlibatan

manusia yang tingi, terbukanya akses bagi bukan pekerja


18

Rumah Sakit dengan leluasa serta kegiatan yang terus

menerus setiap hari.

h. Beberapa isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

yang penting di Rumah Sakit; Keselamatan pasien dan

pengunjung, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan

dan peralatan Rumah Sakit yang berdampak terhadap

keselamatan pasien dann pekerja dan keselamatan

lingkungan yang berdampak terhadap pencermaran

lingkungan.

i. Rumah Sakit sebagai sistem pelayanan yang terintegrasi

meliputi :

a) Input : kebijakan, SDM, fasilitas, sistem informasi

logistic obat/reagensia/peralatan, keuangan dan lain-

lain.

b) Proses : pelayanan rawat jalan dan rawat inap (in out

patient), instalasi gawat darurat (IGD), pelayanan

kamar operasi, pemulihan, yang dilaksanakan dengan

baik dan benar dan lain-lain.

c) Keluaran (output) : pelayanan dan pengobatan prima

(excellence medicine and services).

d) Lingkungan. (KEPMENKES, 2010)


19

2) Prinsip, Program, dan Kebijakan Pelaksanaan K3RS

a. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi

kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima setiap

pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Contoh: bila seorang pekerja kekurangan zat bessi yang

menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja akan

menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.

b. Beban kerja adlaah beban kerja fisik dan mental yang

harus ditanggung oleh pekerja dalam melaksanakan

tugasnya. Contoh: pekerja yang bekerja meleihi waktu

kerja maksimum dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang

pekerja. Contoh: seorang yang bekerja di instalasi

radiologi, maka lingkungan kerjanya adlah ruangan-

ruangan yang berkaitan dengan proses pekrjaannya di

instalasi radiologi (kamar X ray, kamar gelap, kedokteran

nuklir dan lain-ain). (KEPMENKES, 2010)

3) Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah

Sakit (K3RS)

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah

Sakit bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan

kerja serta meningkatkan produktivitas Sumber Daya

Manusia (SDM) Rumah Sakit, melindungi pasien,


20

pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta

lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas

kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga

komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan

kerja. (KEPMENKES, 2010)

Pengelola Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah

Sakit (K3RS) adalah organisasi yang menyelenggarakan

program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara

menyeluruh di Rumah Sakit. (KEPMENKES, 2010)

Pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit (K3RS) adalah

pelatihan tentang K3 Rumah Sakit yang diakreditasi oleh

Kementerian Kesehatan (Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kesehatan). (KEPMENKES, 2010)

4) STANDAR PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI

RUMAH SAKIT

a. Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja

berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan

peralatan kesehatan.

b. Lokasi Rumah sakit harus memenuhi ketentuan

mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan


21

tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan

dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.

c. Teknis bangunan Rumah Sakit sesuai dengan fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian

pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi

semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,

dan orang usia lanjut.

d. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan,

keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja

penyelenggaraan Rumah Sakit.

e. Pengoprasian dan pemeliharaan sarana,prasarana

dan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh

petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya

(sertifikasi personil petugas/operator sarana dan

prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit).

f. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan

kesehatan, peralatan kesehatan harus diuji dan

dikalibrasi secara berkala oleh balai pengujian fasilitas

kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas

kesehatan yang berwenang.

g. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar

pengion harus memenuhi ketentuan dan harus diawasi

oleh lembaga yang berwenang.


22

h. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan

prasarana serta peralatan kesehatan.

5) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan

kerja terhadap SDM Rumah Sakit

a. melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi

terhadap peralatan kerja dan SDM Rumah sakit.

b. membuat program pelaksanaan kegiatan,

mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi.

6) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :

a. manajemen harus menyediakan dan menyiapkan

lingkungan kerja yang memenuhi syarat fisik, kimia,

biologi, ergonomi, dan psikososial.

b. pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,

biologi, ergonomic dan psikososial secara rutin dan

berkala.

c. melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi

untuk perbaikan lingkungan kerja.

7) pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi :

a. penyehatan makanan dan minuman

8) Program Keselamatan Kerja

Sesuai Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja No. 1 Tahun 1970 dan Undang-Undang No.13 tahun

2003 Pasal 86, dan Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang


23

Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS, maka RSUD Cikalong

Wetan telah membentuk organisasi Komite Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3RS), di bawah koordinasi direktur Utama.

Tabel 2.1 Program Keselamatan Kerja

1. Pelayanan Kesehatan Kerja 1. Pengamanan Kebakaran

2. Keselamatan Kerja 2. Keselamatan Peralatan

3. Pengelolaan Bahan Berbahaya medik

4. Penanggulangan bencana 3. Keselamatan utilitas

4. Diklat K3

C. Rumah Sakit

Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit adalah orang yang

bekerja di rumah Sakit yang meliputi tenaga tetap yakni tenaga

medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga

kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga

nonkesehatan serta tenaga tidak tetan dan konsultan. (UU No.44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 12 ayat 1 dan ayat 4).

(KEPMENKES, 2010)

1. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit

Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan

oleh faktor biologi (virus,bakteri,jamur,parasit) , faktor kimia

(antiseptik,reagen,gas anestesi),faktor ergonomi (lingkungan


24

kerja,cara kerja,dan posisi kerja yang salah),faktor fisik (suhu,

cahaya, bising, listrik, getaran, dan radiasi), faktor psikososial

(kerja bergilir, beban kerja,hubungan sesama pekerja/atasan)

dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

PAK di Rumah Sakit umumnya berkaitan dengan fakto

biologi (kuman,patogen yang berasal umumnya dari pasien),

faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus

menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati),

faktor ergonomi (cara duduk salah,cara mengangkat pasien

salah), faktor fisik (panas pada kulit,tegangan tinggi pada

sistem reproduksi radiasi,radiasi pada sistem produksi sel

darah), faktor psikologis (ketengangan di kamar bedah,

penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa,dan

lain-lain).

Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus

didentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat risiko, yang

merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan PAK.

Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan,

seperti dalam tabel berikut :


25

Table 2.2 Bahaya Potensial

Bahaya fiisik Diantaranya : radiasi pengion,radiasi non-

pengion,suhu panas,suhu

dingin,bising,getaran,pencahayaan

Bahaya kimia Diantaranya : ethylene

oxide,formaldehyde,ether,halothane,etrane,mercur

y,chlone

Bahaya biologi Diantaranya virus (misal: hepatitis B, hepatitis C,

influenza, HIV) , bakteri (misal:

s.saphrophyticus,bacillus sp, porionibacterium sp,

h.influenzae, s.pneumoniae, n.meningtidis,

b.streptococcus, pseudomonas), jamur(misal:

candida) dan parasit (misal: s.scabiei)

Bahaya ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja

statis,angkat angkut

pasien,membungkuk,menarik,mendorong

Bahaya Diantaranya kerja shift, stres beban kerja,

psikososial hubungan kerja, post traumatic

Bahaya mekanik Diantaranya

terjepit,terpotong,terpukul,tergulung,tersayat,tertus

uk benda tajam
26

Bahaya listrik Diantaranya sengatan listrik,hubungan arus

pendek,kebakaran,petir,listrik,statis

Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam

Limbah RS Diantaranya limbah medis (jarum suntik,vial

obat,nanah,darah) limbah non medis, limbah

cairan tubuh manusia (misal: droplet, liur,sputum)

D. Instalasi Gawat Darurat IGD

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit memainkan peran

utama untuk penanggulangan gawat darurat untuk melakukan

pemeriksaan awal kasus gawat darurat, resusitasi dan stabilisasi.

Rumah Sakit harus mampu berperan sebagai active responder

menerima korban bencana, active responder & coordinator tingkat

lokal bagi RS sekitarnya, dan active responder yang mampu

bergerak ke tingkat nasional. (www.depkes.go.id diakses 3 februari

2019)

Dengan pemanfaatan IGD secara maksimal diharapkan

menurunkan angka kematian dan kecacatan, diantaranya dengan

melakukan penanganan kasus true emergency maupun false

emergency. Rumah Sakit harus menerima rujukan pasien atau

melakukan rujukan balik, baik secara horizontal maupun vertikal.

Rumah Sakit juga wajib turut serta dalam melakukan penanganan


27

korban musibah massal dan bencana yang terjadi di dalam maupun

di luar rumah sakit

Menurut KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009

Standarisasi Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit , ini mengatur

tentang standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit. Pasien

IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat

untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat

darurat sesuda dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga

dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response

time yang cepat dan penanganan yang tepat.

Menurut Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999

tentang standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit agar

digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan

penyelenggara rumah sakit, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan

pelaksanaan Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD Rumah Sakit

dengan melibatkan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas

dan fungsinya masing-masing.

Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan

sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit sesuai dengan standar.


28

Oleh karena itu Kementerian Kesehatan membuat standar baku

dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi

daerah dalam mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya

di IGD RS. Menurut Wikipedia Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah

salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan

awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat

mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD dapat ditemukan

dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan

juga asisten dokter.

a. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat:

1) Penyelenggaraan pelayanan medis gawat darurat:

Pelayanan resusitasi, pelayanan bedah (surgikal),

pelayanan nonbedah (Medikal), obstetrik ginekologi dan

pediatrik yang meliputi kegiatan :

a. Monitoring supervisi pelayanan medis di R. Tindakan,


Observasi/Rawat Sementara.

b. Monitoring supervisi keluhan pasien/pelanggan lain.

c. Audit pelayanan dan audit kematian.

d. Pendataan dan penanganan kasus bermasalah.

e. Pengawasan transportasi pasien gawat darurat dari IGD ke


OK atau ICU.
29

f. Melakukan pelayanan kasus tidak gawat tidak darurat


melalui pelayanan poliklinik 24 jam.

E. Manajemen Risiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan upaya mengurangi dampak

negatif risiko yang mengakibatkan kerugian pada aset organisasi

baik berupa manusia, material, mesin, metoda, hasil produksi

maupun finansial (Budiono, 2003b).

2. Faktor Risiko

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor

bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau

dapat menyebebkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

ini dapat berupa gangguan fisik maupun psikis terdapat tenaga

kerja. Pengenalan faktor bahaya di tempat kerja merupakan dasar

untuk mengetahui pengaruhi pengaruhnya terhadap tenaga kerja,

serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya

pengendalian faktor bahaya dalam rangka pencegahan penyakit

akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, faktor bahaya

lingkungan kerja dapat bersall atau bersumber dari berbagai

faktor, antara lain :


30

1) Faktor teknis

Yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada

peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu

sendiri.

2) Faktor lingkungan

Yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di

dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses

produksi termasuk bahn baku, baik produk antara maupun

hasil akhir.

3) Faktor manusia

Dimana manusia merupakan potensi bahaya yang cukup

besar terutama apabila manusia yang melakukan

pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang

prima, baik fisik maupun psikis.

Dalam Tarwaka, 2014 ada yang lebih mempermudah

pemahaman tentang adanya faktor bahaya seperti tersebut di

atas, maka faktor bahaya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan dapat dikelompokan antara lain sebagai berikut:

1) Faktor Bahaya Fisika

yaitu faktor bahaya yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:

terpapar kebisingan intensitass tinggi, suhu ekstrim (panas


31

dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,

radiasi, dan lain-lain.

2) Faktor Bahaya kimia

yaitu faktor bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia

yang digunakan dalam proses produksi. Faktor bahaya ini

dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja

melalui cara: inhalation (melalui jalan pernafasan), ingestion

(melalui mulut ke saluran pencernaan) atau skin contact

(melalui kulit. Terjadinya pengaruh faktor bahaya kimia ini

terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari: jenis

bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu,

gas, uap, asap, dan lain-lain), daya acun bahan (toksisitas),

cara masuk ke dalam tubuh, dan lain-lain.

3) Faktor Bahaya Biologis

yaitu bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-

kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau

bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-

penyakit tertentu misalnya: TBC, Hepatitis A/B, Aids dan lain-

lain, ataupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan

dalam proses produksi.

4) Faktor Bahaya Ergonomi

yaitu faktor bahaya yang disebabkan oleh penerapan

ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-


32

norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan

serta peralatan kerja, termasuk: sikap dan cara kerja yang

tidak sesuai dengan kemampuan berasal atau ditimbulkan

oleh kondisi aspek-aspek psikologi ketenagakerjaan yang

kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.

5) Faktor Bahaya Psikologis

yaitu faktor bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh

kondisi aspek-aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang

baik atau kurang atau kurang mendapatkan perhatian sperti:

penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat,

minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau

pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja

yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan

kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang

tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.

Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress

akibat kerja.

Terdapat apresiasi pribadi terhadap risiko atau bagaimana calon

pekerja memandang risiko yang terkait dengan praktik kerja,

prioritas kebutuhan pribadi terkait dengan keselamatan dan

kesehatan kerja, serta manajemen diri dan kebutuhan untuk

merasa aman (need of safety), adalah yang digunakan sebagai


33

indikator utama dalam mengukur iklim kesehatatan dan kesehatan

kerja. Konsep risiko dalam skala iklim keselamatan dan kesehatan

kerja didasarkan pada diri tentang pengambilan keputusan risiko ,

persepsi tentang risiko ditempat kerja, serta sikap terhadap risiko

dan kecelakaan kerja. (Tarwaka, 2014)

Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit

infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi

situasi dan kondisi di Rumah Sakit, yaitu kecelakaan, peledakan,

kebakaran, kecelakaan yang berhubunga dengan instalasi listrik

dan sumber-sumber cidera lainnya. Radiasi bahan-bahan kimia

yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan

ergonomi. Semua potensi bahay tersebut diatas, jelas

mengancam jiwa dan kehidupan bagi karyawan di Rumah Sakit,

para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan

Rumah Sakit.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya

untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin

meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan baik dan

harus dibentuk struktur organisai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Rumah Sakit (K3RS). Agar penyelenggaraan K3RS lebih

efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman

manajemen K3 di Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun

karyawan Rumah Sakit.


34

Oleh karena itu berdasarkan peraturan PP No. 50 tahun 2010,

struktur organisai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) minimal

mempunyai ketua, skertaris dan anggota yang menjadi ketua

adalah seorang top management atau direktur Rumah Sakit,

sekertaris yaitu ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

Hasil penelitian Van Vuren (2000) tentang pengaruh budaya

dalam risiko dan manajemen risiko di lingkungan medis

menunjukan bahwa terdapat sikap yang lemah terhadap usaha

untuk melaksanakan produksi. Perhatian akan risiko dianggap

memakan waktu, penggunaan alat pelindung diri tidak dianggap

serius bahkan dianggap menggangu atau merepotkan,pekerjaan

yang memiliki perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja tidak dihargai, apalagi diteladani (76,77). (Tarwaka, 2014)

Prioritas manajamen terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan efek tak-langsung dari perilaku terhadap risiko.

Beberapa calon pekerja kelompok merasa memiliki persepsi

tentang risiko dalam dunia kerjanya. Ternyata hal ini dipengaruhi

oleh aspek demografi yang mencakup usia, pengalaman, status

praktik kerja, dan faktor situasional seperti kondisi tempat kerja,

tekanan kerja, dan tekanan kelompok kerja. Tekanan kerja

diindikasikan akan memengaruhi atau menimbulkan persepi

terhadap risiko yang berbeda pula (51,75) (Tarwaka, 2014)


35

b. Pengendalian Risiko (Risk Control)

Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki

pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengendalian

risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan

pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari

beberapa tingkatan secara berurutan.

Di dalam hirarki pengendlaian risiko terdapat 2 pendekatan,

yaitu :

1) Pendekatan “Long Term Gain” yaitu pengendalian

berorientasi jangka panjang dan bersifat permanen

dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi, rekayasa

teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan berakhir

jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri.

2) Pendekatan “Short Term Gain” yaitu pengendalian

berorientasi jangka pendek dan bersifat temporari atau

sementara. Pendekatan pengendalian ini

diimplementasikan selama pengendalian yang bersifat

permanen belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian

risiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri

menuju ke atas sampai dengan substitusi, yaitu sebagai

berikut:
36

a) Eliminasi (Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pendekatan risiko

yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk

diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama.

Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling

baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan sakit

akibat potensi akibat potensi bahaya ditiadakan.

Namun pada prakteknya pengendalian dengan cara

eliminasi banyak mengalami kendala karena

katerkaitan antara sumber bahaya dan potensi

bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan

akibat.

b) Subsitusi (Substitution)

Pengendalian ini dimaksudkan untuk

menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang

berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang

lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam

batas yang masih adapat diterima.

c) Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk

merubah struktur objek kerja untuk mencegah

seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti

pemberian pengamanan mesin, penutup ban


37

berjalan, pemberian absorber suara pada dinding

ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dll.

d) Isolasi (Isolation)

Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan

cara memisahkan sesorang dari objek kerja, seperti

menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat

tertutup (control room) menggunakan remote control.

e) Pengendalian Administrasi (Administration Control)

Pengendalian administrasi dilakukan dengan

menyediakan suatu sistem kerja yang dapat

mengurangi kemungkinan sesorang terpapar potensi

bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung

dari perilaku pekerjaanya dan melakukan

pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya

pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi;

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi

kerja, penetapan prosedur kerja, pengaturan kembali

jadwal kerja, training keahlian dan training K3.

f) Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri (APD) secara umum

merupakan sarana pengendalian yang digunakan

untuk jangka pendek yang bersifat sementara mana

kala sistem penegndalian yang lebih permanen belum


38

dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan

terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di

tempat kerja. Hal ini disebabkan karena penggunaan

APD mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

 APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang

ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya

tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila

penggunaan APD gagal, maka secara otomatis

bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.

 Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman,

karena kekurangleluasaan gerak pada waktu

kerja dan dirasakan adanya beban tambahan

karena harus dipakai selama bekerja.


BAB III

ANALISI SITUASI

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Ummum Daerah (RSUD)

Cikalong Wetan

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong wetan

Pada tahun 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Barat telah melakukan kajian untuk pendirian sebuah Rumah

Sakit Umum di Kecamatan Cikalong Wetan dan sekitarnya

mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Bandung Barat. Pembangunan Rumah Sakit Umum

Daerah Cikalong Wetan merupakan wujud komitmen pemerintah

yang merefleksikan visi Bupati Kabupaten Bandung Barat yakni

mewujudkan masyarakat yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis

dan Sehat (Cermat) berdasarkan agrowisata dan agroindustri.

Dengan melihat laju pertumbuhan dan perkembangan wilayah

Cikalong Wetan dan sekitarnya, maka keberadaan Rumah Sakit

Umum Cikalong Wetan sangat dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Sejak Juli 2017 telah berdiri bangunan RSUD Cikalong

Wetan yang dalam waktu dekat akan siap memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat Cikalong Wetan dan

39
40

sekitarnya dan telah dilakukan Soft Opening pada tanggal 27 Juli

2017 oleh Bupati Bandung Barat dan akan dilakukan Grand

Opening oleh Gubernur Jawa Barart dalam waktu dekat ini.

Saat ini RSUD Cikalong Wetan terus berbenah dengan

mengisi berbagai kekosongan sumber daya manusia (SDM) dan

sarana prasarana serta memenuhi asas legalitas untuk berdirinya

RSUD type C sesuai aturan yang berlaku. Pada 25 Agustus 2017

telah dilakukan kunjungan Tim Visitasi dari Propinsi Jawa Barat

untuk menilai kelayakan RSUD Cikalong Wetan guna

mendapatkan izin operasional rumah sakit dan pada acara

tersebut ternyata masih banyak kekurangan yang ada di RSUD

Cikalong Wetan baik dari segi SDM, sarana dan prasarana, alat

kesehatan, tata letak ruangan dan peruntukan serta berbagai

faktor pendukung untuk beropeasinnya RSUD Cikalong Wetan.

Pada tanggal 12 Juni tahun 2017 RSUD Cikalong Wetan

mendapat ijin operasional tipe D berdasarkan rekomendasi

visitasi Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat. Ijin tersebut

dikeluarkan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Barat.Dengan dasar tersebut RSUD Cikalong Wetan terus

berbenah diri melengkapi segala kekurangan baik sarana

prasarana maupun alat kesehatan untuk memenuhi standar RS

tipe C.
41

B. VISI, MISI DAN MOTO RSUD CIKALONG WETAN

 VISI

Dalam upaya menjadi salah satu rumah sakit kebanggaan

masyarakat Kabupaten Bandung Barat dan Jawa Barat, kami

ingin tumbuh menjadi rumah sakit yang “Unggul, Berkualitas dan

Mandiri” sehingga kami bisa mengabdi dan memberikan

pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

 MISI

Dengan semangat pengabdian dan kepedulian terhadap sesama

kami akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu, paripurna dan mandiri

MOTTO

“FRIENDLY AND HOMY HOSPITAL”

Merupakan komitmen mewujudkan rumah sakit yang nyaman,

penuh keramahan dalam pelayanan dan menghadirkan suasana

yang menunjang kesembuhan pasien

“SOMEAH HADE KA SEMAH, GENAH, MERENAH TUR

TUMANINAH”
42

C. Tujuan

1. Menjadikan RSUD Daerah Cikalong Wetan sebagai rumah sakit

yang memnuhi standar sesuai aturan yang berlaku.

2. Memenuhi standar pelayana rumah sakit type D dan proyeksi

pengembangan tipe C bagi RSUD Cikalong Wetan.

3. Tersedianya fasilitas/sarana dan prasarana pelayanan

kesehatan yang memadai, mudah diakses serta berkualitas

dalam melayani masyarakat.

4. Dengan adanya RSUD Cikalong Wetan akan memberikan

kemudahan akan akses pelayanan rujukan (tingkat II) kepada

masyarakat di wilayah Cikalong Wetan dan sekitarnya.

D. Dasar Hukum

Dasar hukum pembangunan rumah sakit umum daerah

Cikalong Wetan, mengacu pada ketentuan peraturan perundang-

undangan yang relevan dalam aspek penataan ruang/RTRW

untuk dijadikan referensi dalam pelaksanaan kegiatan:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992,

Tanggal 13 Oktober, tentang Penataan Ruang;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004,

tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit


43

4. Peraturan Pemerintah No. 10/2000, Tanggal 21 Februari 2000,

tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;

5. Peraturan Pemerintah (PP) No. 69/1996, Tanggal 3 Desember

1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan

Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;

6. Kepmen PU No. 640/KPTS/1986, tanggal 23 Desember 1986,

tentang Perencanaan Tata Ruang;

7. Permendagri No. 2/1987, tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Kota;

8. Inmendagri No. 14/1988, Tanggal 6 Oktober 1988, tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan;

9. Kepmendagri No. 650-658, tentang Keterbukaan Rencana untuk

Umum;

10. Kepmendagri No. 84/1992, Tanggal 23 September 1992, tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah

tentang Rencana Kota;

11. Permendagri No. 8/1998, Tanggal 11 Desember 1998, tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

12. Permendagri No. 9/1998, Tanggal 11 Desember 1998, tentang

Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan

Tata Ruang di Daerah;


44

13. Kep.Menkimpraswil No. 327/KPTS/M/2002, Tanggal 12 Agustus

2002, tentang Penetapan dan Pedoman Bidang Penataan

Ruang;

14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004

tentang Sistem Kesehatan Nasional;

15. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003

tentang Penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit;

16. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 228/MENKES/SK/III/2002

tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit yang Wajib Dilaksanakan Daerah.

E. Program Kesehatan Kerja RSUD Cikalong Wetan

Pelayanan kesehatan kerja dikoordinir oleh Komite

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, di bawah

koordinasi langsung Direktur Utama. Dalam kesehariannya

pelayanan kesehatan di dalam lingkungan RSUD Cikalong Wetan

meliputi:

a. Promosi kesehatan kerja :

Kegiatan promosi kesehatan kerja antara lain, olah raga

setiap hari Jum’at pagi, implementasi kebijakan larangan

merokok, media promosi tentang kecukupan asupan air


45

minum, tips sehat di tempat kerja, dan sosialisasi K3 di tempat

kerja masing2 instalasi.

b. Preventif

a) Pemeriksaaan kesehatan berkala belum dilakukan

b) Vaksinasi bagi pegawai berisiko (program vaksinasi

untuk staf Instalasi Sentral Diagnostik adalah vaksinasi

difteri yang dilaksanakan pada tahun 2017).

c. Kuratif

a) Kegiatan tata laksana penyakit pada pegawai dan bila perlu

dirujuk ke spesialis terkait. Pembiayaan ditanggung oleh

RS.

b) Tata laksana penyakit kronis karena faktor degeneratif

dilaksanakan di klinik spesialis sesuai prosedur JKN.

c) Penatalaksanaan kecelakaan akibat kerja (KAK).

Tata laksana kecelakaan kerja dilakukan di Instalasi

gawat darurat.

d. Rehabilitatif.

Return to work bagi pegawai yang memerlukan return to work,

setelah menderita sakit atau kecelakaan sehingga

menimbulkan disability (kecacatan).

e. Surveilance kesehatan kerja.

Surveillance kesehatan kerja dilaksanakan dengan Hazard

Identification Risk Assesment (HIRA).


46

F. Area Cakupan RSUD Cikalong Wetan

Batas wilayah yang diproyeksikan menjadi area cakupan RSU

D Cikalong Wetan adalah berdasarkan domisili penduduk yang

paling mudah mengakses ke lokasi RSUD Cikalong Wetan

melalui jalan darat, yaitu mencakup wilayah kecamatan-

kecamatan Kabupaten Bandung Barat bagian utara dan

masyarakat dalam wilayah kecamatan yang berdekatan dengan

perbatasan Kabupaten Bandung Barat yaitu Kecamatan

Darangdan, Plered, Bojong, Sukatani, dan Wanayasa Kabupaten

Purwakarta, Kecamatan Mande dan Cikalong Kulon Kabupaten

Cianjur serta Kecamatan yang mempunyai kemudahan dalam

mengakses lokasi RSU Cikalong Wetan.

G. Gambaran Umum Wilayah

a. Geografis

Berdasarkan letak geografis, wilayah kerja Puskesmas

DTP Cikalong Wetan berada pada ketinggian 614 M di atas

permukaan laut dengan suhu berkisar antara 22-34° C dimana

Kecamatan Cikalongwetan memiliki luas wilayah kerja

5.794.687 Km2 yang dibatasi oleh :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Purwakarta

2. Sebelah Timur : Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung

Barat
47

3. Sebelah Selatan : Kec Padalarang dan Cipatat Kabupaten

Bandung Barat

4. Sebelah Barat : Kec Cipendeuy dan Kabupaten Purwakarta.

Dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Datar sampai berombak : 15%

2. Berombak sampai berbukit : 50%

3. Berbukit sampai bergunung : 35%

Wilayah kerja Puskesmas DTP Cikalong Wetan dilalui oleh

jalan provinsi yang merupakan jalur penghubung antara Kota

Bandung dengan Ibukota Jakarta melalui Kab. Purwakarta.

Dengan jarak dengan ibu kota Kabupaten Bandung Barat yaitu

Kecamatan Ngamprah adalah 21 Km dari batas kecamatan

Ngamprah ke arah Purwakarta.

Jarak antara Puskesmas DTP Cikalong Wetan dengan

sarana pelayanan kesehatan rujukan (Rumah Sakit) terdekat

yang berada di Kota Cimahi (RS. Dustira, RSU Cibabat, RS.

Mitra Kasih) sekitar 40 Km dan RS. Bayu Asih yang berada di

Kabupat en Purwakarta sekitar 60 Km.

Wilayah kerja Puskesmas DTP Cikalong Wetan meliputi 8

desa dengan 115 RW, yang masing-masing RW nya

dihubungkan dengan jalan Kecamatan dan jalan desa yang

dibangun balk oleh pemerintah daerah setempat ataupun yang

dibangun atas swadaya masyarakat. Secara umum wilayah


48

kerja di Puskesmas DTP Cikalong Wetan dapat dijangkau

dengan kendaraan roda 4, namun ada bagian dari desa-desa

tersebut, contohnya desa Ganjar Sari dan Cipada, yang

sebagian wilayahnya hanya dapat dijangkau dengan

kendaraan roda 2 dan berjalan kaki, dikarenakan medan yang

sulit bila dilalui oleh kendaraan roda 4.

H. Peta Kecamatan Cikalong Wetan

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Cikalong Wetan


49

I. Cakupan Pelayanan Rumah Sakit

Instalasi gawat Darurat (IGD) merupakan sebagai gerbang

dari rumah sakit dengan jam pelayanan gawat darurat 24 jam.

a. Kunjungan IGD tahun 2017

Inisiasi pelayanan RSUD Cikalong wetan dimulai pada bulan

Agustus 2017. Kunjungan IGD selama periode 2017 adalah

sebanyak 2021 pasien yang terbagi atas 1507 pasien lama

dan 514 pasien baru.

Gambar 3.2 Jumlah Kunjungan IGD tahun 2017

JUMLAH KUNJUNGAN IGD TAHUN 2017


700
599
567
600

500 431
Axis Title

400

300 229
195
200

100

0
Ags Sep Okt Nov Des
Jumlah 195 229 431 599 567

Berdasarkan Data Diagram di atas terjadi peningkatan

jumlah kunjungan signifikan pada bulan September sampai


50

dengan bulan November. Pada bulan Oktober terjadi

peningkatan jumlah kunjungan sebanyak 202 kunjungan

(88,20%) bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada

bulan sebelumnya. Sedangkan pada bulan November meningkat

sekitar 168 kunjungan (38,79%) dibandingkan bulan sebelumnya

dan mengalami penurunan tidak signifikan pada bulan

Desember. Kenaikan jumlah kunjungan tersebut

mengindikasikan adanya kepercayaan yang cukup baik dari

masyarakat sekitar terhadap pelayanan rumah sakit.

Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kunjungan,

dominasi kunjungan masih berada pada kunjungan pasien lama

sebanyak 1507 kunjungan sedangkan kunjungan pasien baru

berjumlah 514 orang

Tabel 3.1 Kunjungan Pasien Tahun 2017

JENIS PASIEN TAHUN 2017

Pasien Lama 1507

Pasien Baru 514

TOTAL 2021

a. Status bayar pasien IGD tahun 2017

Pasien IGD dengan status bayar sendiri merupakan yang


51

terbesar selama tahun 2017.

Tabel 3.2 Status Bayar Pasien IGD

TAHUN

STATUS BAYAR TAHUN 2017 2018

JUMLAH % JUMLAH %

BAYAR

SENDIRI 1799 98%

BPJS/KIS 19 0

KONTRAKTOR 0 0

JAMPERSAL 0 0

KARYAWAN 14 2%

DLL 0 0

TOTAL 1832 100%

Berdasarkan data tabel di atas Jumlah kunjungan dilihat dari

status bayarnya didominasi oleh status bayar sendiri (kunjungan

pasien umum), hal tersebut diantaranya karena rumah sakit

belum bekerja sama BPJS.

b. penyakit besar IGD

Dyspepsia menjadi penyakit terbanyak di pelayanan IGD

selama tahun 2017 dengan jumlah 184 orang penderita


52

sedangkan jumlah jenis penyakit terendah yang terdata adalah

Osteoarthtritis sebanyak 38 orang .

Penyakit dyspepsia adalah sekumpulan gejala nyeri,

perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau

berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat

makan, cepat kenyang, kembung, nafsu makan menurun, mual,

muntah dan dada terasa panas. Data 10 penyakit terbesar

selengkapnya dapat dilihat uraian tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3 10 Besar Penyakit di IGD 2017

TAHUN 2017
TINGKAT
PENYAKIT JUMLAH

1 Dyspepsia 184

2 Vulnus Lacerasi 107

3 ISPA 76

4 GEA tanpa dehidrasi 64

5 HT gr I 64

6 Viral Infection 58

7 Commond Cold 51

8 Faringistis Akut 45

9 Myalgia 43

10 Osteoarthritis 38
53

J. Denah Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Gambar 3.2 Denah Instalasi Gawat Darurat (IGD)

PENDAFTARAN
RUANGAN RUANGAN RUANG RUANG
RUANGAN
TINDAKAN TINDAKAN LAB CITO OBSERVASI
TRIAGE
NON BEDAH BEDAH NON BEDAH

RUANG RUANG
RUANG LAB NURSE RUANG
TINDAKAN OBSERVASI
CITO STATION TRIAGE
ANAK BEDAH
54

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

(RSUD) CIKALONG

GAMBAR 3.4 Struktur Organisasi RSUD Cikalong Wetan


55

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GAWAT DARURAT

Tabel 3.4 Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat

KEPALA INSTALASI IGD


Dr. Agus P Wijaya

KEPALA RUANGAN IGD


Irwan Herdianto Amd.Kep
BENDAHARA BENDAHARA
Dina ratnasari Amd.Kep Fadjri Ardiayati S.kep.,Ners

Clinical Instructure/ CI
Daliah Purnama S S.kep.,Ners

PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT

Heru Nurdian Amd.Kep Adithya N Skep.,Ners Annita H.Y Amd.Kep Rizky P Amd.Kep

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


56

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE (Keselamatan dan Kesehatan

Kerja) K3RS RSUD CIKALONG WETAN

Tabel 3.5 Struktur Organisasi Komite K3RS RSUD Cikalong Wetan

KETUA
Dr. Anna Nasriawati, M. K.K

SEKERTARIS
Dwi Yuni Lianti, S.KM

SIE PERALATAN SIE SANITASI SIE PELAYANAN SIE DISTATER


MEDIS & NON DAN LIMBAH KESEHATAN & PROGRAM
MEDIS, SAPRAS PAK
Desi Agustin Ivan
Hendrik Musyabil
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Risiko Kerja

Table 4.1 Gambaran Risiko Kerja

Alur Bahaya Potensial


PAK KAK
kerja Fisik Biologi Kimia Ergonomi Psikologis

-Kerja shift

-Pekerjaan

monoton

-Beban

kerja karna

honor kecil
-Computer
Pendaft -Listrik -Beban
Vision -Tersengat
aran -Radiasi - - -Office kerja karna
Syndrome listrik
pasien komputer ergonomi honor telat
(CVS)
-Beban

kerja karna

banyak

pasien

-Beban

kerja karna

57
58

Banyak

komplain

paisen

- Kerja

shift

-pekerjaan

monoton

-Berdiri -Beban

terlalu lama kerja karna

-Badan honor kecil


-Infeksi
Pemerik -Virus membungkuk -Beban
-Corrosif virus
saan - -Bakteri -Mengangkat kerja karna -
Chlorine -Bakteri
pasien -Parasit pasien honor telat
-Jamur
-Mendorong -Beban

pasien kerja karna

pasien

banyak

-Beban

kerja karna

banyak
59

komplain

pasien

-Kerja shift

-pekerjaan

monoton

-Beban

kerja karna

honor kecil

-Beban -Penyakit
-Mengangkat -Tertusuk
- Corrosif kerja karna infeksi
Peninda - Virus pasien jarum
Chlorine honor telat -Virus
kan - - Bakteri -Mendorong -Terjepit
- Lateks -Beban -Bakteri
pasien - Parasit pasien klem
(hanscoon) kerja karna -Jamur

pasien -Parasit

banyak

-Beban

kerja karna

banyak

pasien

yang

komplain
60

Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa gambaran faktor-faktor risiko

akibat kerja dari fisik kimia biologis, psikologis dan ergonomi sangat

berpotensi dan berisiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) nya, faktor risiko ini dapat terjadi pada

pekerja Instalasi Gawat Darurat (IGD), baik perawat, bidan ataupun dokter.

B. Potensi bahaya kerja

1. Potensi bahaya fisik

Pada alur kerja pendaftaran pasien di Instalasi Gawat Darurat

(IGD), terdapat bahaya fisik yaitu: terpapar radiasi computer yang

akan mengakibatkan penyakit Computer Vision Syndrome (CVS),

dan tersengat listrik mengakibatkan kesetrum. Potensi bahaya fisik

ini dapat terjadi pada pekerja pegawai bagian pendaftaran Instalasi

Gawat Darurat (IGD)

2. Potensi bahaya biologi

Pada alur kerja pemeriksaan pasien dan melakukan tindakan

pasien terdapat potensi bahaya biologi di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) yaitu terpapar virus, bakteri, jamur dan parasite bila tertusuk

jarum. Potensi bahaya dapat mengakibatkan penyakit HIV/AIDS,

Hepatitis B, bila tidak memakai Alat Pelindung Diri masker bisa

tertular penyakit TBC dan lain-lain. Potensi bahaya biologi ini dapat

terjadi pada pekerja perawat, bidan dan dokter.


61

3. Potensi bahaya kimia

Pada alur kerja melakukan tindakan pasien terdapat potensi

bahaya terpapar bahan iritan (lateks) yang di sebabkan oleh bahan

corrosive penggunaan handscoon, dan chlorine, potensi bahaya ini

dapat mengakibatkan Penyakit akibat Kerja (PAK) dermatitis.

Potensi bahaya biologi ini dapat terjadi pada pekerja perawat, bidan

dan dokter.

4. Potensi bahaya psikologis

Pada alur seluruh alur kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

terdapat bahaya potensi psikologis terdapat kelelahan kerja akibat

banyaknya pasien, komplain lama nya pemeriksaan dan melakukan

tindakan pasien, beban kerja karena honor kecil, beban kerja karna

honor telat, bahaya potensi psikologi ini akan mengakibatkan stress.

Potensi bahaya psikologis ini dapat terjadi pada seluruh pekerja di

Instalasi Gawat Darurat (IGD).

5. Potensi bahaya ergonomi

Pada alur kerja pemeriksaan pasien dan melakukan tindakan

pasien terdapat potensi Bahaya ergonomi karna adanya aktivitas

duduk terlalu lama, aktivitas berdiri terlalu lama, aktivitas mendorong

pasien, pada saat pemeriksaan pasien dan melakukan tindakan

pasien adanya melakukan pekerjaan dengan membungkuk pada

saat melakukannya. bahaya potensi ini akan mengakibatkan


62

neuralgia atau pegal-pegal, gangguan musculoskeletal disorders

(MSDs), sakit kepala dan Low Back Pain. Potensi bahaya ergonomi

ini dapat terjadi pada pekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) baik

perawat, bidan ataupun dokter.

C. Kecelakaan kerja di RSUD Cikalong Wetan

Berdasarkan data laporan yang tercatat di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Cikalong Wetan angka kejadian Kecelakaan Akibat

Kerja (KAK) terjadi dua kali yaitu satu orang perawat tertusuk jarum

pada saat menginfus di bulan juli 2018 dan satu orang Customer

Service tertusuk jarum di bulan september tahun 2018 pada saat

pengolahan sampah di safety box.

Berkaitan hal tersebut, pihak manajemen RSUD Cikalong

mengeluarkan SOP Pengelolaan Sampah sebagai berikut :

1. Tempat sampah dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu tempat

sampah organik dan anorganik.

2. Kantong plastik yang telah penuh terisi 2/3 kapasitas tempat

sampah atau minimal segera dibuang ke Tempat Penyimpanan

Sementara sampah domestik 2x sehari.

3. Kantong plastik hitam berisi sampah non medis selama berada di

dalam Tempat Penyimpanan Sementara harus selalu dalam

keadaan terikat dan tertutup.


63

4. Pengangkutan dan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) dilakukan oleh Dinas Kebersihan.

5. Setiap pengangkutan harus dilakukan penandatanganan bukti

pengangkutan oleh petugas dari pihak RS dan petugas dari Dinas

Kebersihan.

a. Pengelolaan tempat sampah penyimpanan sementara (TPS)

b. TPS dan sekitar harus selalu terjaga kebersihannya.

c. Setelah pengangkutan smapah, lokasi TPS segera dibersihkan.

d. Lakukan penyiraman desinfektan untuk mematikan mikroba

pengurai yang dapat menimbulkan proses pembusukan pada

penumpukan / lokasi sampah.

Sedangkan SOP yang berkaitan dengan tata cara menginfus dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Persiapan alat

2. Cairan terapi sesuai program

3. Infus set

4. Jarum infus / abocath

5. Kapas alcohol dalam tempatnya

6. Bak instrument berisi pinset dan kassa steril

7. Plester

8. Tourniquet

9. Betadine
64

10. Gunting verban

11. Bengkok

12. Spalk bila diperlukan

13. Verban bila diperlukan

14. Standar infus

Pelaksanaan :

1. Mencuci tangan

2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan

3. Mengisi selang infus

4. Membuka plastic infus set dengan benar

5. Tetap melindungi ujung selang steril

6. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi

cairan infus mengarah keatas

7. Menggantungkan cairan infus di standar cairan infus

8. Mengisi cairan infus set (tapi jangan sampai teremdam)

9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar

10. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan

kesterilan

11. Cek adanya udara dalam selang

12. Pakai sarung tangan bila perlu

13. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus

14. Meletakan perlak dan pengalas


65

15. Memilih vena yang tepat dan benar

16. Memasang tourniquet

17. Desinfeksi vena dengan alcohol dari atas ke bawah dengan sekali

hapus

18. Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak

19. Menusukan abocath pada vena yang terpilih

20. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam

abocath

21. Tourniquet dicabut

22. Menyambungkan dengan ujung selang yang terlebih dahulu

dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambal dibiarkan menetes

sedikit

23. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area

penusukan untuk fiksasi

24. Membalut dengan kassa betadine steril dan menutupnya dengan

kassa steril kering

25. Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan

abocath agar tidak tercabut

26. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien

27. Alat-alat dibereskan dan diperhatikan respon pasien

28. Catat tindakan yang dilakukan


66

Berdasarkan kasus Kecelakaan Kerja yang terjadi di Instalasi

Gawat Darurat, pekerja yang sudah bekerja sesuai SOP, tetapi pada

dasarnya kecelakaan ini di dasari oleh human eror atau kecerobohan

pekerjanya sendiri.

D. Pengendalian

Bekerja sesuai SOP, menyediakan Safety Box, menyediakan

tempat sampah lengkap dengan label khusus, menyediakan

kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD), memberikan arahan dan

pelatihan dari Komite K3RS untuk pekerja di Instalasi Gawat darurat

(IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalong, menciptakan

budaya kerja yang Aman, Sehat, Selamat dan Produktif.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Studi ini, yang berjudul gambaran faktor-faktor risiko akibat

kerja untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Cikalong Wetan didapatkan

hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor risiko bahaya pada Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Cikalong Wetan terdapat

pada 5 potensi bahaya antara lain: Fisik, Biologis, Kimia,

Psikologis, Ergonomi.

2. Bahaya biologi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) antara lain :

penularan virus, bakteri dan jamur pada saat pemeriksaan

pasien dan penindakan pasien, dengan dampak kesehatan

dapat tertular penyakit akibat pajanan tersebut.

3. Bahaya ergonomi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) antara lain:

mengangkat pasien dan mendorong pasien. Sehingga bisa

menyebabkan gangguan musculoskeletal disorders (MSDs).

4. Bahaya kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum suntik pada

saat proses penindakan pasien dan costumer service pada

67
68

saat proses membawa sampah medis, dengan dampak

kesehatan dapat tertular penyakit akibat pajanan tersebut.

B. Saran

1. Bekerja sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur ) yang

ada di RSUD Cikalong Wetan.

2. Melengkapi penyediaan pasilitas Alat Perlindung Diri (APD)

berikut dengan arahan dan pelatihan dari Tim Komite K3RS

RSUD Cikalong Wetan.

3. Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi pekerja

di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

4. Memberikan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

kepada pekerja di Instalasi Gawat darurat (IGD) Rumah Sakit

Umum daerah (RSUD) Cikalong Wetan

5. Menciptakan budaya kerja yang Sehat, Aman, Selamat dan

Produktif di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD).


Lampiran 1

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, S. (2003a). Kesehatan Kerja. In Bunga Rampai Hiperkes & KK.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro Semarang.

Budiono, S. (2003b). Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan


Kerja. In Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponogoro Semarang.

Konradus Danggur. (2012). Keselamatan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Bangka Adinata Mulia

http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-
dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html di
aktes pada tanggal (03 februari 2019)

Tarwaka. (2012). Dasar-dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan


Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

KEPMENKES NO.1087/Menkes/VIII/2010 Standar K3RS


Lampiran 1

LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

LEMBAR KEGIATAN HARIAN PKM

Nama : HERYZAL ADITYA

NPM : 113115050

Lokasi PKM : RSUD Cikalong Wetan

Paraf Pembimbing
Hari / Tanggal Kegiatan
Lapangan

Orientasi Praktek Kesehatan


Senin, 07/01/2019 Masyarakat PKM di RSUD
Cikalong Wetan.

Bimbingan mengetahui K3RS


Selasa, 08/01/2019
RSUD Cikalong Wetan.

Observasi mengidentifikasi ruang


Rabu, 09/01/2019
Instalasi Gawat Darurat.

Menganalisa hasil observasi dan


Kamis, 10/02/2019 membuat laporan risk
assessment.

Pembelajaran dan pemateri dari


Jumat, 11/01/2019 bagian K3RS RSUD Cikalong
Wetan.
Lampiran 3

Paraf Pembimbing
Hari / Tanggal Kegiatan
Lapangan

Pelatihan simulasi kebakaran


Senin, 14/01/2019
kecil menggunakan APAR.

Presentasi HRA Instalasi Gawat


Selasa, 15/01/2019
Darurat RSUD Cikalong Wetan

Kunjungan ke kesling melihat


Rabu, 16/01/2019
pembuangan limbah ke IPAL

Kamis, 17/01/2019 Pembuatan rambu-rambu K3

Jumat, 18/01/2019 Cetak print rambu-rambu K3

Senin, 21/01/2019 Pemasangan rambu-rambu K3


Lampiran 3

Paraf Pembimbing
Hari / Tanggal Kegiatan
Lapangan

Presentasi hasil tugasidentifikasi


Selasa, 22/01/2019
masalah pada seluruh instalasi

Rabu, 23/01/2019 Pembuatan jalur evakuasi

Kamis, 24/01/2019 Cetak print jalur evakuasi

Pemasangan stiker segitiga


Jumat, 25/01/2019 APAR dan Cara penggunaannya
di seluruh ruangan

Pencarian aturan dari permenkes


Senin, 28/01/2019 tentang jalur evakuasi pada
Rumah Sakit

Pembelajaran cara kerja di


Selasa, 29/01/2019
Instalasi CSSD
Lampiran 3

Paraf Pembimbing
Hari / Tanggal Kegiatan
Lapangan

Kamis, Pembelajaran cara kerja di Instalasi


31/01/2019 Gas Medis

Pembelajaran di bagian Kesehatan


Rabu, 23/01/2019
Lingkungan

Penempelan jalur evakusi ke


Jumat, 01/02/1019 seluruh ruangan di RSUD Cikalong
Wetan
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

PROSEDUR MEMASANG INFUS

RSUD Cikalongwetan Kode Nomor : No. Revisi : Halaman :

441/D.2/RSUD-CW/718IX/2017 1 1/2
STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh:
PRODSEDUR Direktur RSUD Cikalongwetan
OPRASIONAL 14 Juli 2017

Dr.dr.H. Ridwan Abdullah Putra, SpOG(K-FM),CH


NIP. 197012022000121004

PENGERTIAN Prosedur invasive pemberian cairan intravena melalui selang infus


TUJUAN 1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Memberikan terapi intravena
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD CIKALONG WETAN Nomor 441/A.2/RSUD-
CW/216/X/2017 tentang Penetapan Standar Pelayanan RSUD CIKALONG
WETAN
PROSEDUR Persiapan alat :

15. Cairan terapi sesuai program

16. Infus set

17. Jarum infus / abocath

18. Kapas alcohol dalam tempatnya

19. Bak instrument berisi pinset dan kassa steril

20. Plester

21. Tourniquet

22. Betadine

23. Gunting verban

24. Bengkok
25. Spalk bila diperlukan

26. Verban bila diperlukan

27. Standar infus

Pelaksanaan :

1. Mencuci tangan

2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan

3. Mengisi selang infus

4. Membuka plastic infus set dengan benar

5. Tetap melindungi ujung selang steril

6. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan

infus mengarah keatas

7. Menggantungkan cairan infus di standar cairan infus

8. Mengisi cairan infus set (tapi jangan sampai teremdam)

9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar

10. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan

kesterilan

11. Cek adanya udara dalam selang

12. Pakai sarung tangan bila perlu

13. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus

14. Meletakan perlak dan pengalas

15. Memilih vena yang tepat dan benar

16. Memasang tourniquet


17. Desinfeksi vena dengan alcohol dari atas ke bawah dengan sekali

hapus

18. Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak

19. Menusukan abocath pada vena yang terpilih

20. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam

abocath

21. Tourniquet dicabut

22. Menyambungkan dengan ujung selang yang terlebih dahulu

dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambal dibiarkan menetes sedikit

23. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area

penusukan untuk fiksasi

24. Membalut dengan kassa betadine steril dan menutupnya dengan

kassa steril kering

25. Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan

abocath agar tidak tercabut

26. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien

27. Alat-alat dibereskan dan diperhatikan respon pasien

28. Catat tindakan yang dilakukan

Evaluasi

Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap

pemberian tindakan

UNIT TERKAIT Loket, Poli Umum, Ruangan Tindakan


Lampiran 7

PENGELOLAAN SAMPAH

RSUD Cikalongwetan Kode Nomor : No. Revisi : Halaman :

STANDAR Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh:


PRODSEDUR Direktur RSUD Cikalongwetan
OPRASIONAL

Dr.dr.H. Ridwan Abdullah Putra, SpOG(K-FM),CH


NIP. 197012022000121004

PENGERTIAN 1. Sampah rumah sakit adalah semua benda padat yang merupakan sisa dari
hasil kegiatan rumah sakit.
2. Sampah rumah sakit dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Sampah medis adalah sampah dari hasil kegiatan pelayanan rumah sakit
yang karena karakteristiknya infeksius tergolong sampah bahan beracun dan
berbahaya seperti bekas spuit, selang dan plabotte infus, labu darah, jarum
suntik, bekas perban, potongan jaringan dan lain-lain.
b. Sampah non medis adalah sampah dari hasil kegiatan pelayanan rumah sakit
yang karena karakteristiknya tidak infeksius tergolong sampah domestik,
seperti : kertas, sisa makanan, plastik dan lain-lain.
Sampah non medis terbagi menjadi :
 Sampah non medis anorganik adalah sampah domestik rumah sakit
yang tidak dapat terurai seperti plastik, botol minuman dan lain-lain.
 Sampah non medis organik adalah sampah domestik rumah sakit
yang dapat terurai seperti sisa makanan, sayuran, buah dan kertas.
 Manifes adalah daftar isi muatan yang memuat jumalh merek dan nomor
barang muatan, nama pengirim, serta alamat yang dituju.
TUJUAN 3. Tercipatanya lingkungan rumah sakit yang aman, bersih, sehat dan terhindar
dari infeksi nosokomial.
4. Mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pengelolaan sampah
yang tidak baik.
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Tempat sampah dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu tempat sampah
organik dan anorganik.
2. Kantong plastik yang telah penuh terisi 2/3 kapasitas tempat sampah atau
minimal segera dibuang ke Tempat Penyimpanan Sementara sampah
domestik 2x sehari.
3. Kantong plastik hitam berisi sampah non medis selama berada di dalam
Tempat Penyimpanan Sementara harus selalu dalam keadaan terikat dan
tertutup.
4. Pengangkutan dan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dilakukan oleh Dinas Kebersihan.
5. Setiap pengangkutan harus dilakukan penandatanganan bukti
pengangkutan oleh petugas dari pihak RS dan petugas dari Dinas
Kebersihan.
a. Pengelolaan tempat sampah penyimpanan sementara (TPS)
b. TPS dan sekitar harus selalu terjaga kebersihannya.
c. Setelah pengangkutan smapah, lokasi TPS segera dibersihkan.
d. Lakukan penyiraman desinfektan untuk mematikan mikroba pengurai
yang dapat menimbulkan proses pembusukan pada penumpukan / lokasi
sampah.
UNIT TERKAIT Bagian Rumah Tangga, petugas kebersihan dan Kesling
Lampiran 8

Lembar Dokumentasi Kegiatan PKM


Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Heryzal Aditya

Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 13 Desember 1996

Alamat : Dusun Rengas Rt 001/ Rw 001 Desa

Karyabakti Kecamatan Batujaya Kabupaten

Karawang 41354

Email : heryzaladitya2@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Karyabakti V ( 2003 - 2009 )

2. SMPN 1 Batujaya ( 2009 - 2012 )

3. MAN Batujaya ( 2012 – 2015 )

4. Stikes Jenderal Achmad Yani ( 2015 – Sekarang )


Lampiran 9
Lampiran 9
Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai