Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN TELEMEDICINE DALAM PELAYANAN KESEHATAN

TENTANG
KONSEP ELECTRONIC HEALTH DAN DAMPAK EHR (ELECTRONIC HEALTH
RECORD) PADA MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

OLEH
KELOMPOK 1

Naftaliana I.P. Kembuan 18111101014


Ihsan F. Baneney 18111101022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya penulis mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Konsep e-Health dan Dampak EHR Pada MIK” ini dengan tepat waktu.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Manajemen Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan. Selanjutnya dengan rendah hati penulis
meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat penulis revisi
kembali, karena penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan.
Penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini.
Demikianlah yang dapat penulis haturkan, penulis berharap supaya makalah yang telah
dibuat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Manado, Februari 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep e-Health 3


2.2 Dampak e-Health Record Pada Manajemen Informasi Kesehatan 9

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi informasi menjadi sangat penting sebab terbukti bahwa dengan
menggunakan teknologi informasi, efektivitas dan efisiensi dalam melakukan sebuah proses
lebih cepat dapat dicapai. Dengan adanya informasi yang cepat dan berkualitas diharapkan
pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Salah satu bidang kesehatan yang saat ini sedang
berkembang dalam mengadopsi teknologi informasi adalah e-health. Sejak tahun 1997, WHO
telah merencanakan penggunaan teknologi informasi untuk pelayanan kesehatan dan keperluan
medis, sampai pada tahun 2005 pada resolusi e-health nomor 58.28. Tahun 2003 pada KTT
Dunia yang diadakan di Jenewa telah dideklarasikan tentang pemanfaatan potensi teknologi
informasi dan komunikasi untuk mendukung Deklarasi Milenium, yang salah satunya adalah
untuk mengingkatkan pelayanan kesehatan.
Di Indonesia penggunaan teknologi informasi untuk bidang kesehatan telah diatur dalam
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dimana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi
dan melalui lintas sektor. Penerapan e-health di Indonesia telah mulai dilaksanakan, dengan
kerjasama antarinstansi rumah sakit, pemerintah, universitas, swasta, dan penyedia jasa
telekomunikasi. Beberapa rumah sakit pemerintah sudah mulai menerapkan sistem informasi
rumah sakit, walaupun masih digunakan untuk keperluan internal institusi rumah sakit.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang melanda
dunia telah berpengaruh besar bagi perubahan pada semua bidang, termasuk bidang kesehatan.
Hal ini sesuai dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah seperti tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2004 – 2009 yang menjelaskan bahwa
“Arah kebijakan Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada
enam bidang prioritas, antara lain pengembangan teknologi dan informasi dan pengembangan
teknologi kesehatan dan obat-obatan. Salah satu penggunaan teknologi informasi (TI) di bidang
kesehatan yang menjadi tren dalam pelayanan kesehatan secara global adalah rekam kesehatan
elektronik. Selama ini rekam medis mengacu pada Pasal 46 dan Pasal 47 UU No.29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
sebagai pengganti dari Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/PER/XII/1989.
Undang-undang No.29 Tahun 2004 sebenarnya telah diundangkan saat EHR sudah
banyak digunakan, namun belum mengatur mengenai EHR. Begitu pula Peraturan Menteri
Kesehatan No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis belum sepenuhnya mengatur
mengenai EHR. Hanya pada Bab II pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa “Rekam medis harus dibuat
secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik”. Secara tersirat pada ayat tersebut
memberikan ijin kepada sarana pelayanan kesehatan membuat rekam medis secara elektronik
(EHR).

1
Penyelenggaraan EHR di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, karena salah satu keuntungan yang dapat
diperoleh dengan EHR yaitu mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu (1)
pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse
event dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis Fuad)
Keuntungan lain dari EHR yaitu dapat memberikan peringatan dan kewaspadaan klinik (clinical
alerts and reminders), hubungan dengan sumber pengetahuan untuk menunjang keputusan
layanan-kesehatan (health care decision support) dan analisis data agregat (Johan Harlan).
Selain itu dengan adanya EHR memungkinkan terselenggaranya komunikasi silang yang
semakin kompleks antara sesama tenaga kesehatan dengan berbagai pihak yang sama-sama
memberikan pelayanan kepada pasien  di sarana pelayanan kesehatan, dan EHR juga dapat
digunakan sebagai salah satu masukan penting dalam  mengukur keberhasilan program
kesehatan di instansi pelayanan yang ada. (Menkes RI, 2005).
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Electronic Health
2. Bagaimana Dampak EHR (e-Health Record) Pada MIK (Manajemen Informasi
Kesehatan)

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui bagaimana konsep dari e-Health dan apa dampak e-Health Record pada Manajemen
Informasi Kesehatan

BAB II
2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Electronic Health


2.1.1 Pengertian E-Health
Kata e-health terdiri dari “e (electronic)” yang berarti elektronik dan “health” yang
berarti kesehatan masyarakat secara umum. Istilah e-health mulai muncul pada akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20. Teknologi telekomunikasi yang digunakan pada mulanya adalah teknologi
telepon analog, yang digunakan untuk komunikasi antara pasien dan dokter, layanan rumah sakit,
dan pertukaran data electrodiagrams. Pada masa ini, teknologi tersebut kemudian dikenal dengan
istilah telemedicine. Penerapan teknologi masih terkendala pada keterbatasan lebar pita
(bandwidth) jalur komunikasi, sehingga masih banyak diperlukan penyempurnaan dari berbagai
macam aspek. Sejalan dengan perkembangan infrastruktur telekomunikasi dan komputer, maka
masalah besaran jalur pita dapat teratasi, sehingga data multimedia dapat dipertukarkan.
Secara umum pengertian e-health adalah suatu layanan dalam bentuk aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi dihubungkan dengan keseluruhan elemen fungsional pendukung
sektor kesehatan. Perkembangan sampai saat ini mencakup istilah electronic health record,
telemedicine, consumer health informatic, health knowledge management, virtual healthcare
team, mobile-health, Healthcare Information Systems. Menurut J.C. Healy pemeran utama dalam
lingkungan e-Health adalah:
a. Agensi dari PBB dan badan internasional yang berhubungan dengan kesehatan,
telekomunikasi, dan perdagangan
b. Otoritas pemerintah tingkat nasional sampai daerah yang berhubungan dengan kesehatan
dan telekomunikasi
c. Institusi pendidikan dan riset
d. Para profesional di bidang kesehatan beserta asosiasinya
e. Para pelanggan, pasien, dan asosiasinya
f. Organisasi nonpemerintah
g. Pihak industri kesehatan dan telekomunikasi
h. Media Massa.
E-health dapat dilihat sebagai solusi enterprise atau korporat dalam bidang kesehatan
yang melibatkan dukungan seluruh aspek tatanan pemerintahan, seperti rumah sakit, puskesmas,
dinas kesehatan, industri farmasi, institusi pendidikan tinggi (yang berhubungan dengan
kesehatan), poliklinik, dan sebagainya. Jika e-health ini didukung sepenuhnya oleh pihak
kependudukan dan administrasi masyarakat dalam lingkup daerah, kota, propinsi, atau nasional,
maka e-health akan menjadi sebuah aplikasi masa depan dalam rangka optimalisasi sistem
kesehatan masyarakat. Oleh Eysenbach, awalan “e” tidak hanya menunjuk pada elektronik, tetapi
dijabarkan sebagai berikut:

3
1. Efisiensi, salah satu tujuan diterapkannya e-health adalah efisiensi pelayanan kesehatan,
menurunkan biaya pelayanan kesehatan, seperti menurunkan biaya untuk diagnosa atau
konsultasi antara dokter dengan pasien.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dengan informasi-informasi yang
berkualitas dan sumber yang sudah dipercaya diharapkan informasi yang diperoleh pasien
lebih tepat.
3. Berbasis bukti, dimana semua informasi harus berdasarkan penelitian ilmiah.
4. Pemberdayaan konsumen dan pasien, dengan informasi pengetahuan tentang kedokteran,
pengobatan, dan catatan elektronik pribadi, diharapkan pelayanan kesehatan dapat
berpusat pada pasien.
5. Menciptakan hubungan baru antara pasien dan profesional kesehatan, menuju kemitraan
sejati, di mana keputusan yang dibuat secara bersama.
6. Pendidikan bagi para dokter dan pasien dari sumber online.
7. Memungkinkan standarisasi pertukaran informasi dan komunikasi antara perusahaan
yang bergerak di bidang industri kesehatan.
8. Memperluas cakupan pelayanan kesehatan secara global, karena teknologi
komunikasi sudah dapat mewujudkannya dengan teknologi internet.
9. Etika, adanya tantangan baru dalam etika profesi dan privasi pasien.
10. Ekuitas, pelayanan kesehatan seharusnya dapat menjangkau semua orang dari berbagai
golongan.
Dikeluarkannya progam e-health sebagai intereksi antara informatika medis, kesehatan
masyarakat dan bisnis, mengacu pada pelayanan kesehatan dan informasinya yang disampaikan
atau ditingkatkan melalui internet dan teknologi, Sementara itu Lembaga Internasional World
Heath Organisastion yang disingkat dengan WHO mendefinisikan konsep e-health; E-health is
used as information and communication technologies (ICT) for health”. Dan WHO telah
mengeluarkan resolusi berkaitan dengan dengan undang-undang e-health bernomor 58.28 tahun
2005. Dimana dalam peraturan tersebut WHO menyerukan bahwa setiap negara harus memilki
konsep e-health yakni:
a. Menyusun rencana strategis jangka panjang untuk mengembangkan layanan e-health di
berbagai bidang di kesehatan baik untuk administrasi kesehatan, kerangka legal dan
regulasi, infrastruktur serta mekanisme kemitraan publik dan swasta
b. Mengembangkan infrastruktur Teknologi Informasi Komputer untuk e-health
c. Membangun kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga profit untuk mendukung e-
health,
d. Mengembangkan e-healh yang menjangkau masyarakat, khususnya yang rawan terhadap
permasalahan kesehatan (vulnerable) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
e. Memobilisasi kerjasama lintas sektor dalam mengadopsi norma dan standar e-health,
evaluasi,prinsip-prinsip cost-effectiveness dalam e-health untuk menjami mutu, etika dan
keamanan dengan tetap mengedepankan kerahasiaan, privasi, equity dan equality.
f. Mengembangkan center of excellence dan jejaring e-health
g. Mengembangkan model sistem informasi kesehatan masyarakat untuk surveilans, respon
dan emergency.
4
2.1.2 Kriteria E-Health
Di Indonesia perkembangan e-health memang belum bisa menyamai kemajuan negara-
negara maju seperti Amerika, Eropa, New Zealand, Singapore, German, Perancis dan lainnya.
Namun seiring dengan kemajuan teknologi dunia kesehatan maka informasi mengenai kesehatan,
kedokteran dan situs-situs kesehatan tumbuh dan berkembang sehingga bisa mengedukasi
masyarakat untuk tetap menjaga hidup sehat dan berkualitas. E-health menjadi salah satu bentuk
reformasi bidang kesehatan karena melalui pelaksanaan e-health diharapkan masyarakat
Indonesia bisa hidup berkualitas, e-health memiliki peran penting diantaranya meningkatkan
transparansi informasi dan akuntabilitas proses perawatan kesehatan di Rumah Sakit,
Mengurangi tingkat kesalahan pencatatan administratif, diagnostik dan kesesuaian pengobatan,
efesiensi biaya administratif dan mendukung program paperless karena sudah berbasis online.
Aplikasi e-health yang digunakan untuk program kesehatan diharapkan mampu
mengakomodir kebutuhan dunia kesehatan, dimana aplikasi e-health harus memiliki kriteria
sebagai berikut :
1. Situs e-health yang baik harus memiliki tingkat sekuritas tinggi, karena data yang diolah
dan ditransmisikan adalah data yang bersifat rahasia (confidential).
2. Situs e-health harus diatur bisa menjga kerahasiaan atau privasi untuk setiap user karena
data yang disimpan tidak boleh dipublikasikan
3. Situs e-health berisikan informasi yang valid, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan
4. Situs e-health hastus bisa membangun Interactivity (forum interaktif) untuk bertukar
informasi antar user e-health dengan kejelasa informasi
5. Situs e-health harus bisa diakses dengan baik dan cepat, navigasi yang baik dan fitur
searching yang mudah dipahami.

2.1.3 Jenis-Jenis E-Health


Layanan kesehatan berbasis online ada bermacam-macam. Jenisnya bisa bisa diuraikan
berdasarkan tiga tipe pengguna utamanya, yaitu:
1. E-Health Untuk Konsumen
Layanan electronic health yang ditujukan untuk konsumen, yakni masyarakat umum, disebut
dengan informatika konsumen (consumer informatics). Layanan electronic health umumnya
digunakan untuk memberi informasi kesehatan kepada masyarakat umum. Selain itu, e-health
juga memfasilitasi komunikasi antara dokter dengan pasien tanpa perlu bertatap muka.

Saat ini, ada pula aplikasi kesehatan berbasis mobile yang dapat disetel di perangkat seluler.
Salah satu contohnya adalah Klikdokter.com dan situs sejenis. Aplikasi-aplikasi yang ada saat ini
tak hanya menyediakan informasi kesehatan atau konsultasi dokter online, tapi juga layanan
apotek online, pemeriksaan laboratorium, perawatan di rumah (home care), hingga booking
appointment dan ambulans online.
5
2. E-Health untuk Penyedia Layanan Kesehatan
Layanan e-health untuk penyedia layanan kesehatan disebut dengan informatika medis dan klinis
(medical/clinical informatics). Ini mencakup fasilitas kesehatan, institusi pendidikan
kesehatan/medis, dan para praktisi kesehatan atau dokter. Contoh pemanfaatannya untuk fasilitas
kesehatan, yaitu penerapan rekam medis dan peresepan elektronik di rumah sakit.
Bagi dokter, sistem informasi dan teknologi dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan
akurasi diagnosis dan terapi. Salah satunya, dengan dimungkinkannya konsultasi antar dokter
untuk mendapatkan keahlian klinis hingga interpretasi hasil pemeriksaan seperti rekam jantung
atau foto radiologi secara online. Selanjutnya, saat ini juga semakin berkembang perangkat lunak
(clinical decision-making tools) hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat
membantu dokter mendiagnosis penyakit pasien serta menentukan rencana perawatan yang akan
dijalani pasien. Dalam hal pendidikan medis, electronic health digunakan sebagai sarana
pembelajaran jarak jauh. Misalnya, melalui webinar dan modul pembelajaran online.
3. E-Health untuk Para Akademisi dan Peneliti
Pemanfaatan teknologi kesehatan untuk para akademisi dan peneliti disebut dengan
bioinformatika (bioinformatics). Pada jenis ini, sistem teknologi dan informasi dimanfaatkan
untuk manajemen, distribusi, dan pengolahan data kesehatan. Misalnya, yang sedang tren saat
ini, untuk melihat data sebaran penyakit Covid-19 akibat infeksi virus corona di dunia. Hasil
olahan data ini nantinya dipakai sebagai dasar pembuatan rekomendasi atau kebijakan kesehatan
maupun pengobatan

2.1.4 Penerapan E-Health di Indonesia


Saat ini kemajuan teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan telah melahirkan
inovasi baru bagi perkembangan kemajuan dunia kesehatan khusunya di Indonesia. Kesehatan
menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi tanpa adanya hambatan karena kesehatan tidak lagi
mengenal batas (unlimited) baik ruang dan waktu. Informasi kesehatan yang dibutuhkan dapat
dengan mudah di akses dimanapun kita berada, konsultasi kesehatan dan edukasi kesehatan bisa
didapat melalui pelayanan online secara real-time. Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan
telah mengembangkan program layanan masyarakat melalui e-health yakni sebuah aplikasi
berbasis teknologi informasi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai
tahun 2018 ini penerapan konsep e-health telah memiliki manfaat yang besar bagi pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses layanan kesehatan yang cepat,
efektif dan efisen.
Penerapan e-health di Indonesia telah dimulai dengan penerapan Sistem Informasi Rumah
Sakit dan Puskesmas pada pemerintah pusat dan daerah walaupun belum terintegrasi
sepenuhnya. Kejadian yang paling banyak terjadi jika konsumen atau pasien berpindah rumah
sakit adalah pengulangan cek laboratorium dan data-data rekam medis diulang berdasarkan
informasi dari pasien sendiri. Dengan adanya integrasi rekam medis, permasalahan di atas
seharusnya tidak terjadi.
6
Peluang terbesar untuk menerapkan e-health di Indonesia adalah dengan teknologi m-
health dan telemedicine. Layanan dasar untuk telepon selular harus dapat digunakan untuk voice
dan SMS (Short Message Service), tambahannya adalah akses data . Dengan dua layanan
tersebut, informasi layanan kesehatan dapat didistribusikan. Hal ini dapat diwujudkan dengan
kerja sama minimal dalam pemerintahan, yaitu antara Departemen Kesehatan dan Departemen
Pendidikan sebagai penyedia sumber informasi kesehatan termasuk pemegang data rekam medis
pasien, dan Departemen Komunikasi dan Informatika yang mengkoordinir infrastruktur
telekomunikasi dan teknologi informasi yang akan digunakan. Jika dihubungkan dengan
Departemen Kependudukan dan Catatan Sipil maka fasilitas e-ktp dapat digunakan untuk
menyimpan data rekam medis terakhir bagi setiap penduduk.

2.1.5 Contoh Penelitian Tentang Putra, R.M.D., 2018. Inovasi Pelayanan Publik Di Era
Disrupsi (Studi Tentang Keberlanjutan Inovasi E-Health Di Kota Surabaya) (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).
E-Health merupakan salah satu inovasi pelayanan publik yang mendapat penghargaan
dengan masuk ke dalam Top 25 Inovasi Pelayanan Publik pada tahun 2015. Inovasi E-Health
merupakan suatu layanan yang memudahkan sistem pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pelayanan yang dihasilkan menjadi lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sebelum
adanya inovasi ini. Layanan E-Health ini dapat diakses dan digunakan melalui website maupun
aplikasi yang tertera di Playstore ataupun Appstore.
Penerapan layanan ini memberikan beberapa manfaat bagi pasien maupun petugas
layanan keehatan seperti memudahkan pasien dalam melakukan antrean tanpa harus datang ke
lokasi, memudahkan pasien untuk melakukan rujukan medis, memudahkan dalam hal pendataan
pasien dimana semuanya terekam ke dalam big data yang telah terintegrasi. Walaupun memang
masih terdapat beberapa hal yang membuat layanan ini belum dapat dikatakan optimal dan
berhasil.
Inovasi E-Health ini juga belum dapat dikatakan sebagai sustaining innovation karena
masih terdapat faktor yang belum terpenuhi. Terdapat beberapa tingkatan untuk dapat memantau
perkembangannya, antara lain:
1. Re-Design atau merancang ulang produk layanan
Dalam hal ini E-Health telah berhasil untuk merancang layanan kesehatan agar berjalan
efektif. Dengan adanya E-Health masyarakat semakin termudahkan dalam mendapatkan
pelayanan yang optimal. Hal ini tentu berpengaruh untuk menumbuhkan kepercayaan
masyarakat untuk mendukung pelayanan publik agar terus selalu mengevaluasi kinerjanya untuk
menciptakan tatanan pemerintahan yang bersih, sehat, dan terpercaya.
2. Product Alternative
Product alternative adalah suatu layanan tambahan yang digunakan untuk menunjang
suatu inovasi agar dapat terus berjalan dan memudahkan masyarakat. Dalam hal ini E- Health
7
masi belum memiliki product alternative sebagai layanan pendukung E- Health agar terus
berkelanjutan, karena E- Health ini hanya berfokus mengedepankan prosesi antrean dan sistem
rujukan
3. System
Terkait dengan sistem yang dikembangkan untuk mengusung layanan E-Health ini masih
belum dapat dikatakan berjalan dengan optimal.Server pusat yang sering mengalami gangguan,
terkadang cukup menyulitkan petugas untuk memberikan layanan terbaik. Hal ini juga sering
membuat pelayanan kepada pasien menjadi lama karena harus melewati serangkaian alur
pendaftaran manual.
Dalam proses penerapannya di era disrupsi, Inovasi E-Health ini juga dapat diukur
melalui beberapa aspek penting yang diperhatikan, antara lain:
1. Teknologi Informasi
Teknologi informasi yang dikembangkan sejauh ini belum optimal karena dalam
penemuan di lapangan, masih sering terjadi gangguan yang menyulitkan petugas, dan juga
fasilitas yang diberikan kepada puskesmas- puskesmas untuk mendukung layanan ini belum
sepenuhnya merata, dimana dalam penelitian ini menemukan perbedaan fasilitas yang
didapatkan antara puskesmas simomulyo dengan puskesmas dukuh kupang.
2. Added Value
Dari segi nilai tambah, E-Health belum berhasil menciptakan layanan tambahan yang
dapat memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan hanya saja untuk ukuran
efektif, E-Health dirasa cukup efektif menghadirkan proses pendaftaran dan entry pasien dengan
cepat.

3. Sharing Economy
Dalam hal ini masih belum terdapat pemberdayaan yang mengusung konsep sharing
economy, walaupun arah dan tujuan dalam layanan ini mengarah ke hal tersebut di waktu
kedepan.
4. Teknologi Statistik
Pengolahan data pasien yang terstruktur dan rapih telah dihasilkan dari pemanfaatan
teknologi statistik. Sistem yang terintegrasi telah merekam riwayat kesehatan dan data diri
pasien, sehingga ketika melakukan pendaftaran telah otomatis akan menampilkan data-data yang
dibutuhkan untuk segera dilanjutkan dengan penanganan medis yang diperlukan.

2.2 Dampak EHR (e-Health Record) Pada MIK (Manajemen Informasi Kesehatan)
2.2.1 Pengertian Electronic Health Record

8
Rekam Kesehatan Elektronik atau Electronic Health Record sering disingkat EHR. EHR
merupakan kegiatan mengkomputerisasikan isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan
dengannya. Pada awalnya rekam kesehatan di Indonesia masih dikenal dengan istilah rekam
medis yang sampai saat inipun sebagian rumah sakit di Indonesia masih menggunakan istilah
yang sama. Rekam Medis adalah “Himpunan fakta tentang kehidupan seorang pasien dan
riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan lampau yang ditulis oleh
para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien”.
(Huffman, 1999).
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam
medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Bab I pasal 1).
Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat penyakit pasien
amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien, bagi evaluasi lanjut serta
menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu kelengkapan, keakuratan dan
ketepatan waktu pengisian harus diupayakan dalam organisasi kesehatan karena amat penting
bagi kelayakan tindakan pelayanan dan rujukan.
EHR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti paket word-
processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang secara langsung dapat
dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu. EHR
merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi,
menurut Amatayakul Magret K dalam bukunya Electronic Health Records: A Practical, Guide
for Professionals and Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mengintegrasikan data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source)
b. Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care)
c. Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver
decision making).
Sedangkan Gemala Hatta menjelaskan bahwa EHR terdapat dalam sistem yang secara
khusus dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas untuk
kelengkapan dan keakuratan data; memberi tanda waspada; peringatan; memiliki sistem untuk
mendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat
bantu lainnya.

2.2.2 Komponen Electronic Health Record


Menurut Johan Harlan, komponen fungsional EHR, meliputi:
1. Data pasien terintegrasi
2. Dukungan keputusan klinik
3. Pemasukan perintah klinikus
9
4. Akses terhadap sumber pengetahuan
5. Dukungan komunikasi terpadu

2.2.3 Implementasi Electronic Health Record di Sarana Layanan Kesehatan


Salah satu aspek yang paling sulit dalam menerapkan EHR adalah pada tahapan implementasi.
Ada beberapa alternatif implementasi yaitu:
1. Implementasi seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama secara
menyeluruh di rumah sakit,
2. Implementasi seluruh fungsi pada satu unit (instalasi). Jika di lokasi tersebut sudah stabil,
kemudian dilanjutkan ke seluruh lokasi lain pada saat yang sama,
3. Implementasi fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi), misalnya permintaan tes
laboratorium secara elektronik. Jika fungsi ini sudah menjadi bagian dari kegiatan klinik
secara rutin, kemudian menerapkan lebih banyak fungsi lagi.
4. Kombinasi dari pendekatan-pendekatan di atas, misalnya menerapkan fungsi terbatas
pada satu lokasi. Jika fungsi tersebut sudah stabil, kemudian memperluas berbagai fungsi
pada lokasi tersebut dan kemudian diperluas ke berbagai unit di seluruh rumah sakit.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan EHR yaitu mencegah kejadian medical error melalui
tiga mekanisme yaitu:
1. Pencegahan adverse event,
2. Memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event dan
3. Melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event. (Anis Fuad)
Kelemahan EHR di Saryankes:
1. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas, untuk
perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang
2. Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem dan
merancang ulang alur kerja.
3. Konversi rekam medis kertas ke EHR membutuhkan waktu, sumber daya, tekad dan
kepemimpinan
4. Risiko kegagalan sistem komputer
5. Masalah pemasukan data oleh dokter
6. Analisis data agregat
Beberapa permasalahan yang akan muncul pada sistem EHR, yaitu
a. Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input data,
pencegahan error, data entry oleh dokter,
b. Tampilan data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan abstrak,
turnaround documents, tampilan dinamik,
c. Sistem kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik, penelitian klinik,
studi retrospektif dan administrasi.

10
2.2.4 Dampak Electronic Health Record
Electronic Health Record dirancang supaya membawa dampak yang baik, hal ini bisa
Anda buktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Banner-Olney dalan Journal CIN
(Computer Informatic Nursing, 2009 ;27: 75-81), yang menyatakan dampak dari EHR terhadap
perilaku perawat antara lain bahwa seorang perawat tidak disibukkan dengan mencatat hasil
perkembangan pasien secara manual yang membutuhkan waktu lama untuk berkonsentrasi dalam
pencatatannya. Bahkan seorang perawat dapat menghabiskan waktunya lebih banyak dengan
merawat pasien langsung.
Keuntungan menggunakan/menyelenggarakan Electronic Health Record di pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit adalah mendukung keputusan dengan mengakses data pasien
dengan cepat dan tepat, meningkatkan kualitas dan mengurangi kesalahan dalam pelayanan.
Keuntungan EHR jika diimplementasikan di Rumah Sakit yang sejalan dengan tuntutan
masyarakat adanya pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas. Menurut Wolf, Debra
Met.all, (Wolf, 2006:24 (6):307-316) dalam journal CIN, keuntungan peralihan dari paperbased
adalah menjamin quality of care (perawatan yang berkualitas) dan memicu produktivitas kerja,
antara lain:
1. Mereduksi duplikasi pengujian
2. Mereduksi kesalahan medis (medication error)
3. Mencegah efek kerugian dari konflik materi pengobatan/perawatan
4. Mengurangi waktu yang dihabiskan oleh pasien dan tenaga medis dalam menunggu order
medis, hasil test, diagnose yang akurat dan intervensi
5. Mengeliminir/pengurangan visit yang tidak perlu.
6. Mereduksi kerja dengan kertas
7. Penghematan biaya dari penggunaan kertas menjadi elektronik

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
e-health adalah suatu layanan dalam bentuk aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi
dihubungkan dengan keseluruhan elemen fungsional pendukung sektor kesehatan.
Perkembangan sampai saat ini mencakup istilah electronic health record, telemedicine,
consumer health informatic, health knowledge management, virtual healthcare team, mobile-
health, Healthcare Information Systems.
E-health menjadi salah satu bentuk reformasi bidang kesehatan karena melalui
pelaksanaan e-health diharapkan masyarakat Indonesia bisa hidup berkualitas, e-health memiliki
11
peran penting diantaranya meningkatkan transparansi informasi dan akuntabilitas proses
perawatan kesehatan di Rumah Sakit, Mengurangi tingkat kesalahan pencatatan administratif,
diagnostik dan kesesuaian pengobatan, efesiensi biaya administratif dan mendukung program
paperless karena sudah berbasis online.
Rekam Kesehatan Elektronik atau Electronic Health Record sering disingkat EHR. EHR
merupakan kegiatan mengkomputerisasikan isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan
dengannya. Implementasi EHR merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan bagi setiap sarana
pelayanan kesehatan yang dipicu oleh peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada para pembaca untuk dapat mengetahui tentang
Konsep e-Health dan Dampak EHR Pada MIK. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang diberikan untuk
menunjang makalah ini agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Triyanti, E & Weningsih I.R, 2018, Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Manajemen Informasi Kesehatan III Desain Formulir, Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Jakarta.
Lili Marlinah, S.E., 2018. Peran E-Health Sebagai Reformasi Pelayanan Kesehatan Dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat Indonesia. PROSIDING
SEMNASTEK 2018, 1(1).
Putra, R.M.D., 2018. Inovasi Pelayanan Publik Di Era Disrupsi (Studi Tentang Keberlanjutan
Inovasi E-Health Di Kota Surabaya) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

12
Sa’idah, N., 2017. Analisis penggunaan sistem pendaftaran online (E-health) berdasarkan unified
theory of acceptance and use of technology (uTAuT). Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 5(1), pp.72-81.
http://ueu1045.weblog.esaunggul.ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai