KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2017
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmatNya telah selesai tersusun buku
“Panduan Singkat Tatalaksana Hepatitis C”. Penyusunan panduan singkat ini melibatkan kerjasama dengan
para ahli, lintas program dan sektor terkait serta mitra kerja yang peduli dengan pencegahan dan pengendalian
Hepatitis C di Indonesia.
Buku ini disusun dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai pegangan yang mudah dipahami oleh tenaga
kesehatan yang akan melaksanakan tatalaksana Hepatitis C di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
kompetensi masing – masing. Dengan adanya buku ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada
semua pihak terkait dalam tatalaksana Hepatitis C.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada tim penyusun dan
semua pihak yang telah berkontribusi serta memfasilitasi dalam proses penyusunan buku ini.
Jakarta, April 2017
Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Langsung,
Gambar 2. Distribusi jumlah pemeriksaan dan kasus hepatitis C berdasarkan provinsi tahun 2012
(Hasil surveilans Hepatitis C oleh Dirjen P2PL) 1 ................................................................................ 1
Gambar 3. Proporsi kasus hepatitis C positif di semua unit pengumpul data berdasarkan kelompok
umur (Hasil surveilans Hepatitis C oleh Dirjen P2PL) 1 ...................................................................... 2
Gambar 4. Proporsi (%) faktor risiko kasus hepatitis C positif di semua unit pengumpul data berdasarkan
pengakuan penderita (Hasil surveilans hepatitis C oleh Ditjen P2PL tahun 2007-2012) 1 ........... 3
Gambar 8. Algoritme terapi VHC berbasis interferon pada pasien ko-infeksi HIV-VHC.1 ............................. 20
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Interpretasi hasil anti-HCV dan HCV RNA1.................................................................................................... 6
Tabel 2. Nilai cut-off untuk deteksi sirosis dan fibrosis signifikan.1 .............................................................................. 7
Tabel 3. Sensitivitas dan spesifisitas APRI, FIB-4 dan Fibroscan untuk deteksi sirosis dan fibrosis tahap lanjut.1 .. 7
Tabel 7. Interaksi DAA dan Obat Sistem Saraf Pusat 20,21 ........................................................................................... 10
Tabel 9. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC tanpa sirosis .......................................................................... 12
Tabel 10. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC dengan sirosis kompensata .............................................. 13
Tabel 11. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC dengan sirosis dekompensata ......................................... 14
Tabel 16. Pengaturan dosis eltrombopag pada pasien dewasa dengan hepatitis C kronik92 ............................ 18
Tabel 17. Interaksi antar obat pada terapi hepatitis C dan HIV.14 ........................................................................... 21
Tabel 18. Interaksi antar obat pada terapi hepatitis C dan VHB.14 ......................................................................... 22
Tabel 19. Penyesuaian dosis terapi Peg-IFN + RBV pada pasien penyakit ginjal kronik-VHC.1 ............................ 23
Gambar 2. Distribusi jumlah pemeriksaan dan kasus hepatitis C berdasarkan provinsi tahun 2012
Hasil surveilans Hepatitis C oleh Dirjen P2PL 1
2
Gambar 3. Proporsi kasus hepatitis C positif di semua unit pengumpul data berdasarkan kelompok umur
(Hasil surveilans Hepatitis C oleh Dirjen P2PL) 1
Besaran masalah hepatitis C di Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sehingga akan
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat secara signifikan. Selain itu keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam melakukan rangka edukasi, pencegahan dini dan pengobatan
hepatitis C akan mempengaruhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Data faktor risiko dari hasil surveilans oleh Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen
P2PL) pada tahun 2007-2012 dapat dilihat dalam gambar 4.
Gambar 4. Proporsi (%) faktor risiko kasus hepatitis C positif di semua unit pengumpul data berdasarkan pengakuan penderita
(Hasil surveilans hepatitis C oleh Ditjen P2PL tahun 2007-2012) 1
4
2.3. Perjalanan Alamiah Infeksi Virus Hepatitis C
Masa inkubasi VHC berkisar antara 14-180 hari (±45 hari). Manifestasi klinis infeksi hepatitis C akut bervariasi mulai
dari asimptomatik (80%) sampai bergejala (20%) baik ringan maupun berat. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah malaise, letih, anoreksia, ikterik, hepatomegali dan peningkatan kadar enzim alanine aminotransferase.
Apabila setelah 6 bulan pasca paparan, anti-HCV dan RNA VHC (HCV RNA) masih terdeteksi di dalam darah
maka dapat didiagnosis sebagai hepatitis C kronik.1,11
Hampir 80% pasien hepatitis C akut akan menetap menjadi hepatitis C kronik. Faktor yang meningkatkan
risiko kronisitas meliputi jenis kelamin laki-laki, usia >25 tahun saat mengalami infeksi, asimptomatik, etnis Afrika-
Amerika, koinfeksi dengan HIV, kondisi imunosupresi, konsumsi alkohol berat, obesitas, keberadaan resistensi
insulin dan diabetes melitus tipe 2. Progresifitas hepatitis C kronik berjalan lambat, 10-20% akan berkembang
menjadi sirosis hati dalam kurun waktu 15-20 tahun dan setelah menjadi sirosis hati sebanyak 1-5% per tahun
berkembang menjadi karsinoma hepatoselular (KHS). Angka mortalitas akibat komplikasi penyakit sirosis hati
terkait infeksi hepatitis C kronik sekitar 4% per tahun. Manifestasi esktrahepatik yang berhubungan dengan
keberadaan infeksi hepatitis C kronik adalah krioglobulinemia, lichen planus, porphyria cutaneus tarda, limfositik
sialodenitis dan glomerolunefritis membranosa. Selain itu juga didapatkan adanya hubungan antara limfoma
non-hodgkin dan infeksi hepatitis C kronik.1,8,12
Infeksi virus
hepatitis C
Infeksi akut
(20%-30% bergejala)
Sirosis hati
(10%-20%) dalam 20 tahun
3.1. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisis penting untuk diagnosis hepatitis C sekaligus untuk menyingkirkan diagnosis
banding lainnya. Pada infeksi hepatitis C akut, HCV RNA dapat terdeteksi dalam 7-10 hari setelah paparan
kemudian anti-HCV mulai dapat terdeteksi di dalam darah 7-8 minggu setelah paparan. Saat diagnosis awal
hepatitis C akut, pemeriksaan anti-HCV positif hanya ditemukan pada sekitar 50% pasien. Diagnosis hepatitis C
akut dapat ditegakkan jika terjadi serokonversi anti-HCV pada pasien yang sebelumnya telah diketahui anti-
HCV negatif, oleh karena tidak adanya penanda serologi yang dapat membuktikan infeksi akut VHC. Pada
kasus pasien dengan gejala yang sesuai (alanine aminotransferase (ALT) >10x nilai batas atas normal, ikterik)
tanpa adanya riwayat penyakit hati kronik atau penyebab lain hepatitis akut, dan/atau sumber penularan
dapat diidentifikasi maka dapat dicurigai hepatitis C akut, meskipun 80% infeksi hepatitis C akut bersifat
asimptomatik.1,13
Diagnosis hepatitis C kronik dapat ditegakkan apabila anti-HCV dan HCV RNA tetap terdeteksi lebih dari 6
bulan sejak terinfeksi disertai dengan gejala-gejala penyakit hati kronik.1,13
Positif Negatif Resolusi VHC; Status infeksi tidak dapat ditentukan (mungkin dalam
status intermittent viremia)
Negatif Positif Infeksi VHC akut awal; VHC kronik pada pasien dengan status
imunosupresi (pasien HIV, pasien hemodialisis dan penggunaan
obat-obat imunosupresan)
Kadar AST
___________________________
Batas Atas Nilai Normal AST
APRI = ______________________________________ X 100
Hitung Platelet (109/L)
Penggunaan APRI untuk menilai fibrosis bermakna (METAVIR ≥F2 dan sirosis (METAVIR F4) memiliki nilai
cut-off yang berbeda. Dengan menggunakan strategi ini, pasien dengan nilai APRI di atas cut-off tinggi
diprioritaskan mendapatkan terapi karena mereka memiliki probabilitas yang besar mengalami sirosis.
Sedangkan bagi pasien dengan nilai APRI di bawah cut-off rendah, terapi dapat ditunda karena mereka
memiliki probabilitas rendah mengalami fibrosis bermakna sehingga perlu dilakukan evaluasi dan penilaian
secara berkala. Pada pasien dengan nilai APRI diantara cut-off rendah dan tinggi, dianjurkan penilaian
ulang setiap 1 atau 2 tahun. Pada praktiknya, cut-off rendah akan memberikan nilai sensitivitas yang lebih
tinggi, sehingga lebih dianjurkan untuk dipakai. Skor APRI tidak hanya dipakai untuk menilai kebutuhan
terapi, tetapi juga dapat digunakan sebagai follow up setelah terapi.
7
Tabel 2. Nilai cut-off untuk deteksi sirosis dan fibrosis signifikan.1
Tabel 3. Sensitivitas dan spesifisitas APRI, FIB-4 dan Fibroscan untuk deteksi sirosis
dan fibrosis tahap lanjut.1
APRI APRI FIB4 FIB4 Fibroscan
(cut-offrendah) (cut-off tinggi) (cut-off rendah) (cut-off tinggi)
Fibrosis Sensitivitas 82 39 89 59 79
signifikan (95% CI) (77-86) (32-47) (79-95) (43-73) (74-84)
(Metavir ≥F2) Spesifisitas 57 92 42 74 83
(95% CI) (49-65) (89-94) (25-61) (56-87) (77-88)
Sirosis Sensitivitas 77 48 - 89
(Metavir F4) (95% CI) (73-81) (41-56) (84-92)
Spesifisitas 78 94 - 91
(95% CI) (74-81) (91-95) (89-93)
Faktor Resiko
Penasun, tato, promiskuitas, transfusi darah, kontak erat dengan pasien Hepaitis C,
keluarga pasien hepatitis C, pasien hemodialis, pasien HIV
ANTI-HCV
Positif Negatif
Terdeteksi Tidak
Terdeteksi
• Genotipe*
• Evaluasi derajat fibrosis (transient elastography,
Penanda fibrosis atau biopsi hati)
• Mencari kontraindikasi
Terapi diindikasikan Seluruh pasien baru (naïve) dan gagal terapi dengan penyakit hati
kompensata dan dekompensata.
Terapi dapat ditunda Tidak ditemukan fibrosis / hanya ditemukan fibrosis ringan (F0-F1)
Terapi tidak direkomendasikan Komorbiditas berat lain yang dapat mempengaruhi kesintasan Hidup
Kemajuan terapi VHC menggunakan kombinasi regimen DAA dewasa ini, baik dengan atau tanpa Peg-IFN
dan ribavirin, dapat mencapai SVR12 hingga melebihi 90% pada seluruh genotipe. Terapi DAA menghasilkan
pencapaian SVR12 yang memuaskan pada pasien naïve dan riwayat pengobatan sebelumnya, baik pada
pasien tanpa sirosis maupun pasien dengan sirosis hepatis.
Penghambat
pompa proton
Anti konvulsan
Antifungal -azol
Inhibitor
kalsineurin
Cisaprid
Glukokortikoid
Herbal
(St. John’s wort)
Makrolid
Rifampisin
Sedatif
Atorvastatin
Bezafibrat
Ezetimibe
Fenofibrat
Fluvastatin
Gemfibrozil
Lovastatin
Pitavastatin
Pravastatin
Rosuvastatin
Simvastatin
10
Tabel 7. Interaksi DAA dan Obat Sistem Saraf Pusat 20,21
Amitriptilin
Citalopram
Duloxetin
Escitalopram
Anti depresan
Fluoxetin
Paroxetin
Sertralin
Trazodon
Trimipramin
Venlafaxin
Amisulpirid
Aripiprazol
Chlorpromazin
Flupentixol
Haloperidol
Olanzapin
Quetiapin
Risperidon
11
Tabel 8. Interaksi DAA dan Obat Kardiovaskular 20,21
Amiodaron
Flecainid
Clopidogrel
Dabigatran
Antiplatelet
Antikoagulan
Warfarin
Ticagrelor
Atenolol
Penyekat Bisoprolol
beta
Propanolol
Carvedilol
Amlodipin
Penyekat
kanal kalsium Diltiazem
Nifedipin
Candesartan
Agen anti
hipertensi
dan gagal Doxasozin
jantung
Enalapril
Sildenafil
Vardenafil
Lain-lain
Tadalafil
Bosentan
Response
guided
4 12 minggu 24-48* - 12 minggu 12 minggu 12 minggu 12 minggu** 12 minggu
*diberikan selama 12 minggu, dilanjutkan PegIFN & RBV 12 minggu (pasien naïve atau relapsers) atau 12 minggu,
dilanjutkan PegIFN & RBV 36 minggu (pasien partial atau null responders);
**dengan syarat tidak boleh ditemukan NS5A RAV terhadap elbasvir pada genotipe 1a dan genotipe 4; diberikan 16 minggu
dikombinasikan dengan ribavirin bila ditemukan NS5A RAV atau kadar RNA VHC ≥800.000 IU/mL.
13
4.5. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC dengan sirosis kompensata
Tabel 10. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC dengan sirosis kompensata
Genotipe PegIFN, PegIFN, PegIFN, SOF, SOF, SOF, SOF, ELB, SOF,
RBV RBV, SOF RBV, SIM RBV SIM LED DAC GRA VEL
*diberikan selama 12 minggu, dilanjutkan PegIFN & RBV 12 minggu (pasien naïve atau relapsers) atau 12 minggu, dilanjutkan
PegIFN & RBV 36 minggu (pasien partial atau null responder);
**dengan syarat tidak boleh ditemukan NS5A RAV terhadap elbasvir pada genotipe 1a dan genotipe 4; diberikan 16 minggu
dikombinasikan dengan ribavirin bila ditemukan NS5A RAV atau kadar RNA HCV ≥800,000 IU/mL.
14
4.6. Terapi pada Sirosis Hati Dekompensata
Tabel 11. Pemilihan regimen terapi pada infeksi VHC dengan sirosis dekompensata
Genotipe PegIFN, PegIFN, PegIFN, SOF, SOF, SOF, SOF, ELB, SOF,
RBV RBV, SOF RBV, SIM SIM RBV LED DAC GRA VEL
1% urin
Grazoprevir NS3/4A inhibitor 100 mg Fatigue, sakit kepala, mual
99% feses
1% urin
Ledipasvir NS5A inhibitor 90 mg Fatigue, sakit kepala
99% feses
10% urin
Daclatasvir NS5A inhibitor 60 mg Fatigue, sakit kepala, mual, diare
90% feses
1% urin
Elbasvir NS5A inhibitor 50 mg Fatigue, sakit kepala, mual
99% feses
94% urin
Velpatasvir NS5A inhibitor 100 mg Fatigue, sakit kepala, mual, anemia
0,4% feses
80% urin
Sofosbuvir NS5B inhibitor 400 mg Fatigue, sakit kepala, demam
15% feses
Rapid Virological Response RVR Muatan virus HCV RNA< 50 IU/mL atau tidak terdeteksi setelah
pemberian terapi antivirus selama 4 minggu
Early Virological Response EVR Muatan virus HCV RNA masih terdeteksi pada minggu ke 4 terapi,
akan tetapi tidak lagi terdeteksi pada minggu ke 12 sampai akhir
terapi
Delayed Virological DVR Terdapat penurunan HCV RNA (IU/mL) lebih dari 2 log10 dari nilai
Response awal akan tetapi HCV RNA masih terdeteksi setelah pemberian
terapi antivirus selama 12 minggu, dan tidak lagi terdeteksi setelah
pemberian terapi antivirus selama 24 minggu
16
Null Response NR Terdapat penurunan HCV RNA (IU/mL) kurang dari 2 log10 dari
nilai awal setelah pemberian terapi antivirus selama 12 minggu
Partial response PR Terdapat penurunan HCV RNA (IU/mL) lebih dari 2 log10 dari
nilai awal setelah pemberian terapi antivirus selama 12 minggu,
akan tetapi HCV RNA masih tetap terdeteksi pada minggu ke-24
pemberian terapi
Breakthrough* BT Kemunculan kembali HCV RNA setelah tidak terdeteksi atau terjadi
peningkatan kembali HCV RNA 1 log10 dari nadir selama terapi
antivirus diberikan
End of treatment (virological) EOTR Tidak terdeteksinya HCV RNA pada akhir pemberian terapi antivirus
response
Sustained virological SVR 12 Muatan virus HCV RNA tetap tidak terdeteksi setelah 12 minggu
response setelah terapi berbasis DAA selesai
SVR 24 Muatan virus HCV RNA tetap tidak terdeteksi setelah 24 minggu
setelah terapi Peg-IFN + RBV selesai
Relapse Pada akhir terapi antivirus HCV RNA tidak terdeteksi akan tetapi
kembali terdeteksi setelah terapi antivirus dihentikan
Tabel 16. Pengaturan dosis eltrombopag pada pasien dewasa dengan hepatitis C kronik92
<50.000/µL diikuti dengan pemberian Dosis harian ditingkatkan 25 mg; tunggu 2 minggu untuk menilai
eltrombopag minimal 2 minggu efek dari peningkatan dosis dan untuk penyesuaian dosis
berikutnya. Dengan catatan dosis maksimal adalah 100 mg/hari
≥200.000/µL sampai ≤400.000/µL setiap saat Dosis harian diturunkan 25 mg; tunggu 2 minggu untuk menilai efek
dari penurunan dosis dan untuk penyesuaian dosis berikutnya
4.13. Follow Up Pasien yang Belum Mendapat Terapi Maupun Gagal Terapi
Pasien hepatitis C kronik yang tidak mendapat terapi maupun gagal terapi harus dipantau secara berkala.
Alasan mengapa tidak diterapi maupun gagal terapi harus didokumentasikan dengan jelas. Pola respons
pengobatan harus terdokumentasi dengan jelas pada pasien yang gagal dengan terapi Peg-IFN + RBV. Bagi
pasien yang tidak diterapi, harus dilakukan pemeriksaan derajat fibrosis hati menggunakan metode non-invasif
setiap 1 sampai 2 tahun. Sedangkan, pasien dengan sirosis hati harus dilakukan skrining karsinoma hepatoselular
setiap 6 bulan.1
20
BAB 5
PENATALAKSANAAN HEPATITIS C PADA POPULASI KHUSUS
Gambar 8. Algoritme terapi VHC berbasis interferon pada pasien ko-infeksi HIV-VHC.1
Ket: Kondisi stabil didefinisikan sebagai teratasinya infeksi oportunistik, peningkatan nilai CD4, dan teraturnya penggunaan ARV
21
Regimen terapi yang digunakan dalam pengobatan koinfeksi VHC-HIV umumnya sama dengan pasien pada
monoinfeksi VHC, yaitu dengan terapi berbasis DAA sesuai genotipe.44
Pada studi PHOTON-1 yaitu dengan kombinasi sofosbuvir dan ribavirin selama 12-24 minggu pada pasien naive
genotipe 1,2, dan 3, diperoleh SVR12 sebesar 76% untuk infeksi genotipe 1 (24 minggu), 88% untuk genotipe 2
(12 minggu), dan 67% untuk genotipe 3 (12 minggu); sedangkan untuk pasien gagal terapi, diperoleh SVR12
sebesar 92% untuk genotipe 2 dan 94% untuk genotipe 3 dengan durasi terapi selama 24 minggu.95 Kombinasi
terapi serupa diberikan pada studi PHOTON-2. Pada pasien naive, pemberian sofosbuvir dan ribavirin selama
12 minggu pada genotipe 2 dan 24 minggu untuk genotipe lainnya memberikan SVR12 sebesar 85% untuk
genotipe 1, 89% untuk genotipe 2, 91% untuk genotipe 3, dan 84% untuk genotipe 4; sedangkan pada pasien
gagal terapi, kombinasi terapi 24 minggu memberikan SVR12 83% pada genotipe 2 dan 86% pada genotipe 3.96
Tabel 17. Interaksi antar obat pada terapi hepatitis C dan HIV.14
NRTI
Abacavir
Didanosin
Emtricitabin
Lamivudin
Stavudin
Tenofovir
Zidovudin
NNRTI
Efavirenz
Nevirapin
Etravirin
Rilpivirin
PI
Lopinavir
Ritonavir
Atazanavir
Darunavir
Fosamprenavir
Saquinavir
22
Entry /
Integrase
inhibitor
Dolutegravir
Elvitegravir
Maraviroc
Raltegravir
Tabel 18. Interaksi antar obat pada terapi hepatitis C dan VHB.14
Lamivudin
Telbivudin
Adefovir
Tenofovir
Entecavir
Peg-IFN
Tabel 19. Penyesuaian dosis terapi Peg-IFN + RBV pada pasien penyakit ginjal kronik-VHC.1
1 dan 2 Peg-IFN α2a : 180 µg/minggu 800-1200 mg/hari dibagi IFN : sakit kepala, flu-like
Peg-IFN α2b : 1.5 µg/kg/minggu menjadi 2 dosis pemberian illness, depresi
(pemberian oral) Ribavirin : anemia akibat
hemolisis
3 dan 4 Peg-IFN α2a : 135 µg/minggu Stadium 3: 400-800 mg/hari IFN : idem
Peg-IFN α2b : 1 µg/kg/minggu dibagi menjadi 2 dosis Ribavirin : dapat
(pemberian oral) menyebabkan
anemia hemolitik dan
200-400 mg/hari untuk eGFR pemberiannya harus
<50 ml/menit/1.73 m2 bersamaan dengan
(pemberian oral) erythropoietin
Pasien dengan genotipe 1 dan 4 diterapi IFN selama 48 minggu jika tercapai EVR pada minggu ke-12 (penurunan >2 log). Genotipe 2 dan 3 diterapi
a.
selama 24 minggu.
b.
Pasien penyakit ginjal kronik stadium 1 dan 2 dengan genotipe 2 dan 3 diberikan ribavirin dengan dosis 800 mg/hari. Sedangkan, pasien penyakit
ginjal kronik stadium 1 dan 2 dengan genotipe 1 dan 4 diberikan ribavirin dengan dosis 1000-1200 mg/hari
Saat ini, terapi berbasis DAA memberikan hasil yang paling baik pada pasien gagal ginjal kronik dengan
kerusakan ringan hingga sedang, yaitu kreatinin klirens (CrCl) antara 30 mL/menit dan 80 mL/menit. Dosis
standar sofosbuvir, sofosbuvir/ledipasvir, simeprevir menunjukkan efektivitas yang baik pada pasien gagal
ginjal kronik dengan kerusakan ringan hingga sedang. Dosis standar simeprevir juga sudah dinyatakan aman
digunakan pada pasien dengan kerusakan ginjal berat (CrCl < 30 mL/menit).
Kombinasi elbasvir/grazoprevir direkomendasikan sebagai salah satu terapi pasien terinfeksi VHC genotipe 1.
Azathioprine
Cyclosporine
Etanercept
Everolimus
Mycophenolate
Sirolimus
Tacrolimus
Rekomendasi WHO dalam mencegah transmisi virus hepatitis diantara populasi risiko tinggi meliputi :14
Ø Rekomendasi untuk mencegah transmisi pada Health-care settings
v Kebersihan tangan, meliputi persiapan operasi, cuci tangan dan penggunaan sarung tangan
v Membuang peralatan kesehatan yang telah terpakai dengan benar
v Membersihkan peralatan kesehatan dengan benar
v Pemeriksaan darah donor
v Melatih tenaga kesehatan
SISTEM RUJUKAN
Deteksi Dini
Dokter Umum
Pemeriksaan Penunjang: FKTP
anti-HCV (RDT)
Penyediaan Obat
Apabila anti HCV Positif, pasien kemudian dirujuk ke
Faskes Tk. II untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Pengiriman sampel darah Pemetiksaan dan Penatalaksanaan
untuk pemeriksaan HCV RNA
LABORATORIUM
FASKES Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Terlatih)
Pemeriksaan Penunjang:
TK II ALT, HCV RNA, APRI, USG
Hasil Pemeriksaan
Penyediaan Obat: +
No NIK NAMA Tgl Masuk RS Alamat Faktor Risiko Pernah Jika Ya, Pernah Jika Ya,
Pernah Tes Anti HCV Form 01a
Peng-
L P Tes anti Hasil Tes Tes HCV Pernah
obatan Tanggal Hasil Tempat
HCV Terakhir RNA Tedeteksi
Hep C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
LAMPIRAN
Penjelasan Kolom:
8 : 1.Penasun, 2.Hemodialisa, 3.Transfusi darah, 4.LSL, 5.Waria, 6.WPS, 7.Operasi, 8.Lainnya, tuliskan 28-29: 1.Reaktif, 2.Non Reaktif, 3.Tidak Diketahui
9,11-13 : 1.Ya, 2.Tidak 30 : 1.Ya, 2.Tidak
10 : 1.Positif, 2.Negatif, 3.Tidak Diketahui 32 : Tulis lama pengobatan
15 : 1.Positif, 2.Negatif 33 : Tulis rejimen
16,20,23 : 1.RS, 2.RS Lain, 3.PKM, 4.Lab Swasta 35 : 1.Lengkap, 2.Tidak Lengkap, 3.SVR, 4.Non SVR
19 : 1.Terdeteksi, 2. Tidak Terdeteksi 36 : 1.Gagal, 2.LTFU, 3.Rujuk Keluar, 4.Meninggal, 5.Lainnya, tuliskan
24 : 1.Pemeriksaan Klinis/USG, 2.Fibroscan, 3.APRI, 4.FIB4
27 : 1.Tidak ada sirosis, 2.Kompensasi Sirosis, 3.Dekompensasi Sirosis
31
32
mg
mg
Tanggal
No Urut
Keterangan
Pegylated
Pegylated
Pegylated
Pegylated
Pegylated
Pegylated
Tanda Tangan
mcg/0,5 cc
mcg/0,5 cc
injection 135
injection 180
Sofosbuvir 400
Simeprevir 150
injection 50 mcg
injection 80 mcg
Ribavirin 200 mg
Interferon alfa 2B
Interferon alfa 2B
Interferon alfa 2B
Interferon alfa 2B
Interferon alfa 2A
Interferon alfa 2A
Daclatasvir 60 mg
Daclatasvir 30 mg
injection 100 mcg
injection 120 mcg
Propinsi
Kabupaten/Kota
LAMPIRAN
Tahun
Bulan
A. Tes dan Pengobatan Hepatitis C
Anak Dewasa Faktor Resiko
TOTAL
Kode Indikator 0-4 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Hemo Transfusi
Penasun LSL Waria WPS Operasi Lainnya
L P L P L P L P L P L P L P L P L P T dialisa Darah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 PASIEN BARU
1.01 Jumlah pasien baru tes anti HCV
1.02 Jumlah pasien baru hasil tes anti HCV positif
1.03 Jumlah pasien baru tes Viral Load HCV RNA
1.04 Jumlah pasien baru hasil tes HCV RNA terdeteksi
1.05 Jumlah pasien baru HCV dengan non sirosis
1.06 Jumlah pasien baru HCV dengan kompensasi sirosis
1.07 Jumlah pasien baru HCV dengan dekompensasi sirosis
1.08 Jumlah pasien baru HCV dengan konifeksi HIV
1.09 Jumlah pasien baru HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
1.10 Jumlah pasien baru HCV yang mulai pengobatan
1.11 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Lengkap
1.12 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
1.13 Jumlah pasien baru HCV yang SVR12
1.14 Jumlah pasien baru HCV orang yang non SVR
1.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
1.16.1 Gagal
1.17.2 Lost To Follow Up
1.18.3 Rujuk Keluar
1.19.4 Meninggal
1.20.5 Lainnya
2 PASIEN LAMA
2.01 Jumlah pasien tes anti HCV
2.02 Jumlah pasien hasil tes anti HCV positif
2.03 Jumlah pasien tes Viral Load HCV RNA
2.04 Jumlah pasien hasil tes HCV RNA terdeteksi
2.05 Jumlah pasien HCV dengan non sirosis
2.06 Jumlah pasien HCV dengan kompensasi sirosis
2.07 Jumlah pasien HCV dengan dekompensasi sirosis
2.08 Jumlah pasien HCV dengan konifeksi HIV
2.09 Jumlah pasien HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
2.10 Jumlah pasien HCV yang mulai pengobatan
2.11 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Lengkap
2.12 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
2.13 Jumlah pasien HCV yang SVR12
2.14 Jumlah pasien HCV orang yang non SVR
2.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
2.16.1 Gagal
2.17.2 Lost To Follow Up
2.18.3 Rujuk Keluar
2.19.4 Meninggal
2.20.5 Lainnya
LAPORAN TES DAN PENGOBATAN HEPATITIS C HepC 04 Prov Form 04b
Propinsi
LAMPIRAN
Tahun
Bulan
A. Tes dan Pengobatan Hepatitis C
Anak Dewasa Faktor Resiko
TOTAL
Kode Indikator 0-4 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Hemo Transfusi
Penasun LSL Waria WPS Operasi Lainnya
L P L P L P L P L P L P L P L P L P T dialisa Darah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 PASIEN BARU
1.01 Jumlah pasien baru tes anti HCV
1.02 Jumlah pasien baru hasil tes anti HCV positif
1.03 Jumlah pasien baru tes Viral Load HCV RNA
1.04 Jumlah pasien baru hasil tes HCV RNA terdeteksi
1.05 Jumlah pasien baru HCV dengan non sirosis
1.06 Jumlah pasien baru HCV dengan kompensasi sirosis
1.07 Jumlah pasien baru HCV dengan dekompensasi sirosis
1.08 Jumlah pasien baru HCV dengan konifeksi HIV
1.09 Jumlah pasien baru HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
1.10 Jumlah pasien baru HCV yang mulai pengobatan
1.11 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Lengkap
1.12 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
1.13 Jumlah pasien baru HCV yang SVR12
1.14 Jumlah pasien baru HCV orang yang non SVR
1.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
1.16.1 Gagal
1.17.2 Lost To Follow Up
1.18.3 Rujuk Keluar
1.19.4 Meninggal
1.20.5 Lainnya
2 PASIEN LAMA
2.01 Jumlah pasien tes anti HCV
2.02 Jumlah pasien hasil tes anti HCV positif
2.03 Jumlah pasien tes Viral Load HCV RNA
2.04 Jumlah pasien hasil tes HCV RNA terdeteksi
2.05 Jumlah pasien HCV dengan non sirosis
2.06 Jumlah pasien HCV dengan kompensasi sirosis
2.07 Jumlah pasien HCV dengan dekompensasi sirosis
2.08 Jumlah pasien HCV dengan konifeksi HIV
2.09 Jumlah pasien HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
2.10 Jumlah pasien HCV yang mulai pengobatan
2.11 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Lengkap
2.12 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
2.13 Jumlah pasien HCV yang SVR12
2.14 Jumlah pasien HCV orang yang non SVR
2.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
2.16.1 Gagal
2.17.2 Lost To Follow Up
2.18.3 Rujuk Keluar
2.19.4 Meninggal
2.20.5 Lainnya
35
36
Tahun
Bulan
A. Tes dan Pengobatan Hepatitis C
Anak Dewasa Faktor Resiko
TOTAL
Kode Indikator 0-4 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Hemo Transfusi
Penasun LSL Waria WPS Operasi Lainnya
L P L P L P L P L P L P L P L P L P T dialisa Darah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 PASIEN BARU
1.01 Jumlah pasien baru tes anti HCV
1.02 Jumlah pasien baru hasil tes anti HCV positif
1.03 Jumlah pasien baru tes Viral Load HCV RNA
1.04 Jumlah pasien baru hasil tes HCV RNA terdeteksi
1.05 Jumlah pasien baru HCV dengan non sirosis
1.06 Jumlah pasien baru HCV dengan kompensasi sirosis
1.07 Jumlah pasien baru HCV dengan dekompensasi sirosis
1.08 Jumlah pasien baru HCV dengan konifeksi HIV
1.09 Jumlah pasien baru HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
1.10 Jumlah pasien baru HCV yang mulai pengobatan
1.11 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Lengkap
1.12 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
1.13 Jumlah pasien baru HCV yang SVR12
1.14 Jumlah pasien baru HCV orang yang non SVR
1.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
1.16.1 Gagal
1.17.2 Lost To Follow Up
1.18.3 Rujuk Keluar
1.19.4 Meninggal
1.20.5 Lainnya
2 PASIEN LAMA
2.01 Jumlah pasien tes anti HCV
2.02 Jumlah pasien hasil tes anti HCV positif
2.03 Jumlah pasien tes Viral Load HCV RNA
2.04 Jumlah pasien hasil tes HCV RNA terdeteksi
2.05 Jumlah pasien HCV dengan non sirosis
2.06 Jumlah pasien HCV dengan kompensasi sirosis
2.07 Jumlah pasien HCV dengan dekompensasi sirosis
2.08 Jumlah pasien HCV dengan konifeksi HIV
2.09 Jumlah pasien HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
2.10 Jumlah pasien HCV yang mulai pengobatan
2.11 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Lengkap
2.12 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
2.13 Jumlah pasien HCV yang SVR12
2.14 Jumlah pasien HCV orang yang non SVR
2.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
2.16.1 Gagal
2.17.2 Lost To Follow Up
2.18.3 Rujuk Keluar
2.19.4 Meninggal
2.20.5 Lainnya
LAPORAN TES DAN PENGOBATAN HEPATITIS C HepC 04 RS Form 04d
Nama RS
Propinsi
Kabupaten/Kota
LAMPIRAN
Tahun
Bulan
A. Tes dan Pengobatan Hepatitis C
Anak Dewasa Faktor Resiko
TOTAL
Kode Indikator 0-4 5 - 14 15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 64 >= 65 Hemo Transfusi
Penasun LSL Waria WPS Operasi Lainnya
L P L P L P L P L P L P L P L P L P T dialisa Darah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 PASIEN BARU
1.01 Jumlah pasien baru tes anti HCV
1.02 Jumlah pasien baru hasil tes anti HCV positif
1.03 Jumlah pasien baru tes Viral Load HCV RNA
1.04 Jumlah pasien baru hasil tes HCV RNA terdeteksi
1.05 Jumlah pasien baru HCV dengan non sirosis
1.06 Jumlah pasien baru HCV dengan kompensasi sirosis
1.07 Jumlah pasien baru HCV dengan dekompensasi sirosis
1.08 Jumlah pasien baru HCV dengan konifeksi HIV
1.09 Jumlah pasien baru HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
1.10 Jumlah pasien baru HCV yang mulai pengobatan
1.11 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Lengkap
1.12 Jumlah pasien baru HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
1.13 Jumlah pasien baru HCV yang SVR12
1.14 Jumlah pasien baru HCV orang yang non SVR
1.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
1.16.1 Gagal
1.17.2 Lost To Follow Up
1.18.3 Rujuk Keluar
1.19.4 Meninggal
1.20.5 Lainnya
2 PASIEN LAMA
2.01 Jumlah pasien tes anti HCV
2.02 Jumlah pasien hasil tes anti HCV positif
2.03 Jumlah pasien tes Viral Load HCV RNA
2.04 Jumlah pasien hasil tes HCV RNA terdeteksi
2.05 Jumlah pasien HCV dengan non sirosis
2.06 Jumlah pasien HCV dengan kompensasi sirosis
2.07 Jumlah pasien HCV dengan dekompensasi sirosis
2.08 Jumlah pasien HCV dengan konifeksi HIV
2.09 Jumlah pasien HCV dengan koinfeksi Hepatitis B
2.10 Jumlah pasien HCV yang mulai pengobatan
2.11 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Lengkap
2.12 Jumlah pasien HCV yang pengobatan Tidak Lengkap
2.13 Jumlah pasien HCV yang SVR12
2.14 Jumlah pasien HCV orang yang non SVR
2.15 Alasan Tidak Lengkap/Non SVR:
2.16.1 Gagal
2.17.2 Lost To Follow Up
2.18.3 Rujuk Keluar
2.19.4 Meninggal
2.20.5 Lainnya
37
38
LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) & LAPORAN ALAT KESEHATAN Form 05a
HepC 05 Kab
PASIEN HEPATITIS C
LAMPIRAN
Provinsi: Bulan:
Kabupaten/Kota: Tahun:
Provinsi: Bulan:
Tahun:
LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) & LAPORAN ALAT KESEHATAN Form 5c
HepC 05 Nas
PASIEN HEPATITIS C
LAMPIRAN
Bulan:
Tahun:
Provinsi: Bulan:
Kabupaten/Kota: Tahun:
UPK:
KOP SURAT
BERITA ACARA SERAH TERIMA OBAT
Sesuai dengan permintaan obat Hepatitis C dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) bulan……..tahun………..,
Jumlah
No Nama dan Merek Obat EXPIRE DATE Keterangan
(Botol)
1
(…………………………………………….) (…………………………………………….)
43
LAMPIRAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL HCV
dengan DAA yang tersedia per Juli 2017
PERHIMPUNAN PENELITI HATI INDONESIA
Algoritme penanganan pasien monoinfeksi Virus Hepatitis C yang ditangani oleh KGEH
* Pasien perlu menandatangani informed consent bahwa obat pilihan bukan merupakan rekomendasi utama,
sehingga tidak menjamin keberhasilan terapi.
Keterangan:
• SOF = Sofosbuvir (obat dari program), SIM = Simeprevir (obat dari program), Peg-IFN = Pegylated Interferon (obat
dari BPJS), RBV = ribavirin (obat dari program / BPJS).
• Jika menggunakan RBV, Hb harus di atas 10, tidak hamil/menghamili s/d 6 bulan sejak stop RBV.
Algoritme penanganan pasien monoinfeksi Virus Hepatitis C yang ditangani oleh Internis
* Pasien perlu menandatangani informed consent bahwa obat pilihan bukan merupakan rekomendasi utama,
sehingga tidak menjamin keberhasilan terapi.
44
Keterangan:
• SOF = Sofosbuvir (obat dari program), SIM = Simeprevir (obat dari program), RBV = ribavirin (obat dari program /
BPJS)
(Metavir ≥ F2)
(Metavir F4)
Algoritme penanganan pasien koinfeksi Virus Hepatitis C dan HIV yang ditangani oleh KGEH
Keterangan:
• SOF = Sofosbuvir (obat dari program), DAC = Daclatasvir (obat dari donasi CHAI), Peg-IFN = Pegylated Interferon
(obat dari BPJS), RBV = ribavirin (obat dari program / BPJS)
45
Algoritme penanganan pasien koinfeksi Virus Hepatitis C dan HIV yang ditangani oleh Internis
* Pasien perlu menandatangani informed consent bahwa obat pilihan bukan merupakan rekomendasi utama,
sehingga tidak menjamin keberhasilan terapi.
Keterangan:
• SOF = Sofosbuvir (obat dari program), DAC = Daclatasvir (obat dari donasi CHAI), RBV = ribavirin (obat dari program
/ BPJS).
• Jika menggunakan Peg-IFN, pada pasien HIV, CD4 absolut harus di atas 200 dan dalam terapi ARV.
• Jika menggunakan RBV, Hb harus di atas 10, tidak hamil/menghamili s/d 6 bulan sejak stop RBV.
Setelah saya mendapat edukasi tentang indikasi penggunaan, manfaat, efek samping dan keharusan minum obat
secara teratur dalam jangka waktu 12-23 minggu, maka bersama ini saya mengajukan permohonan mengikuti
program pengobatan Hepatitis C bantuan pemerintah.
Saat mengerti bahwa pengobatan Hepatitis C bantuan pemerintah adalah program untuk mempermudah akses
pengobatan terhadap penyakit saya, sedangkan pengawasan dan pengobatan saya tetap dilaksanakan oleh
dokter yang menangani saya/keluarga saya.
Saya mengerti bahwa apabila pengobatan tidak didasarkan pada pemeriksaan genotipe, pilihan obat yang
diberikan bukanlah rekomendasi utama, sehingga tidak menjamin keberhasilan terapi.
Saya bersedia mengikuti jadwal pelaporan hasil laboratorium yang sudah ditetapkan, termasuk pelaporan 3-6 bulan
sesudah selesai pengobatan kepada petugas.
Jakarta, …………………………
Yang mengajukan permohonan Mengetahui
……………………………………………… …………………………………………………
Peserta program Dokter
NB:
• Lembar pernyataan ini harus diisi dengan lengkap dan jelas
• Kumpulkan formulir ini ke Satelit Farmasi di UPT-HIV saat mengambil obat
47
Referensi
Informasi mengenai Tatalaksana Klinis Virus Hepatitis C di Indonesia menggunakan Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia 2017 dari Perhimpanan Peneliti Hati Indonesia.
48