Anda di halaman 1dari 35

Dosen Pengampu : Jumrah, S.ST.,M.

Keb

Mata Kuliah : Asuhan Pranikah dan Prakonsepsi

Menilai Hasil Pemeriksaan dalam Rutin ,TORCH, Hepatitis, HIV AIDS, dan
Malaria

KELOMPOK 2

NURMUSFITASARI (A1A222077)

A.ASMAWATI MANNAN (A1A222050)

ISTI MEITA PUTRI ILYAS (A1A222110)

MEGAWATI (A1A222080)

SUNDARI ATMANEGARA (A1A222061)

PRODI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG

FAKULTAS KEPERAWATAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Menilai hasil pemeriksaan dalam rutin, torch, hepatitis, hiv aids, dan
malaria ” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai
pihak dan kerjasama kelompok yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan


Pranikah dan Prakonsepsi Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif
dan dapat menjadi media untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan
untuk memahami tentang Asuhan Pranikah dan Prakonsepsi

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 April 2023


Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA
PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKAN ............................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 2
C. TUJUAN MASALAH .......................................................................... 2
D. MANFAAT ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DAN JENIS DARAH RUTIN ....................................


4
B. PENGERTIAN DAN JENIS TORCH .................................................
12
C. PENGERTIAN DAN JENIS HEPATITIS ..........................................
15
D. PENGERTIAN HIV/AIDS ..................................................................
21
E. PENGERTIAN TBC ...........................................................................
23
F. PENGERTIAN MALARIA ..................................................................
24
G. MENILAI HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN ,
TORCH ,HEPATITIS HIV/AIDS , TBC DAN MALARIA ................. 4

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN .....................................................................................
27
B. SARAN ................................................................................................
27

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Premarital screening check up atau tes pranikah merupakan


serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah. Di
negaranegara lain, premarital skrining sudah menjadi persyaratan wajib bagi
pasangan yang akan menikah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang
mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Seseorang yang tampak sehat dapat
dimungkinkan memiliki sifat pembawa penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah
(Kemenkes, 2020).
Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak
menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama
keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan premarital skrining yang
disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah. Pemeriksaan
premarital yang terdiri atas pemeriksaan umum, yakni uji pemeriksaan fisik
secara lengkap. Hal ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat
dilihat lewat tekanan darah. Umumnya, tekanan darah tinggi dapat berbahaya
bagi kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan
terhambat (Kemenkes, 2020).
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premental Chek Up) adalah
sekumpulan pemeriksaan yang dilakukan oleh calon pengantin laki-laki
maupun perempuan untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatan calon
pengantin, terutama penyakit menular, menahun dan turunan yang dapat
mempengaruhi kesuburan maupun kesehatan janin. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan mengenai
kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik. Masih banyak
pasangan yang menganggap bahwa persiapan dan pemeriksaan pranikah

1
hanya melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod (TT),padahal persiapan dan
pemeriksaan pranikah tidak hanya melalui Imunisasi atau vaksinasi, tetapi
juga berkaitan dengan pemeriksaan darah rutin , HIV, malaria, Hepatitis B,
TORCH. Dan selanjutnya akan diberikan KIE dan konseling Kesehatan
reproduksi, gizi, kesehatan mental calon pengantin atau aspek psikologis dan
fisiologi.
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh
karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif
pada kondisi janin.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Darah Rutin beserta
jenisjenisnya ?
b. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan TORCH beserta jenis- jenisnya ?
c. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Hepatitis beserta jenis-jenisnya?
d. Apa yang dimaksud pemeriksaan HIV AIDS ?
e. Apa yang dimaksud pemeriksaan TBC ?
f. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Malaria?
g. Tujuan dilakukan pemeriksan Darah Rutin, Tourch, Hepatitis, HIV AIDS,
TBC, Malaria ?

C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui hasil pemeriksaan Darah Rutin beserta jenins-jenisnya
b. Untuk Mengetahui hasil pemeriksaan TORCH beserta jenis- jenisnya
c. Untuk Mengetahui hasil pemeriksaan Hepatitis beserta jenis-jenisnya
d. Untuk Mengetahui hasil pemeriksaan HIV AIDS
e. Mengetahui hasil pemeriksaan TBC
f. Mengetahui hasil pemeriksaan Malaria

2
g. Mengetahui tujuan dilakukan pemeriksan Darah Rutin, Tourch, Hepatitis,
HIV AIDS, TBC, Malaria
D. Manfaat Makalah
Hasil penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran khususnya untuk mahasiswi kebidanan. Selain itu hasil
penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain
yang mengambil penulisan serupa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan darah rutin merupakan pemeriksaan yang sering diminta oleh


klinis karena dengan melakukan pemeriksaan darah rutin dapat terdiagnosis beberapa
penyakit kelainan darah dan dapat ditentukan arah pemeriksaan lebih lanjut dari
penderita tersebut. Pentingnya pemeriksaan darah rutin tidak dapat di remehkan
karena dapat digunakan sebagai prosedur untuk skrining, dan sangat membantu untuk
menunjang diagnosis dari berbagai penyakit. Pemeriksaannya sbb:

Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan

1.Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)

2.Hematokrit (Ht)

3.Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)

4.Hitung trombosit / platelet count

5.Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)

6. Hitung eritrosit (di beberapa instansi

1. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu


dari sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin
adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru
nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan
ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.

4
Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan mineral,
ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi kronis
atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan
lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan
kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.

Nilai normal

* dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, * wanita hamil 10-15 gram/dL

* wanita 12-16 gram/dL * anak 11-16 gram/dL,

* baLita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL * neonatus 14-27 gram/Dl

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari
obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan
sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.

5
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan:
metildopa dan gentamisin.

2. Hematokrit (Ht)

Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara


proporsi volume sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang diukur
dalam satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan
dalam persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan
darah. Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya,
atau sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan
dengan derajat anemia yang diderita.

Nilai normal

* dewasa pria 40-54% * wanita 37-47%

* wanita hamil 30-46% * anak 31-45%, balita 35-44% * bayi 29-54%

* neonatus 40-68%

6
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.
Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin. Ht rendah
hemodilusi (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung,
perlemakan hati, hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan
overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.<>· Leukosit (Hitung total)

Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna alias
bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti basofil,
eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit meninggi
disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga
yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah
terkena luka bakar yang luas. Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa
mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit terlalu
tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika
memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter
akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit. Ada juga
yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari
normal. Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu
seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane, dan logam-logam
tertentu, infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu
rendah, tentu akan berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih
mudah terkena berbagai penyakit infeksi, agranulositosis, anemia aplastik, AIDS,
infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan
postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina,
kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik
lainnya.

7
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3

* Neonatus 9000-30000 sel/mm3 * Bayi sampai balita rata-rata 5700-


18000 sel/mm3

* Anak 10 tahun 4500-13500/mm3 * ibu hamil rata-rata 6000-17000


sel/mm3,

* postpartum 9700-25700 sel/mm3

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

Anemia hemolitik ,Sirosis hati dengan nekrosis ,Stres emosional dan fisik
(termasuk trauma dan habis berolahraga), Keracunan berbagai macam zat.

Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan


sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh


agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus
(misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi
obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik
(terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

3 .Leukosit (hitung jenis)

Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit, trombosit,


hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit basofil,
eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen), monosit dan
limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut dinyatakan dalam
persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada neutrofil segmen dan limfosit,
sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan monosit.

8
Kadangkala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan infeksi kronis
seperti cacingan, keracunan, dan perdarahan. Bisa juga terjadi persentase limfosit
dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia kronis.

Nilai normal hitung jenis

• Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)


• Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
• Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
• Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
• Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)  Monosit 4-6% (absolut
200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk
penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat. Peningkatan jumlah
netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit
dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left
biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat
menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi
lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia
vera.

9
Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding
netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya
merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the
right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

4. Trombosit

Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD.


Pada penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara
signifikan. Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada
kulit karena trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah. Tidak semua
trombosit yang rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga
bias merupakan kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit
seseorang memang sangat rendah.

Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah.


Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan
mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.

Nilai normal

*dewasa 150.000-400.000 sel/mm3 * anak 150.000-450.000


sel/mm3.

10
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000 sel/mm3.

5. Laju endap darah (LED)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam


membentuk endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung
pengukuran dan dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju
endap darah dilakukan untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah
merah bisa mengendap dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.

Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah
seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak
sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap
darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena
volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan. Pemeriksaan laju
endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu peradangan dan
bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.

6. Eritrosit

11
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan
komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2
(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah
merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan nilai-
nilai seperti MCV dan MCHC.

MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar


eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat
kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume digunakan untuk
mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean cospuscular
haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah. Adapun
MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur indeks
saturasi eritrosit dalam darah.

Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia


yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk
atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan
pada sel darah merah.

Nilai normal

*wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3 * pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.

*Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3 * anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

12
Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.

Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,


penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi
obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)

HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin

HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP),


abnormalitas trombosit, abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius,
disseminated intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor
koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh oabat : salisilat (aspirin), dekstran, mitramisin,
warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi, agens fibrinolitik).

Anemia berhubungan dengan jumlah atau volume darah di tubuh yang kurang.
Sedangkan tekanan darah rendah adalah kekuatan darah dalam menekan dinding
pembuluh darah.

B. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes


1.) Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondi. Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang
spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasu infeksi. Toxoplasma yang disertai
gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam,
dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Infeksi Toxoplasma berbahaya
bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi

13
Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitasi.

2.) Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan
pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella,
dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila
terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya.jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka resiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College of
Obstatrician and Gvnecologists,1981).
3.) Cytomegalovirus
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
termasuk golongan virus keluarga herpes. Seperti halnya keluarga herpes
lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV
merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi
terjadi saat ibu sedang hamil. Jika ibu terinfeksi, maka janin yang dikandung
mempunyai resiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya
pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian retardasi mental, dan
lainlain.
4.) Herpes
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh herpes
simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar
melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya
memperlihatkan lepuh pada kuli, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga

14
mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat
berakibat fatal (lebih dari 50 kasus).

ETIOLOGI
1.) Toxoplasma
Infeksi toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondi. Tokoplasma gondi adalah protozoa yang dapat ditemukan pada pada
hampir semua hewan dan unggas berdarah panas. Akan tetapi kucing adalah
inang primernya. Kotoran kucing pada makanan yang berasal dari hewan yang
kurang masak, yang mengandung oocysts dari toxoplasma gondi dapat
menjadi jalan penyebarannya. Contoh lainnya adalah pada saat berkebun atau
saat membenahi tanaman dipekarangan, kemudian tangan yang masih belum
dibersihkan melakukan kontak dengan mulut.
2.) Rubella
Virus ini pertama kali ditemukan di amerika pada tahun 1966, Rubella
pernah menjadi endemic di banyak negara di dunia, virus ini menyebar
melalui droplet. Periode inkubasinya adalah 14-21 hari.

3.) Cytomegalovirus
Penularan CMVakan terjadi jika ada kontak langsung dengan ciran
tubuh penderita seperti air seni, air ludah, air mata, sperma dan air susu ibu.
Bisa juga terjadi karena transplatasi organ.Kebanyakan penularan terjadi
karena cairan tubuh penderita menyentuh tangan individu yang
rentan.Kemudian diabsorpsi melalui hidung dan tangan.Teknik mencuci
tangan dengan sederhana manggunakan sabun cukup efektif untuk membuang
virus dari tangan.Golongan sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena
infeksi.Rumah sakit juga marupakan tempat penularan virus ini, terutama unit
dialisis, perawatan neonatal dan ruang anak.Penularan melalui hubungan

15
seksual juga dapat terjadi melalui cariran semen ataupun lendir endoserviks.
Virus juga dapat ditularkan pada bayi melalui sekresi vagina pada saat lahir
atau pada ia menyusu. Namun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan tanda
dan gejala klinis.Resiko infeksi kongenital CMV paling besar terdapat pada
wanita yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi dan mereka yang terinfeksi
pertama kali ketika hamil.Meskipun jarang, sitomegalovirus kongenital tetap
dapat terulang pada ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan
sitomegalovirus kongenital pada kehamilan terdahulu.Penularan dapat terjadi
pada setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin muda umur kehamilan
semakin berat gejala pada janinnya.Infeksi CMV lebih sering terjadi di negara
berkembang dan di masyarakat denga status sosial ekonomi lebih rendah dan
merupakan penyeirus paling signifikan cacat lahir di negara-negara industri.
CMV tampaknya memiliki dampak besar pada parameter pada kekebalan
tubuh di kemudian hari dan dapat menyebabkan peningkatan morbiditas dan
kematian.

4.) Herpes
Virus herpes simpleks tipe I dan II merupakan virus horminis DNA.
Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media
kultur, antigenic, dan lokasi klinis (tempat predileksi)

C. HEPATISIS

Hepatitis merupakan suatu penyakit radang pada organ hati manusia yang
dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus.
adanya virus yang berkembang biak.

16
Menurut World Health Organization (WHO), terdapat 2 milyar penduduk dunia yang
mengidap penyakit hepatitis dan 1,4 juta diantaranya mengalami kematian. Sehingga,
penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit menular berbahaya.

Virus yang yang dapat menyebabkan hepatitis terdiri dari virus hepatitis A (HAV),
virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus
hepatitis E (HEV). Setiap jenis virus berasal dari famili yang berbeda serta memiliki
tingkat keganasannya masing-masing ketika masuk dan berkembangbiak pada tubuh
manusia.

Jenis, penyebab, dan gejala yang timbul dari infeksi virus-virus hepatitis :

1. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) A

Virus hepatitis A (HAV) adalah penyebab penyakit hepatitis A. Virus


dengan genom RNA ini berukuran 27 nanometer dengan partikel bulat (genus
hepatovirus dikenal sebagai enterovirus 72). Selain itu, virus ini beruntai tunggal
dan linier dengan ukuran 7.8 kb, tidak memiliki selubung, memiliki satu serotipe
dan empat genotipe.

Penyakit ini ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi oleh virus


Hepatitis A.

Manifestasi gejala infeksi Hepatitis A biasanya berupa :

• Pusing kepala
• Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)
• Mual dan muntah
• Sakit tenggorokan
• Diare
• Tidak nafsu makan

17
2. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) B

Virus Hepatitis B (HBV) adalah penyebab penyakit hepatitis B. Virus ini


adalah virus DNA dari keluarga Hepadnaviridae dengan struktur virus
berbentuk sirkuler dan terdiri dari 3200 pasang basa (partikel bulat 42 nm)
atau partikel Dane dengan lapisan fosfolipid (HbsAg) (2.5).

Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita Hepatitis B, dapat


terjadi secara vertikal, yaitu dari ibu yang menderita Hepatitis B kepada bayi
yang dilahirkannya.

Penyakit ini juga dapat terjadi secara horizontal melalui transfusi darah, jarum
untik yang tercemar, pisau cukur, tatto, atau transplantasi organ.

Pajanan virus ini akan menyebabkan hepatitis akut yang dapat sembuh ontan
dan memberikan kekebalan terhadap penyakit ini, atau dapat berkembang
menjadi hepatitis kronik.

Gejala hepatitis B akut diantaranya:

• Kehilangan nafsu makan  Mual dan muntah.


• Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit
kepala, dan demam tinggi.

• Nyeri perut.
• Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian besar pasien dengan hepatitis B kronik tidak menunjukkan


gejala. Sebagian dapat merasakan kelemahan dan tidak nyaman pada perut
bagian kanan atas.

Hepatitis kronik dapat berkembang menjadi fibrosis hati atau sirosis


hati yang ditandai dengan adanya jaringan luka yang menyelimuti hati,
sehingga fungsi hati tidak dapat berjalan secara optimal dan dapat terjadi

18
gejala gagal hati seperti ikterus (penyakit kuning), bengkak pada kedua
tungkai, cairan di perut (asites), dan gangguan kesadaran.

3. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) C

Hepatitis C disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV), yang merupakan


virus RNA dari keluarga Flaviviridae.

Virus ini memiliki partikel untuk menyelimuti untaian RNA yang panjangnya
9.600 basa nukleotida. Penyakit ini ditularkan melalui paparan darah dan cairan
tubuh yang terkontaminasi virus Hepatitis C. Sama seperti Hepatitis B, penyakit
ini dapat ditularkan secara vertikal maupun horizontal.

Berikut merupakan gejala yang dapat ditimbulkan :

• Tidak nafsu makan.


• Mual dan muntah
• Letih
• Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Hampir 80% pasien yang terinfeksi Hepatitis C akan menetap menjadi hepatitis
C kronik.

Perkembangan penyakit hepatitis C kronik berjalan lambat, 10-20% diantaranya


akan menjadi sirosis hati dalam waktu 15 - 20 tahun. Setelah menjadi sirosis hati,
sekitar 1-5% per tahun akan berkembang menjadi kanker hati.

Penyakit hepatitis D disebabkan oleh Virus Hepatitis Delta (HDV).


Ditemukan pada tahun 1977, virus ini berukuran 35-37 nm dan memiliki antigen
internal yang unik, yaitu antigen delta. Infeksi virus hepatitis D biasanya
ditemukan bersama-sama dengan infeksi virus hepatitis B, karena virus ini
memerlukan virus hepatitis B untuk dapat berkembang di tubuh manusia. Oleh
karenanya, penularannya sama dengan penularan hepatitis B.

19
Sebagian besar penderita hepatitis D tidak menunjukkan gejala, namun
dapat juga menimbulkan gejala seperti berikut:

- Nyeri otot dan sendi

- Sakit perut

- Mual dan muntah

- Demam

- Tidak nafsu makan

- Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Selain itu, virus ini mampu mempercepat proses fibrosis hati sehingga
mempercepat terjadinya sirosis hati dan meningkatkan risiko kanker hati.

4. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) E

Virus hepatitis E (VEH) menyebabkan penyakit hepatitis E. Sebuah virus


RNA berbentuk sferis dan merupakan anggota dari famili Hepeviridiea dan
genus Hepevirus.

Gejala infeksi virus hepatitis E sama seperti gejala hepatitis A. Virus ini
terdapat pada feses pasien yang menderita hepatitis E dan ditularkan melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi virus tersebut.

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa:

- Demam ringan

- Tidak nafsu makan

- Mual, muntah

20
- Nyeri perut

- Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian kecil pasien yang terinfeksi hepatitis E dapat menjadi hepatitis


kronik, terutama pada pasien dengan kondisi imunitas yang menurun. Pada
beberapa kasus, meskipun jarang, dapat menimbulkan gejala hepatitis akut yang
berat hingga gagal hati yang menyebabkan kematian.

Pengobatan Penyakit Hepatitis

Pengobatan hepatitis pada umumnya bersifat suportif berupa pemberian


cairan dan diet yang adekuat serta pengawasan ketat adanya tanda kegagalan hati
akut. Pengobatan hepatitis akut yang disebabkan oleh infeksi hepatitis A bersifat
suportif karena tidak ada antivirus khusus hepatitis A. Perawatan di rumah sakit
mungkin diperlukan pada pasien dengan mual muntah hebat yang beresiko
mengalami dehidrasi. Hal ini juga berlaku pada infeksi hepatitis D dan E.
Berbeda dengan hepatitis B dan C, dimana terdapat antivirus spesifik yang dapat
diberikan untuk mencegah virus berkembang biak dan mencegah perjalanan
penyakit menjadi lebih berat

1. Pengobatan Hepatitis B

Tidak semua penderita hepatitis B kronik perlu diobati, sehingga


keputusan pengobatannya tergantung pada hasil evaluasi dokter. Penderita perlu
menjalani serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila diputuskan untuk
diberikan obat-obatan, saat ini ada 2 pilihan obat yang dapat diberikan kepada
penderita Hepatitis b, yaitu golongan nukleosida analog dan golongan interferon.

1. Obat Oral dari Golongan Nukleosida Analog

21
Obat ini diberikan per oral (diminum) dan dapat diberikan seumur
hidup.Ada beberapa jenis nukleosida analog yang tersedia di Indonesia,
diantaranya Lamivudine, Telbivudine, Entecavir, Adefovir, dan
Tenofovir.

2. Obat Injeksi (Suntikan) dari Golongan Pegylated-Interferon

Interferon merupakan zat yang memediasi respon peradangan dalam


tubuh sebagai mekanisme pertahanan terhadap virus.

Obat ini memiliki efek antivirus dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Terdapat 2 jenis peg-interferon, yaitu pegylated-interferon α-2a (pegIFN
α-2a) dan pegylated-interferon α-2b (peg-IFN α-2b). Keduanya
diberikan melalui suntikan subkutan.

2. Pengobatan Hepatitis C

Pengobatan Hepatitis C diberikan pada Hepatitis C kronik karena


seringkali pasien datang ke pusat layanan kesehatan dalam fase kronik.
Pemberian antivirus pada pasien dengan hepatitis c kronik juga harus atas
pertimbangan dokter setelah melakukan serangkaian pemeriksaan. Pilihan
terapi yang terbaru dan yang menjadi tulang punggung dalam terapi Hepatitis
C kronik adalah agen direct acting antivirus (DAA). DAA yang tersedia di Indonesia
saat ini adalah sofosbuvir, ledipasvir/ sofosbuvir, simeprevir, daclatasvir,
elbasvir/grazoprevir, dan velpatasvir/sofosbuvir. Apabila DAA belum tersedia, dapat
diberikan kombinasi obat injeksi peg-interferon dan ribavirin.

D. HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang


sistem imunitas. Infeksi virus ini mampu menurunkan kemampuan imunitas manusia

22
dalam melawan benda–benda asing di dalam tubuh yang pada tahap terminal
infeksinya dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya
terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan.
Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang lain bila
melakukan hubungan seks berisiko danberbagi penggunaan alat suntik dengan orang
lain. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin
banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan
diserang berbagai penyakit.

Penyakit HIV/AIDS masih saja menjadi masalah kesehatan dunia.HIV/AIDS seperti


Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merujuk pada kondisi penampakan
puncak gunung es di atas permukaan air yang sebenarnya merupakan bagian kecil
dari bongkahan gunung es di bawah permukaan air yang tidak tampak dan jauh lebih
besar. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti
darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak
menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan
fisik. Hubungan seksual sangat beresiko tinggi menularkan virus HIV, tetapi ada
pasangan seksual penderita HIV yang tidak tertular virus HIV, mereka bisa disebut
pasangan serodiskordant.

Pasangan ODHA serodiskordant adalah jalinan hubungan pasangan ODHA (suami


atau istri )dengan status salah satu dari pasangan terinfeksi HIV (HIV positif) dan
pasangan lainnya tidak terinfeksi HIV (HIV negative).
Pasangan serodiskordant mempunyai harapan untuk dapat hidup normal layaknya
pasangan lainnya yang tidak menderita HIV. Mereka ingin tetap ingin memenuhi

23
kebutuhan biologisnya terutama kebutuhan seksual meski dengan pasangan yang
menderita HIV. Menurut Ridwan (2017), serodiskordan (pasangan ODHA negative)
memiliki sikap pasrah menghadapi risiko infeksi, demi keinginan memiliki anak dan
merasakan seks bebas tampa batas.

Bagi pasangan yang positif memiliki HIV, tetap harus memakai kondom saat seks.
Dilansir dari The Body, dalam forum tanya jawab, Dr. Robert J. Franscino dari The
Roberts James Franscino Aids Foundation menjelaskan bahwa keharusan pakai
kondom tetap berlaku bagi pasangan yang sama-sama terinfeksi HIV. Walaupun
sudah terinfeksi, seks pakai kondom bisa mencegah terjadinya infeksi ganda (dual
infection) atau infeksi ulang (re-infection) antarpasangan. Bila kedua hal tersebut
terjadi, maka HIV yang diderita bisa bertambah parah dan bisa menyebabkan
kematian karena sistem kekebalan tubuh semakin lemah.

HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan menetap di
dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk
mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini
dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita. Profilaksis prapajanan (PrEP) HIV
oral adalah penggunaan obat ARV sehari-hari oleh orang dengan HIVnegatif untuk
mencegah terinfeksi HIV.

Penggunaan obat Antiretroviral mendorong revolusi dalam pengobatan orang dengan


HIV dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Meskipun
belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh dan menambah
tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, amun secara
dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan
kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini
HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak
lagi diang gap sebagai penyakit yang menakutkan.

24
E. TBC

Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri.


TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain,
seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di
tahun 2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling
banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang
paling mematikan setelah COVID-19.

Indonesia berada di urutan ke–3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah
India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000 penderita TBC di
Indonesia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera
ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa
dicegah.

1. Penularan dan Gejala Tuberkulosis (TBC)

Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi ketika seseorang tidak sengaja


menghirup percikan ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin
atau batuk. Oleh sebab itu, risiko penularan penyakit ini lebih tinggi pada
orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC.

TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu yang
dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, penderita juga akan merasakan gejala lain,
seperti demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.

2. Pengobatan dan Pencegahan Tuberkulosis (TBC)

Pengobatan TBC adalah dengan mengonsumsi obat sesuai dosis dan


anjuran dari dokter. Jenis obat yang diresepkan untuk mengatasi TBC antara
lain rifampicin dan ethambutol

25
TBC dapat dicegah dengan vaksin BCG. Pemberian vaksin ini disarankan
sebelum bayi berusia 2 bulan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan
menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit dan memakai masker
saat berada di tempat ramai.

F. MALARIA

Penyakit malaria adalah salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit. Parasit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk terutama oleh nyamuk
Anopheles. Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat
parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Parasit tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia yang akan menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah merah.
Penyakit ini banyak dijumpai di daerah tropis. Malaria diinfeksikan oleh parasit
bersel satu dari kelas Sporozoa, suku Haemosporida dan Plaspodium. Infeksi pada
manusia dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari empat jenis Plasmodium yaitu P.
Falciparum, P. Malariae, P. Vivax, dan P. Ovale. Jenis Plasmodium ini bermacam-
macam dan akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.

Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari penyakit malaria antara lain
menggigil sedang sampai berat, demam tinggi, tubuh kelelahan, banyak keringat,
sakit kepala, mual disertai muntah, diare serta nyeri otot, gejala tersebut mulai
dirasakan atau muncul sekitar 10 hari hingga 4 minggu setelah pertama kali
terinfeksi, terkadang penderita mulai merasakan gejala 7 hari setelah tergigit nyamuk.
Penyakit malaria dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu biasa dan berat. Penyakit malaria
biasa adalah penyakit yang biasanya tidak menyebabkan komplikasi yang parah dan
hanya menimbulkan gejala utama karena tidak ada organ vital yang terdampak, gejala
yang muncul umumnya bertahan selam 6-10 jam. Penyakit malaria berat merupakan
komplikasi dari jenis biasa yang tidak segera ditangani umumnya penyebab dari
kondisi ini adalah parasit Plasmodium falciparum, dan tidak menutup kemungkinan

26
Plasmodium jenis lain juga menimbulkan komplikasi. Selain dari tingkat
keparahannya, jenis-jenis malaria juga dibagi berdasarkan parasit penyebabnya :

1. Malaria Ovale atau tertiana ringan (3 hari sekali) disebabkan oleh Plasmodium
ovale.

2. Malaria Tropika disebabkan Plasmodium falciparum.

3. Malaria Quartana (4 hari sekali) disebabkan oleh Plasmodium malariae.

4. Malaria Tertiana disebabkan oleh Plasmodium vivax.

Pencegahan penyakit malaria dapat melalui Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)


dengan menghindarkan diri dari gigitan nyamuk di antaranya menggunakan kain
kelambu atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine serta
memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang malaria yang menjadikan
perhatian karena ternyata masyarakat masih belum memahami perbedaan malaria
dengan penyakit tular vector lainnya seperti Demam Berdarah Dengue (DBD)
sehingga penanganan yang tepat terhadap penyakit tersebut belum menemui sasaran.
Perubahan gaya hidup dan cara-cara rumahan ini dipercaya dapat membantu
mencegah malaria :

1. Menyemprot dinding rumah dengan insektisida dapat membunuh nyamuk


dewasa yang masuk ke dalam rumah.

2. Menjaga rumah tetap bersih, kering, dan higienis.

3. Tidak membiarkan air tergenang di sekitar rumah.

4. Menutupi kulit dengan mengenakan pakaian (baju dan celana panjang).

Peningkatan pengetahuan yang berkesinambungan dan peran serta masyarakat dalam


menghilangkan tempat perindukan nyamuk penular malaria memegang peranan
penting dalam keberhasilan pencegahan dan pengobatan malaria.

27
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premental Chek Up) adalah
sekumpulan pemeriksaan yang dilakukan oleh calon pengantin laki-laki
maupun perempuan untuk mendeteksi dan memastikan status kesehatan calon
pengantin, terutama penyakit menular, menahun dan turunan yang dapat

28
mempengaruhi kesuburan maupun kesehatan janin. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan mengenai
kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik. Masih banyak
pasangan yang menganggap bahwa persiapan dan pemeriksaan pranikah
hanya melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod (TT),padahal persiapan dan
pemeriksaan pranikah tidak hanya melalui Imunisasi atau vaksinasi, tetapi
juga berkaitan dengan pemeriksaan darah rutin , HIV, malaria, Hepatitis B,
TORCH. Dan selanjutnya akan diberikan KIE dan konseling Kesehatan
reproduksi, gizi, kesehatan mental calon pengantin atau aspek psikologis dan
fisiologi. Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental,
oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak
positif pada kondisi janin.

B. SARAN
Kami dari kelompok menyadari tidak ada kesempurnaan dalam
pembuatan makalah ini sehingga sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca agar dalam perbaikan makalah
kami lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Setyawati,Irni.Asuhan Pranikah.Jawa Tengah:Eurika Media


Akasara,2022

Reeder, S.J.,Leonide, LM., Deborah, K.G. 2011. Keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita,Bayi & Keluarga Volume 2. Edisi 18.Jakarta.EGC

Bobak, I.M., Deitra, L.L., Margaret,D.J.,Snannon, E.P.2004. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Edisi 4.Jakarta.EGC

29
Kemenkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hepatitis B. 2019

World Health Organization. Hepatitis D. 2022

World Health Organization. Hepatitis E. 2022

Bhatia, V, et al. (2020). Ending TB in Southeast Asia: Current Resources Are


Not Enough. BMJ Global Health, 5(3), e002073.
National Institute of Health (2022). MedlinePlus. Tuberculosis. Centers
for Disease Control and Prevention (2021). Tuberculosis. Basic TB Facts.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021). Jadikan Penerus Bangsa
Bebas TBC, Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga.
National Health Services UK (2019). Health A to Z. Tuberculosis.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Pencegahan Tuberkulosis
TBC (Tuberkulosis).
American Lung Association (2020). Lung Health & Diseases. Tuberculosis
(TB).
Cedars Sinai (2021). Health Library. Tuberculosis (TB).
Cleveland Clinic (2018). Disease & Conditions. Tuberculosis.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Tuberculosis.
Batra, V. Medscape (2020). Pediatric Tuberculosis.
Khatri, M. WebMD (2020). Tuberculosis (TB).
Koo, I. Verywell Health (2021). What is Tuberculosis?
Nall, R. Healthline (2021). Tuberculosis.

Arsin, A. A. Malaria. https://repository.unhas.ac.id.

Endang Puji A., dkk. Upaya Pengendalian Malaria.


https://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id.

30
IG Purba, Rico Januar S., dkk. https://ejournal.unsri.ac.id.

https://ejournal2litbang.kemkes.go.id

31

Anda mungkin juga menyukai