Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEBIDANAN

“PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN DARAH RUTIN”

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Dwi Retno Sari Fandy P00340421008
2. Hari Sartika P0 0340421009
3. Intan sundari P0 0340421010
4. Marwani Destia Rizki P0 0340421011
5. Meirin Windyasari P0 0340421012
6. Mentari Permata Hati P0 0340421013
7. Mita Febriyanti P0 0340421014

Dosen Pengajar :
Kurniyati SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI DIV ALIH JENJANG
KEBIDANAN CURUP
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. Karena berkat dan rahmat-Nya jualah kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penilaian Hasil Pemeriksaan Darah Rutin” . Di
harapkan dengan adanya makalah ini bisa membantu para pembaca dalam mempelajari dan
mendalami pengetahuan tentang “Penilaian Hasil Pemeriksaan Darah Rutin”. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. .
Kami berharap mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca. Kami sadari dalam pembuatan makalah masih terdapat kekurangan
di sana-sini,oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dari pembaca. Agar
kedepannya bisa menjadi penyempurnaan bagi kami untuk lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT. Selalu memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kita. Aamiin yaa robbal ‘alamin.

Curup, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Masa Kontrasepsi..................................................................... 3
B. Penilaian Hasil Pemeriksaan Darah dan Urin Rutin, TORCH,
Hepatitis, HIV/AIDS, TBC Dan Malaria ………………….... 4
C. Pemeriksaan Darah Rutin Pada Ibu Hamil................................ 18

BAB III PENUTUP


A. Keimpulan ................................................................................23
B. Saran.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah
menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan
masa sebelum kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan
selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan mengaplikasikan
gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Adapun sasaran program asuhan prakonsepsi
adalah pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri, baik itu secara psikologi/mental, fisik dan finansial adalah hal
yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010).
Menjalankan pemeriksaan kesehatan pra nikah merupakan tindakan yang wajin
dilakukan untuk mencegah permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan
maupun keturunan kedepannya. Dalam rangka mendukung kesehatan pra nikah maka
dilakukan asuhan pra nikah / pra konsepsi dimulai dari persiapan pra nikah dan
skriining Pemeriksaan Darah dan Urin Rutin, TORCH, Hepatitis, HIV/AIDS, TBC
Dan Malaria sesuai dengan indikasi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan darah rutin?
2. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan urin rutin?
3. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan TORCH?
4. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan hepatitis?
5. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan HIV/AIDS?
6. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan TBC?
7. Bagaimana penilaian hasil pemeriksaan malaria?

C. Tujuan
1. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan darah rutin
2. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan urin rutin
3. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan TORCH
4. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan hepatitis
5. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan HIV/AIDS
6. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan TBC
7. Mengetahui penilaian hasil pemeriksaan malaria

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian dan menambah
wawasan memahami tentang pemeriksaan darah rutin, urin rutin, TORCH, hepatitis,
HIV/AIDS, TBC dan malaria.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASA PRAKONSEPSI
1. Pengertian
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum kehamilan.Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga
satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita
pranikah selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi
merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat.
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan
selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko dan mengaplikasikan
gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Adapun sasaran program asuhan prakonsepsi
adalah pasangan pengantin. Masa sebelum konsepsi bagi pasangan pengantin sangat
penting untuk diperhatikan dalam rangka
mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Perencanaan kehamilan merupakan hal
yang penting untuk dilakukan setiap pasangan
suami istri, baik itu secara psikologi/mental,
fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh
diabaikan (Kurniasih, 2010). Perencanaan
kehamilan merupakan perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan dan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal.
Perawatan prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan
intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis,
perilaku, dan sosial kesehatan wanita, serta hasil kehamilannya dari sebelum
konsepsi. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengidintifikasi empat
tujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan prakonsepsi.
b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan perawatan
prakonsepsi yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan yang optimal.

3
c. Mengurangi resiko lahir cacat.
d. Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan

2. Persiapan Pra Nikah


a. Persiapan Fisik
1) Pemeriksaan status kesehatan: tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas,
tekanan darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin: Hb,Trombosit,Lekosit,
3) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan:
a) Golongan Darah dan Rhesus
b) Gula Darah Sewaktu (GDS)
c) Thalasemia
d) Hepatitis B dan C
e) TORCH (toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan herpes simpleks)
f) Pemeriksaan Urin: urin rutin
b. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon
pengantin terutama perempuan
melalui Penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan
anemia gizi besi serta Defisiensi asam
folat.
c. Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus Dilakukan
dengan pemberian 5 dosis imunisasi Tt untuk mencapai kekebalan penuh.

B. Penilaian Hasil Pemeriksaan Darah dan Urin Rutin, TORCH, Hepatitis, HIV/AIDS,
TBC Dan Malaria
1. Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan :
a. Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari
sekian banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin
adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan
diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak,
jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.

4
Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin dan
mineral, ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi
kronis atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan
kesehatan lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat
pucat dan kuyu. Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.
Nilai normal :
 Dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL
 Wanita hamil 10-15 gram/dL
 Wanita 12-16 gram/dL
 Anak 11-16 gram/dL,
 Balita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL
 Neonatus 14-27 gram/dL
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.
Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat
obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia
vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan:
metildopa dan gentamisin.
Dampak bahaya, kondisi anemia / HB rendah pada ibu hamil akan menyebabkan
ibu hamil mengalami gejala 5L yang akan memicu gangguan selama beraktivitas
berupa pusing, tubuh merasa lemas berkepanjangan, mengurangi nafsu makan
hingga asupan gizi, yang berisiko menyebabkan ibu hamil kurang gizi. Sedangkan
pada janin yaitu janin lambat atau tidak berkembang, kelahiran prematur, berat
badan rendah, dan risiko kerusakan organ vital seperti otak dan jantung, pada kasus
yang sangat parah.
b. Hematokrit (Ht)
Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi
volume sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang diukur dalam
satuan millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam
persen. Jadi pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah.
Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau
sebaliknya. Bersama kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan
dengan derajat anemia yang diderita. Nilai normal :
 Dewasa pria 40-54%

5
 Wanita 37-47%
 Wanita hamil 30-46%
 Anak 31-45%\
 Balita 35-44%
 Bayi 29-54%
 Neonatus 40-68%
Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah.
Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin. Ht tinggi
(meningkat) hemokonsentrasi ( >55% )dapat ditemukan pada berbagai kasus yang
menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi /
diare, diabetes melitus, dan polisitemia.
Ambang bahaya adalah Ht >60%. Ht rendah hemodilusi (< 30 %) dapat
ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis,
leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya
adalah Ht <15%. Kadar Ht normal 3x nilai Hb.
Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
Leukosit (Hitung total) : Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya
tidak berwarna alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah
seperti basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit
meninggi disebut leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan
olah raga yang berat, terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain),
atau setelah terkena luka bakar yang luas. Pada saat leukemia kadar leukosit sangat
tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar
leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru akan merusak leukosit lainnya, dan ini
juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika
memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter
akan memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit. Ada juga
yang disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari
normal. Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu
seperti obat-obatan kanker, keracunan benzene, urethane, dan logam-logam tertentu,
infeksi kronis, anemia, dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah,
tentu akan berpengaruh pada system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah
terkena berbagai penyakit infeksi, agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi
atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan
postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina,

6
kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik
lainnya.
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3. Neonatus 9000-30000 sel/mm3. Bayi sampai
balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3. Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil
rata-rata 6000-17000 sel/mm3 dan postpartum 9700-25700 sel/mm3.
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus,
parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
Anemia hemolitik, Sirosis hati dengan nekrosis, Stres emosional dan fisik (termasuk
trauma dan habis berolahraga), Keracunan berbagai macam zat Obat: allopurinol,
atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis,
anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Leukosit (hitung jenis) : Darah terdiri atas komponen-komponen seperti eritrosit,
trombosit, hemoglobin, dan leukosit. Leukosit sendiri terdiri atas sel leukosit
basofil, eusinofil, neutrofil (terdiri atas neutrofil batang dan neutrofil segmen),
monosit dan limfosit. Besarnya kadar-kadar zat penyusun leukosit tersebut
dinyatakan dalam persen. Biasanya, persentase tertinggi ada pada neutrofil segmen
dan limfosit, sementara persentase terendah ada pada eosinofil, basofil, dan
monosit. Kadang kala persentase eosinofil lebih tinggi, misalnya pada keadaan
infeksi kronis seperti cacingan, keracunan, dan perdarahan. Bisa juga terjadi
persentase limfosit dan monosit lebih tinggi yaitu pada penyakit hati dan anemia
kronis.
Nilai normal hitung jenis, Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3), Eosinofil 1-
3% (absolut 50-300 sel/mm3), Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3),
Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3), Limfosit 25-35% (absolut
1750-3500 sel/mm3) dan Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3). Penilaian
hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi
di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding
limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang
disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-
penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa),
dan polisitemia vera.

7
Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil
disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan
infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara
lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
c. Hitung trombosit / platelet count
Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada
penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan.
Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada kulit karena
trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah. Tidak semua trombosit yang
rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan
kelainan bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit seseorang memang
sangat rendah.
Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah.
Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan
mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.
Nilai normal, dewasa 150.000-400.000 sel/mm3 dan anak 150.000-450.000
sel/mm3.
Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah
dengue (DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000 sel/mm3. Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada
penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit
imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya
trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3. leukemia (kanker
sel darah putih), polisitemia vera (kadar sel darah merah yang sangat meninggi),
penyebaran tumor ganas, penyakit-penyakit vaskuler seperti lupus (gangguan
system imun atau kekebalan tubuh), setelah operasi pembedahan, perdarahan, dan
pada orang yang baru berhenti mengkonsumsi alcohol.
d. Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk
endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan
dinilai pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju endap darah dilakukan
untuk menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap
dalam tabung pengukuran yang diukur selama satu jam.
Laju endap darah bisa menurun akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti
polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat banyak
sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah
maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel
darah merah hampir sama dengan darah keseluruhan.

8
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu
peradangan dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit. Nilai normal:
 Dewasa pria <15 mm/jam pertama
 Wanita <20 mm/jam pertama
 Lansia pria <20 mm/jam pertama
 Lansia wanita <30-40 mm/jam pertama
 Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama
 Anak <10 mm/jam pertama
LED yang meninggi, dalam satu jam apabila mengalami cedera, peradangan, atau
kehamilan meningkat : menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit
imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan. jika
menderita infeksi kronis atau kasus-kasus dimana peradangan menjadi kambuh,
misalnya TBC atau rematik.
Adanya tumor, keracunan logam, radang ginjal maupun lever juga kadang
memberikan nilai yang tinggi untuk laju endap darah. LED yang sangat rendah,
menandakan gagal jantung dan poikilositosis, Laju endap darah bisa menurun :
akibat kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu
penyakit dimana sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat
kental. Jika dilakukan pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya
pengendapan menjadi sangat lambat karena volume sel darah merah hamper sama
dengan darah keseluruhan.
e. Hitung eritrosit
Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan
komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat
metabolisme makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2
(oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit hati, anemia, dan leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah
merah. Pada pemeriksaan lanjutan, biasanya laboratorium akan melampirkan nilai-
nilai seperti MCV dan MCHC. MC (mean cospuscular) adalah jenis pemeriksaan
untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan ini biasanya dijadikan indikator
untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean cospuscular volume
digunakan untuk mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH atau mean
cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam darah.
Adapun MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk
mengukur indeks saturasi eritrosit dalam darah.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menegakkan penyakit anemia yang diderita
seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan beraneka ragam bentuk atau wajah sel

9
darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sel darah
merah. Nilai normal:
 Wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3
 Pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.
 Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3
 Anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan,
penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat
(kloram fenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC). Biasanya digunakan untuk membantu
mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah
merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
 MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit Nilai normal = 82-92 fl

 MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata


(HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit Nilai normal = 27-31 pg

 MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi


Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit Nilai normal = 32-37 %

Masalah Klinis : hasil memendek (penyakit Hodgkin). Hasil memanjang :


idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas trombosit,
abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated intravascular
coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI).
Pengaruh obat : salisilat (aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin),
streptokinase (streptodornasi, agens fibrinolitik). Anemia berhubungan dengan

10
jumlah atau volume darah di tubuh yang kurang. Sedangkan tekanan darah
rendah adalah kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah.

2. Urin Rutin
a. Pemeriksaan makroskopis urin. Tujuan : untuk mengetahui atau melihat pH,
warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih. Alat/ bahan: Pipet tetes Tabung reaksi
Refraktometer Kertas lakmus Gunting Tissue
Cara Kerja : Pemeriksaan Ph pada Urine
1) Disiapkan kertas lakmus biru, merah, lalu letakkan kertas lakmus ditempat yang
datar, kemudian
2) Diteteskan sampel urine pada kertas lakmus tersebut, lalu Amati perubahan
yang terjadi basa atau asam
3) Apabila lakmus merah tetap merah, sedangkan lakmus biru menjadi merah itu
Ph nya asam
4) Apabila lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap biru itu PH
nya basa
b. Pemeriksaan warna Urine
1) Siapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih ( tabung yang tidak
buram)
2) Isi sampel kedalam tabung 2/3 bagian, lalu
3) Amati urine tersebut di tempat yang terang
4) Kemudian catat hasilnya
c. Pemeriksaan kekeruhan
1) Masukkan sampel urine kedalam tabung reaksi yang bersih kering dan jernih
2) Amati urine tersebut di tempat yang terang, lalu
3) Catat hasil : jernih , agak keruh, keruh atau sangat keruh
d. Pemeriksaan BJ. Prinsip : memeriksa berat jenis urin dengan alat urinometer.
Tujuan : mengetahui kepekatan urin. Alat dan Bahan Urinometermemeriksa berat
jenis urin dengan alat urinometer prin,tuj mengetahui kepekatan urin Gelas ukur
50 ml Termometer 0o-50oc. Cara pemeriksaan:
1) Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca
suhu kamar
2) Tuang urine ke gelas ukur 50 cc
3) Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung
4) Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)
5) Perhitungan: Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi
→ perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi sushu tera → berat jenis ditambah

11
0,001, dibawahnya dikurangi 0,001. Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC →
urinometer 1,004 → berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005.
Nilai normal: 1,003 – 1,030
e. Pemeriksaan bau urine
Kibas-kibas kan telapak tangan diatas tabung reaksi wadah yang berisi sampel
urine sampai tercium bau dari urine tersebut. Catat hasilnya : bau khas, bau
makanan, bau obat, dan lain-lain. Pembahasan:
1) Urine normal berwarna antara kuning muda sampai kuning tua warna itu
disebabkan oleh karena adanya urobilin lurocrom
2) Bj urine mercerminkan jumlah zat padat yang terlarut dalam urin bj normal
urine berkisar (1.003-1.030)
3) Ph normal pada urine kira-kira sedikit asam
4) Warna urine yang normal kuning-kuningan dan ada juga urine yang jernih itu
disebabkan karena obat itu warnanya kuning ke orange-orange
5) Urine normal baunya memusingkan
f. Pemeriksaan sedimen urine
Prinsip: Berat jenis unsur organik – anorganik > BJ urine → dengan sentrifuge
zatzat tsb akan mengendap. Tujuan: menentukan unsur sedimen organik –
anorganik dlm urine secara mikroskopis.
Cara Kerja :
1) Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
2) Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 2000 rpm
3) Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen
4) Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah
mikroskop
5) Hasil yang mungkin ditemukan: Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal,
jamur, trikomonas, spermatozoa Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++
Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 lebih dari 30 penuh
6) Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 lebih dari 50 penuh
7) Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-30 lebih dari 30
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++
sudah dinyatakan abnormal.
g) Pemeriksaan Reduksi Urine
Tujuan : Untuk mengetahui terjadinya reduksi pada urine pasien, guna
menentukan ada atau tidaknya gula (glukosa) dalam urine. Methode : Benedict.
Prinsip : Glukosa dalam urine akan mereduksi garam kompleks dari reagen

12
benedict atau fehling (ion cupri direduksi jadi cupro) dan mengendap dalam
bentuk CuO dan Cu2O berwarna hingga merah bata.
Alat dan Bahan:
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Penjepit tabung
 Pipet tetes
 Lampu spiritus
 Urine segar
 Reagen : Benedict
Prosedur :
1) Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Memipet dan memasukkan reagen benedict 5 ml ke dalam tabung reaksi
3) Menambahkan urine pada tabung reaksi 8 tetes dan kocok hingga rata.
4) Dengan menggunakan penjepit tabung, panaskan tabung tadi hingga mendidih
antara 1 – 2 menit.
5) Setelah itu, menyimpan tabung tersebut dirak tabung, dan biarkan selama 5
menit
6) kemudian membaca hasilnya.
Interprestasi hasil :
Negative (-) : bila cairan dalam tabung tetap biru
Positif (+) a/ 1+ : bila cairan berwarna hijau di ikuti endapan warna kuning
(kadar glukosa sedikit).
Positif (++) a/ 2+ : bila endapan kuning terlihat jelas dan banyak (kadar
glukosa 02,5 %).
Positif (+++) a/ 3+ : bila cairan tidak berwarna diikuti dengan endapan kuning
jingga kecoklatan (kadar glukosa di atas 1%). Positive (++++) a/ 4+ : terjadi
endapan merah bata
h) Pemeriksaan protein
Prinsip: Terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat
Tujuan: menentukan adanya protein dalam urine.
Alat dan Bahan: Tabung reaksi dan rak, Pipet, Reagen asam acetat
Cara kerja :
1) Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3
tabung penuh.
2) Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas
urin itu dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.

13
3) Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine itu, dengan
membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika
terjadi kekeruhan, mungkin ia di sebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga
disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.
4) Kemudian teteskan kedalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes larutan
Asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein
Positif.
5) Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah
penilaian semi kuantitatif kepada hasilnya.
Penilaian Hasil:
- : tidak ada kekeruhan.
+ : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
++ : kekeruhan mudah di lihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan
tersebut (0,05- 0,2%).
+++ : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).
i) Pemeriksaan Bilirubin urin
Prinsip : adanya bilirubin dalam urine akan dioksidasi oleh reagen fauchet
menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Dimana sebelumnya bilirubin di
endapkan oleh barium chlorida.
Alat dan Bahan :
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Kertas saring
 Corong
 Bacl2 10% (barium Chlorida)
 Reagen faucet:asam triclor asetat, FeCl3, Aquadest.
Cara kerja :
1) Ambilah 3 cc urine, masukkan dalam tabung reaksi
2) Tambahkan 3 ml BaCl2 10% campurkan dan saring
3) Kertas saring berisi presipitat diangkat dari corong dibuka lipatannya dan
letakkan mendatar diatas corong.
4) Biarkan beberapa lama biar agak kering, teteskan 2-3 tetes reagen Fauchet di
atas kertas saring.
Pembacaan hasil :
(-) negatif tidak terjadi tatau tidak ada perubahan warna.
(+) positif terjadi perubahan warna hijau makin lama makin jelas.

14
3. TORCH
Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu
hamil. Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain ke arah
pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dan pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat
anti (antibodi) yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon
tubuh terhadap adanya benda asing (kuman antibodi yang terburuk dapat berupa
Imonoglobulin M (IgM) dan Imonoglobulin G (IgG). Pemeriksa diagnostic :
a. Urinalisis, kulkur, dan sensitivitas : Bakteriuria asimtomatik mungkin muncul ;
ISK dapat disebabkan oleh GBS, gonore, atau IMS lain.
b. Toksoplasmosis : serum untuk titer antibody dengan riwayat pemajaan;
identifikasi mikroskopik protozoa.
c. Rubella : serum untuk titer antibody.
d. CMV : serologi: titer virus positif; adanya CMV didalam urin
e. HSV : pengkajian riwayat secara seksama tentang gejala atau lesi dimasa lalu,
pemeriksaan fisik utuk limfadenopati dan lesi, diagnose ditegakkan oleh kultur
virus dari lesi aktif.
f. Hepatitis A : serologi untuk mendekteksi antibodi imonogloblin M (IgM)
dilakukan guna memastikan infeksi yang dicurigai.
g. Hepatitis B : serologi: semua ibu harus diskrining pada kunjungan prenatal
pertama,yang diulang kemudian pada kehamilan jika mereka mempunyai perilaku
resiko-tinggi atau berasal dari kelompok resiko-tinggi (misal, Orang Asia,
Amerika Tengah, Penduduk Asli Kepulauan Karibia).
h. HIV : skrining serologi untuk semua ibu yang memiliki perilaku resiko-tinggi
(rujuk kerencana asuhan HIV/AIDS)
i. GBS : semua ibu yang memiliki usia gestasi 36-37 minggu harus dikultur area
anorektal dan vaginanya.
j. Klamidia : jika memungkinkan, kultur serviks, dan faringeal pada kunjungan
prenatal pertama ; ulangi pada trimester ketiga untuk klien resiko-tinggi.
k. Sifilis : skrining ketika kunjungan prenatal pertama dan ulangi pada akhir trimester
ketiga
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan
Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan
tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika
IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama

15
pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan
ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya
pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka
perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu
pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan
tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma, jika dalam pengobatan terjadi kehamilan,
teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV,
jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan
dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan.

4. Pemeriksaan TBC
Penyakit TBC atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
gram-positif tahan asam Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dan
sebagainya yang dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA) (Permenkes, 2016).Selain
paru- paru, kuman TB dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak,
tulang dan sendi. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan
mempengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping
kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Jika kuman sudah menyerang
organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil
karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi. Diagnosis TB bisa dilakukan
dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torax), dan uji
Tuberkulin. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua
hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu - Pagi - Sewaktu (SPS):
1) S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
2) P (Pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3) S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi
(Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
Hasil BTA positif bila terdapat kuman 5000/cc dahak. Uji tuberkulin hanya berguna
untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau
dari klinisnya dan ditunjang foto Thorax.
Akibat TBC saat kehamilan sendiri antara lain : Keguguran, Berat janin kurang
didalam kandungan, persalinan premature terutama jika telat terdiagnosis dapat

16
meningkatkan kemungkinan terjadinya persalinan prematur, kematian janin dan ibu,
bayi lahir dengan berat rendah, dan TBC kongenital.
5. Pemeriksaan Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium yang merupakan genus
protozoa parasit. Malaria paling umum ditularkan melalui nyamuk, yaitu nyamuk
Anopheles betina. Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit malaria. Ibu hamil yang terserang malaria maka akan
mengakibatkan pertumbuhan janin menjadi terhambat. Bahkan pada kondisi yang
parah dapat menyakibatkan keguguran dikarenakan parasit plasmodium falsiparum
yang sering mengakibatkan kontraksi pada rahim. Adapun apabila kondisi
perkembangan janin dapat bertahan di dalam kandungan akan mengakibatkan
gangguan pada berat badan ketika bayi dilahirkan. Tak hanya itu bahaya malaria pada
ibu hamil, bayi dapat menjadi media yang membawa infeksi malaria di dalam
tubuhnya. Jenis pemeriksaan malaria dapat berbeda pada setiap daerah, termasuk pada
daerah endemik malaria dan daerah yang bukan endemik malaria. Salah satu cara cek
malaria adalah dengan RDT atau rapid diagnostic test. Pemeriksaan malaria yang satu
ini bekerja dengan cara memberikan bukti keberadaan parasit malaria dalam darah
manusia. erdapat tiga garis indikator yang dapat menunjukkan hasil tes. Indikatornya
adalah C (control antibody), Pf (Plasmodium falciparum), dan Pv (Plasmodium vivax).
Berikut adalah interpretasi dari garis yang muncul pada kaset RDT pemeriksaan
malaria:
1) Negatif: satu garis muncul pada bagian paling ujung yang berlabel C.
2) Positif Pf (Plasmodium falciparum): timbul dua garis, yaitu di bagian paling ujung
bertuliskan C dan ujung lain dengan label Pf.
3) Positif Pv (Plasmodium vivax): timbul dua garis, yaitu pada bagian ujung berlabel
C dan pada bagian tengah berlabel Pv.
4) Positif Pf dan Pv: timbul tiga garis, yaitu pada label C, Pf, dan Pv.
5) Tes tidak valid: tidak timbul garis sama sekali.
Selain pemeriksaan malaria RDT, terdapat juga pemeriksaan malaria lain seperti
DDR malaria. Pemeriksaan DDR malaria mengharuskan sampel darah diperiksa di
bawah mikroskop. Selain mengetahui keberadaan Plasmodium dalam darah,
pemeriksaan ini juga dapat mengetahui jumlah rata-rata Plasmodium dalam darah
dan juga bentuk Plasmodium.
Pada ibu hamil, malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam, anemia,
hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pada janin yang dikandung oleh ibu penderita anemia dapat terjadi abortus, lahir
mati, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin
C. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN PADA IBU HAMIL

17
1. Pengertian Kehamilan
kehamilan adalah penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
implantasi. Kehamilan akan berlangsung dalam waktu 40 minggu dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu
trimester kesatu yang berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua yang berlangsung
15 minggu yaitu minggu ke-13 hingga minggu ke-27, dan trimester ketiga yang
berlangsung selama 13 minggu yaitu minggu ke-28 hingga ke-40.
Kehamilan menyebabkan perubahan-perubahan pada diri seorang wanita.
Perubahan fisiologi yang berhubungan dengan anemia yaitu sistem hematologi. Saat
kehamilan volume darah ibu mulai meningkat selama trimester pertama, kemudian
mengalami pertambahan yang sangat cepat selama trimester kedua dan melambat
selama trimester ketiga lalu mendatar sampai beberapa minggu terakhir kehamilan.
Ekspansi volume darah terjadi karena peningkatan plasma dan eritrosit. Karena plasma
bertambah cukup besar maka konsentrasi hemoglobin dan hematokrit agak berkurang
selama kehamilan. Akibatnya kekentalan darah secara keseluruhan berkurang.
Konsentrasi hemoglobin di bawah 11 gr% terutama pada akhir kehamilan perlu
dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi bukan karena
hipervolemia kehamilan.
2. Antenatal Care
Pemeriksaan dilakukan minimal 4 kali, dengan rincian sebagai berikut yaitu 1
kali saat trimester 1, 1 kali saat trimester 2, dan 2 kali saat trimester 3. Dalam
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar pada buku pedoman pelayanan antenatal care terdiri dari
timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas (lila), ukur tekanan darah, ukur tinggi
fundus uteri, hitung denyut jantung janin (djj), pemeriksaan abdomen, pemeriksaan
ekstremitas, beri imunisasi tetanus toksoid (tt), beri tablet tambah darah (tablet besi),
periksa laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus serta kie efektif.

3. Pemeriksaan Laboratorium Ibu Hamil

Pemeriksaan darah atau pengambilan sampel darah untuk diperiksa di


laboratorium perlu dilakukan secara rutin oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengetahui
apakah ibu hamil mengalami penyakit tertentu, seperti infeksi atau kurang darah, serta
untuk mendeteksi kelainan pada janin.

Dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan termasuk tes
darah, potensi masalah selama

18
kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin. Penanganan yang tepat dan cepat pun
dapat dilakukan guna mencegah kondisi yang lebih serius. Untuk menentukan kapan
waktu yang tepat untuk menjalani tes darah, diskusikan dengan dokter atau bidan saat
menjalani pemeriksaan kehamilan rutin.
Jenis-jenis Tes Darah untuk Ibu Hamil
Berikut adalah beberapa jenis tes darah yang diperlukan saat hamil, yaitu:

a. Tes darah lengkap


Tes ini diperlukan untuk mengetahui apakah kadar hemoglobin dalam sel darah
merah ibu hamil normal atau terlalu sedikit yang artinya pertanda anemia. Selain
itu, tes ini juga dapat dilakukan untuk menghitung jumlah darah putih. Jika
mengalami peningkatan sel darah putih, itu artinya ibu hamil mungkin mengalami
infeksi.
b. Tes golongan darah, antibodi, dan faktor resus
Tes golongan darah dilakukan untuk mengetahui golongan darah (A, B, AB,
atau O) dan resus darah ibu hamil (resus negatif atau positif). Jika resusnya
berbeda dengan janin, maka ibu hamil akan diberi suntikan imunoglobulin guna
mencegah pembentukan antibodi yang dapat menyerang darah janin.
c. Tes gula darah
Pemeriksaan kadar gula darah ibu hamil biasanya dilakukan di trimester kedua
kehamilan. Akan tetapi, dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah lebih
dini pada ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih, pernah melahirkan anak
dengan berat badan di atas 4,5 kilogram sebelumnya, atau memiliki
riwayat diabetes gestasional.
d. Tes imunitas terhadap rubella (campak Jerman)
Jika ibu hamil terinfeksi rubella di awal kehamilan, janin dalam kandungan bisa
mengalami kecacatan yang serius, keguguran, atau lahir dalam keadaan meninggal
(stillbirth). Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes ini guna mengetahui
apakah ibu hamil sudah memiliki kekebalan terhadap virus ini. Bila belum, ibu
hamil dianjurkan untuk menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi rubella.
e. Tes HIV
Infeksi HIV penyebab AIDS pada ibu hamil bisa menular ke janin selama
kehamilan, saat melahirkan, atau selama menyusui. Di Indonesia, semua ibu hamil
di wilayah dengan angka kasus
HIV yang tinggi, atau ibu hamil
dengan perilaku berisiko
dianjurkan untuk menjalani tes
HIV.

19
Tidak perlu merasa khawatir atau sungkan melakukan tes ini. Fasilitas kesehatan
tempat tes HIV dilakukan akan memberikan pelayanan VCT dan menjamin
kerahasiaan status pasien saat menjalani pemeriksaan HIV. Bila ternyata ibu hamil
positif HIV, penanganan medis akan dilakukan untuk mengurangi risiko penularan
HIV kepada bayi dan mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.
f. Skrining Sifilis
Semua ibu hamil disarankan untuk menjalani skrining sifilis, terutama bagi
yang memiliki perilaku seks berisiko atau tanda gejala penyakit menular
seksual. Sifilis yang tidak ditangani dapat menyebabkan cacat berat pada bayi,
bahkan pada kasus yang lebih fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan meninggal. Bila
ibu hamil didiagnosis memiliki sifilis, dokter akan memberikan
antibiotik penisilin untuk mengobati penyakit tersebut dan mencegah penularan
sifilis pada janin.
g. Tes hepatitis B
Virus hepatitis B dapat menyebabkan penyakit hati yang serius. Hepatitis B
dapat menular dari ibu kepada janin selama kehamilan. Akibatnya, bayi memiliki
risiko tinggi untuk terinfeksi virus hepatitis jangka panjang dan menderita penyakit
hati di kemudian hari. Karenanya, ibu hamil perlu menjalani tes darah untuk
mendeteksi virus hepatitis B sejak dini, dan mendapatkan pengobatan jika hasil
tesnya positif. Saat lahir, bayi dari ibu yang menderita hepatitis B perlu mendapat
imunisasi hepatitis B secepatnya (paling lambat 12 jam setelah lahir).

Perlu diingat, bahwa nilai rujukan laboratorium pada wanita yang tidak hamil berbeda
dengan nilai rujukan laboratorium wanita hamil. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia ibu hamil, sebagai adaptasi terhadap
kehamilannya. Perubahan inilah yang harus dipahami oleh petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil


No Parameter Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan pada Ibu Hamil
1. Hematologi
a. Volume darah Bertambah 40-45% pada akhir kehamilan.
Pertambahan dimulai trimester I dan
semakin bertambah pada trimester II, pada
trimester III berkurang.
b. Hemoglobin Menurun 8,33-12,5% akibat hemodilusi
c. Hematokrit Menurun 3-5% akibat hemodilusi
d. Eritrosit Menurun 15-40%

20
e. Leukosit Meningkat menjadi 15.000-16.000/ µL
f. Trombosit Menurun sebanyak 0-46,7% dari batas
bawah normal (150.000 / µL). Jika terjadi
penurunan > 46,7% diklasifikasikan sebagai
ITP.
2. Fungsi Respirasi Hiperventilasi dan respirasi alkalosis
3. Fungsi Ginjal
a. Kreatinin Serum Menurun 30%
b. Urea Serum Menurun 30-40%
4. Fungsi Hati
a. Albumin Menurun 10-20%
b. Bilirubin Meningkat 30-40%
c. LDH Tidak berubah pada wanita hamil
d. Alkalin Fosfatase Meningkat sampai 100%
5. Metabolisme
a. Insulin Meningkat karena resistensi insulin perifer.
Tetapi pada akhir kehamilan kadarnya
berkurang 50-70%
b. Protein Protein plasma meningkat
c. Lemak Lipid, lipoprotein dan apolipoprotein
meningkat mulai pertengahan kehamilan

Pemeriksaan Laboratorium Rutin pada Ibu Hamil


No Jenis Pemeriksaan Trimester I Trimester II Trimester III
1. Hemoglobin √ √
2. Golongan Darah √

Pemeriksaan Laboratorium pada Daerah atau Situasi Tertentu


No Jenis Pemeriksaan Situsi/ Kondisi Tertentu
1. Malaria Pada daerah endemis tinggi dan sedang
2. HIV - Pada daerah epidemik meluas dan terkonsentrasi
- Pada daerah endemik rendah wajib ditawarkan
pada ibu hamil dengan TB dan IMS

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penulisan tersebut maka dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah

wanita akan segera menjalani proses konsepsi

2. Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan selama

masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi risiko, untuk mempersiapkan

kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat.

3. Persiapan Pra Nikah meliputi :

b. Persiapan Fisik ,Pemeriksaan status kesehatan, Pemeriksaan Darah rutin,

Pemeriksaan Darah yang dianjurkan:(,Golongan Darah dan Rhesus, Gula

Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, HepatitisB dan C, TORCH

(toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan herpes simpleks) dan

Pemeriksaan Urin: urin rutin

c. Persiapan Gizi

d. Status Imunisasi TT

B. Saran

Dari pemaparan diatas kami memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan lebih

memahami tentang pemeriksaan darah dan urin secara tepat agar dapat memberikan

penjelasan yang baik dan benar kepada masyarakat yang berkaitan dengan penyakit yang

berpengaruh dari pemeriksaan tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, D. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarata : Kompas Gramedia


Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

https://doktersehat.com/pemeriksaan-malaria/ diakes pada tanggal 13Agustus 2021


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium Untuk Ibu Hamil, Bersalin, Dan Nifas Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dan Jaringan Pelayanannya

iii

Anda mungkin juga menyukai