Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

Minggu ke-1

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI


DENGAN IMUNISASI PENTAVALEN I

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Asuhan Kebidanan Holistik Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah

Oleh:
SUSI IRMA NOVIA
NIM. P01740522021

Pembimbing Akademik:

RATNA DEWI,SKM,MPH
NIP. 197810142001122001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

“PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PADA BAYI


DENGAN IMUNISASI PENTAVALEN I “

Oleh:

SUSI IRMA NOVIA


NIM. P01740522021

Menyetujui

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Ratna Dewi,SKM,MPH Hermanelis, Amd.Keb


NIP. 197810142001122001

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni,M.Keb


NIP. 198012102002122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Fisiologi Holistik Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah Laporan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

a. Ibu Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Bengkulu.
b. Ibu Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
c. Ibu Ratna Dewi, SKM, M.PH selaku dosen pembimbing akademik.
d. Ibu Hermanelis , Amd.Keb selaku pembimbing lahan.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................ii

KATA PENGANTAR .........................................................................iii

DAFTAR ISI .........................................................................................iv

BAB I TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Konsep Asuhan Kebidanan.........................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi bayi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500
gram sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak
ada cacat bawaan, serta ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat. Bayi merupakan makhluk yang sangat
peka dan halus, apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang
dengan sehat, sangat bergantung pada proses kelahiran dan
perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian
makan juga sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
bayi.
Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan,
bayi premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi
(Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga
kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
2. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau
tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi
akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi
sebelumnya.
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan
melalui mulut seperti vaksin polio.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga
terhindar dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
b. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin
terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui
manusia, seperti penyakit difteria.
c. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam,
yaitu:
1) Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh
berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan merespon.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal
dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu
melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
d. Imunisasi dasar
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a) Pengertian
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup
yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak
berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil
yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah
infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko terjadi
tuberculosis berat seperti meningitis TB.
b) Cara pemberian dan dosis:
(1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct
Scheering(ADS) 5 ml.
(2) Dosisi pemberian: 0,05 ml.
(3) Disuntikkan secara intrakutan di daerah
lengan kanan atas (insertion musculus
deltoideus). Dengan menggunakan Auto
Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
(4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis.
d) Kontra indikasi:
(1) Adanya penyakit kulit yang
berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis
dan sebagainya.
(2) Mereka yang sedang menderita TBC.
e) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu
akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat
suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan,
akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda
parut.
2) Vaksin DPT
a) Pengertian
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin
yang terdiri dari toxoid difteridan tetanus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi. Difteri merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang
terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa
karena kontak langsung dengan penderita melalui
bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena
adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti
demam lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu
menelan dan terdapat pseudomembranputih keabu-
abuan di faring, laring, atau tonsil. Pertusis
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan
toksin yang menyebabkan ambang rangsang batuk
yang hebat dan lama.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi kuman Clostridium tetani. Tetanus dapat
menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa.
b) Cara pemberian dan dosis:
(1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
(2) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
(3) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan,
dosis selanjutnya diberikan dengan interval
paling cepat 4 minggu (1 bulan).
(4) Cara memberikan vaksin ini, sebagai
berikut:
(a) Letakkan bayi dengan posisi miring
diatas pangkuan ibu dengan seluruh
kaki terlentang.
(b) Orang tua sebaiknya memegang kaki
bayi.
(c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
(d) Masukkan jarum dengan sudut 90
derajat.
(e) Tekan seluruh jarum langsung ke
bawah melalui kulit sehingga masuk
kedalam otot.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.
d) Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi
baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf
merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama,
komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis
kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT.
e) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya
terjadi 24 jam setelah imunisasi.
3) Vaksin hepatitis B
a) Pengertian
Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan
yang telah diinaktivasikan dan bersifat in infectious,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorph) menggunakan teknologi
DNA rekombinan.
b) Cara pemberian dan dosis:
(1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
(2) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml,
pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha.
(3) Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama
diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya
dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan virus hepatitis B.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya
seperti vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh
diberikan kepada penderita infeksi berat disertai
kejang.
e) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari.
4) Vaksin IPV
a) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah
penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat
dikombinasikan dengan vaksin DPT. Inactivated
Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung
virus polio yang telah dimatikan dan diberikan
melalui suntikan. Poliomielitis adalah penyakit pada
susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh satu dari
tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1,
2, atau 3.
b) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,
II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-
6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut:
( 1 ) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas
pangkuan ibu dengan seluruh kaki terlentang.
( 2 ) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
( 3 ) Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
( 4 ) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
( 5 ) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah
melalui kulit sehingga masuk kedalam otot.
c) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh
dilakukan pada orang yang menderita defisiensi
imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
5) Vaksin MR
a) Pengertian
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili
atau measles, merupakan penyakit yang sangat
menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus.
Manusia diperkirakan satu-satunya reservoir,
walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak
berperan dalam penularan.
Penyebab rubella adalah togavirus jenis
rubivirus dan termasuk golongan virus RNA. Virus
rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia,
bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut dapat
melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin
dan dapat mengakibatkan abortus atau congenital
rubella syndrome (CRS). Penyakit rubella ditularkan
melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan
kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi
pada 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh. Masa
penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum
hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi rubella
berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak
merah/rash makulopapuler disertai pembesaran
kelenjar limfe di belakang telinga, leher belakang dan
sub occipital.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan
gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala
sehingga sering tidak terlaporkan. Sedangkan rubella
pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis
atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama
pada kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan
abortus atau bayi lahir dengan CRS.
Dengan pemberian imunisasi campak dan
rubella dapat melindungi anak dari kecacatan dan
kematian akibat pneumonia, diare, kerusakan otak,
ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan.
Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis
0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut
yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin
yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling
lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan. Pada tutup
vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas
berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang
boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi
VVM A atau B.
b) Kontraindikasi:
( 1 ) Individu yang sedang dalam terapi
kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi.
( 2 ) Wanita hamil.
( 3 ) Leukemia, anemia berat dan kelainan darah
lainnya.
( 4 ) Kelainan fungsi ginjal berat Decompensatio
cordis.
( 5 ) Setelah pemberian gamma globulin atau
transfusi darah.
( 6 ) Riwayat alergi terhadap komponen vaksin
(neomicyn).
c) Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai
berikut:
( 1 ) Demam.
( 2 ) Batuk pilek.
( 3 ) Diare.
d) Cara pemberian
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun tanpa melihat status
imunisasi dan riwayat penyakit campak atau rubella
sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam
melakukan penyuntikan vaksin MR:
( 1 ) Imunisasi dilakukan dengan menggunakan
alat suntik sekali pakai (autodisable
syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik
tersebut dimaksudkan untuk menghindari
pemakaian berulang jarum sehingga dapat
mencegah penularan penyakit HIV/AIDS,
Hepatitis B dan C.
( 2 ) Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan
dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke
dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum
selalu berada di bawah permukaan larutan
vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk
ke dalam spuit.
( 3 ) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan
vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan
udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat
suntik dan mendorong torak sampai pada skala
0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.
( 4 ) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan
dengan kapas kering sekali pakai atau kapas
yang dibasahi dengan air matang, tunggu
hingga kering. Apabila lengan anak tampak
kotor diminta untuk dibersihkan terlebih
dahulu.
( 5 ) Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di
lengan kiri atas.
( 6 ) Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan
secara subkutan (sudut kemiringan
penyuntikan 45o).
( 7 ) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik
keluar, kemudian ambil kapas kering baru lalu
ditekan pada bekas suntikan, jika ada
perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi
suntikan hingga darah berhenti.
e) KIPI pada MR
Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman,
namun seperti sifat setiap obat memiliki reaksi
simpang. Reaksi simpang yang mungkin terjadi
adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan
kemerahan di lokasi suntikan dan reaksi sistemik
berupa ruam atau rash, demam, dan malaise dan
reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan
sendirinya. Reaksi alergi berat seperti reaksi
anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang terhadap
setiap obat, kemungkinan tersebut dapat juga terjadi
pada pemberian vaksin MR.
BAB II
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI
DENGAN IMUNISASI PENTAVALEN I

A. Pengkajian Data Subyektif


1. Identitas Bayi
Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan
Umur : 2 Bulan
Identitas orang tua
Umur : Usia reproduksi (20-35 tahun)
Pendidikan : SD/SMP/SMA/D3/S1/S2
Pekerjaan : IRT/Swasta/PNS/Tani
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengimunisasi anaknya yang berusia 2 bulan
dengan keadaan sehat, tidak ada demam, batuk maupun pilek.
Imunisasi terakhir yang diberikan pada saat anaknya berusia 1 bulan
adalah BCG.

B. Pengkajian Data Objektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 100-160 kali/menit
Pernapasan : 24-40 kali/menit
Suhu : 36,5-37,50c
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat kelainan.
b. Muka
Muka simteris dan tidak ada odema.
c. Mata
Simetris, konjungtiva an anemis, sklera putih.
d. Hidung
Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Telinga
Simetris, posisi lebih tinggi dari garismata, tidak ada secret
f. Mulut
Simetris, mukosa kemerahan, tidak ada plato skiziz
g. Leher
Tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis
h. Dada
Simetris, pernapasan teratur 120-160 x/menit, tidak ada pernapasan
retraksi dinding dada
i. Abdomen
Simtetris, tidak ada massa, tidak ada
j. Ekstremitas
Warna kulit tidak kuning, gerakan aktif, jari-jari lengkap dan
normal.
k. Kulit
Tugor baik, warna kulit kemerahan

C. Analisa/Diagnosa
By.....umur 2 bulan dengan imunisasi pentavalen I.

D. Penatalaksanan/Rencana Tindakan
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa anak dalam
kondisi baik dan sehat dan usia anak cukup untuk dilakukan imunisasi
pentavalen I.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai prosedur dan tujuan imunisasi
pentavalen I yaitu untuk mencegah anak terkena penyakit pencegahan
terhadap penyakit difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, dan
Haemophilus influenzea type b (Hib).
3. Memberikan informed consent kepada ibu untuk dilakukan imunisasi
pentavalen I
4. Menyiapkan vaksin pentavalen I, kemudian melakukan gerakan
memutar pada tempat yang datar, lalu mengambil vaksin sebanyak 0,5
cc dalam spuit 0,5 cc
5. Melakukan penyuntikan vaksin pentavalen I
a. Memposisikan bayi di tempat tidur.
b. Memakai sarung tangan.
c. Mempersiapkan bagian 1/3 atas paha kanan secara anterolateral
d. Membersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT
dengan gerakan sirkuler.
e. Memasukkan jarum pada lokasi penyuntikan dengan posisi jarum
450 (subkutan), melakukan tindakan dengan cepat kemudian
melakukan aspirasi untuk memastikn jarum tidak menembus
pembuluh darah.
f. Menyuntikkan vaksin dengan pelan-pelan untuk mengurangi rasa
sakit dan menarik jarum dengan segera.
g. Melakukan penekanan pada lokasi penyuntikkan dengan kapas
6. Memberitahu kepada ibu mengenai efek samping dari imunisasi
pentavalen I seperti nyeri pada bekas suntikan dan kemungkinan
terjadi demam selama 1-2 hari setelah imunisasi.
Evaluasai: ibu mengerti.
7. Memberikan ibu obat penurun panas paracetamol drop 3x0,6 cc dan
meminta ibu untuk memberikan obat tersebut jika anak panas atau
demam saja.
8. Memberitahu kepada ibu untuk mengimunisasikan anaknya kembali
saat anak berusia 3 bulan untuk mendapatkan imunisasi pentavalen II.
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan breastfeeding atau menyusui
bayinya guna untuk mengurangi rasa nyeri setelah imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Pastuty, Rosyanti. (2018). Buku Saku Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta :
EGC.

Rohani, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba.

Sondakh, Jenny J.S. 2019. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Penerbit Erlangga.

Sulisryawati & Nugraheny. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Salemba Medika.

Sumarah. 2019. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai