Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN SEMINAR KASUS KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA An. K


DI PUSKESMAS AMBACANG

Oleh :
FITRIA DIUMAYANI ANWAR, S.Kep
RINI RAHMAYANTI, S.Kep
REVY ARDIANI, S.Kep
MEYDA SYAFTRI, S.Kep
HENDRA, S.Kep
MEERY HANDHAYANI, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA
ANAK DI PUSKESMAS AMBACANG
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen Ilmu Keperawatan Anak dan pembimbing klinik dari
Puskesmas Ambacang yang telah memberikan bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dan juga terima kasih kepada pihak-pihak lain yang
telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Padang, Januari 2012

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar 3
2.2. Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi 10
BAB III TINJAUAN KASUS 16
BAB IV PEMBAHSAN 27
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 29
B. Saran 29
REFERENSI 30
LAMPIRAN

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak yang sehat merupakan impian setiap orang tua, namun untuk
mewujudkan anak yang sehat diperlukan berbagai usaha dan perhatian dari orang
tua. Apalagi dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita cukup
tinggi (Widjaja, 2002). Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Padahal
penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi
dan balita melalui imunisasi.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit-penyakit tertentu (Soekidjo Notoatmojo, 1997). Imunisasi
bertujuan untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit
yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang
anak.
Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Dengan membawa bayi untuk
melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung
jawab orang tua. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-
kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter
atau klinik. Imunisasi dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, BKIA / rumah
bersalin, posyandu, praktek dokter swasta (terutama dokter specialis anak). Peran
perawat di masyarakat untuk mempromosikan program imunisasi ini dengan
harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan bayi/
balita khususnya. Perawat juga berperan dalam pelaksanaan imunisasi sebagai
pelaksana imunisasi dan edukator yaitu memberikan penjelasan mengenai
imunisasi. Oleh karena itu, perawat harus memahami imunisasi dan asuhan
keperawatan imunisasi pada anak.

5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang asuhan keperawatan imunisasi pada anak.

1.2.2 Tujuan khusus


1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan imunisasi.
2) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan
imunisasi berdasarkan data pengkajian yang didapat.
3) Mahasiswa mampu menyusun perencanaan (intervensi) keperawatan
sesuai dengan diagnosa keperawatan.
4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah disusun.
5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan setelah dilakukan
implementasi.
6) Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


A. DEFINISI
Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam usaha untuk mencegah
timbulnya suatu penyakit dengan cara menyuntikkan bakteri atau virus yang telah
dilemahkan atau yang telah dimatikan (Staf Pengajar IKA, 2005).
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu (Depkes RI, 2005).
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini
berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak
tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul
pada masa kanak-kanak.

B. TUJUAN
Sempit : Terjadinya imunitas anak secara individu.
Imunitas Aktif (Didapat secara alami) : Tubuh anak akan membuat sendiri
antibodi setelah diberi suntikan antigen, kekebalan yang didapat akan bertahan
selama bertahun-tahun.
Imunitas Pasif : Tubuh tidak membuat sendiri antibodi tetapi
mendapatkannya dengan cara penyuntikan serum yang telah mengandung
antibodi, kekebalan yang diperoleh biasanya akan berlangsung selama 1-2 bulan
Luas : Untuk eradikasi suatu penyakit pada suatu daerah (Depkes RI, 2005).

C. MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit;
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit;

7
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2002).

D. EFEK SAMPING
Reaksi atopik: terjadi beberapa menit sampai beberapa jam (shock, gatal
diseluruh tubuh, pucat, sianosis, kejang- kejang, kematian ).
Serum Sicknes: terjadi + 6 24 hari
Gejala: panas, urtikaria pada daerah glotis

E. JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan
virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki
kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias
vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan
tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang
tidur. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari
anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya
yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
Jumlah Pemberian:
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman
hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin
berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
Usia Pemberian:
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes
Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan
kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil
tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang
ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
Lokasi Penyuntikan:

8
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang
melakukan penyuntikan di paha.
Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila
penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
Tanda Keberhasilan:
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu.
Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan
meninggalkan luka parut.
Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan
yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin
harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses
menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya
lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar
rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi
alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi
alamiah.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux
positif.

2. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kEmatian.
Jumlah Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,
kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Usia Pemberian:

9
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak
ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia
antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi
yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi
tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24
jam.
Lokasi Penyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha
lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar).
Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Efek Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri
pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun
reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan
pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar
hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti
daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun.
Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara
bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95%
bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

Vaksin Hepatitis B Rekombinan Uniject


Vaksin Hepatitis B Rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan
dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari

10
jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg, yang dimurnikan dan
diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse,
kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B,
tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus
Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati.
Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-
orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B termasuk:
1. Petugas kesehatan: dokter, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat
gigi, ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dengan pasien,
staf unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium
yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan
kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis,
petugas kebersihan yang menangani pembuangan, petugas gawat darurat
dan petugas ambulans.
2. Pasien:
Pasien yang sering menerima transfusi darah dan produk darah lainnya
seperti pada unit hemodialisa dan onkologi, penderita thallasemia, sickle-
cell anaemia, sirosis dan haemofilia, dll.
3. Petugas lembaga:
Orang yang sering kontak dengan kelompok beresiko tinggi : narapidana
dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk penderita gangguan mental.
4. Orang yang beresiko tinggi karena aktivitas seksualnya:
Orang yang berhubungan seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang
terkena penyakit kelamin, homoseks, kaum tuna susila.
5. Penyalahgunaan obat suntik
6. Orang dalam perjalanan ke daerah endemisitas tinggi.
7. Keluarga yang kontak dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik.
8. Bayi yang lahir dari ibu pengidap (carrier)

Waktu pemberian
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan.
Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.

11
Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatitis B
immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan
bersama-sama dengan vaksin DPT, OPV dengan menggunakan jarum suntik dan
lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun
terhadap vaksin-vaksin tersebut.
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah
belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin Hepatitis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi
berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada penderita
infeksi ringan.

3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun
kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan.
Jumlah Pemberian:
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio
massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak
ada istilah overdosis dalam imunisasi!
Usia Pemberian:
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi
dengan vaksin DTP.
Cara Pemberian:
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut
(Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.

12
Efek Samping:
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Tingkat Kekebalan:
Dapat mencekal hingga 90%.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi
(di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS;
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak
dengan mekanisme kekebalan terganggu.

4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1
kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
Efek Samping:
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika
demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke
dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa
saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman.
Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya
ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang.
Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular
yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat
ringan.

Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit
seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat

13
karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima
vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.

5. Imunisasi Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring
bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak
mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali
terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya
diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak
akan terkena lagi.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang
juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi


1. Pengkajian Pra Imunisasi
1. Tulis biodata klien secara lengkap.
2. Pengkajian secara umum mulai dari head to toe.
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita
4. Riwayat imunisasi yang pernah didapatkan oleh anak
5. Riwayat prenatal
6. Riwayat kejang
7. Riwayat penyakit keluarga ( Disfungsi imunologi,HIV/ AIDS, Kanker )
8. Riwayat obat- obatan

14
9. Riwayat alergi terhadap obat tertentu

2. Analisa Data
No. Data Patofisiologi Masalah
1. DO: Membawa bayi ke puskesmas Kesiagaan untuk
Imunisasi meningkatkan status
Membawa buku KIA usia anak imunisasi
Jadwal imunisasi sesuai
dengan jadwal
imunisasi yg diberikan
DS:
Ibu mengatakan
imunisasi sesuai jadwal
imunisasi tidak lengkap
Ibu mengatakan tidak
mengetahui jadwal Kesiagaan untuk

imunisasi meningkatkan status imunisasi

Imunisasi

DO:
2. Imunisasi Efek samping imunisasi Kecemasan
Efek samping imunisasi
DS: Perubahan status kesehatan
Ibu anak mengatakan
khawatir dengan efek Kecemasan
samping imunisasi
Ibu mengatakan kurang
tahu cara mengatasi efek
samping yang
ditimbulkan imunisasi
3. Diagnosa NANDA, Hasil NOC, dan Intervensi NIC
Diagnosa NOC NIC
1. Kesiagaan Kontrol imun yang hipersensitif Pemberian imunisasi/vaksin
untuk Status respirasi, nadi, Mengajarkan orang tua daftar
meningkatkan gastrointestinal,dan ginjal imunisasi yang
status dalam batas normal direkomendasikan, cara

15
imunisasi Bebas reaksi alergi imunisasi diberikan, alasan,
Bebas respon imflamasi lokal keuntungan, reaksi
Bebas dari kejadian autoimun
Tidak ada auto antibody atau berlawanan, dan efek samping
Sediakan informasi imunisasi
auto-antigen
Status imun dalam bentuk tertulis
Infeksi ulangan tidak terjadi Sediakan teknik pemberian
Tidak ada bengkak yang tepat
Imunisasi sekarang Identifikasi rekomendasi
Perilaku imunisasi
terbaru tentang imunisasi
Menyatakan resiko penyakit
Memantau pasien selama
tampa imunisasi
periode khusus setelah
Mendeskripsikan resiko yang
pemberian obat
berhubungan dengan
Menahan anak selama
imunisasi khusus
imunisasi
Mendeskripsikan
Jadwal imunisasi sesuai
kontraindikasi imunisasi
dengan interval waktu
khusus Persiapan vaksin
Membawa kartu vaksin setiap
berkunjung
Konfirmasi jadwal imunisasi
selanjutnya
2. Kecemasan Control kecemasan Pengurangan kecemasan
Memantau intensitas Berbicara dengan tenang
Jelaskan keadaan harapan
kecemasan
Membuang penyebab cemas untuk sikap pasien
Menurunkan rangsangan Jelaskan semua prosedur
lingkungan ketika cemas termasuk sensasi seperti
Merencanakan strategi koping
pengalaman pada prosedur
pada situasi yang menekan Sediakan informaasi nyata
Mempertahankan hubungan
tentang diagnosis, perlakuan
social dan prognosis
Laporan adukuat tidur Tinggal bersama pasien
Mengontrol kecemasan
untuk memperkenalkan
Control dorongan
keselamatn dan mengurangi
Mengidentifikasi sikap yang
rasa takut
membahayakan
Identifikasi perasaan utama Teknik tenang

16
yang mendorong aksi Pegang dan nyamankan bayi
impulsive atau anak
Identifikasi akibat aksi Menguncang bayi jika perlu
impulasif bagi diri dan orang Bicara lembut atau bernyanyi
lain pada bayi atau anak
Identifikasi dukungan sosial Pertahankan kontak mata
Duduk dan bicara dengan
Keahlian interaksi social
pasien
Pengungkapan Tawarkan minuman hangat
Kemudahan menerima
atau susu
Kerjasama
Sensitifitas Kehadiran
Konfrontasi
Deminstrasikan sikap
Kehangatan
Rileks menerima
Pertimbangan Komunikasi verbal berempati
Tegakkan kepercayaan dan
Control penyerangan
perhatian yang positif
Menahan diri dari luapan Dengarkan kecemasan pasien
Menahan diri dari tempat Pegang pasien untuk
personal orang lain mengurangi kecemasan
Menahan diri dari Tawarkan atau hubungi orang
membahayakan orang lain lain yang bisa mendukung
Menahan diri dari merusak
Manajemen rasa khawatir
property
Kebutuhan komunikasi tang berlebihan

tepat Ikutsertakan keluarga dalam


Komunikasi perasaan yang perencanaan, penyediaan,
yang tepat evaluasi, dan perawatan
Pantau fungsi koognitif
menggunakan standar alat
pengkajian
Sediakan cahaya yang cukup
tapi tidak menyilaukan
Perkenalkan diri pada inisiasi
kontak
Berikan arah sederhana pada
waktu yang tepat
Berbicara jelas,

17
lembut,hangat, dengan suara
yang respek

C. Intervensi Keperawatan Saat akan melakukan penyuntikan vaksin


1. Komunikasi teraupeutik dengan orang tua atau keluarga
2. Informasi tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak imunisasi.
3. Periksa kembali persiapan untuk imunisasi untuk mengantisipasi hal- hal
yg tdk diinginkan.
4. Baca dengan teliti informasi tentang produk
5. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan
diberikan.
6. Periksa jenis vaksin dan yakinkan kalau vaksin disimpan dengan baik
7. Periksa vaksin yang akan diberikan, apakah ada tanda- tanda perubahan
pada vaksin tersebut, periksa tanggal kadaluawarsa, dan catat hal- hal
istimewa, seperti ada perubahan warna.
8. Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal, dan tawarkan
tawarkan vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.
9. Berikan vaksin dgn tehnik yang benar.

D. Setelah selesai pemberian vaksin


1. Memberitahu ulang tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak
imunisasi.
2. Dokumentasikan ke status klien
3. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya.
4. Laporan imunisasi secara rinci harus dilaporkan ke Puskesmas induk ke
Dinas kesehatan ( Bag P2M )
5. Penyuluhan tentang imunisasi
6. Berikan petunjuk, sebaiknya tertulus kepada orang tua/keluarga atau
pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian biasa atau kejadian
yg lebih berat, misalnya pemberian parasetamol bila anak demam.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tempat Praktek : Puskesmas Ambacang Kuranji (Ruang Imunisasi)


Tanggal Praktek : 16 Januari 2012
Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2012
Tanggal klien masuk RS : 16 Januari 2012 No. RM : 2080

I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. K BB / TB : 7,5 kg/60 cm
Tempat Tanggal lahir / usia : Padang, 7 Mei 2011/8 bl 9 hr
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Anak :- Anak ke :4
Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. R
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Tunggang Kel.Pasar Ambacang
Dx Medis : Pemberian imunisasi

II. KELUHAN UTAMA( Alasan Masuk RS)


Ny. R membawa An. K ke Puskesmas Ambacang pada tanggal 16 Januari 2012
untuk mendapatkan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Saat dilakukan pengkajian
An. A tidak mengalami masalah kesehatan lainnya.

III.RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal : Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan yaitu sekali
sebulan
2. Intranatal : Bayi lahir normal, persalinan dilakukan di praktek bidan
3. Postnatal : Setelah persalinan, ibu memeriksakan diri ke bidan 1 kali. BBL
bayi adalah 2500 gr

19
IV.RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang diderita sebelumnya:
Demam, batuk
2. Pernah dirawat di RS:
Tidak pernah
3. Obat-obatan yang pernah digunakan:
Tidak ada
4. Alergi:
Tidak ada
5. Kecelakaan:
Tidak pernah
6. Riwayat imunisasi:
Anak sudah mendapatkan imunisasi HB1, BCG, DPT1, polio 1dan polio 2.

V. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Saat dilakukan pengkajian, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas
tidak ada, (FP= 40 x/i). BB = 7,5 kg, TB = 60 cm

VI.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA disertai Genogram 3 (Tiga)


generasi.

Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= pasien
------ = serumah

20
VII.RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
1. Kemandirian dan bergaul : -
2. Motorik Kasar : klien belum bisa berdiri dengan pegangan
3. Motorik Halus : klien dapa mengambil sesuatu didekatnya atau
meraih
4. Kognitif dan Bahasa :kilen dapat memanggil ma dan pa, meniru
bunyi kata-kata
5. Psikososial :-
6. Lain-lain :-

VIII.RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh klien : ibu dan ayah (orang tua)
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : baik
4. Pembawaan secara umum : klien tenang, tidak rewel, mau
berinteraksi dengan orang lain
5. Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih,jauh dari
jalan raya dan pembuangan sampah

IX.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : sehat, tenang dan tidak takut dengan orang asing
2. TB/BB (cm) : 60 cm/7,5 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 45 cm
b. Rambut : Kebersihan : bersih. Warna hitam. Tekstur: halus
Distribusi rambut : merata, tebal. Kuat/ mudah
tercabut : kuat
4. Mata : Simetris
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis
Palpebra : terbuka
Pupil : Ukuran: normal. Bentuk isokor. Reaksi cahaya +/+

21
5. Telinga : Simetris, Serumen ada sedikit,Pendengaran
baik
6. Hidung : Septum simetris (+), Sekret (-), Polip (-)
7. Mulut : Kebersihan: bersih, Warna Bibir merah,
Kelembaban baik
a.Lidah : bersih
b.Gigi : gigi sudah tumbuh 2 buah di bawah depan
8. Leher
a.Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembengkakan
b.Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
c.JVP : JVP sulit dinilai
9. Dada
a. Inspeksi : simetris,tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada pembengkakan
10.Jantung
a. Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba medial (MCS RIC V)
c. Auskultasi : irama teratur
11.Paru-paru
a. Inspeksi : simetris
b. Palpasi : tidak dilakukan
c. Perkusi : tidak ada ksempatan
d.Auskultasi : vesikuler, wheezing (-),ronchi (-)
12.Perut
a. Inpeksi : distensi (-)
b.Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan
c.Perkusi : timpani
d.Auskultasi : bising usus (+)
13.Punggung : Bentuk normal
14.Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik Refleks-reflekk baik
a. Atas : lesi (-), bengkak (-)
b.Bawah : normal

22
15.Genitalia : tidak ada kelainan
16.Kulit : Warna kuning langsat, Turgor baik, Integritas
baik, Elastisitas baik
17.Pemeriksaan Neurologis : Berkaitan dengan kasus spt meningitis, kejang dlL

X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


DDST (terlampir) Terdapat 1 keterlambatan pada sektor motorik kasar
(meragukan)
STATUS NUTRISI (terlampir) An.K obesitas

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL


Klien tidak takut pada orang asing

XII. PEMERIKSAAN SPRITUAL


XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : tidak ada
2. Rontgen : tidak ada
3. Lain-lain : tidak ada

XIV. PEMERIKSAN KHUSUS PADA SISTEM YANG MEMPUNYAI


KELAINAN
Tidak ada kelainan pada bayi sehingga tidak ada pemeriksaan khusus lainnya.

XVI.KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No. Jenis Kebutuhan Di rumah
1. Makan ASI dan bubur saring
2. Minum ASI dan air putih
3. Tidur >8 jam/hr
4. Mandi 2x/hr
5. Eliminasi BAB 2 x sehari
BAK= 5-6x sehari
6. Bermain Anak tidak takur pada orang asing,suka
senyum
RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

23
(Berisikan tentang alasan masuk RS, identitas, BB & PB, TTV, semua data/
pengkajian yang abnormal/ data fokus dan nantinya akan dimasukkan sebagai DO
dan DS)
An.K usia 8 bulan dibawa orang tuanya ke puskesmas untuk imunisasi. An.K akan
imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Klien tampak sehat dan tidak ada keluhan fisik
lainnya. Keluarga mengatakan An.K pernah menderita demam dan batuk 1 bulan
yang lalu namun sekarang sedah sembuh.

Status nutrisi
BB = 7,5 kg
TB = 60 cm
BB = 7,5 x 100 %= 84 % (normal)
U 8,9
TB = 60 x 100% = 85,7% (KEP I)
U 70
BB = 7,5 x 100% = 127 (obesitas)
TB 5,9

ANALISIS DATA
No. Data Patofisiologi Masalah
1. DO: Membawa bayi ke Kurang
- imunisasi DPT2/HB2 puskesmas pengetahuan
dan polio3
- BB= 7,5kg, TB= 60 usia anak 8 bulan
kg
- membawa buku KIA imunisasi yg diberikan

- Jadwal imunisasi PDT2/HB2 dan polio 3

An.K tidak sesuai dg


jadwal yang jadwal imunisasi terlambat

seharusnya
kurang pengetahuan

DS:

24
- ibu mengatakan dari 4
orang anaknya,
imunisasinya tidak
lengkap
- ibu mengatakan tidak
mengetahui jadwal
imunisasi

2. DO: Masuknya bakteri yang Resiko ketidak


- imunisasi DPT2/HB2 dilemahkan seimbangan
dan polio3 peningkatan suhu
- Efek samping Bakteriemia tubuh

imunisasi DPT adalah


demam Adanya perlawanan/reaksi

- Mendapat dari tubuh karena masuknya

parasetamol setelah benda asing

imunisasi
DS: Induksi demam

- Ibu anak mengatakan


anaknya demam Peningkatan suhu tubuh

setelah imunisasi
yang lalu
- Ibu mengatakan
badan anaknya panas
setelah imunisasi
yang lalu

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi
2. Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian
imunisasi DPT2/HB2

25
ASUHAN KEPERAWATAN

N Perencanaan
DK Implementasi Evaluasi
O Tujuan Intervensi
1. Kurang 1. Pengetahuan: 1. Mengajarkan: menentukan 1. Mengajarkan: menentukan S:
pengetahuan pengobatan pengobatan (imunisasi) pengobatan (imunisasi) - ibu mengatakan dari
b.d kurangnya - Menyatakan nama Informasikan pada pasien dari menginformasikan pada Ibu klien dari 4 orang anaknya
keinginan pengobatan yang yang umum dan berbagai jenis yang umum dan berbagai jenis imunisasinya tidak
untuk mencari benar nama di setiap pengobatan imunisasi lengkap
informasi - Mendeskripsikan Informasikan pada pasie Jenis imunisasi yg wajib yaitu - ibu mengatakan
pengobatan yang maksud dan tindakan di setiap Hepatitis B, BCG, DPT, campak, tidak mengetahui
muncul pengobatan polio. Saat ini bayi mendapatkan jadwal imunisasi
- Mendeskripsikan Instruksikan pada pasien imunisasi DPT, HB, dan polio. DPT - ibu mengatakan akan
tindakan pengobatan takaran, perjalanan, dan waktu diberikan pada usia 2, 4,6,18 bulan melakukan imunisasi
- Mendeskripsikan di setiap pengobatan dan 5 tahun yang teratur pada
efek dari Instruksikan pada pasien untuk menginformasikan pada Ibu klien anaknya
pengobatan mempersiapkan tata cara yang maksud dan tindakan imunisasi
- Mendeskripsikan dibutuhkan sebelum tujuan imunisasi ialah untuk
tindakan melakukan pengobatan mengurangi angka penderita suatu O:

26
pencegahan dari (contoh: mencek apakah anak penyakit yang sangat membahayakan - imunisasi
pengobatan demam ata sakit sebelum kesehatan bahkan bisa menyebabkan DPT2/HB2 dan
imunisasi), dengan tepat kematian pada penderitanya polio3
Informasikan pada pasien menganjurkan pada Ibu klien untuk - membawa buku KIA
akibat dari pengobatan yang mempersiapkan tata cara yang - jadwal imunisasi
tidak dilakukan atau dibutuhkan sebelum melakukan DPT dan HB telat
selanjutnya dilakukan dengan pengobatan (contoh: mencek apakah A: masalah teratasi
kasar, dengan tepat anak demam ata sakit sebelum P: intervensi dihentikan
Instruksikan pada pasien efek imunisasi), dengan tepat
samping yang merugikan di imunisasi diberikan saat anak dalam
setiap pengobatan keadaan sehat
Instruksikan pada pasien menginformasikan pada Ibu klien
bagaimana mengurangi akibat dari imunisasi yang tidak
dan/atau pencegahan efek dilakukan
samping yang tepat, dengan anak akan mudah terserang penyakit
tepat menganjurkan pada Ibu klien efek
Instruksikan pada pasien samping imunisasi DPT/HB yaitu
langkah apa yang diambil jika demam
efek samping terjaidi menganjurkan pada Ibu klien

27
Menyediakan pasien dengan bagaimana mengurangi dan/atau
sumber/penyedia informasi pencegahan efek samping yang tepat,
mengenai tindakan, tujuan, dengan tepat
efek samping, dan lain-lain demam pada anak dapat diatasi
dari pengobatan dengan kompres pada ketiak dan dahi
bantu pasien untuk menulis anak dan minum obat penurun panas
jadwal perkembangan berupa parasetamol 3x100mg
pengobatan Membantu Ibu klien untuk menulis
Instruksikan pada pasien untuk jadwal imunisasi
mempunyai dokumentasi dari menganjurkan pada Ibu klien untuk
cara pengobatan yang mempunyai dokumentasi dari
ditentukan imunisasi
tentukan kemampuan pasien Menentukan kemampuan pasien untuk
untuk memperoleh pengobatan memperoleh pengobatan yang wajib
yang wajib

1. Penatalaksanaan demam 1. Penatalaksanaan demam


- Sering pantau temperatur - Menganjurkan ibu sering pantau
2. Resiko ketidak Suhu tubuh normal, - Pantau warna kulit dan suhu temperatur/suhu tubuh anak S:

28
seimbangan Demam teratasi - Pantau intake dan output - Menganjurkan ibu pantau warna kulit - ibu klien
peningkatan Kriteria Hasil: - Atur pemberian anti piretik dan suhu mengatakan akan
suhu tubuh b.d 1. Termoregulasi - Mandikan pasien dengan - Menganjurkan ibu memberi intake memanta suhu
pengobatan - Suhu kulit dalam waslap hangat-hangat kuku cairan yang adekuat dan memantau tubuh anaknya
(imunisasi batas normal (36,5 - Beri kompres di bagian area output - ibu klien
DPT) 37oC) injeksi - mengatur pemberian anti piretik mengatakan akan
- Iritabilitas tidak - Beri obat yang tepat - menganjurkan ibu memandikan An.K mengompres ketiak
terjadi (kolaborasi dalam pemberian dengan waslap hangat-hangat kuku dan dahi klien
- Perubahan warna paracetamol 3x100mg - Menganjurkan Ibu memberi kompres - ibu klien
kulit tidak muncul di bagian area injeksi bila bengkak mengatakan akan
- Menggigil tidak - memberi obat yang tepat (kolaborasi minum obat teratur
terjadi dalam pemberian paracetamol O:
- Nadi normal (80- 3x100mg - dapat paracetamol
100) 3x100mg
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Kelompok melakukan asuhan keperawatan pada anak sehat. An.K datang


dengan ibunya ke Puskesmas Ambacang untuk melakukan imunisasi. Dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa masalah keperawatan yang diperoleh dari
pengkajian dan analisa data yang dilakukan. Selanjutya kelompok akan membahas
dengan kasus yang ditemukan.
Dari pengkajian didapatkan informasi jika An.K datang ke Puskesmas
Ambacang untuk melakukan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Anak berumur 8
bulan, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas tidak ada, (FP= 40 x/i).
BB = 7,5 kg, TB = 60 cm .Ibu mengatakan sebelumnya anaknya, setelah
mendapat DPT1/Hb1, bulan yang lalu An.K mengalami panas tinggi, merah pada
daerah suntikan setelah mendapatkan imunisasi tersebut.
Hal ini sesuai menurut AH, Markum, 2002, DPT (Dhifteri Pertusis
Tetanus) diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum
umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu (AH, Markum, 2002). Efek samping
dari imunisasi ini yakni demam tinggi, rewel, kemerahan daerah invasi, nyeri-----
2 hari.
Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme
lain yang telah mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin
kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat organisme tersebut
kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan
akan menghentikan infeksi (kanan). Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin
didapat setelah menerima vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan
berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang
menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan atau
dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin memicu
respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang
oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan

30
penyerbu dan mencegahnya menginfeksi lagi. Jika terekspos terhadap penyakit
saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan menghadapi antibodi. Kekebalan
anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan yang diperoleh dari
infeksi alami.
Berdasarkan pengkajian dan analisa data pengkajian didapatkan 2
diagnosa, yaitu:
1. Kurang pengetahuan
Diagnosa ini ditunjang dengan data-data antara lain ibu mengatakan anak K mau
imunisasi, ibu mengatakan dari 4 orang anaknya imunisasinya tidak lengkap, ibu
mengatakan tidak mengetahui jadwal imunisasi jadwal imunisasi saat ini
DPT2/HB2 dan polio3, ibu membawa buku KIA, Jadwal imunisasi An.K tidak
sesuai dg jadwal yang seharusnya
2. Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian
imunisasi DPT2/HB2
Efek samping imunisasi DPT adalah demam, saat selesai imunisasi Ibu
mendapatkan parasetamol, ibu mengatakan imunisasi sebelumnya anaknya
mengalami demam tinggi setelah di imunisasi.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada An. K, diperoleh data-
data yang dapat digunakan untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang
tampak pada klien. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien , dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data-data dan dirumuskan diagnosa :
Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi, resiko
ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian imunisasi DPT2/HB2
2. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teoritis
3. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 16 januari 2012, sesuai
dengan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan
4. Saat evaluasi keperawatan diketahui bahwa masalah yang dialami klien
teratasi di hari yang sama.

B. Saran
Kelompok berharap agar dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
dan mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun dan melakukan evaluasi keperawatan.

32
REFERENSI

Classification 2009-2011.Singapura: Markono Print Media Pte Ltd.


Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman operasional pelayanan imunisasi.
Jakarta.
-------------------------------- (2005). Pedoman penyelenggaraan immunisasi.
Jakarta.
Hidayat, A. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak buku 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Johnson, Marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). Amerika:
Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Markum, AH. (2002). Imunisasi Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
McCloskey & Bulechek. (1996). Nursing Interventions Classificatio (NIC).
Amerika: Graphic World,Inc.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2005). Ilmu kesehatan anak 1.
Jakarta: FKUI.
Wong, DL. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
http://tahukahbunda.wordpress.com/2009/03/12/imunisasi-wajib/

33

Anda mungkin juga menyukai