Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM KESEHATAN DI INDONESIA


“Imunisasi Anak”

Oleh:
KELOMPOK 4
Adhissa Putri Rachmaningrum 25000119130203
Agnes Tiara Simanullang 25000119120027
Alvin Deo Rendynata 25000119130431
Alya Dinda Arifah 25000119140389
Amalia Muftih 25000119140263
` Anggi Nurfitriani Zein 25000119140365
Annisa I N Rahmastio 25000119140311
Aprilia Susanti` 25000119130177
Catharina Rosaria Setiani 25000119140335
Dien Aulina Nurbaety 25000119130081
Faza Talitha Sany 25000119140287
Kania Vita Hapsari 25000119120053
Nabila Maharani Wiguna 25000119140201
Ulya Sabiq Sabila 25000119130153
Yulia Wahyuningsih 25000119130105

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami telah menyelesaikan tugas makalah Promosi Kesehatan dengan judul “Imunisasi
Anak”.

Adapun kendala dan masalah ketika penulisan makalah tentang Imunisasi Anak dikarenakan kami
sebagai penulis masih banyak kurangnya wawasan, apabila kami tidak dibantu oleh pihak- pihak
yang terkait, mungkin kami akan mengalami kesulitan dalam penyusunan makalah tentang
Imunisasi Anak, maka kiranya dengan ini izinkan kami mengucapkan rasa terimakasih kami
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.

Kami harap makalah tentang Imunisasi Anak ini dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang
lebih luas dan bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Oktober 2019

Penyusun

i
ABSTRAK

Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan pemberantasan
penyakit menular. Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan turunnya
derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah melalui
program pemberian imunisasi dasar bagi bayi dan baita secara lengkap. Pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi dan balita dapat mencegah kematian pada anak dari Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imuniasasi (PD3I) seperti TBC, Hepatitis, Difteri, Polio, Campak dan Tetanus.
Akan tetapi program ini masih mengalami hambatan salah satunya karena adanya penolakan dari
orang tua. Penolakan ini dikarenakan adanya anggapan yang salah yang berkembang di masyarakat
tentang imunisasi dan juga pengetahuan yang rendah dan kesadaran yang kurang dari orang tua
akan pentingnya imunisasi.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan menganai pengertian dari imunisasi, efek
samping yang ditimbukan dari imunisasi, jenis-jenis imunisasi, dan juga jadwal pemberian
imunisasi yang baik bagi bayi dan balita. Hal ini agar masyarakat terutama orang tua dan calon
orang tua sadar dan mengerti akan bahaya yang timbul jika menolak anak-anaknya untuk
diimunisasi dan mengeri apa saja manfaat yang akan didapatkan jika melakukan imunisasi sesuai
dengan anjuran.

Kata Kunci: Imunisasi, Pentingnya Imunisasi, Imunisasi pada bayi dan balita.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunisasi 3

2.2 Jenis-jenis Imunisasi 3

2.3 Efek Samping Imunisasi 5

2.4 Penyakit Akibat Tidak Imunisasi 6

2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman(toksin) disebut sebagai antigen. Secara
khusu antigen tersebut merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen
untuk pertamakali masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk
zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.zat anti terhadap racun
kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu
melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman yang ganas. Virulen yang baru
untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman
ganas.

Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai
membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibody, tubuh anak dengan
kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi
kebal(imun) terhadap penyakit tersebut.

Dari uraian ini, yang terpenting untuk mengatasi adanya sistem kekebalan pada tubuh anak
adalah dengan melakukan imunisasi. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi anak.imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak. Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya
dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada
seseorang dengan cara suntik atau minum/telan. Setelah bibit penyakit masuk kedalam tubuh maka
tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan antibodi. anak akan terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi

1
antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari
luar(kuman, virus, racun, bahan-bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan
demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat
anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal
diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari imunisasi?
b. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
c. Apa efek samping dari imunisasi?
d. Apa penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak jika tidak imunisasi?
e. Kapan jadwal pemberian imunisasi pada anak?

1.3 Maksud dan Tujuan


a. Maksud

Adapun maksud di susunnya makalah ini adalah, untuk memberikan edukasi dan
pengetahuan kepada masyarakat bahwa imunisasi itu penting untuk proses tumbuh kembang anak.
Karena, pada siklus proses tumbuh kembang anak pasti banyak yang mengancam kesehatan fisik
si anak. Maka dari itu, makalah ini akan jadi sarana jendela pengetahuan bagi orang tua dimanapun
mereka berada.

b. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dai imunisasi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi
3. Untuk mengetahui efek samping dari imunisasi
4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak imunisasi
5. Untuk mengetahui jadwal pemberian imunisasi pada anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imunisasi


Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya
(Umar,2006). Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu (Hidayat,2008).

2.2. Jenis-jenis Imunisasi


1. BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) bisa diberikan sejak anak baru lahir. Imunisasi ini
di lakukan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti tubercolocis
(TBC) atau menular. Jika vaksin BCG ini diberikan terhadap bayi yang umuranya di atas usia 3
bulan, maka sebaiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG bisa diberikan jika hasil dari tuberkulin
negatif.

2. DTP
Vaksin DPT merupakan salah satu vaksin kombinasi yang dapat mencegah penyakit difteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Karena pada dasarnya ketiga penyakit tersebut sangat rentan
menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT dilakukan terhadap bayi yang berumur lebih dari 6
minggu. Vaksin DPT bisa diberikan secara simultan (bersamaan) dengan vaksin Hepatits
B. Ulangan DPT diberikan pada anak yang berusia 18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat
vaksin TT (tetanus) lewat program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

3
3. Campak
Vaksinasi campak merupakan imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan saat bayi
berusia 9 bulan. Vaksinasi diulang saat anak berusia 2 tahun dan saat masuk sekolah SD.

4. Cacar Air
Vaksinasi cacar air harus diberikan pada anak-anak yang belum pernah menderita cacar air,
yakni pada saat berusia 12 – 15 bulan.

5. Hepatitis B
Vaksinasi hepatitis B harus diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan, sebanyak 3 dosis:
a. Dosis pertama: Diberikan saat bayi baru lahir. Tepatnya sebelum bayi berusia 12
jam.
b. Dosis kedua: Diberikan saat bayi berusia 1 – 2 bulan.
c. Dosis ketiga: Diberikan saat bayi berusia 6 – 12 bulan.

Jika bayi mendapatkan vaksin kombinasi yang mengandung hepatitis B, maka dapat
diberikan 4 dosis. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B, perlu mendapatkan vaksin
hepatitis B dosis pertama sebelum usianya 12 jam ditambah dengan imunoglobulin hepatitis B
pada saat bersamaan di bagian paha yang berbeda (dilakukan setelah mendapat suntikan vitamin
K1). Pemberian vaksin selanjutnya dapat diberikan sesuai jadwal. Saat berusia 9-18 bulan, bayi
yang lahir dari ibu dengan hepatitis B perlu diperiksa antiHBs dan HbsAg.

6. Hib
Pemberian Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B) bertujuan sebagai pencegahan
terhadap penyakit meningitis atau radang selaput otak. Vaksin Hib diberikan pada anak di mulai
pada usia 2 bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya yakni 2 bulan.
Vaksin ini bisa diberikan secara terpisah atau dikombinasi dengan vaksin lainnya

7. Flu
Vaksinasi flu dapat diberikan setiap tahun saat anak berusia 6 bulan hingga 8 tahun dalam
2 dosis dasar/awal.

4
8. MMR
Vaksin MMR diberikan dengan tujuan dapat mencegah penyakit gondongan (mumps),
campak (measles), dan campak jerman (rubela). MMR bisa diberikan pada anak atau bayi yang
berumur 12 bulan jika belum mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan. Umur 6 tahun
diberikan imunisasi ulangannya.

9. Pneumokokus
Jika Anak hingga usia di atas 1 tahun belum mendapatkan PCV, maka vaksin dapat
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 2 bulan. Di umur 2 hingga 5 tahun diberikan satu kali.

10. Polio
Imunisasi Polio di berikan pada anak atau bayi bertujuan untuk mencegah poliomielitis
yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Anak-anak perlu mendapatkan 4 dosis vaksinasi polio
dengan jadwal pemberian dosis pertama saat lahir dan dilanjutkan saat berusia 2, 4, 6 bulan.
Kemudian, diulang saat berusia 18 bulan dan 4 – 6 tahun.

11. Rotavirus
Vaksinasi rotavirus terbagi menjadi 2 jenis yang diberikan sebanyak 2 atau 3 dosis, tergantung
jenis vaksin yang digunakan. Vaksin dapat diberikan dengan cara diminum (bukan disuntik) saat
bayi berusia 2, 4 (dan 6 bulan jika diberikan 3 dosis). Dapat diberikan bersama vaksin lain.

2.3. Efek Samping Imunisasi


Di negara negara Eropa bagian barat dan Amerika Serikat, marak terjadi kampanye
penolakan anti-vaksinasi. Hal ini didorong oleh sebuah jurnal yang diterbitkan oleh The Lancet
yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara vaksin MMR dengan meningkatnya resiko
autisme dan enterocolitis pada anak (Wakefield dkk. 1998). Namun studi dr. Wakefield menerima
kritik karena ukuran sampel yang kecil dan konklusi spekulatif, dan tidak lama setelah itu beberapa
studi menemukan bahwa tidak ada hubungan antara resiko autisme dan enterocolitis dan vaksinasi
MMR pada anak (Taylor dkk. 1999 dan Dales dkk. 2001). Bahkan, tingkat insidensi autisme pada
anak yang diberikan vaksin MMR lebih rendah dibanding anak yang tidak divaksinasi (Mrozek-
Budzyn dkk. 2010). Kontradiksi ini menimbulkan investigasi terhadap legitimasi studi dr.
Wakefield, dan pada tahun 2004, 10 dari 12 rekan dr. Wakefield dalam jurnal

5
tersebut mengundurkan pernyataan mereka (Mursch dkk. 2004), dan pada tahun 2010 The Lancet
mengundurkan jurnal tersebut secara total setelah ditemukan bahwa dr. Wakefield dibiayai oleh
pihak yang menentang perusahaan manufaktur vaksin (Eggertson 2010). Hal ini diperkuat oleh
penemuan selanjutnya bahwa dr. Wakefield telah melakukan pemalsuan data dengan memilih
sampel yang mendukung tujuan mereka (Godlee 2011).
Namun hal ini tidak berarti vaksin tidak memiliki efek samping, karena vaksin adalah pada
dasarnya patogen mati maupun antigen, vaksin bisa dan akan menimbulkan efek samping skala
ringan maupun moderat seperti ruam, demam, dan kelelahan (Nichol dkk. 1997). Namun efek
samping vaksinasi jarang sekali menimbulkan efek jangka panjang (Jalloh dkk. 2019).

2.4. Penyakit Akibat Tidak Imunisasi


1. Penyakit TBC
Dampak jika bayi tidak imunisasi adalah terkenanya penyakit Tuberculosis (TBC). Untuk
mencegah penyakit TBC, bayi sebaiknya diberikan imunisasi Bacillus Calmette
Guerin (BCG). Vaksin BCG dapat diberikan sejak lahir, imunisasi ini bertujuan untuk
memberikan kekebalan terhadap tubuh.

Untuk memberikan vaksin BCG pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan
terlebih dahulu uji tuberkulin, dan BCG dapat diberikan kepada bayi apabila hasil dari
tuberkulin negatif.

2. Terjangkit Hepatitis B
Dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah memungkinkan bayi terjangkit
infeksi hepatitis. Jenis penyakit ini salah satu penyakit yang dapat menyebabkan
kehilangan nyawa pada seseorang, sebab infeksi hepatitis merupakan suatu infeksi virus
pada hati.

Virus Hepatitis B adalah virus yang dapat membahayakan tubuh manusia. Apabila
penyakit ini tidak segera diatasi dapat menyebabkan kanker hati. Untuk dapat mencegah
penyakit ini, maka ada baiknya bayi diberikan imunisasi HB sesuai dengan jadwal.

Vaksin/imunisasi hepatitis B (HB) yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam

6
setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 – 6 bulan. Jarak antara
dua imunisasi hepatitis B minimal 4 minggu guna mencegah penyakit hepatitis B.

3. Tetanus
Banyak dari kita yang masih belum familiar dengan penyakit yang satu ini, tetanus
merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun inilah yang
kemudian akan menyebar ke dalam tubuh dan menggangu saraf, yang ditandai dengan
meningkatnya tegangan dan kekejangan otot sehingga otot akan menjadi kaku.

4. Terkena Radang Selaput Otak


Dampak jika bayi tidak imunisasi selanjutnya adalah memungkinkan bayi terkena radang
selaput otak. Radang selaput otak atau yang dikenal dengan sebutan meningitis sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.

Jenis penyakit ini dapat menjangkit siapa saja baik orang dewasa, anak-anak maupun
bayi. Agar bayi tidak terkena dengan penyakit meningitis, ada baiknya dilakukan
pencegahan dengan melakukan imunisasi HIB. Vaksin/imunisasi HIB diberikan mulai
usia 2 bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke vaksin lanjutannya adalah 2
bulan. Vaksin ini dapat diberikan secara terpisah, ataupun melakukan kombinasi dengan
vaksin lain.

5. Polio
Dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah terkena penyakit polio. Penyakit
polio merupakan sebuah infeksi virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem
saraf, khususnya pada bayi yang belum melakukan vaksinasi polio. Penyakit polio dapat
menyebabkan kelumpuhan pada seseorang, sebab virus ini menyerang sistem saraf pusat.

2.5. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak


Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan, dengan
rincian sebagai berikut:

7
a. Imunisasi dasar

 Usia 0 bulan: 1 dosis hepatitis B


 Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
 Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
 Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
 Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
 Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR

b. Imunisasi lanjutan

 Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR


 Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
 Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td

1) Hepatitis B
 Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir,
dengan didahului suntik vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali
diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.
2) Polio
 Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada kasus
yang parah, polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas, kelumpuhan, hingga kematian.
 Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan hingga usia
1 bulan. Kemudian, vaksin kembali diberikan tiap bulan, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan
4 bulan. Untuk penguatan, vaksin bisa kembali diberikan saat anak mencapai usia 18
bulan.
3) BCG
 Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB),
penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Perlu diketahui bahwa
vaksin BCG tidak dapat melindungi orang dari infeksi TB. Akan tetapi, BCG bisa

8
mencegah infeksi TB berkembang ke kondisi penyakit TB yang serius seperti meningitis
TB.
 Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu saat bayi baru dilahirkan,
hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum diberikan, dokter
akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih dahulu, untuk melihat apakah
bayi telah terinfeksi TB atau belum.

4) DPT
 Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan
sesak napas, paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan kematian.
 Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit
batuk parah yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah (pneumonia),
bronkitis, kerusakan otak, hingga kematian. Sedangkan tetanus adalah penyakit berbahaya
yang dapat menyebabkan kejang, kaku otot, hingga kematian.
 Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia
2, 3, dan 4 bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun sebagai
penguatan. Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat diberikan pada usia 10- 12 tahun,
dan 18 tahun.
5) Hib
 Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya, seperti
meningitis (radang selaput otak), pneumonia (paru-paru basah), septic arthritis (radang
sendi), serta perikarditis (radang pada lapisan pelindung jantung).
 Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4
bulan, dan dalam rentang usia 15-18 bulan.
6) Campak
 Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa
gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata. Imunisasi
campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan, vaksin dapat kembali

9
diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah mendapatkan vaksin MMR,
pemberian vaksin campak kedua tidak perlu diberikan.
7) MMR
 Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak,
gondongan, dan rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut merupakan infeksi serius
yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, pembengkakan otak,
hingga hilang pendengaran (tuli).
 Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi
pada usia 5 tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam jarak minimal 6
bulan dengan imunisasi campak. Namun bila pada usia 12 bulan anak belum juga
mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR.
8) PCV
 Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia,
meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
Pemberian vaksin harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia 2, 4, dan 6
bulan. Selanjutnya pemberian vaksin kembali dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.
9) Rotavirus
 Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin rotavirus diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.
10) Influenza
 Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa
diberikan pada anak berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun,
hingga usia 18 tahun.
11) Tifus
 Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak berusia 2
tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18 tahun.
12) Hepatitis A
 Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu
penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin hepatitis A

10
harus diberikan 2 kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan pertama dan kedua harus
berjarak 6 bulan atau 1 tahun.
13) Varisela
 Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan
oleh virus Varicella zoster.Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18 tahun. Bila
vaksin diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin diberikan dalam 2 dosis, dengan
jarak waktu minimal 4 minggu.

14) HPV
 Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker
serviks, yang umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus. Vaksin HPV
diberikan 2 atau 3 kali, mulai usia 10 hingga 18 tahun.
15) Japanese encephalitis
 Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar
melalui gigitan nyamuk.
 Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian
ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya untuk
perlindungan jangka panjang.
16) Dengue
 Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah,
yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali dengan
interval 6 bulan, pada usia 9 hingga 16 tahun.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh (vaksin) terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang dan tidak hanya diberikan pada anak sejak bayi hingga remaja
tetapi juga pada dewasa. Imunisasi sendiri bertujuan untuk mengurangi angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya dan banyak orang yang dapat mengalami komplikasi kronik setelah menderita
penyakit tersebut. Adapun jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah seperti TBC, Hepatitis B,
Tetanus, Polio, Radang Selaput Otak, Difteri, Meningitis, MMR, Rotavirus, Varisela, Hepatitis
A dan sebagainya.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi dari
penyakit. Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang satu dengan
penerima lainnya. Efek samping imunisasi dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
diagi menjadi empat yaitu kesalahan program atau teknik pelaksaan imunisasi, induksi vaksin,
faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui, namun vaksin secara umum sudah cukup aman
karena keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar ketimbang efek samping
yan mungkin timbul
Dari uraian tersebut yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, banyak orang akan
terhindar dari ancaman penyakit ganas tanpa bantuan pengobatan (pencegahan dini)

3.2. Saran
a. Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yan signifikan terhadap
kelengkapan imunisasi pada bayi
b. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positif mengenai kelengkapan imunisasi
dasar dimana semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi maka akan
berpengaruh pada peningkatan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi ataupun balita.

12
c. Tenaga kesehatan berupaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai
manfaat imunisasi dasar bagi bayi ataupun balita untuk melengkapi imunisasi dasar
melalui penyuluhan di masyarakat

13
DAFTAR PUSTAKA

Karlisa, Merry. 2012. Imunisasi. Makalah. Dikutip dari


https://www.academia.edu/7015732/Makalah_imunisasi . 2 Oktober

Murch, S. H., A. Anthony, D. H. Casson, M. Malik, M. Berelowitz, A. P. Dhillion, M. A.


Thomson, A. Valentine, S. E. Davies, J. A. Walker-Smith. 2004. Retraction of an Interpretation.
The Lancet. 6736 (04) : 15715 – 15722.

Eggertson L. 2010. Lancet Retracts 12-years-old Article Linking Autism to MMR Vaccines.
CMAJ. 182 (E) : 199-200.

Godlee F.2011. The Fraud Behind MMR scare. BMJ.342 (D) : 22.

Nichol, K. L., R. M. Donald. M. Hauge. 1997. Side Effects Associated With Pneumococcal
Vaccination. AJIC. 25 (3) : 223 – 228.

Jalloh, M. F., S. D. Bennett, D. Alam, P. Kouta, D. Lourenco, M. Alamgir, L. R. Feldstein, D. C.


Ehlman, N. Abad, N. Kapil, M. Vandenet, L. Conklinn, B. Wolff. 2019. Rapid behavioral
assessment of barriers and opportunities to improve vaccination coverage among displaced
Rohingyas in Bangladesh, January 2018. Vaccine. 37 (6) : 833-838.

Halodoc.com. (2017, 24 Juni). 5 Dampak Negatif Jika Bayi Tidak Imunisasi. Diakses pada 1
Oktober 2019, dari https://www.halodoc.com/5-dampak-negatif-jika-bayi-tidak-imunisasi

Idtesis.com. (2017, 28 September). Pengertian Imunisasi dan Beberapa Jenis Imunisasi. Diakses
pada 1 Oktober 2019, dari https://idtesis.com/pengertian-imunisasi-dan-beberapa-jenis-
imunisasi/

Ruangguru.co.id. (2018, 25 Agustus). Imunisasi : Pengertian, Jenis, Tujuan, Manfaat dan


Jadwalnya Lengkap. Diakses pada 1 Oktober 2019, dari https://www.ruangguru.co.id/pengertian-
imunisasi-jenis-tujuan-manfaat-dan-jadwalnya-terbaru-dan-lengkap/

Alodokter.com. (2018, 15 November). Imunisasi. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019, dari
https://www.alodokter.com/imunisasi

14

Anda mungkin juga menyukai