Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI “Z”

UMUR 1 BULAN IMUNISASI BCG DAN POLIO 1


DI PUSKESMAS BANGSRI 1

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Semester III


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan

Dosen Pengampu :
Umaroh, SKM, S.Tr. Keb, M.Kes

Disusun Oleh:
SIELVI OKTAFIANI
( P1337424121035 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2022/2023

I
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada By. Z umur 1 bulan di Puskesmas Bangsri 1


Laporan ilmiah ini disusun oleh :
Nama : Sielvi Oktafiani
NIM : P1337424121035
Prodi : D III Kebidanan Semarang Semester 3

Disetujui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :
Semarang, 4 November 2022
Pembimbing Klinik Praktikan

Siti Asiatun, S.SiT Sielvi Oktafiani


NIP. 197304221992032001 NIM. P1337424121035

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Umaroh, SKM, S.Tr.Keb. M.Kes

NIP. 19690314199982002

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang dilimpahkan,sehingga penyusun dapat menyelesaikan asuhan
kebidanan selama praktik klinik di Puskesmas Bangsri 1. Penyusunan asuhan
kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Poltekkes Semarang untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan.Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan
kebidanan ini, terutama:
1. Ibu Sri Rahayu, S.Kp.Ns, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Semarang
2. Ibu Umaroh,SKM,S.Tr.Keb,M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma III
Kebidanan Semarang
3. Ibu Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Pembimbing Institusi
4. Ibu Siti Asiatun, S.SiT selaku Pembimbing Klinik Lahan
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
terselesaikan
6. Berbagai pihak terlibat dalam penyelesaian laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan asuhan kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan
asuhan kebidanan selanjutnya.
Semarang, 4 November 2022
Penulis

Sielvi Oktafiani

III
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ...ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
Daftar Tabel..........................................................................................................v
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah......................................................................………..2
C. Tujuan…………..................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Teori
A. Konsep Dasar Bayi Fisiologis............................................................... 3
B. Jadwal Pemberian Imunisasi............................................................... 7
C. Pelayanan Kesehatan……..…………………………………………...8
D. Kelengkapan Imunisasi Dasar.............................................................. 8
E. Kerentanan Yang Dirasakan…………………………………………10
F. Ancaman Yang Dirasakan……………………………………………11
G. Manfaat Yang Dirasakan……………………………………………..12
H. Hambatang Yang Dirasakan………………………………………….12
BAB III Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Bayi Z umur 1 bulan imunisasi BCG dan Polio 1
Di Puskesmas Bangsri 1…................................................................................15
BAB IV Pembahasan
A.Pengkajian......................................................................................................21
B.Analisa........................................................................................................... 21
C.Penatalaksanaan..............................................................................................21
BAB V Penutup
A.Simpulan........................................................................................................22
B.Saran.............................................................................................................. 22

IV
Daftar Pustaka....................................................................................................24

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam


menurunkan Angka Kematian Bayi dan Balita dan tidak dapat ditunda
pelaksanaannya ( Ali, 2003 ). Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara
lain TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Poliomyelitis, dan Campak. Tugas
utama kita sebagai tenaga Kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang
tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap anak. Pemberian imunisasi
pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu, tetapi juga
memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit
untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat
penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia ( I.G.N.
Ranuh, dkk, 2005 )

Ketidakpatuhan pemberian vaksin imunisasi yang diberikan hanya


satu kali saja atau vaksin yang daya perlindungannya panjang seperti
vaksin BCG, maka keterlambatan dari jadwal imunisasi yang telah
disepakati akan mengakibatkan meningkatnya risiko tertular oleh penyakit
yang ingin dihindari. ( Sugiarti, 2002 ). Anak yang menderita suatu
penyakit hendaknya dipertimbangkan sebagai suatu kontraindikasi untuk
pemberian imunisasi yang layak, terkecuali dalam keadaan tertentu. Anak
yang belum mendapatkan imunisasi yang sesuai dengan dosis yang
disarankan tetap menjadi masalah besar dan hendaknya dilakukan upaya
tertentu untuk melengkapi tiap seri imunisasi dan kurun usia yang
disarankan ( Abhidya, 2005 ).

Pemberian imunisasi sebelum waktunya tidak dibenarkan karena


bayi masih mendapat kekebalan dari ibunya. Apabila pemberian imunisasi
berikutnya kurang dari jarak yang ditentukan akan menyebabkan reaksi
vaksin kurang maksimal karena konsentrasi vaksin dalam tubuh masih
tinggi, demikian juga bila pemberian imunisasi berikutnya mundur
konsentrasi vaksin sudah di bawah ambang batas bahkan memungkinkan

1
kuman sudah masuk, sehingga pada saat diberikan imunisasi berikutnya
reaksinya tidak maksimal ( I.G.N. Ranuh, 2005 ).

Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi


adalah tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan tentang imunisasi akan
mempengaruhi motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan
tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan ( Ayubi, 2009).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2007
jumlah anak dengan imunisasi yang tidak lengkap ( drop out ) tinggi ada di
lima propinsi di Pulau Jawa ( 55,3% dari angka nasional ), yaitu Jawa
Timur sebanyak 150.569 anak, Jawa Barat sebanyak 180.788 anak, Banten
sebanyak 201.087 anak, Jawa Tengah sebanyak 199.030 anak dan DKI
Jakarta sebanyak 154.786 anak ( Puskom Info Depkes, 2009 ).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan Kebidanan pada bayi fisiologis dalam pemberian imunisasi
BCG dan Polio 1?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melaksanakan praktek lapangan di Puskesmas Bangsri 1 diharapkan
mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan bayi dengan imunisasi BCG
dan Polio 1.
2. Tujuan khusus
- Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data.
- Mahasiswa mampu memberikan analisa data untuk menentukan diagnosa.
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial.
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan segera.
- Mahasiswa mampu menyusun rencana askeb berdasarkan diagnosa.
- Mahasiswa mampu melaksanakan askeb sesuai rencana yang dibuat.
- Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil askeb yang telah dilaksanakan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Bayi Fisiologis


1. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut Permenkes RI (2017), program imunisasi di
Indonesia memiliki tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan
kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan
imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu
93%), tercapainya Universal Child Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi
yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya
reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
3. Penyelanggaraan Imunisasi
Yang dapat melaksanakan pelayanan
imunisasi adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat, dengan mempertahankan
prinsip keterpaduan antara pihak terkait. Penyelenggaraan imunisasi adalah
serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi kegiatan
imunisasi.
4. Manfaat imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunkan
angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi
dapat dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila
anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin
3
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang


kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Proverawati,
2010 : 5-6).
5. Jenis Penyelenggarakan Program
a. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat
beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai
berikut :
1. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah yang
ditularkan melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala
awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan,
demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala selanjutnya
yaitu batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah,
sedangkan gejala lain timbul tergantung pada organ yang diserang.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit TBC adalah
kelemahan dan kematian.
2. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik
dan pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang tenggorokan,
hilang nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru- biruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan pernafasan
yang berakibat kematian.
3. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat
dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis
4
adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
4. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan
melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal
yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada
bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir
dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi
kaku. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit tetanus
adalah patah tulang akibat kejang, Pneumonia, infeksi lain yang
dapat menimbulkan kematian.
5. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara
horizontal dari produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi
darah,

melalui hubungan seksual dan secara vertikal dari ibu ke bayi selama
proses persalinan. Gejala yang ditimbul berupa merasa lemah,
gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat,
dan warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi
yang diakibatkan dari penyakit hepatitis B adalah penyakit bisa
menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis
Hepatitis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan
menimbulkan kematian.

6. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
myxovirus viridae measles dan ditularkan melalui udara (percikan
ludah) dari bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul
berupa demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata
merah) dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan
leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit campak adalah diare
hebat, peradangan pada telinga, infeksi saluran nafas (Pneumonia).

5
7. Rubella
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti
dan memiliki RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui
jalur pernafasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah
bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan
menyebar ke seluruh tubuh. Rubella ditularkan melalui oral
droplet, dari nasofaring

atau rute pernafasan. Gejala rubella pada anak biasanya berlangsung


dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar
ke seluruh tubuh, demam rendah kurang dari 38,3˚C, dan posterior
limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua
dan orang dewasa gejala tambahan berupa pembengkakan kelenjar,
dingin seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda.
Masalah serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan perdarahan
(Ankas, 2015).
8. Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis
menyerang anak di bawah usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu
akut dengan ditularkan melalui kotoran manusia (tinja) yang
terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa demam, nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit poliomielitis adalah bisa menyebabkan
kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
9. Radang Selaput Otak

Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab
paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan
oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang
disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan

6
ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan kuman dapat terjadi
secara kontak langsung dengan penderita dan droplet (tetesan)
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin,
dan cairan tenggorokan penderita (Ariya, 2012).
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah, dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui fungsi
lumbal. Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan gejala
ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa, stadium II
berlangsung selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit
lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
sangat gelisah, sedangkan stadium III ditandai dengan kelumpuhan
dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita
dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya (Ariya, 2012).
10. Radang Paru-Paru

Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada


paru-paru dimana (alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen
dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru
dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat juga
disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
terlalu berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan
radang paru-paru termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi
di seluruh kelompok umur dan merupakan penyebab kematian
peringkat atas di antara orangtua dan orang yang sakit menahun
(Sahroni, 2012).

b. Jadwal Pemberian Imunisasi


Tabel 1.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

7
Jenis Imunisasi Yang Interval Minimal untuk
Umur
Diberikan Jenis Imunisasi Yang Sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

Susumber: Permenkes RI
12, 2017
c. Pelayanan Kesehatan Imunisasi
Pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem terdiri dari subsistem
pelayanan medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan sebagainya dan masing-masing subsistem terdiri sub-
subsistem lagi (Notoatmodjo, 2011 : 100). Jenis pelayanan kesehatan
dasar menurut PMK RI no 43 tahun 2016, terdiri dari pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, balita, pada usia
pendidikan dasar, pada usia produktif, pada usia lanjut, penderita
hipertensi, penderita DM, orang dengan gangguan jiwa berat, orang
dengan TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.
Pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada bayi dan balita salah
satunya yaitu pemberian imunisasi dasar lengkap. Untuk pelayanan
imunisasi dasar dapat diperoleh di sarana Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKMB) maupun di sarana pelayanan
kesehatan non UKBM.
1. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
a. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
b. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
c. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
2. Non Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (Non UKBM)
a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Pustu (Puskesmas Pembantu)
d. Dokter Praktek

8
e. Bidan Praktek

d. Kelengkapan Imunisasi Dasar


Seorang bayi dikatakan telah memperoleh imunisasi lengkap
apabila sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima
imunisasi dasar lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan
pada bayi <24 jam atau sampai <7 hari pasca persalinan, satu kali
imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur 1-2 bulan, tiga kali
imunisasi DPT-HB-HiB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan
dengan interval minimal empat minggu, empat kali imunisasi polio
diberikan pada bayi ketika berumur 1,2,3,4 dengan interval minimal
empat minggu, dan satu kali imunisasi campak/MR diberikan pada bayi
berumur 9 bulan.
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal (Depkes dalam Mulyati,
2013). Adapun jenis-jenis imunisasi dasar lengkap yang diberikan pada
bayi sebelum berusia satu tahun, yaitu :

1. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu
penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Efek samping imunisasi
umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan yang disusul demam dan pembengkakan, reaksi ini
akan menghilang dalam waktu dua hari. Kontra-indikasi imunisasi

hepatitis B yaitu tidak dapat diberikan pada anak yang menderita


sakit berat (Maryunani, 2010 : 221-222).
2. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC),
yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. Efek samping
umumnya tidak ada, namun pada beberapa anak timbul
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian
bawah dan biasanya akan sembuh sendiri. Kontra-indikasi imunisasi
BCG yaitu tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB

9
atau menunjukan uji mantoux positif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun (Maryunani, 2010 :
215-217).
3. Imunisasi DPT-HB-Hib
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang diberikan
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus,
pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak). Efek
samping biasanya berupa bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi
suntikan disertai demam dapat timbul. Kontra-indikasi imunisasi
yaitu tidak dapat diberikan pada anak yang mempunyai penyakit
atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti
epilepsy, menderita kelainan saraf, anak yang sedang demam/sakit
keras dan yang mudah mendapatkan kejang dan mempunyai sifat
alergi, seperti eksim atau asma (Maryunani, 2010 : 217-218).

4. Imunisasi Polio
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu
penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan
lumpuh. Kontra-indikasi imunisasi polio yaitu ditangguhkan pada
anak dengan diare berat atau sedang sakit parah seperti demam tinggi
(di atas 38˚C) dan tidak diberikan pada anak yang menderita
penyakit gangguan kekebalan, HIV/AIDS, penyakit kanker atau
keganasan, serta pada anak yang sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum (Maryunani, 2010 : 218-219).
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Efek
samping mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek
kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, kemungkinan terdapat pembengkakan pada
tempat penyuntikan. Kontra-indikasi imunisasi campak yaitu pada
anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, gangguan
kekebalan, TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit
keganasan, serta pada anak dengan kerentanan tinggi terhadap
protein telur, kanamisin, dan eritromisin (antibiotik) (Maryunani,

10
2010 : 219-220).

e. Kerentanan yang Dirasakan (Perceived Susceptibility)


Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) dapat
diartikan bahwa individu akan melakukan tindakan kesehatan jika ia
memandang bahwa dirinya rentan terkena penyakit tertentu. Kerentanan
yang dirasakan yaitu bagaimana individu cenderung percaya bahwa
mereka mendapatkan penyakit. Jika individu melihat kesempatan untuk
mendapatkan penyakit rendah dan mereka tidak melihat diri mereka
beresiko terhadap penyakit, maka mereka tidak mungkin untuk terlibat
dalam perilaku pencegahan dan individu mengganggap perilaku
pencegahan tidak akan menghasilkan manfaat, sebaliknya, individu akan

melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan apabila individu dan


keluarganya merasakan sangat beresiko atau rentan terhadap suatu
penyakit (Suryawati, 2016). Dengan kata lain, suatu tindakan pencegahan
terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan
bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut
(Notoatmodjo, 2012 : 232).
Penelitian ini menjelaskan ibu akan mengimunisasikan anaknya
jika ia merasa bahwa anaknya rentan dari penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Menurut hasil penelitian Puri (2016),
mengatakan ibu yang memiliki persepsi bahwa bayinya rentan untuk
mengalami penyakit- penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya
daripada ibu yang memiliki persepsi bayinya tidak rentan mengalami
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

f. Ancaman yang Dirasakan (Perceived Threat)


Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka mengacu pada sejauh
mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakit benar-benar
mengancam dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan
juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini
berdasarkan pada
(a) kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility) yaitu
kemungkinan bahwa individu dapat mengembangkan masalah kesehatan

11
menurut kondisi mereka.

(b) keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) yaitu


individu mengevaluasi keseriusan jika penyakit tersebut muncul akibat
ulah dirinya sendiri atau penyakit tidak ditangani. Ancaman ini menjadi
pertimbangan individu dalam memutuskan melakukan melakukan
tindakan pencegahan atau tidak (Agustini, 2014)

g. Manfaat yang Dirasakan (Perceived benefis)


Manfaat yang dirasakan (perceived benefis) adalah keyakinan
bahwa tindakan atau perilaku tertentu akan menguntungkan individu
dimana manfaat yang dirasakan akan melindungi individu dari penyakit
atau dampak dari penyakit. Manfaat yang dirasakan adalah keyakinan
penting yang mempengaruhi pilihan individu untuk terlibat dalam
perilaku kesehatan. Semakin besar manfaat yang dirasakan, semakin
besar kemungkinan mengambil tindakan pencegahan. Manfaat yang
dirasakan dari pencegahan penyakit merupakan keyakinan bahwa
mengambil tindakan tertentu akan mengurangi dampak dari penyakit atau
gangguan. Jika orang memiliki persepsi bahwa suatu penyakit tidak perlu
dicegah, maka mereka tidak mungkin untuk terlibat dalam tindakan
pencegahan, sisi lain individu yang percaya bahwa tindakan tertentu
dapat mencegah penyakit maka ada motivasi individu yang lebih besar
untuk terlibat dalam perilaku kesehatan (Suryawati, 2016).
Penelitian ini menjelaskan ibu akan mengimunisasikan anaknya
karena sudah mengetahui kerentanan dan keseriusan terhadap suatu
penyakit, tetapi kebutuhan akan muncul jika ia mengetahui manfaat dari
pemberian imunisasi pada anak. Berdasarkan hasil penelitian Puri (2016),
ibu yang memiliki persepsi bahwa imunisasi bayi bermanfaat, memiliki
kemungkinan 1.83 lebih besar untuk mengimunisasikan bayinya daripada
ibu yang memiliki persepsi bahwa imunisasi bayi tidak bermanfaat.

12
h. Hambatan yang Dirasakan (Perceived barriers)
Hambatan yang dirasakan (perceived barriers) adalah persepsi
tentang aspek negatif yang berkontribusi dalam melakukan tindakan
kesehatan. Aspek negatif ini menjadi hambatan yang dirasakan individu
untuk melakukan tindakan pencegahan. Hambatan yang dirasakan individu
merupakan keyakinan penting yang berkaitan dengan pilihan individu
untuk terlibat dalam perilaku kesehatan. Semakin besar hambatan yang
dirasakan maka semakin rendah kemungkinan mengambil tindakan
pencegahan tersebut, sebaliknya jika individu menganggap hambatan yang
dirasakan kecil daripada manfaat yang akan didapatkannya maka individu
akan melakukan tindakan pencegahan (Suryawati, 2016). Penelitian ini
menjelaskan ibu akan mengimunisasikan anaknya jika ibu tersebut merasa
bahwa manfaat imunisasi ini lebih besar dibandingkan dengan hambatan
yang dirasakan bila anak terserang penyakit infeksi (PD3I) akan
membutuhkan biaya yang lebih besar untuk pengobatan dikemudian hari.
Berdasarkan penelitian Suryawati (2016), menyatakan ibu
yang memiliki perceived barriers tinggi memiliki peluang 38,9 kali
untuk imunisasi tidak lengkap di bandingkan ibu yang memiliki
perceived barriers rendah.
i. Pesan-Pesan di Media
Pesan di media ini dapat berupa iklan sebagai suatu informasi dari
suatu produk. Iklan juga dapat dikatakan suatu bentuk metode promosi
produk sehingga membuat konsumen tertarik karena menjadi tujuan
mengapa iklan itu dibuat. Semakin banyak orang tertarik maka
semakin baik iklan tersebut, dengan kata lain iklan yang baik harus
menjadi perhatian bagi orang lain. Ketertarikan individu terhadap
sesuatu objek pasti diawali dengan adanya perhatian pada obyek
tertentu (Suryawati, 2016).
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Fisiologis
1. Pengkajian Data

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Misal
mengkaji nama, tanggal, alasan datang, dll.
Contohnya yaitu ibu mengatakan bahwa ingin mengimunisasikan BCG pada
bayinya untuk mencegah penyakit TBC
2. Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah
yang spesifik.
Contohnya yaitu seorang by. Z umur 1 bulan imunisasi BCG tidak terdapat keluhan
seperti demam.
3. Identifikasi Diagnosa dan MasalahPotensial
Langkah ketiga adalah langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis
atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan
diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada kasus ini, tidak terdapat masalah potensial
4. Identifikasi Tindakan Segera
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap Tindakan segera,
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien.
Contohnya yaitu melakukan konsultasi jika terdapat efek samping setelah
dilakukan penyuntikkan BCG
5. Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
Contohnya jika by. A mengalami nyeri setelah penyuntikkan, berikan
paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri
6. Pelaksanaan Tindakan
Melakukan penyuntikkan BCG pada bayi di lengan tangan atas, lalu memberikan
polio tetes sebanyak 2 kali
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
Hal yang dievalusi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi
diagnosis dan masalah yang telah di identifikasi.

BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ”Z”
UMUR 1 BULAN IMUNISASI BCG DAN POLIO 1
DI PUSKESMAS BANGSRI 1
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 04-11-2022
Waktu : 09.35 WIB
Tempat : Puskesmas Bangsri 1

II. IDENTITAS
a. Identitas Bayi
Nama : By. Z
Tanggal/Jam lahir : 30 September 2002 2022/22.00 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Orang tua
Nama ibu : Ny. Y Nama suami : Tn. A
Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Bondo Alamat : Bondo
III. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin mengimunisasi bayinya
Keluhan Utama :-
2. Riwayat Kesehatan
Dahulu : Ibu mengatakan dulu By. Z tidak memiliki alergi obat, tidak
batuk dan pilek.
Sekarang : Ibu mengatakan dikeadaan sekarang By.Z tidak sedang
demam.
Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
menurun/menular. (TBC, hipertensi, jantung, HIV)

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas


Dahulu : Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama.
4. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan BB : 3,8 kg
Perkembangan anak : Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat,
perkembangan bayi A normal sesuai dengan usianya. Bayi sudah mampu
mengangkat kepalanya dengan tegak saat lengkap, sudah mampu
menggenggam mainan yang diberikan kepadanya dan mampu tersenyum
ketika keluarga ada yang menggoda atau membuat wajah lucu.
Kelainan bawaan : Tidak ada kelainan bawaan pada bayi

5. Riwayat Imunisasi :
Tabel 3.1 Riwayat Imunisasi

Tanggal Jenis Imunisasi Tempat


20 September 2022 Hepatitis B Bidan

6. Pola kebiasaan sehari- hari


Pola nutrisi : Ibu mengatakan bayi masih diberikan ASI ekslusif
setiap minimal 2 jam sekali, lama menyusui sesuai keinginan dan kebutuhan
bayi.
Pola eliminasi :
 BAK 6-7 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
 BAB 3-4 kali sehari, warna kuning konsistensi lembek
Pola istirahat : Ibu mengatakan bayinya tidur malam 10 jam perhari,
tidur siang 3 jam, sebanyak 2 sesi, satu sesi selama ½ jam.
Pola aktifitas : Ibu mengatakan kegiatan bayinya bayinya sehari-hari
adalah menangis, tersenyum, bermain dan minum ASI sesuai kebutuhan
Personal hygiene : Ibu mengatakan bayinya mandi 2x/hari, keramas
2x/hari, ganti baju 2x/hari
Pola Sosial Ekonomi : -

IV. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs : N =140 x/mnt
RR = 48 x/mnt
T = 36,5 x/mnt
2. Pengukuran antropometri:
BB : 4600 gram Lingkar kepala/ LK : 35 CM
PB : 52 CM LILA : 12 CM

3. Status Present:
Kepala : Rambut hitam, bersih, tidak ada benjolan
Muka : Bersih, lembab, tidak ada cidera
Mata : Bersih, simetris, skela putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan berlebih, tidak ada
nafas cuping hidung
Mulut : Bibir lembab, mulut bersih, langit-langit normal, tidak ada
kelaman
Telinga : Bersih, tidak ada cairan berlebih
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan
tidak ada bendungan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada larikan dinding dada, pernafasan teratur
Pulmo/COR : Simetris, sesuai gerakan abdomen, bunyi jantung normal
Abdomen : Tidak kembung, tidak ada cidera, tidak bengkak
Genetalia : Testis sudah turun pada skrotum, terdapat lubang diujung
penis, tidak ada kelainan
Punggung : Datar, tidak ada kelainan
Anus : Berlubang, tidak ada kelainan
Ekstremitas :
a. Atas : akral hangat, jari lengkap, bergerak aktif, tonus otot
baik
b. Bawah : akral hangat, jari lengkap, bergerak aktif, tonus
otot baik
Kulit : warna merah muda

V. ANALISA
Diagnosa Kebidanan : By. Z usia 1 bulan fisiologis
Masalah :-
Diagnosa potencial :-
Kebutuhan segera : Imunisasi BCG dan Polio

VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan baik, sehat,
tidak ada kekerasandan tumbuh kembang baik
Hasil : Ibu senang mengetahui pemeriksaan bayinya dalam keadaan baik
2. Menjelaskan manfaat, efek samping dan prosedur dari BCG dan polio yaitu
a. BCG
- Manfaat : Untuk mencegah penyakit TBC
- Efek Samping : Imunisasi BCG dapat menimbulkan efek samping
berupa bisul atau luka bernanah pada bekas suntikan
- Prosedur : Mempersiapkan pasien, Mempersiapkan alat-alat,
Melakukan penyuntikan imunisasi BCG tersebut 1/3 bagian lengan kanan
atas (tepatnya pada insertion musculus deltoideus) secara intra cutan.
b. Polio
- Manfaat : Untuk mencegah penyakit polio
- Efek Samping : Umumnya tidak ada efek samping yang muncul
setelah pemberian vaksin OPV. Bila ada mungkin hanya demam ringan dan
tidak berbahaya bagi kesehatan.
- Prosedur : Mempersiapkan pasien, Mempersiapkan alat-alat,
Melakukan pemberian polio tetes sebanyak 2 kali
Hasil : Ibu mengerti dan bisa menyebutkan kembali apa manfaat, efek
samping dan prosedur dari BCG dan polio. Dan ibu juga telah bersedia
bahwa bayinya akan dilakukan imunisasi BCG dan polio tetes.
3. Menyiapkan alat dan vaksin, spuit 0,05 cc, vaksin BCG dan polio, dan
kapas DTT/ Alcohol Swab
Hasil : Alat dan vaksin telah disiapkan
4. Melakukan injeksi imunisasi BCG secara ic di lengan tangan atas sebelah
kanan
Hasil : Imunisasi BCG telah dilakukan
5. Memberikan imunisasi polio secara oral 2 tetes
Hasil : Imunisasi polio telah diberikan dengan cara diteteskan
6. Melepas sarung tangan secara terbalik lalu cuci tangan dan mengeringkan
tangan
Hasil : Sarung tangan telah dilepas secara terbalik, dan cuci tangan
telah dilakukan
7. Memberitahu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu satu bulan setelah
imunisasi, pada tanggal 4 November 2022 dengan jenis imunisasi DPT-
HB-Hib 1 dan polio 2
Hasil : Ibu mengetahui kapan jadwal imunisasi selanjutnya dan
mampu menyebutkan tanggal ,imunisasi pada bulan berikutnya
8. Memberitahu ibu bahwa bekas kulit yang sudah disuntik tidak boleh
dipegang atau ditekan
Hasil : Ibu telah mengetahui dan tidak akan menekan area yang habis
disuntik.
9. Melakukan pendokumentasian hasil Tindakan pada buku KIA
Hasil : Hasil Tindakan telah didokumentasikan pada buku KIA

Semarang, 7 November 2022

Pembimbing Klinik Lahan


Praktikan Praktikan

Sielvi Oktafiani
Siti Asiatun, S.SiT
NIM. P1337424121035
NIP. 197304221992032001

Mengetahui
Pembimbing Akademik

Umaroh, SKM, S.Tr. Keb. M.Kes


NIP. 1699031419982002
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan umum,sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga
mendukung penetapan diagnosa.

Pada tanggal 4 November 2022 jam 09.35 WIB Ibu datang ke Balai Desa
Bondo untuk mengimunisasi bayinya. By. A saat ini sedang berusia 1 bulan. Hal ini
berdasarkan jadwal imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian
vaksin BCG hanya satu kali pada bayi usia 0-1 bulan.I bu mengatakan bahwa
bayinya tidak ada keluhan sedang sakit. Saat datang, By. Z langsung ditimbang berat
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan Panjang badannya. Dan didapatkan hasil
berat badan 4,8 kg, Panjangnya 55 cm, lingkar kepala 37 cm, lingkar lengan 13 cm.
Karena jika berat badan kurang dari 2,5 kg harus ditunda, mengutip dari Center for
Disease Control and Prevention (CDC). Riwayat imunisasinya, By. Z telah
dilakukan imunisasi Hepatitis B Pada tanggal 30 September 2022.

B. Analisa
Bayi “Z” usia 1 bulan fisiologis
C. Penatalaksanaan

Tanggal : 04 November 2022


Jam : 09.35 WIB
Puskesmas Bangsri 1 memiliki SOP tersendiri saat melakukan imunisasi pada
bayi. Sebelum melakukan penyuntikan imunisasi kepada bayi, ibu akan diberitahu
dahulu manfaat, efek samping dan prosedur dari penyuntikan imunisasi BCG ini dan
pemberian polio sebanyak 2 tetes. Ibu juga akan diperlihatkan nama imunisasi BCG
dan tanggal kadaluwarsa agar ibu juga mengerti bahwa imunisasi ini masih layak
pakai. Setelah ibu sudah mengerti bagaimana prosedurnya dan setuju bahwa bayinya
akan disuntik, maka bidan akan segera memberikan imunisasi kepada bayi.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan pada By. Z didapatkan simpulan
sebagai berikut:
1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada By. Z meliputi pengkajian untuk


mendapatkan data subjektif dan data objektif. Pengkajian tersebut dilakukan
secara langsung melalui anamnesa langsung pada ibu By. Z untuk
mendapatkan data subjektif dan dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data objektif. Tidak ada kesulitan khusus dalam melakukan
pengkajian tersebut karena sudah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dengan ibu By. Z

2. Diagnosis

Setelah melakukan proses pengkajian terhadap By. Z, penulis kemudian


akan merumuskan sebuah diagnosis, dimana dalam menegakkan suatu diagnosa
yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pada By. Z secara menyeluruh
meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik.

3. Perencanaan
Selanjutnya penulis merencanakan asuhan sesuai dengan By. Z yang
didapatkan dari pengkajian. Perencanaan pada By. Z harus disesuaikan dengan
apa yang menjadi prioritas kebutuhan si bayi. Kebutuhan By. Z saat ini yaitu
mendapatkan imunisasi BCG dan polio tetes.

4. Pendokumentasian

Pendokumentasian asuhan yang telah diberikan sangatlah penting, hal ini


dikarenakan dengan adanya pendokumentasian penulis dapat mengetahui asuhan
yang diberikan pada By. Z sudah efektif dan untuk memantau bagaimana
perkembangan imunisasi By. Z

B. Saran

1. Bagi Pasien
Diharapkan Ibu By. Z mampu bekerjasama dengan bidan, dengan menerima
konseling sudah dijelaskan dan diberikan serta mempraktiknyanya dalam
kehidupan sehari-hari..
2. Bagi Puskesmas
a. Menyempurnakan SOP sesuai dengan pedoman Program Imunisasi dari
Kementerian Kesehatan sehingga media pengawasan menjadi lebih detail.
b. Melengkapi sarana prasarana yang belum tersedia untuk menunjang
pelayanan imunisasi di Puskesmas Bangsri 1.
DAFTAR PUSTAKA
Khomariah. I, Suryoputro. A, Arso S (2018). Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) Pada Bayi Di Puskesmas Kota Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat(6),
93
Hadianti. D, Mulyati. E.2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta:Gramedia
Lia, V. N., & Dewi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Marmi ,& Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Medika.

Anda mungkin juga menyukai