Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh

Nama: Tria Puspa Ningrum Tanda Tangan


NIM : 11.2019.022
……………………….
Telah Menyetujui,
Dr. Pembimbing: dr. Endah, Sp.P

……………………….

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
RSUD TARAKAN
PERIODE 21 OKTOBER 2019 – 28 DESEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
JL.Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus: Jumat /6 Desember 2019/TB paru Kasus Kambuh
SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT: RSUD TARAKAN

Identitas Pasien
Nama Lengkap: Tn. D Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 24 Agustus 1986 Suku Bangsa : Betawi
Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Pendidikan : SD
Alamat : Jelambar, Grogol Petamburan

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien pada hari Kamis tanggal 25 November 2019 pk.
16.45
Keluhan Utama: Sesak sejak satu minggu sebelum masuk ruah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki berusia 33 tahun, datang ke IGD RSUD Tarakan diantar oleh
keluarganya dengan keluhan sesak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak disetai
lemas seluruh tubuh sejak. 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan batuk berdahak, dengan
konsistensi kental, berwarna kuning kehijauan, tidak terdapat darah pada dahak. Dalam 2
minggu terakhir ini pasien mengeluhkan adanya Meriang dan keringat saat malam hari hingga
membasahi baju dan kepala. Pasien sudah melakukan pengobatan dengan mengkonsumsi obat
warung tetapi perbaikan hanya sementara.. Os juga mengeluhkan penurunan nafsu makan serta
adanya penurunan berat badan.. Os menyangkal adanya nyeri pada ulu hati. Buang air kecil
normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, kencing batu (-), nyeri saat BAK (-),
darah (-). Buang air besar juga dalam batas normal.

2
Os sebelum ini pernah mempunyai riwayat sakit Tb 3 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Dan memiliki riwayat pengobatan OAT sampai tuntas . OS tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, asma dan alergi obat disangkal. Os sebelumnya merokok
1 bungkus per hari dan tinggal di tempat padat penduduk yang ventilasinya buruk.

Penyakit Dahulu
(+) Cacar (-) Malaria (-) Batu ginjal / saluran
kemih
(-) Cacar air (-) Disentri (-) Burut (hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit prostat
(-) Batuk rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit pembuluh
(-) Demam rematik akut (-) Ulkus ventrikuli (-) Perdarahan otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (-) Gastritis (-) Neurosis
(+) Tuberkulosis (-) Batu empedu Lain Lain: (-) Operasi
(-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga
Hubungan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Keadaan Penyebab
Kesehatan Meninggal
Kakek Tidak ingat Laki-laki Meninggal -
Nenek Tidak ingat Perempuan Sehat -
Ayah Tidak ingat Laki-laki Sehat -
Ibu Tidak ingat Perempuan Sehat -
Saudara 33 Perempuan Sehat -
Saudara 20 Laki-laki Sehat -

3
Adakah kerabat yang menderita:
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi +
Asma +
Tuberkulosis +
Artritis +
Rematisme +
Hipertensi +
Jantung +
Ginjal +
Lambung +

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (+) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning/Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri (-) Radang
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Kehilangan pendengaran
(-) Tinitus

Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman

4
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir (-) Lidah kotor
(-) Gusi (sariawan) (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Dada (Jantung / Paru-paru)
(-) Nyeri dada (+) Sesak napas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (+) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
(-) Rasa kembung (-) Wasir
(+) Mual (-) Mencret
(-) Muntah (-) Tinja darah
(-) Muntah darah (-) Tinja berwarna dempul
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna ter
(-) Nyeri perut, kolik (-) Benjolan
(-) Perut membesar
Saluran kemih / Alat kelamin
(-) Disuria (-) Kencing nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuri (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi urin
(-) Kencing batu (-) Kencing menetes
(-) Ngompol (tidak disadari) (-) Penyakit prostat
Saraf dan Otot
(-) Anestesi (-) Sukar mengingat
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiperestesi

5
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Kedutan (‘tick)
(-) Amnesia (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain-lain (-) Gangguan bicara (Disarti)
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri (-) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (kg) : -Kg
Berat badan tertinggi (kg) : 60 Kg
Berat badan sekarang (kg) : 49 Kg

RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir: (+) di rumah (+) rumah bersalin (-) RS bersalin
Ditolong oleh: (-) dokter (-) bidan (+) Dukun (-) Lain-lain

Riwayat Imunisasi
(-) Hepatitis (-) BCG (-) Campak (-) DPT (-) Polio (-) Tetanus

Riwayat Makanan
Frekuensi / hari : 2-3x/hari
Jumlah / hari : Sebelum sakit, makan 1 piring.
Variasi / hari : Bervariasi. Nasi, ikan dan sayur.
Nafsu makan : Sebelum sakit baik.

Pendidikan
(+) SD (-) SMP (-) SLTA (-) Sekolah Kejuruan (-) Akademi
(-) Universitas (-) Kursus (-) Tidak sekolah
Kesulitan:
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada

6
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 45 kg
IMT : 14,49 Kg/m2
Status gizi : Berat badan kurang
Tekanan darah : 95/65 mmHg
Nadi : 125x/menit
Suhu : 38,1oC
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 32x/menit tipe torakoabdominal
Saturasi Oksigen : 93%
Sianosis : tidak ada
Udema umum : tidak ada
Habitus : normal
Cara berjalan : normal
Mobilisasi (aktif/pasif) : aktif
Umur menurut perkiraan pemeriksa : sesuai dengan usia sekarang

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan : Biasa
Proses pikir : Wajar

Kulit
Warna: sawo matang Effloresensi: tidak ada
Jaringan parut: tidak ada Pigmentasi: tidak ada
Pertumbuhan rambut: merata Pembuluh darah: tidak tampak pelebaran
Suhu raba: normotermi Kelembaban: lembab
Keringat: tidak ada Turgor: normal

7
Lapisan lemak: tipis Ikterus: tidak ada
Lain-lain: - Edema: tidak ada

Kelenjar getah bening


Submandibula: tidak teraba pembesaran Leher: tidak teraba pembesaran
Supraklavikula: tidak teraba pembesaran Ketiak: tidak teraba pembesaran
Lipat paha: tidak teraba pembesaran

Kepala
Ekspresi wajah: tenang Simetri muka: simetris
Rambut: hitam,kuat, tidak bercabang Pembuluh darah temporal: tidak terlihat

Mata
Exophthalmus : ( - ) Enopthalmus :(-)
Kelopak : normal Lensa : Jernih
Konjungtiva : anemis -/- Visus : Tidak diperiksa
Sklera : ikterik -/- Gerakan mata :(N)
Lapangan penglihatan : N Tekanan bola mata :(N)
Deviatio konjungae :(-) Nystagmus :(-)
Telinga
Tuli: tidak ada Selaput pendengaran: utuh
Lubang: tidak ada Penyumbatan: tidak ada
Serumen: tidak ada Perdarahan: tidak ada
Cairan: tidak ada
Mulut
Bibir: tidak sianosis, tidak kering Tonsil: T1-T1, tenang
Langit-langit: normal Bau pernapasan: tidak ada
Gigi geligi: normal Trismus: tidak ada
Faring: tidak hiperemis, tidak ada lendir Selaput lendir: normal
Lidah: normal

Leher
Tekanan vena jugularis (JVP): tidak dilakukan
Kelenjar tiroid: tidak teraba pembesaran

8
Kelenjar limfe: tidak teraba pembesaran

Dada:
Bentuk: cekung
Pembuluh darah: tidak terlihat

Paru – Paru
Paru-paru Anterior Posterior
Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, tidak tampak lesi dinamis, tidak tampak lesi
atau benjolan atau benjolan
inspeksi
Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, tidak tampak lesi dinamis, tidak tampak lesi
atau benjolan atau benjolan
Kanan Tidak teraba benjolan, Tidak teraba benjolan,
tidak nyeri, fremitus taktil tidak nyeri, fremitus taktil
simetris simetris
Palpasi
Kiri Tidak teraba benjolan, Tidak teraba benjolan,
tidak nyeri, fremitus taktil tidak nyeri, fremitus taktil
simetris simetris
Kanan Sonor Sonor
Perkusi
Kiri Sonor Sonor
Kanan Vesikuler (+), Rhonki (+), Vesikuler (+), Rhonki (+),
whezing (-) whezing (-)
Auskultasi
Kiri Vesikuler (+), Rhonki (+), Vesikuler (+), Rhonki (+),
whezing (-) whezing (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga 5 garis midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : sela iga 4 garis parasternalis dextra
Batas kiri : sela iga 5 garis midclavikula sinistra

9
Batas atas : sela iga 2 garis parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pembuluh Darah
Arteri Temporalis : Teraba Pulsasi
Arteri Karotis : Teraba Pulsasi
Arteri Brakhialis : Teraba Pulsasi
Arteri Radialis : Teraba Pulsasi
Arteri Femoralis : Teraba Pulsasi
Arteri Poplitea : Teraba Pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba Pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : Teraba Pulsasi

Perut
Inspeksi : datar, warna kulit sawo matang, lesi (-), benjolan (-)
Palpasi
Dinding perut : supel, nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba membesar, nyeri (-)
Limpa : tidak teraba membesar, nyeri (-)
Ginjal : tidak teraba membesar, nyeri saat balotement(-)
Kandung empedu : tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Refleks dinding perut : dalam batas normal, defense muscular (-)
Alat Kelamin (atas indikasi)
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi.
Anggota Gerak
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus : normotonus normotonus
Massa : (-) (-)
Sendi : normal normal
Gerakan : aktif aktif
Kekuatan : +5 +5
Oedem : (-) (-)

10
Petechie : (-) (-)

Tungkai dan Kaki Kanan Kiri


Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot
Tonus : normotonus (kiri dan kanan)
Massa : negatif (kiri dan kanan)
Sendi : normal (kiri dan kanan)
Gerakan : aktif (kiri dan kanan)
Kekuatan : normal (kiri dan kanan)
Oedem : negatif (kiri dan kanan)
Petechie : negatif (kiri dan kanan)

Refleks

Kanan Kiri
Refleks Tendon Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Trisep Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Patela Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Achiles Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Patologis Negatif Negatif

LABORATORIUM & PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Tanggal 05 November 2019


Laboratorium
Hematologi
Darah Rutin
 Hemoglobin : 14,6 g/dL
 Hematokrit : 43.7%

11
 Eritosit : 5470/uL
 Leukosit : 18.700/uL
 Trombosit : 201000/uL
 MCV : 79.9%
 MCH : 26,7 pg
 MCHC : 33,4 %

Fungsi hati
 SGOT : 21 U/L
 SGPT : 27 U/L

Fungsi Ginjal
 Ureum : 34 mg/dL
 Kreatinin : 0.7 mg/dL

Diabetes
 GDS : 129 mg/dL

Elektrolit
 Natrium (Na) : 136 mEq/L
 Kalium (K) : 4.0 mEq/L
 Klorida (Cl) : 101 mEq/L

Analisa Gas Darah


 pH : 7,466
 p CO2 : 41,7 mmHg
 p O2 : 103 mmHg
 SO2 : 98,1 %
 BE-ecf : 6,4 C
 BE-b : 6,5 mmHg
 SBC : 30,3 mmHg
 HCO3 : 30,3 mmHg
 TCO2 : 31,6 mmHg
 A : 99,0 mmHg
 a/A : 1,0 mmHg
 O2CT : 20,2mL/dL
 PO2/FIO2 : 492,7

12
 Temperatur : 37,0 derajat Celcius

Tanggal 12 November 2019


Laboratorium
Fungsi hati
 Albumin : 3,2 g/dL
 Globulin : 2,80 g/dL
 SGOT : 15 U/L
 SGPT : 11 U/L
 Bilirubin indirek : 0.7 mg/dL
 Bilirubin total : 1,5 mg/dL
 Bilirubin direk : 0.80 mg/dL

Imunoserologi
- Anti HIV (reagen 1) : non reaktif

Tes Cepat Molekular sputum


- MTB Detected

Tes Resisten Rimfapicin


- Tidak Terdeteksi

Tanggal 23 Oktober 2019


Foto Thorax

Gambar 1

13
AP-lateral : pulmo : tampak infiltrat dan kavitas pada kedua lapang paru, terdapat pembesaran
jantung, sinus dan diafragma baik. Kesan : Tb paru

RINGKASAN
Seorang laki-laki berusia 33 tahun, dengan keluhan sesak sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Sesak disetai lemas seluruh tubuh sejak. 1 bulan yang lalu, pasien
mengeluhkan batuk berdahak, dengan konsistensi kental, berwarna kuning kehijauan, tidak
terdapat darah pada dahak. Dalam 2 minggu terakhir ini pasien mengeluhkan adanya Meriang
dan keringat saat malam hari hingga membasahi baju dan kepala. Pasien sudah melakukan
pengobatan dengan mengkonsumsi obat warung tetapi perbaikan hanya sementara.. Os juga
mengeluhkan penurunan nafsu makan serta adanya penurunan berat badan.. BAB dan BAK
dalam batas normal.
Os sebelum ini pernah mempunyai riwayat sakit Tb 3 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Dan memiliki riwayat pengobatan OAT sampai tuntas . OS tidak ada riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, asma dan alergi obat disangkal. Os sebelumnya merokok
dan tinggal di tempat padat penduduk yang ventilasinya buruk
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, BMI berat badan kurang.
Tekanan darah 95/65 mmHg, frekuensi nadi 125x/menit, frekuensi napas 32x/menit, suhu 38,1
o
C dan saturasi oksigen 93%. Pada pemeriksaan rontgen thorax tampak infiltrat dan kavitas
pada kedua lapangan paru.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
1. Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh
Dasar diagnosis: Dari anamnesis pasien didapati keluhan demam sejak 1 minggu yang
lalu, OS mengeluhkan ada batuk berdahak, ada keringat dingin pada waktu malam hari,
sesak, dan nafsu makan berkurang. Ada riwayat sakit Tb pada 3 tahun sebelum masuk
rumah sakit dengan riwayat pengobatan tuntas. Dari rontgen thorax rontgen thorax
tampak infiltrat dan kavitas pada kedua lapang paru. Pemeriksaan immunoserolgi anti
HIV didapatkan tidak reaktif.

Penatalaksanaan
- Rimfapisisn tab 1x450 mg
- INH tab 1x300 mg

14
- Pyrazinamide tan 1x1000 mg
- Etambutol tab 1x1000 mg
- Acetylcystein 3x200mg
- Ceftriaxone 1x2 gr

Diagnosis Banding
1. Bronkopneomoni
a. Dasar diagnosis: Dari anamnesis pasien didapati keluhan demam sejak 1 minggu yang
lalu. OS mengeluhkan ada batuk, kadang-kadang keringat dingin, sesak.
2. Bronkiekstasis
a. Dasar diagnosis: Dari anamnesis pasien mengeluhkan ada batuk, sesak napas, lemas,
dan berkurangnya napsu makan.

Pemeriksaan yang Dianjurkan:


1. Hematologi Rutin
2. Foto toraks
3. Sputum TCM
4. Sputum BTA 3x
5. Anti HIV

Pencegahan
1. Vaksin BCG
2. Memakai masker saat kontak dengan pasien TB
3. Tutup mulut saat bersin, batuk dan tertawa.
4. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
5. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik.
Prognosis
1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Fungsionam : bonam
3. Ad Sanationam : bonam

15
TINJAUAN PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


tuberculosis sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Tuberkulosis merupakan salah satu daripada 10 penyebab kematian utama di
seluruh dunia. TB merupakan penyakit yang dapat dirawat dan dicegah. Pada tahun 2017,
secara global dianggarkan 10 juta orang menderita TB dan 1,6 juta meninggal dunia karena
penyakit ini. Lebih dari 95% kasus dan kematian berasal dari negara – negara yang sedang
membangun. Jumlah terbesar kasus baru TB adalah di Asia Tenggara yaitu sebesar 62% dan
diikuti wilayah Afrika dengan 25% kasus baru. Delapan negara yang menyumbang dua pertiga
dari kasus baru TB adalah India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan
Afrika Selatan. Penyebaran secara hematogen dan limfogen berkaitan dengan daya tahan
tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan,
akan tetapi bila tidak terdapat imunitas yang adekuat.1,2

16
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo
Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis,
M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis
merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia.2-4

2.2 Etiologi

Mycobacterium Tuberculosis adalah penyebab utama penyakit tuberkulosis


pada manusia, berupa basil tidak membentuk spora, tidak bergerak, panjang 2-4 nm.
Obligat aerob yang tumbuh dalam media kultur Loweinstein-Jensen, tumbuh baik pada
suhu 37-410C, dinding sel yang kaya lemak menyebabkan tahan terhadap efek
bakterisidal antibodi dan komplemen, tumbuh lambat dengan waktu generasi 12-24
jam.5

2.3 Epidemiologi

Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB


tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO,
2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian
akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.6

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta
jiwa terjangkit penyakit TB dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat penyakit
tersebut. Hampir 95% kasus kematian akibat TB berada di negara berpendapatan
menengah ke bawah. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia produktif secara

17
ekonomi yaitu usia 15-50 tahun. Seorang pasien TB dewasa diperkirakan akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal ini berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara
ekonomi, TB juga memberikan dampak buruk lainnya, misalnya dampak sosial yang
berakibat pasien TB dikucilkan oleh masyarakat.7

2.4 Patogenesis

Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Ukuran kuman
TB sangat kecil (<5µm), sehingga kuman yang terhirup dalam percik renik (droplet
nuclei) dapat mencapai alveolus. Sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons
imunologis spesifik, sedangkan sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat
dihancurkan. Individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag
alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar di hancurkan. Sebagian kecil
kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak dalam makrofag,
dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di
tempat tersebut, yang di namakan fokus primer Ghon. Penyebaran selanjutnya, kuman
TB dari fokus primer Ghon menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe
regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus primer, limfangitis,
dan limfadenitis di namakan kompleks primer (primary complex). Waktu yang di
perlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap di sebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi TB berlangsung selama 2-12
minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu. Selama masa inkubasi, sebelum
terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen.
Penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk
kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara limfohematogen. Penyebaran
hematogen secara langsung bisa juga terjadi, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi
darah dan menyebar ke seluruh tubuh (gambar 2).7,8

18
Gambar 2: Patogenesis terjadinya TB12,17

2.5 Manifestasi Klinis

Demam, Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang


panas badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
infliuenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Batuk/ batuk darah, Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena iritasi
pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
ialah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronkus.
Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

19
Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.
Malaise. Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan
makin turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,dll. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan timbul secara tidak teratur.
Gejala-gejala tersebut dapat juga dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Prevalensi TB paru di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan
Kesehatan) dengan gejala tersebut, dianggap sebagai tersangka pasien TB paru dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskospis langsung.6
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosa, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
menegakkan diagnosa dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-sewaktu
(S-P-S).6

2.6 Diagnosis Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, antara lain:

 Pemeriksaan Darah Lengkap

Leukositosis dan leukopenia biasanya ditemukan pada pasien-pasien TB.


Biasanya pasien mengalami anemia, dan trombositopenia namun bisa juga mengalami
trombositosis.3,5,6

 Pemeriksaan Dahak

• Pemeriksaan Dahak Mikroskopik Langsung

Pemeriksaan dahak ini berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai


keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan TB pada penderita
terduga. Pemeriksaan dahak ini dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak
yang dikumpulkan dalam tempoh dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak

20
Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS):

1. S (Sewaktu): Dahak ditampung saat penderita terduga TB datang


berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, penderita ini
diberikan pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

2. P (Pagi): Seterusnya, pada pagi hari kedua, penderita diminta untuk


menampung dahak segera setelah bangun dari tidur. Pot itu dibawa ke
fasyankes dan diserahkan kepada petugas.

3. S (sewaktu): Pada saat penderita berkunjung ke fasyankes, penderita


diminta untuk menampung dahak sekali lagi pada saat menyerahkan
dahak pagi kepada petugas. 3,5,6

• Pemeriksaan Biakan

Pemeriksaan biakan dilakukan untuk mendeteksi dan identifikasi


Mycobacteriun tuberculosis. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita tertentu
misalnya pada penderita TB ekstra paru, penderita TB anak dan penderita TB dengan
hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung didapati BTA negatif.

 Pemeriksaan Foto Toraks

Pada pemeriksaan foto toraks, akan didapatkan:

 Bayangan berawan/noduler di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
 Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral
 Fibrotik pada segmen apical atau lobus atas
 Kalsifikasi
 Fibrotoraks atau penebalan pleura.16

21
Gambar 3: Alur diagnosis dan tindak lanjut TB paru pada penderita dewasa (tanpa kecurigaan
/ bukti: hasil tes HIV (+) atau terduga TB resisten obat)1

Keterangan:

1. Pemeriksaan klinis secara cermat dan hasilnya dicatat sebagai data dasar kondisi
penderita dalam rekam klinis. Untuk faskes yang memiliki alat tes cepat, pemeriksaan
mikroskopis langsung tetap dilakukan untuk terduga TB tanpa kecurigaan / bukti HIV
maupun resistensi OAT.
2. Hasil pemeriksaan BTA negatif pada semua contoh uji dahak (SPS) tidak
menyingkirkan diagnosis TB. Apabila akses memungkinkan dapat dilakukan
pemeriksaan tes cepat dan biakan. Untuk pemeriksaan tes cepat dapat dilakukan hanya
dengan mengirimkan contoh uji.
3. Sebaiknya pembacaan hasil foto toraks oleh seorang ahli radiologi.

22
4. Pemberian AB (antibiotika) non - OAT yang tidak memberikan efek pengobatan TB
termasuk golongan Kuinolon.
5. Untuk memastikan diagnosis TB.
6. Dilakukan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling).
7. Bila hasil pemeriksaan ulang tetap BTA negatif, lakukan observasi dan penilaian
lanjutan oleh dokter untuk faktor – faktor yang bias mengarah ke TB.3,6-9
Catatan:

• Agar tidak terjadi over diagnosis atau under diagnosis yang dapat merugikan penderita
serta gugatan hukum yang tidak perlu, pertimbangan dokter untuk menetapkan dan
memberikan pengobatan didasarkan pada:
a) Keluhan, gejala dan kondisi klinis yang sangat kuat mendukung TB.
b) Kondisi penderita perlu segera diberikan pengobatan, misal: pada Meningitis TB,
TB milier, penderita ko – infeksi TB/HIV, dsb.
c) Sebaiknya tindakan medis yang diberikan dikukuhkan dengan persetujuan tertulis
penderita atau pihak yang diberikan kuasa (informed consent).
• Semua terduga penderita TB dengan gejala batuk harus diberikan edukasi tentang PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) untuk menurunkan risiko penularan. 3,6-9

2.7 Klasifikasi TB

Diagnosis TB dengan konfirmasi bakteriologis atau klinis dapat diklasifikasikan berdasarkan:

 lokasi anatomi penyakit;


 riwayat pengobatan sebelumnya;
 hasil bakteriologis dan uji resistensi OAT; (pada revisi guideline WHO tahun 2013
hanya tercantum resisten obat)
 status HIV.1,7,10
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi

- TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial. TB milier
diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di paru. Pasien yang mengalami TB paru
dan ekstraparu harus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.

- TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim paru seperti pleura,

23
kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak.
Kasus TB ekstraparu dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah diupayakan
semaksimal mungkin dengan konfirmasi bakteriologis. 1,7,10

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

 Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya atau riwayat
mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.
 Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang pernah
mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih. Kasus ini diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan
hasil pengobatan terakhir sebagai berikut:
o Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini
ditegakkan diagnosis TB episode rekuren (baik untuk kasus yang benar-benar
kambuh atau episode baru yang disebabkan reinfeksi).
o Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
o Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau
lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut- turut atau
dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan. (Pada revisi guideline
WHO tahun 2013 klasifikasi ini direvisi menjadi pasien dengan perjalanan
pengobatan tidak dapat dilacak (loss to follow up) yaitu pasien yang pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan).
o kasus dengan riwayat pengobatan lainnya adalah pasien sebelumnya pernah
mendapatkan OAT dan hasil akhir pengobatannya tidak diketahui atau tidak
didokumentasikan.
o Pasien pindah adalah pasien yang dipindah dari register TB (TB 03) lain untuk
melanjutkan pengobatan. (Klasifikasi ini tidak lagi terdapat dalam revisi
guideline WHO tahun 2013).
o Pasien yang tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien
yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
Penting diidentifikasi riwayat pengobatan sebelumnya karena terdapatnya risiko
resisten obat. Sebelum dimulai pengobatan sebaiknya dilakukan pemeriksaan biakan spesimen
dan uji resistensi obat atau metode diagnostik cepat yang telah disetujui WHO (Xpert

24
MTB/RIF) untuk semua pasien dengan riwayat pemakaian OAT. 1,7,10

c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis dan uji resistensi obat

Semua pasien suspek / presumtif TB harus dilakukan pemeriksaan bakteriologis untuk


mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada pemeriksaan apusan
dahak atau spesimen lain atau identifikasi M. tuberculosis berdasarkan biakan atau metode
diagnostik cepat yang telah mendapat rekomendasi WHO (Xpert MTB/ RIF).10

Pada wilayah dengan laboratorium jaminan mutu eksternal, kasus TB paru dikatakan
apusan dahak positif berdasarkan terdapatnya paling sedikit hasil pemeriksaan apusan dahak
BTA positif pada satu spesimen pada saat mulai pengobatan. Pada daerah tanpa laboratorium
dengan jaminan mutu eksternal maka definisi kasus TB apusan dahak positif bila paling sedikit
terdapat dua spesimen pada pemeriksaan apusan dahak adalah BTA positif.10

Kasus TB paru apusan negatif adalah

1. Hasil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif tetapi biakan positif untuk
M.tuberculosis
2. Memenuhi kriteria diagnostik berikut ini: keputusan oleh klinisi untuk mengobati
dengan terapi anti TB lengkap; dan temuan radiologis sesuai dengan TB paru aktif
serta :
a. terdapat bukti kuat berdasarkan laboratorium atau manifestasi klinis; atau
b. bila HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui tetapi tinggal di daerah dengan
prevalens HIV rendah), tidak respons dengan antibiotik spektrum luas (di luar
OAT dan fluorokuinolon dan aminoglikosida). Kasus TB paru tanpa
pemeriksaan apusan dahak tidak diklasifikasikan apusan negatif tetapi
dituliskan sebagai “apusan tidak dilakukan”.10

2.8 Penatalaksanaan

 Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.6
 Prinsip pengobatan

25
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Kategori II :
- Kasus: Kambuh
Pengobatan: 2RHZES/ 1RHZE/5RHE
Adapun Jenis, sifat dan dosis OAT yang digunakan untuk TB paru sebagaimana tertera
dalam Tabel
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT
Obat Dosis Dosis yang dianjurkan Dosis Dosis (mg)/ berat
(Mg/KgBB/Hari) maks/hr badan (kg)/ hr
Harian Intermitten (mg) <40 40- >60
(mg/ (mg/ kg/ BB/ 60
kgBB/ kali)
hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 300 300 300
Z 20-30 25 35 750 1000 1000
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S* 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000
BB

26
Pengobatan TB paru dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan efek samping
baik yang bersifat ringan maupun yang berat. Tabel 2 menjelaskan efek samping OAT dari
yang ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.6

Efek samping OAT


Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping.
Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek
samping yang terjadi dapat ringan atau berat. Bila efek samping ringan dan dapat diatasi
dengan obat simptomatis maka pemberian obat OAT dapat dilanjutkan.6

Tabel 3. Efek samping OAT.


OAT Efek samping
Rifampicin - Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatal
- Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan, hepatitis)
- Syok, purpura, gagal ginjal akut
- Tidak napsu makan, mual dan nyeri perut
- Urin berwarna kemerahan atau oranye
- Sindrom flu (demam, menggigil, malaise, sakit kepala, nyeri
tulang)

Isoniazid - Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatal


- Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan, hepatitis)
- Tidak napsu makan, mual dan nyeri perut
- Rasa terbakar, kebas atau kesemutan pada tangan atau kaki
- Mengantuk

27
Pirazinamid - Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatal
- Kuning (setelah penyebab lain disingkirkan, hepatitis)
- Tidak napsu makan, mual dan nyeri perut
- Nyeri sendi
Etambutol Gangguan penglihatan (setelah gangguan lain disingkirkan)
Streptomisin - Kemerahan kulit dengan atau tanpa gatal
- Tuli (bukan disebabkan oleh kotoran)
- Pusing (vertigo dan nistagmus)
- Penurunan jumlah urin

Sebagian Bingung (diduga gangguan hepar berat bila bersamaan dengan kuning)
besar OAT

2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau retraktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih
bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada
kasus seperti ini pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan
simtomatis. Bila pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.6,9

28
BAB III
KESIMPULAN

Tuberkulosi (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini
dan merupakan masalah besar di Indonesia, meskipun penanganan TB sudah dilakukan selama
berpuluh tahun. Jadi, penanganan dan edukasi yang tepat kepada pasien TB mampu
menurunkan angka prevalens TB di waktu mendatang.

29
Daftar pustaka

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit


dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Bakti
Husada; 2014.
2. World Health Organization. Tuberculosis fact sheet. Januari 2018. Tersedia di
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/. Diakses pada 20 Mei 2019.
3. Wibisono, MJ. Winariani, dan Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010.
Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR/ RSUD Dr. Soetomo
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. TB: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. TB TK, editor. Jakarta: PDPI; 2011.
5. Departemen Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia 2011-
2014. Jakarta: Depkes RI
6. Kartasasmita CB, Basir D. Tuberkulosis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto
DB, penyunting. Buku ajar respirologi. Edisi pertama. Jakarta. IDAI;2008.h.162-261.
7. WHO. Anti tuberculosis treatment in children. Dalam: Guidance for national
tuberculosis programmes on the management of tuberculosis in children. Geneva: World
Health Organization;2006;1205-11.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penanggulangan Nasional
Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta. Depkes RI
9. Grossman M. Tuberculosis. Dalam: Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD,
penyunting. Buku ajar Pediatri Rudolph. Edisi ke-20. EGC;1997.h.687-97.
10. Djojodibroto, RD. 2007. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

30

Anda mungkin juga menyukai