(Proposal Skripsi)
OLEH:
RENALDY FIRDAUS
NPM.18310129
(Proposal Skripsi)
OLEH:
RENALDY FIRDAUS
NPM.18310129
i
LEMBAR PERSETUJUAN
NPM : 18310129
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Fonda Octarianingsih Shariff, Sp.OG dr. Festy Ladyani Mustofa, M.Kes
ii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Penguji : ...............
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb
Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih dan maha penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Sikap
Ibu Hamil Terhadap Vaksin COVID-19 di Puskesmas Simpur Bandar Lampung
Tahun 2021”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam
menempuh program Sarjana Strata-1 Kedokteran Umum.
Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyatakan terimakasih kepada:
1. Dr. dr. Achmad Farich, M. M., selaku Rektor Universitas Malahayati.
2. dr. Toni Prasetya,Sp.PD, FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.
3. dr. Sri Maria Puji Lestari, M.Pd., Ked., selaku Kepala Prodi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.
4. dr. Fonda Octarianingsih Shariff, Sp.OG., selaku dosen pembimbing I telah
mengarahkan dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. dr. Festy Ladyani, M.Kes., selaku dosen pembimbing II telah mengarahkan dan
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. dr. Bambang Kurniawan Sp.Og., selaku penguji yang telah mengevaluasi skripsi ini
menjadi lebih baik lagi.
7. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati yang telah memberikan
arahan dan informasi dalam penulisan skripsi ini.
8. Ayah Drs.H.Jajang Sudrajat,S.Pd.,M.Pd., dan Ibu Dra.Hj Neneng, yang selalu
mendoakan dan memberi dukungannya
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan yang telah diberikan. Skripsi
ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada seluruh pembaca agar memperluas pengetahuan.
Bandar Lampung, ....... 2021
(Renaldy Firdaus)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL DALAM........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................ii
MENGESAHKAN..........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................5
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian......................................................................38
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Sebaran COVID-19.......................................................................................17
Gambar 2.2 Struktur Coronavirus.............................................................................................18
Gambar 2.3 Perjalanan penyakit COVID-19............................................................................23
Gambar 2.4 Kerangka Teori.....................................................................................................34
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................................35
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
bernama SARS-CoV-2 pertama kali dilaporkan oleh pejabat di Kota Wuhan, Cina,
2019. Sementara beberapa kasus paling awal yang diketahui memiliki kaitan
dengan pasar makanan grosir di Wuhan, beberapa tidak. Banyak dari pasien awal
adalah pemilik warung, pegawai pasar, atau pengunjung tetap pasar ini. Sampel
lingkungan diambil dari pasar ini pada bulan Desember 2019 dinyatakan positif
Wuhan adalah sumber wabah ini atau berperan dalam amplifikasi awal wabah.
Pasar makanan grosir ditutup pada 1 Januari 2020 (World Health Organization,
2020).
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19
1
2
yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal,
Infeksi menimbulkan berat, sedang atau ringan. Gejala klinis utama adalah
demam (suhu > 38°C), batuk dan sesak napas. Juga di ikuti kram parah, kelelahan,
mialgia, gejala gastrointestinal. Pada kasus yang parah, kondisi dapat memburuk
dengan cepat, seperti syok septik, ARDS, asidosis metabolik yang menetap dan
Oleh karena itu, di banyak negara, termasuk pemerintah Indonesia, pencegahan dan
berisiko lebih besar, salah satunya adalah ibu hamil (Qiao, 2020).
Ibu hamil tercatat salah satu kelompok rentan risiko terinfeksi COVID-19
mengakibatkan penurunan kekebalan parsial (Liang and Acharya, 2020). Ibu hamil
perubahan fisiologi tubuh dan mekanisme respon imun (Nurdianto et al, 2020).
Wanita hamil dengan COVID-19 terjadi pada trimester pertama, kedua, dan ketiga.
Pada terimester pertama, meski sejauh ini belum terbukti ibu hamil dapat
organogenesis dan perkembangan janin. Semakin dini kasus infeksi, semakin besar
Ibu hamil dengan COVID-19 lebih mungkin melahirkan secara prematur (studi
8549 wanita) (WHO, 2020). Beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
Komisi Kesehatan Nasional Cina mengidentifikasi terdapat 118 ibu hamil yang
2020. Pada trimester kedua terdapat 75 (64%) wanita hamil dengan COVID-19.
Dari 118 kasus, 112 menunjukkan gejala (simtomatis) dan 6 kasus sisanya adalah
asimtomatis. Meski ada banyak pasien, belum ada ibu hamil yang meninggal (Chen
et al, 2020).
Saat ini terdapat 3 jenis vaksin (vaksin mRNA, vaksin vektor virus, vaksin
subunit protein) (Amanda et al, 2021). Tak satu pun dari jenis vaksin ini yang dapat
SARS-CoV-2 (CDC, 2020). Vaksin ini dapat ditoleransi dengan baik di semua
termasuk kelelahan dan sakit kepala setelah dosis vaksin kedua. Sangat dianjurkan
agar vaksin tersebut diberikan harus digunakan pada wanita hamil dan menyusui
penyakit tersebut. Menanggapi dan melindungi diri dari Vaksin berisi antigen atau
bagian dari organisme berbahaya penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau
sudah tidak aktif. Antigen yang sudah dilemahkan ini akan memicu respons imun
dalam tubuh untuk membuat antibodi. Versi antigen yang sudah dilemahkan ini
tidak akan menimbulkan penyakit pada manusia yang menerima vaksin tersebut.
4
Hanya dengan saja, tubuh akan memberikan respons yang sama ketika patogen asli
yang menyerang.
Sejumlah vaksin harus diberikan dalam beberapa kali dosis, dengan rentang
waktu mingguan atau bulanan. Ini kadang diperlukan untuk mendorong tubuh
memproduksi antibodi-antibodi yang lebih kuat dan tahan lama serta untuk
memberi kesempatan sel-sel imun mengingat penyakitnya. Dengan cara ini, sistem
yang sudah ditemukan vaksinya. Sayangnya, tidak semua orang dapat mendapatkan
vaksin seperti para pengidap kanker dan HIV atau mereka yang mengalami alergi
pada sejumlah komponen pembentuk vaksin. Namun, orang-orang ini dapat tetap
hidup sehat dan selamat jika mereka dikelilingi oleh orang-orang yang sudah
divaksin. Patogen, termasuk virus penyebab COVID-19, akan sulit menyebar ketika
banyak atau sebagian besar orang dalam suatu komunitas telah mendapatkan
vaksin. Dengan demikan, semakin banyak orang yang divaksinasi maka semakin
sedikit risiko orang-orang terserang penyakit. Inilah yang disebut herd immunity.
Namun, tidak satu pun vaksin yang memberikan perlindungan menyeluruh terhadap
suatu penyakit. Begitu juga herd immunity juga tidak menjamin perlindungan total
pada mereka yang tidak atau belum divaksinasi. Namun setidaknya, orang-orang
akan mendapatkan perlindungan dasar dengan herd immunity ini, inilah pentingnya
mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi tidak hanya melindungi tubuh kita sendiri, tetap
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah "Bagaimana Gambaran Sikap Ibu Hamil terhadap Vaksin
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga tentang tata cara
Universitas Malahayati
Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan yang dapat di gunakan untuk
Sebagai bahan informasi bagi lembaga penelitian, peneliti lain, dan masyarakat
Lampung
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin
infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri
yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga
berupa organisme mati atau hasil - hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus,
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (goleman, daniel,
penyakit tersebut. Menanggapi dan melindungi diri dari Vaksin berisi antigen atau
bagian dari organisme berbahaya penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau
sudah tidak aktif. Antigen yang sudah dilemahkan ini akan memicu respons imun
dalam tubuh untuk membuat antibodi. Versi antigen yang sudah dilemahkan ini
7
8
tidak akan menimbulkan penyakit pada manusia yang menerima vaksin tersebut.
Hanya dengan saja, tubuh akan memberikan respons yang sama ketika patogen asli
yang menyerang.
Sejumlah vaksin harus diberikan dalam beberapa kali dosis, dengan rentang
waktu mingguan atau bulanan. Ini kadang diperlukan untuk mendorong tubuh
memproduksi antibodi-antibodi yang lebih kuat dan tahan lama serta untuk
memberi kesempatan sel-sel imun mengingat penyakitnya. Dengan cara ini, sistem
yang sudah ditemukan vaksinya. Sayangnya, tidak semua orang dapat mendapatkan
vaksin seperti para pengidap kanker dan HIV atau mereka yang mengalami alergi
pada sejumlah komponen pembentuk vaksin. Namun, orang-orang ini dapat tetap
hidup sehat dan selamat jika mereka dikelilingi oleh orang-orang yang sudah
divaksin. Patogen, termasuk virus penyebab COVID-19, akan sulit menyebar ketika
banyak atau sebagian besar orang dalam suatu komunitas telah mendapatkan
vaksin. Dengan demikan, semakin banyak orang yang divaksinasi maka semakin
sedikit risiko orang-orang terserang penyakit. Inilah yang disebut herd immunity.
Namun, tidak satu pun vaksin yang memberikan perlindungan menyeluruh terhadap
suatu penyakit. Begitu juga herd immunity juga tidak menjamin perlindungan total
pada mereka yang tidak atau belum divaksinasi. Namun setidaknya, orang-orang
akan mendapatkan perlindungan dasar dengan herd immunity ini, inilah pentingnya
mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi tidak hanya melindungi tubuh kita sendiri, tetap
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
penerapan protokol kesehatan: menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan
memakai masker (3M), vaksinasi COVID-19, dan 3T (Tes, Telusur, Tindak lanjut)
Jenis vaksin yang ditetapkan tersebut diproduksi oleh PT. Bio Farma (Persero),
Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, serta Sinovac Biotech Ltd. Berdasarkan SK
Menkes, keenam vaksin COVID-19 ini akan bisa dipakai setelah mendapatkan izin
edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan Pengawas Obat
Berikut ini uraian singkat mengenai masing-masing kandidat vaksin yang akan
PT. Bio Farma (Persero) merupakan produsen vaksin virus Corona dari dalam
dalam hal pengadaan vaksin COVID-19 yang melibatkan perusahaan BUMN ini,
sebagai berikut :
a. Melalui PT. Bio Farma, Pemerintah Republik Indonesia menjalin kerja sama
b. Melalui PT. Biofarma, para ahli membuat vaksin produksi dalam negeri
yang disebut vaksin Merah Putih. Vaksin ini merupakan hasil kerja sama
Heriyanto, menyebut sebanyak 1.620 relawan uji klinis tahap tiga vaksin sinovac
menerima 95% persyaratan mutu bakal vaksin Sinovac. Namun, BPOM saat ini
masih menanti hasil dari uji klinis tahap ketiga vaksin tersebut. Sementara, vaksin
2. AstraZeneca
Vaksin yang diajukan oleh Oxford University, Britania Raya ini dikenal juga
sebagai vaksin vektor viral yang memiliki mekanisme kerja seperti kuda Troya
pada sistem imun. Para ahli di Oxford memindahkan protein spike (protein yang
senjata virus untuk menginvasi sel) dari SARS-CoV-2 pada versi adenovirus yang
telah dilemahkan. Adenovirus sendiri adalah virus penyebab flu biasa. Harapannya,
pada suhu yang sangat dingin. Pada 23 November 2020, Oxford dan AstraZeneca
mengumumkan bahwa mereka telah melakukan dua dari tiga uji coba dan
menunjukkan bahwa vaksin ini 90% efektif untuk COVID-19 dalam tes pertama di
Britania Raya dan 62% untuk percobaan di Brasil. Jika dirata-rata, tingkat
keberhasilan vaksin ini adalah 70%. Lebih jauh, uji coba itu juga menunjukkan
bahwa vaksin ini mampu menghasilkan respons kekebalan tubuh yang kuat pada
orang dewasa dari semua kelompok usia, termasuk orang lanjut usia yang lebih
rawan terinfeksi virus ini. Respons yang terjadi termasuk meningkatnya jumlah
antibodi dan tanggapan dari sel-sel T dengan efek samping yang ringan berupa
3. Moderna
potongan dari mRNA ke dalam sel-sel manusia untuk memicu munculnya respons
imun. Pemberian vaksin ini sebanyak dua dosis dan berjarak empat minggu antar
suntikan. Vaksin ini bisa disimpan dalam es atau dalam mesin pendingin normal
selama 30 hari. Pada 30 November 2020, moderna mengumumkan hasil dari tiga
kali uji cobanya bahwa vaksin ini 94,1% efektif dalam pencegahan kasus-kasus
ringan COVID-19. Perusahaan juga mengklaim bahwa vaksin mereka 100% efektif
dalam mencegah kasus-kasus parah akibat virus ini, meskipun penelitian lanjutan
masih terus dilakukan. FDA atau badan pengawasan obat dan makanan Amerika
Serikat berencana melakukan uji pada vaksin ini per 17 Desember 2020. Jika lolos,
4. Sinopharm
Vaksin sinopharm dibuat oleh perusahaan farmasi negara asal Tiongkok yang
bekerja sama dengan Wuhan Institute of Biological Products. Vaksin ini juga
menggunakan bagian dari virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak diaktifkan dan
diharapkan sudah bisa diakses akhir 2020. Uji coba secara acak dengan vaksin ini
menunjukkan bahwa vaksin ini terbukti dapat memincu respons antibodi tanpa
adanya efek samping yang serius. Sayangnya, penelitian itu tidak mengukur
respons imun dari sel-sel T. Namun, data ini tetap penting karena inilah penelitian
klinis pertama tentang vaksin COVID-19 menggunakan virus yang sudah tidak
Dikutip dari "The Guardian" pada 20 November 2020, setidaknya sudah ada
hampir satu juta orang yang disuntik menggunakan vaksin COVID-19 buatan
saat ini masih dalam tahap pengujian dan belum sepenuhnya selesai. Sebelum
13
pejabat Tiongkok, pelajar, dan pekerja yang bepergian. Pada Juli 2020, Sinopharm
melakukan uji klinis di Uni Emirat Arab pada 15.000 sukarelawan dan
menunjukkan bahwa vaksin samping yang serius. ini tidak menimbulkan efek
Vaksin ini diproduksi sebagai hasil kerja sama antara Plizer yang berbasis di
New York dan perusahaan bioteknologi asal Jerman bernama BioNTech. Vaksin ini
bekerja dengan memasukkan potongan dari sebuah materi genetik virus (yakni
mRNA atau messenger RNA) dalam sel-sel tubuh manusia. Suntikan ini memicu
pertahanan tubuh untuk mengenali keberadaannya. Dosis untuk vaksin ini adalah
dua kali dengan jarak 21 hari. Pfizer and BioNTech telah mengajukan penggunaan
vaksin ini untuk kebutuhan darurat FDA pada 20 November 2020. FDA Amerika
Pada 18 November 2020, Pfizer and BioNTech telah mengumumkan hasil tiga
kali uji coba dengan hasil sesuai yang diharapkan. Penelitian itu menemukan bahwa
vaksin ini 95% efektif dalam mencegah kasus-kasus ringan akibat COVID-19 dan
94% efektif untuk orang dewasa berusia 65 tahun ke atas tanpa gangguan kesehatan
yang serius. Namun, mereka belum merilis data penelitian kepada publik per 7
Desember 2020. Oleh karena itu, masih belum jelas apakah vaksin ini dapat
menghasilkan respons imun yang tahan lama. Perusahaan juga belum menjelaskan
Pfizer and BioNTech ini untuk keperluan darurat. Penerima vaksin juga harus
berusia 16 tahun ke atas. Pfizer sendiri tengah melakukan uji coba di empat negara
bagian di Amerika Serikat. Perusahaan itu juga telah melakukan uji coba yang
vaksin ini dapat memproduksi antibodi dan memicu respons dari sel T yang spesifik
vaksin pada 2020 dan 1,3 miliar dosis vaksin pada penghujung 2021. Vaksin ini
membutuhkan penyimpanan dalam suhu yang ekstra dingin, yakni mencapai minus
70 derajat Celsius.
6. Sinovac
Vaksin ini diberi nama CoronaVac dan dibuat oleh sebuah perusahaan
biofarmasi yang berbasis di Tiongkok bekerja sama dengan Butantan, sebuah pusat
penelitian di Brasil. CoronaVac adalah vaksin tidak aktif yang menggunakan versi
coronavirus yang tidak menular untuk memicu respons dari sistem imun. Pada 17
November 2020, dilaporkan bahwa vaksin ini aman untuk digunakan, tetapi hanya
dihasilkan juga lebih sedikit jika dibandingkan dengan antibodi dari pasien pasien
yang berhasil sembuh dari COVID-19. Hasil uji awal pada monyet Maka
2020, CoronaVac diuji cobakan pada 9.000 petugas medis profesional di Brasil.
diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat Indonesia, tanpa kecuali, dengan
Sejak ditemukan pada tahun 1796, vaksin diakui dan terbukti dapat mencegah
penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu. Vaksinasi COVID-19
19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Ketersediaan vaksin COVID-19,
Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam, pada umumnya ringan
dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi tubuh.
Efek samping ringan seperti demam dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas
suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu dimonitor. Melalui tahapan
pengembangan dan pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat
terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin
jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.
2.2.1 Definisi
16
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
manusia sejak kejadian luar biasa muncul di daerah Wuhan Cina, pada bulan
Desember tahun 2019, lalu diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome
2.2.2 Epidemiologi
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di daerah Wuhan, Cina pada
akhir Desember 2019 (Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama
berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun
berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. (CDC Cina, 2020) Proses penularan yang
tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan
17
Thailand merupakan negara pertama di luar Cina yang melaporkan adanya kasus
4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan
angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia,
Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran COVID- 19 di dunia dapat dilihat pada gambar
sejumlah dua kasus. (WHO, 2020) Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. (KEMENKES, 2020)
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan
kasus dan kematian sudah melampaui Cina. Amerika Serikat menduduki peringkat
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan
6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
2.2.3 Etiologi
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4
(betacoronavirus).
19
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah
SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
19 sebagai SARS-CoV-2.
72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga
dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-CoV-2
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan
pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang
2.2.2 Penularan
berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui
dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data filogenetik
kegiatan lain yang menghasilkan droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan
dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan kepada petugas kesehatan
yang merawat pasien COVID-19, disertai bukti lain penularan di luar Cina dari
seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi penemuan
hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkan
dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala
(asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi. Laporan lain mendukung penularan
antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan langsung antar manusia di luar
Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak memiliki Riwayat perjalanan
Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus
kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis
mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi
antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis tersebut mendapatkan hasil
lebih lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid seperti diabetes melitus
dan hipertensi, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko
dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-
laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok,
diabetes melitus serta hipertensi, diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.
Infeksi saluran napas akut (ISPA) yang menyerang pasien HIV umumnya
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak mengalami
HIV. Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi
penyakit autoimun juga belum dilaporkan. Belum ada studi yang menghubungkan
meta-analisis yang dilakukan oleh Yang, dkk. menunjukkan bahwa pasien COVID-
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan
pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai
risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi
sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga medis. Di Cina, lebih dari 3.300 tenaga
medis juga terinfeksi, dengan mortalitas sebesar 0,6% (Susilo et al., 2020).
Gejala klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari tanpa
hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.
Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load
yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan dari COVID-19 pada pasien dengan infeksi akut saluran napas atas
tanpa komplikasi, dapat disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa
dahak), anoreksia, malaise, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, atau sakit kepala.
Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan
>30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa
bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala yang atipikal (Susilo and
Rumende, 2020).
pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas. Berdasarkan
data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala
lain yang dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan,
23
nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari sekitar 40%
demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1 hingga mencapai
39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C. Perjalanan penyakit
dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada
masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak
bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah,
diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran
pencernaan, dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua
terjadi 4 hingga 7 hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih
demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun. Penanda
inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase
2020).
berat dan onset terjadinya gejala dari beberapa laporan (Susilo et al., 2020).
24
infeksi bakteri), pemeriksaan sarscov-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain,
pemantauan janin dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi
atau diduga harus dirawat di ruang isolasi khusus di rumah sakit. Apabila
rumah sakit tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi syarat
2. Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisis tetap dilakukan.
3. Pemeriksaan rutin (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu dengan
tinggi.
bagi janin. Saat ini tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk
25
periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini dapat dikurangi apabila
Meskipun tidak ada bukti bahwa gannguan pertumbuhan janin (IUGR) adalah
risiko COVID-19, dua pertiga kehamilan dengan SARS disertai oleh IUGR dan
ultrasonografi diperlukan.
6. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan
perjalanan terutama dalam 14 hari terakhir dari daerah dengan penyebaran luas
1. Kortikosteroid
pernapasan, dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) (Roberts D., et al.
terapi influenza (Lansbury L., et al. 2019). Namun, penelitian ini hanya
mencakup satu uji RCT dan kepastian bukti yang tersedia studi observasional
dianggap rendah, karena potensi bias yang terjadi. Sejauh ini, tidak ada bukti
paru janin. Namun, risiko dan manfaat harus dipertimbangkan secara hati-hati
pada ibu hamil dengan penyakit kritis, mengingat kurangnya bukti yang kuat,
minggu (ACOG, 2020; RCOG, 2021). Pada ibu hamil yang memenuhi kriteria
pematangan paru janin, diikuti prednisolon (40 mg/hari secara oral) atau
dalam bentuk aktif secara metabolik dan mungkin memiliki efek buruk
2. Terapi Anti Viral Sejumlah antivirus telah terbukti aman dan efektif pada
jenis antivirus yang diberikan pada ibu hamil dengan COVID-19. Di Hongkong
memiliki risiko lebih rendah terhadap adverse event dibandingkan dengan terapi
risiko kematian lebih rendah (2,5% dibanding 28,8%) (Zhao, X., et al. 2020).
3. Remdesivir
dengan gejala berat (Naqvi M., et al. 2020; Igbinosa I., et al. 2020). Beberapa
studi menunjukkan 68% pasien membaik dan 13% memburuk dan meninggal
setelah pengobatan dengan remdesivir (Grein J., et al. 2020). Remdesivir adalah
penghentian prematur pada transkripsi RNA (Wang M., et al. 2020). Dari 86
pasien ibu hamil dan pasca persalinan yang dirawat di RS dengan gejala berat
efek samping serius yang rendah (Burwick RM., et al. 2020). Remdesivir
melalui terminasi dini transkripsi RNA. Beberapa data pendahuluan dari studi
lebih pendek dibandingkan yang mendapat plasebo. Namun data uji klinis untuk
menilai efektifitas remdesivir pada pasien bergejala ringan dan sedang masih
sangat terbatas. Obat ini telah digunakan tanpa adanya laporan toksisitas janin
pada wanita hamil dengan Ebola dan infeksi virus Margburg (NIH, 2021).
sampai keluar RS. Jika pasien yang menggunakan oksigen tambahan saat
4. Lopinavir/Ritonavir
rejimen obat yang disukai karena diketahui relatif aman dalam kehamilan. Obat
ini adalah inhibitor SARS-CoV in vitro, dan memiliki ikatan kuat terhadap
interferon-α (5 juta IU dalam 2 mL air steril untuk injeksi) dua kali sehari. Tidak
klinis secara keseluruhan masih belum jelas (Beigel JH., et al. 2020).
COVID-19 dalam uji klinis acak kecil, seri kasus, dan untuk terapi penyakit
berat yang lebih ringan dan interaksi obat yang lebih sedikit dibandingkan
terapi SLE dan penyakit rematik pada kehamilan (POGI, 2020). HCQ bekerja
J., et al. 2020; Yao X., et al. 2020). Namun, sejumlah uji coba acak
untuk tujuan profilaksis pasca paparan (Boulware DR., et all. 2020) atau pada
pasien non-rawat (Mitja O., et al. 2020; Skipper CP., et al. 2020) dan yang
menggunakan klorokuin dosis tinggi (600 mg dua kali sehari selama 10 hari)
azitromisin secara bersamaan, kecuali dalam uji klinis (NIH, 2021). Beberapa
terapi HCQ atau klorokuin, sering pada kombinasi dengan azitromisin dan obat
atau uji klinis (NIH, 2021). Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa
klorokuin dan hidroksiklorokuin aman bagi ibu hamil dan janin serta layak
dipertimbangkan untuk terapi COVID-19 pada kehamilan (Zhao, X., et al. 2020;
30
Whitehead CL., et al. 2020). Namun, efek samping dosis tinggi klorokuin
7. Inhibitor Interleukin-1 dan Interleukin-6 Sampai saat ini belum cukup data untuk
kehamilan tidak dianjurkan, melainkan hanya untuk uji klinis. Dari beberapa
obat ini, hanya Tocilizumab yang digunakan sebagai obat off-label untuk ibu
hamil dengan gejala berat atau kritis dengan kecurigaan adanya sindrom aktivasi
terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko tambahan untuk penyakit
pada ibu hamil dengan COVID-19, namun agen imunoglobulin G lainnya telah
mengurangi pelepasan sitokin yang terkait dengan kerusakan organ pada kasus
tampak jelas, beberapa obat lain justru cukup bervariasi. Interferon rekombinan
α1b dan α2b merangsang respon imun selama infeksi virus. Angiotensin-
kedalam sel manusia (Vaduganathan M., et al. 2020). Oksida nitrat inhalasi
kasus berat COVID-19 pada kehamilan yang diobati dengan oksida nitrat dosis
kebutuhan oksigen tinggi pada awal kehamilan, perlu dimonitor terhadap kondisi
hipoksemia untuk menjamin keselamatan ibu dan bayi. Untuk pasien bergejala
beberapa faktor risiko, seperti viral load, generasi penularan, kisaran lesi paru oleh
CT Scan (lebih dari 2 lobus), usia ibu, dan penyakit komorbid lain (Briet J., 2020).
Antivirus yang banyak diberikan pada ibu hamil dengan COVID-19 antara lain
penelitian spesifik bagaimana antivirus tersebut digunakan pada ibu hamil dengan
pada infeksi virus lain, misalnya hidroksiklorokuin untuk malaria, remdesivir untuk
ebola, lopinavir dan ritonavir untuk HIV, dan ribavirin untuk hepatitis.
dengan reseptor ACE2, transport protein virus ke nukleus, serta sintesis protein
virus dan replikasi virus. Remdesivir berperan untuk menonaktifkan enzim protease
virus, ribavirin berperan sebagai analog guanosin untuk merusak RNA dan DNA
virus. Berdasarkan uji klinik di Amerika Serikat dan Cina, penggunaan Remdesivir
pada wanita hamil dengan COVID-19 (ringan dan sedang) terbukti aman digunakan
(Dashraath P., 2020). Lopinavir/ritonavir dan ribavirin lebih aman diberikan pada
ibu hamil dengan kombinasi dengan risiko adverse event lebih rendah dibandingkan
Obat yang paling umum sebagai terapi penanganan COVID-19 pada ibu hamil
JM., et al. 2020). Meskipun banyak dari obat-obat tersebut dianggap aman untuk
digunakan selama kehamilan (Smith DD., et al. 2020; Malhame I., et al. 2020),
tetapi sebagian besar uji klinis mengecualikan wanita yang sedang hamil karena
kekhawatiran dari efek lain yang dihasilkan obat. Sehingga, pemberian obat-obat
desain penelitian yang baik, penggunaan obat yang memiliki bukti efektivitas
a. Pengalaman Pribadi
33
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
c. Pengaruh Kebudayaan
d. Media Massa
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
f. Faktor Emosional
bentuk
35
Vaksin Covid – 19
: yang diteliti
36
Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian jenis
yaitu katakanlah satu atau beberapa variabel (bebas) tanpa membandingkan atau
adalah studi dimana sifatnya pengumpulan sampel waktu, sampel perilaku, sampel
peristiwa pada titik atau waktu tertentu saja. (Ebi, Hirko and Mijena, 2019)
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2021 sampai dengan
selesai.
3.4.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2014). Penentuan jumlah populasi pada penelitian ini adalah subjek
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Penentuan jumlah
37
38
Puskesmas Simpur tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang
tahun 2021
3.4.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2014). Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung
pada bulan Desember di Puskesmas Simpur Bandar Lampung pada tahun 2021
Dalam penelitian ini digunakan teknik total sampling, total sampling yaitu
teknik dimana menentukan sampel jika semua anggota populasi digunakan sebagai
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Pada
2. Ibu hamil yang mengunjungi Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung pada
tahun 2021.
39
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini kriteria pupulasi yang
Variabel penelitian merupakan suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh sesuatu penelitian tentang sesuatu
(Notoatmodjo, 2014).
(Notoatmodjo, 2014).
tabel berikut :
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner. Kuisioner adalah
responden dalam arti laporan pribadi tentang hal-hal yang diketahui tentang
gambaran sikap ibu hamil terhadap vaksin COVID-19. Kuisioner dibuat oleh
peneliti sendiri dan akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
menyampaikan informasi penelitian dan cara mengisi kuisioner yang benar kepada
anggota tim. Kemudian baru peneliti dan anggota peneliti melakukan wawancara
Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan data primer yang didapat
dengan cara melakukan wawancara dengan alat ukur kuesioner. Kuesioner ini
diambil dari tingkatan suatu sikap (Notoatmodjo, 1996). Dalam kuesioner ini
menggunakan penilaian skala Guttman dengan setiap item terdiri dari alternatif
jawaban “Setuju dan Tidak Setuju”. Dari setiap pertanyaan dan pernyataan
baik jika skor total “76-100%”, cukup baik “56-75%”, dan kurang baik jika skornya
Uji validitas merupakan tes yang dapat mengukur valid tidaknya kuesioner.
(Ghozali, 2018). Instrumen angket pengetahuan ibu hamil terhadap Isolasi Mandiri
oleh siapapun. (Swarjana, 2016). Penelitian ini menggunakan program SPSS versi
Pengolahan data dan analisis data menggunakan komputer program SPSS versi
26.0.
2. Coding, setelah data di editing selanjutnya diberi kode secara manual guna
5. Saving, data kemudian disimpan dan siap untuk dilakukan analisis data.
Ebi, W. E., Hirko, G. F. and Mijena, D. A. 2019 ‘Nurses’ knowledge to pressure ulcer
prevention in public hospitals in Wollega: A cross-sectional study design’,
BMC Nursing, 18(1). doi: 10.1186/s12912-019-0346-y.
Erlinawati, E. and Parmin, J. 2020 ‘Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil Dalam
Pencegahan Penularan Covid-19 Di Puskesmas Kuok’, Community …, 1(3),
pp. 505–510. Available at:
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/cdj/article/view/1243.
goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. and Perdana 2018 ‘Pengertian Obat’,
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Liang, H. and Acharya, G. 2020 ‘Novel corona virus disease (COVID-19) in pregnancy:
What clinical recommendations to follow?’, Acta Obstetricia et Gynecologica
Scandinavica, 99(4), pp. 439–442. doi: 10.1111/aogs.13836.
Susilo, A. and Rumende 2020 ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini’,
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), p. 45. doi: 10.7454/jpdi.v7i1.415.