Disusun oleh :
Putri Aulia Miftahuljannah (2106647934)
Administrasi Perkantoran B
Progam Pendidikan Vokasi
Universitas Indonesia
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya atas berkat, rahmat, hidayah
serta inayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyusun penulisan makalah ini yang berjudul “ Pancasila dan Toleransi Beragama di
Indonesia”.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis memdapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Dengan itu pada kesempatan ini penulis ingin berterimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan serta kritik yang berguna untuk membangun
penulis dalam memperbaikan dan dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi baik untuk penulis dan pembaca.
Senin, 13 Desember 2021
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................................1
BAB I.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
1.3. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1. Pancasila....................................................................................................6
2.2. Kebhinekaan............................................................................................14
2.4. Kaitan........................................................................................................32
BAB III.............................................................................................................................34
PENUTUP......................................................................................................................34
3.1. Kesimpulan...............................................................................................34
3.2. Saran.........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
iii
ABSTRAK
Pancasila merupakan acuan dan cerminan pandangan hidup atau yang biasa
disebut dengan ideologi dan falsafah bagi kehidupan masyarakat Indonesia. lahirnya
pancasila dilandaskan pada adanya kesepakatan politik, kebudayan dan keagamaan.
Maka dari itu sifat dari pancasila adalah keidealan paripurna dan tidak dapat ditawar-
tawar lagi. hadirnya pancasila bagi bangsa Indonesia membuat suatu nilai tentang
betapa penting dan berartinya keberagaman di negara ini. Terutama dalam makalah ini
adalahh keberagaman agama yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. sudah
seharusnya sebagai warga negara yang mentaati pancasila dapat hidup rukun dan dapat
menghormati serta menghargai adanya keberagaman daripada agama-agama yang ada
di Indonesia. sikap terbuka dan toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptkan
kehidupan yang aman, damai dan rukun. Yang terutama daripada konsep ketoleransian
atau pluralisme keagamaan di Indonesia ialah adanya rasa mengedepankan kepentinnga
sosial atau umum daripada masyarakat dan tidak dilakukan dengan dasar keyakinan
dirinya sendiri. Sehingga dengan itu, pancasila dapat menjadi suatu landasan teologis
daripada keberagaman agama-agama yang ada di Indonesia. hal ini bertujuan agar dapat
terciptanya kehidupan yang saling menghargai perbedaan agama, adanya rasa menjaga
keramahan dan kesantunan dalam berturur dalam kehidupan bermasyarakat brbeda
agama. Adanya kesadaran dalam toleransi keragaman agama dapat mewujudkan cita-
cita daripada pancasila.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar falsafah negara Indonesia. pernyataan tersebut
memberikan makna bahwa Indonesia menjadikannya sebagi pedoman dalam
melaksanakan ideologi sakti yang dapat menyatukan berbagai suku dan bangsa dan
tidak ada yang dapat menjatuhkannya karena memiliki kompone-komponen kekuatan
dari masyarakat Negara Indonesia. Dasar negara indonesia memilliki banyaks ekali
terkandung nilai-nilai yang telah sejak dahulu di terapkan bangsa Indonesia dalam
kehidupannya. Nilai kebudayaan, peradatan dan keagamaan itulah yang terkandung
dalam pancasila sehingga nilai tersebut telah sangat melekat dalam kehidupaan
bangsa dan telah menjadikannya pandangan hidup. Semua yang terjadi dalam
masyuarakat Indonesia telah tercermin daripada nilai Pancasila. Oleh karena itu para
leluhur pendiri bangsa ini menjadikannya sebagai ideologi negara. Negara juga
mmenjadikan pancasila sebagai tolak ukur untuk melaklsanankan penyelenggaraan
negara sehingga hal tersebut membuat proses penyelenggaraan negara menyimpang
daripada nilai ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan.
Dalam perjalanannya, pancasila telah dikenal lama dan telah menjadi budaya
bagi Indonesia yang kemudian dirumuskan menjadi dasar negara. Hal itu mengartikan
bahwa makan dari nilai pancasila tersebut berasal dari pandangan kehidupan rakyat
Indonesia dimana fungsi dari dasar negara tersebut adalah menjadi awal atau acuan
jiwa dsan kepribadian bagi bangsa. Dengan itu, bangsa Indonesia memiliki tekad
selalu mengacu kepada pancasila dalam melakukan pengaturan negara. Pancasila
juga memiliki fungsi sebagai sumber hukum yang akan mengatur segala hukum yang
ada termasuk hukum daloam menyelenggarakan negara tersebut. untuk dapat
mengetahui kedudukan dari pancasila terdaspat pada Pembukaan UUD 1945 pada
alenia keempat.
Pancasila melarang adanya penyimpangan hukum karena pancasila merupakan
suatu fungsi untuk memperkuat bangsa sehingga dengan pancasila cita-cita Indonesia
dapat terwujud. Sebab dari pancasila inilah yang akan mengantarkan bangsa
Indonesia menjadi negara yang memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupannya karena
arahan dari pancasila denganharapan akan memberikan kehidupan yang sejahtera
terhadap bangsa Indonesia. demikian Pancasila telah dijadikan padnagnan hidup oleh
seluruh rakyat maka diwajibkan untuk melakukan dan mengikuti serta tunduk kepada
pancasila. Seluruh masyarakat Indoneasia wajib untuk mentaati dan tunduk pada
kesaktian Pancasila karena sifat dari Pancasila itu sendiri ialah bersifat memaksa dan
mengikat. Namun pada kenyataannya harapan diatas sengat berbandiung terbalik dari
apa yang terjadi saat ini. Di kehidupan masyarakat Indonesia Pancasila telah dilupakan
yang membuat keberadaan Pancasila telah dimanipulasi yang didasarkan pada
kepentingan bangsa Indonesia. saat ini pancasila tidak lagi sama fungsinya seperti
dahulu yaitu sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia. secara
perlahan mulai terbentuk adanya indikasi yang mengakibatkan degradasi daripada
nilai-nilai luhur yang dimiliki pancasila. Tentu dampak yang ditimbulkan sangat
tidakbaik bagi kehidupan bangsa Indonesia yang berkaitan dengan perilaku bangsa
Indonesia. terutama dalam bidang keagamaan dimana banyak saat ini generasi muda
yang tidak lagi bertaqwa dan menjalankan ibadahnya atau memperbaiki hubungannya
dengan Tuhan. Berawal dari hal tersebut berdampak pada kehidupan sesamanya yang
memiliki agama berbeda-beda. Tidak adalagi rasa toleransi dan rasa menghormati
agama lain. Banyak saat ini ditemukan kasus-kasus pelecahan agama yang dilakukab
oleh oknum-oknum tidak berkemanusiaan. Banyaknya kasus ini bertumbuh tak jarang
disebabkan adanya termakan provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab. Apabila kasus keagamaan di Indonesia ini terus berlanjut dan
semakin tidak adanya persatuan antar beragama akan berpotensi membuat
kehancuran yang sangat besar bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kemajemukan yang berupa
etnis, budaya, agama dan kebahasaan. Terutama yang menjadi topik pembahasan
makalah ini ialah keagamaan. Di negara Indonesia terdiri dari banyak sekali ragam
agama besar di dunia. Agama-agama yang dimaksud tersxebut adalah agama Kristen,
Katolik, Islam, Buddha dan Hindu serta Khonghucu. Adanya kemajukan agama di
Indonesia menjadikannya sebagai modal kekayaan budaya dan juga akan memberikan
manfaat bagi bangsa Indonesia. manfaat atau keuntungantersebut ialah dijadikannya
sebagai suatu sumber inspirasi yang mengandung banyak sekali kegunaan bagi
prioses konsolidasi sistem Demokrasi di Indonesia.
Akan tetapi pada kenyataanya yang seedang dialami oleh bangsa Indonesia saat
ini akibat dari kemajukan tersebut memiliki potensi menimbulkan konflik sosial diantar
umat-umat beragama dan tentu hal ini dapat membahayakan keutuhan NKRI atau
Negara Kesatuan Republik Indonesia. dan yang terutama ialah apabila kemajemukan
tersebut tidak dapat disikapi oleh seluruh massyarakat Indonesia dan tidak dapat
dilakukanpengelolaan denga baik sebagaimana mestinya. Adanya kemajemukan suatu
negara dalam bidang keagamaan menuntut agar seluruh warga negara atau
masyarakatnya dapat memberikan rasa toleransinya kepada umat beragama lain yang
berbeda keyakinannya dengan mereka dan bukan malah menjadi merasa suatu
agama yang memiliki tingkat keyakinan yang merasa lebih benar dariapada agama
yang dianut oleh orang lain. Sehingga dengan adanya pengelolaan dan sikap toleransi
yang baik dapat menciptkan kerukunan dan ketenangan hidup dengan berdampingan
dengan umat yang brebeda keyakinan agamanya. Terciptanya kehidupan yang damai
dan rukun dengan penganut agama lain merupakan suatu isu penting dalam
kehidupan masyarakt Indonesia.
Keberadan toleransi ini merupakan suatu elemen dasar yang sangat penting
dan dibutuhkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa dan sikap saling
menghormati, memahami dan menghargai perbedaan agama yang dianutnya dengan
oranglain. Dan juga toleransi dapat menjadi poin masukan untuk mewujudkan adanya
suasana untuk berdialog dan brkerukunnan antar umat berbeda agama di tengah
masyarakat Indonesia. hal ini untuk menghindari adanya konflik dan perperangan
antara kaum umat beragama di Indonesia sehingga rasa toleransi harus ditanamkan
dalam diri setiap insan yang ada di Indonesia pada seluruh kelompok masyarakat baik
dari mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga orangtua, tidak memandang profesi baik
para pelajar, pegawai, birokrat ataupun mahasiswa harus memiliki rasa toleransi yang
tinggi untuk urusan agama tersebut. diharapkan prinsip dari pada toleransi harus betul-
betul berfungsi dan berguna dan dapat mmengatur kehidupan masyarakat Indonesia
dengan efektif.
Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai permasalahan baik yang
menyangkut sosial budaya maupun agama satu benar-benar meningkat ketika mereka
mulai muncul ke dalam kompleksitas dan perspektif multi-dimensi mereka. Salah satu
akibat negatifnya adalah merosotnya nilai-nilai moral. Umat Islam Indonesia bisa
memilih dan memilah budaya yang sesuai dengan ajaran Islam dan jati diri bangsa.
Muslim Indonesia adalah diharapkan memiliki kualitas moral dan integritas, sehingga
mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan maju bangsa
(Hakim A.L, 2017:177-188). Hambatan dapat dilihat dengan jelas dalam banyak kasus
di mana beberapa nilai Penghormatan dan toleransi antar umat beragama berangsur-
angsur menghilang dan dalam beberapa aspek tidak lagi dijadikan asas atau pedoman
hidup masyarakat terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat dan interaksi.
Apa yang kemudian mungkin terjadi sebagai akibat dari hilangnya beberapa keyakinan
yang baik, nilai-nilai luhur dan inter Toleransi terkait antar umat beragama adalah
kemungkinan datangnya bahaya laten dari apa yang kemudian disebut masalah sosial-
budaya yang diikuti oleh berbagai macam masalah agama yang terkait juga dengan
beberapa masalah disintegrasi yang mengancam Indonesia tidak hanya sebagai
bangsa tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu harus dipikirkan
untuk melihat dan melihat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dengan
multikultural, keunikan, dan kemajemukan sekaligus sekarang keragamannya tidak
dapat dipisahkan semuanya tetapi dikelola dengan bijak sehingga dapat memberikan
dampak positif daripada dampak negatif tersebut. Seiring dengan sejarah Republik
Indonesia, sangat penting untuk menunjukkan beberapa kunci poin yang masih
diperdebatkan terkait dengan pluralitas agama bangsa itu sendiri mengambil bangsa
yang multi warna dan multi tafsir. Pluralitas atau keragaman orang yang mewakili tiga
agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen dan Hindu (Widastra dkk, 2020:9-19). Sejak
Indonesia berdiri dan bersatu melalui beberapa keyakinan yang berbeda dalam
menyembah Tuhan Yang Maha Esa, persaingan antar umat beragama, perselisihan,
perbedaan pendapat dan konflik akibat tidak lagi mengagumi orang lain dan
mengabaikan perbuatan baik dan nilai-nilai di antara pemeluk agama lain kemudian
muncul. Selain itu, beberapa perkelahian antara lebih banyak perdebatan tentang
perspektif konsep ketuhanan yang berbedaniscaya mengundang pertanyaan tentang
kesadaran bernegara bangsa yang dipersatukan oleh kesadaran banyak orang yang
berbeda hidup dalam suatu bangsa untuk menemukan satu bangsa yang baik,
Indonesia. Sampai saat ini, tidak salah kira bahwa bangsa yang sangat besar dan
besar seperti Indonesia ini sangat perlu untuk dimunculkan bahwa penting untuk
menggarisbawahi inti dari agama-agama sebagai cara untuk mengatasi berbagai
macam dan konsep yang berbeda dari percaya pada Yang Mahakuasa termasuk
percaya pada klaim kebenaran yang ada pada akhirnya. Akibat bentrokan terorisme
yang melingkupi bangsa ini, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa dipetik sebagai
berbagai kelincahan ini menyerang umat beragama lain atas nama beberapa
kepercayaan atau agama. Dimulai dari ini, beberapa orang mungkin berspekulasi dan
berpikir tidak ada hubungannya dengan pluralitas pemahaman agama dan rasa
memiliki. Selain itu, kelompok orang tertentu ini berasumsi bahwa interpretasi yang
berbeda terjadi dari berbagai jenis pemujaan Tuhan adalah hal yang wajar terjadi.
Sebaliknya, itu diterima sebagai cara berpikir hukum. Apa yang lebih jauh untuk
dilampaui adalah persepsi tentang Tanaman Keras yang dinyatakan dalam Wacana
Filsafat Kontemporer menyampaikan analogi pemahaman keragaman. Ini pemahaman
menghadirkan perbedaan pendapat dan pluralitas untuk memahami Yang Mahakuasa
dengan cara di mana cahaya yang dipancarkan sehelai daun akan meninggalkan
warna hijau dan sebaliknya cahaya yang memancar ditangkap oleh bunga mawar akan
memiliki yang merah sebagai gantinya. Analogi ini menjelaskan bahwa Yang Maha
Esa akan tersebar di banyak tempat cara orang biasa menelepon tergantung pada
cara orang membiasakannya melalui sejarah laki-laki. Sikap toleransi penting untuk
menunjang kehidupan demokrasi (Ratnaningsih dkk, 2019: 125-128) Penting untuk
mengambil contoh apa yang terjadi di Yogyakarta khususnya di wilayah Bantul,
Indonesia, tempat terjadinya kasus intoleransi selama 2018 hingga November 2019.
Sejarah menceritakan kisah seorang pelukis yang ditolak tinggal di Dusun Karet Desa
Pleret, Kabupaten Bantul sebagai pelukis bukan seorang Muslim. Kemudian berlanjut
sampai dia diizinkan untuk tinggal di desa sekitarnya berikutnya dibanding Pleret.
Contoh lain, masih di tahun 2018, masyarakat membubarkan dan menutup Acara di
Pantai Baru Srandakan disebut “sedekah laut”. Masih ada aksi intoleransi di Gereja
Santo Paulus Pringgolayan, Banguntapan Bantul (Solopos.com, Kamis 28 November
2019, Rentetan Kasus Intoleransi di DIY Selama 2018-2019, Siapa Bersalah?). Pada
saat itu
Agama ialah suatu hak yang paling asasi diantara hak-hak assasi yang lainnya
oleh karena adanya kebebasan dalam beragama yang sumbernay tersebut daripada
Tuhan Yang Maha Esa. Olehkarena itu sebagai umat manusia terkhusus bagi
masyarakat Indonesia wajib memiliki rasa sikap toleransi dan tumbuh dalam setiap
pribadi umat beragama di Indonesia. untuk dapat mencapai hal tersebut maka dapat
dilakukan pembinaan dan pendidikan sejak usia dini agar dapat menanamkan nilai-nilai
dariapda toleransi tersbut sehingga dapat menjadi suatu harapan bagi bangsa
Indonesia atas generasi-generasi tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan daripada masalah penyusunan makalah ini didasarkan pada
latarbelakang yang telah dipaparkan pada subbab sebelumnya dan dinyatakan pada
pertanyaan berikut:
1. Apa itu Pancasila dan Nilai-nilainya?
2. Bagaimana hubungan pancasila dengan toleransi beragama di Indonesia?
1.3. Tujuan
Daripada rumusan masalah diatas maka penulisan makalah ini dilaukand dengan
tujuan untuk:
1) Memahami Pancasila dan Nilai luhur pancasila.
2) Mengerti dan memahami hubungan pancasila dengan toleransi beragama di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pancasila
Akhir-akhir ini masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dapat hidup tenteram karena
diketahui beberapa intoleransi terhadap krisis agama dan krisis kehidupan menurun
secara signifikan. Beberapa penelitian dan data menunjukkan juga fakta bahwa isu
penurunan ini terkait erat dengan masalah kemanusiaan dan sosial konflik agama.
Kajian ini menemukan bahwa persoalan konflik horizontal tidak semata-mata
disebabkan oleh agama. Masih ada kemungkinan konflik sosial agama dan masalah
kemanusiaan mungkin terjadi dipicu oleh beberapa kepentingan politik, tetapi
sayangnya mereka dimanipulasi atas nama agama. Bisa dikatakanLebih lanjut,
intoleransi seringkali cenderung pada radikalisme di mana beberapa kelompok tertentu
menginginkannya
telah mengubah situasi berdasarkan apa yang diklaim kelompok sebagai kebenaran.
Seiring dengan itu, radikalisme selalu dilakukan dengan cara mendorong orang lain
untuk memenuhi atau melakukan apa yang diinginkan oleh kelompok yang diinginkan.
Terkadang aksi tersebut dapat dilakukan melalui kekerasan dan terorisme dengan
tujuan mengancam masyarakat untuk mengikutinya situasi yang ditekankan oleh
kelompok tertentu. Selama ini tindakan-tindakan tersebut memunculkan masalah-
masalah sosial agama.
Dalam beberapa tahun terakhir di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak terjadi
kekerasan yang berkaitan dengan agama kelompok terjadi di mana beberapa
kelompok agama melanggar kebebasan beragama. Namun, itu bukan yang diharapkan
Kondisi tersebut perlu segera diantisipasi dan diatasi secara preventif oleh pemerintah.
Beberapa dari upaya menuntut partisipasi yang sangat aktif dari petugas untuk
mencegah gejala intoleransi sementara pada saat yang sama juga penting untuk
mengembangkan kesadaran dalam menghormati pluralitas di lingkungan. Pakar
sosiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito, di Yogyakarta,
terakhir minggu, mengungkapkan data selama lima tahun terakhir frekuensi terhadap
kekerasan terhadap kebebasan beragama, perbedaan pendapat, dan afiliasi
menunjukkan indikasi disintegrasi sosial-keagamaan. Itu terjadi karena pemerintah
daerah kurang memperhatikan perlindungan warga. Akibatnya, ada penghakiman kritik
terhadap keamanan di Yogyakarta. Beberapa orang kritis berkomentar bahwa
Yogyakarta tidak lagi aman bagi masyarakat untuk hidup tanpa perlindungan (Kompas,
19 Januari 2015). Laporan tahun 2014 lalu yang dilansir The Wahid Institute mencatat
bahwa Yogyakarta adalah menempati urutan kedua tertinggi sebagai wilayah yang
banyak kasus pelanggaran kebebasan beragama dan intoleransi terhadap umat
beragama. Jumlah kekerasan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 154 kasus dan
jumlah ini menurun 40 persen dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 245 kasus
secara keseluruhan. Dia kemudian tercatat kasus terbanyak terjadi di Jawa Timur (55
kasus) dilanjutkan Daerah Istimewa Yogyakarta (21 kasus), Sumatera Utara (18
kasus), Daerah Khusus Ibukota Jakarta (14 kasus), Tengah Jawa (10 kasus), dan
Sulawesi Selatan (10 kasus). Laporan itu dilanjutkan dengan menyebutkan orang-
orang yang berurusan dengan kekerasan semacam ini. Anehnya, itu mengutip banyak
kasus kekerasan yang dieksekusi oleh negara aparat khususnya aparat kepolisian dan
pemerintah daerah seperti larangan melakukan dinas di agama, kejahatan, dan
diskriminasi atas nama agama. (Kompas, 19 Januari 2015). Sepanjang tahun 2015,
SETARA Institute melaporkan 197 kasus terkait kekerasan kebebasan beragama dan
236 kasus tersebar di seluruh Indonesia. Dibandingkan tahun lalu (2014), hasilnya
menunjukkan peningkatan yang signifikan menghasilkan 134 kasus dimana kasus
pelanggaran berdiri dalam 177 kasus (www.setarainstitute.com). Posisi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang terhitung sebagai lima besar daerah mengalami kejahatan
dan kekerasan perlu mendapat perhatian yang sangat khusus. SETARA Institute
menganalisis beberapa yang relevan faktor-faktor yang menjelaskan tingginya angka
kekerasan yang terjadi di kota toleransi seperti yang disebutkan di bawah ini
(1) tingkat faktor kepemimpinan dinamis di tingkat pemerintah daerah,
(2) terbentuknya tatanan sosial
kelompok agama yang menunjukkan beberapa tindakan toleransi dengan
memanfaatkan sifat keterbukaan masyarakat
Yogyakarta,
(3) lemahnya kontrol hukum dan sosial (www.setarainstitute.com). Hal ini jelas untuk
mengomentari wajah agama yang kejam, geram, dan tidak beradab ketika seseorang
mengeksploitasi wajah agama yang tidak bersalah dan menjadikannya alasan untuk
menimbulkan intoleransi dan pelanggaran. Sebenarnya itu hanya Baik untuk
menyalahkan sekelompok orang yang menganiaya kemurnian agama yang bertujuan
untuk membawa perdamaian dan kerukunan. Ini Hal semacam ini terkadang dilupakan
dan menjadi perhatian para pemuka agama dan pemimpin dunia. Pada dasarnya
agama bertujuan untuk menebar cinta dan kasih sayang, toleransi, semangat saling
menghargai antar sesama kelompok agama. Dialog agama adalah konsep sederhana:
orang-orang dari agama yang berbeda (atau sekte yang berbeda) dan sekolah
pemikiran—mazhab) bertemu untuk bercakap-cakap. Tapi karakter percakapannya
dan tujuan pembicaraan tidak mudah untuk dijelaskan atau dikategorikan karena.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan atau moto dari bangsa Indonesia, yang
mengajarkan sifat toleransi antar umat. Semboyan ini dipakai untuk menggambarkan
adanya persatuan dan kesatuan dari bangsa Indonesia, yang sejatinya memiliki
keanekaragaman budaya, bahasa, ras, suku, agama dan keyakinan. Keberagaman ini
merupakan kekayaan yang seharusnya patut menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Namun, kebanggaan tersebut bisa menjadi tidak bernilai, ketika
kebhinekaan yang ada, tidak dipahami secara utuh dari setiap diri anak bangsa,
sehingga rasa nasionalismenya lama kelamaan dapat tergerus/hilang. Rasa
kebhinekaan yang utuh dari setiap anak bangsa, seharusnya tercermin dengan
melepaskan egosentrisme yang berpikiran sempit, yang mana hanya memikirkan
sukunya, daerahnya, agamanya ataupun keyakinannya saja. Setiap anak bangsa
seharusnya melihat keberagaman bukan sebagai masalah, tetapi sebagai modal untuk
memajukan bangsa. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh kita, tentunya dengan
menahan diri atau tidak mudah tersulut emosi, dengan cara memposting hal-hal yang
bernada persatuan/positif di media sosial, lalu juga memberikan kesempatan bagi
setiap anak bangsa untuk menjadi pemimpin, dengan tidak melihat latar belakang
agama ataupun suku dari calon pemimpin tersebut. Setiap anak bangsa seharusnya
berpikiran luas dan jauh ke depan, demi persatuan dan kemajuan bangsa Indonesia.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun agar kedepannya penulis dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
MIN 5
10%
14 Hal