Anda di halaman 1dari 15

Tissue Processor, Embedding, Embedding Block

Ditulis Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Instrumentasi II


Dosen: 1. Nur Habibah,S.Si,M.Sc
2. I Wayan Karta,S.Pd.,Msi’
3. Heri Setiyo
Bekti,S.ST.,M.Biomed
4. Surya Bayu Kurniawan, S.Si.
5. Putu Ayu Suryaningsih, S.ST

Oleh :
IA KELOMPOK 5
SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

Nama Anggota :
1. Kadek Dinda Mahaputri Atmaja (P07134220013)
2. Ni Kadek Sri Oktaviari (P07134220014)
3. Zandra Elysia (P07134220015)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan makalah yang berjudul
“Tissueprocessor, Embedding, Embedding Block” ini sehingga bisa tersusun dengan baik dan
tepat waktu.

Makalah ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami dapatkan dari berbagai
sumber buku dan media elektronik. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Tissueprocessor, Embedding, Embedding Block. Akhirnya, kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini di masa mendatang.

Denpasar, 25 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN) ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................................... 2
BAB II (PEMBAHASAN) ............................................................................................................................ 3
2.1 Tissue Processor ............................................................................................................................ 3
2.1.1 Definisi Tissue Processor .................................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Tissue Processor .................................................................................... 3
2.1.3 Prinsip Kerja Alat Tissue Processor ..................................................................................... 4
2.1.4 Contoh Praktikum Tissue Processing................................................................................... 5
2.1.5 Diagram Mekanisme Alat Tissue Processor ......................................................................... 8
2.1.6 Cara Mengoperasikan Tissue Processor .............................................................................. 9
2.2 Embedding..................................................................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Embedding ....................................................................................................... 9
2.3 Embedding Block ......................................................................................................................... 10
BAB III (KESIMPULAN) ........................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses pengolahan jaringan terdiri dari beberapa tahap yang saling menentukan satu
sama lain, dengan urutan yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, parafinisasi, perendaman dalam
parafin, pemotongan, deparafinisasi, dan pewarnaan. Masing-masing tahap tersebut
mempunyai tujuan untuk menghasilkan jaringan yang dapat dipotong setebal 2-7 mikrom dan
dapat diwarnai dengan pewarnaan tertentu. Jaringan tipis tersebut bisa didapat bila jaringan
ditempatkan pada suatu media yang cukup padat seperti parafin, namun bisa dipotong tipis
(Miranti, 2010).
Jika melakukan sebuah pemeriksaan tentunya membutuhkan suatu alat. Karena alat
merupakan instrumen terpenting. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan jaringan salah
satunya yaitu tissue processor. Alat tissue processor adalah peralatan yang sangat diperlukan
untuk pengolahan spesimen patologi. Perangkat Ini adalah modul prosesor jaringan otomatis
yang dirancang untuk aplikasi laboratorium sebagai fiksasi, dehidrasi, infiltrasi lilin parafin
spesimen jaringan histologis secara mandiri tanpa invertensi manusia. Dalam pekerjaannya,
Automatic tissue processor sanggup memproses ratusan sampel jaringan dalam sekali running.
Automatic tissue processor bekerja dengan setting tertentu sesuai dengan kebutuhan patologist.
Alat Automatic tissue processor ini sangat membantu kecepatan kerja untuk membuat preparat
histologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah yang dapat dirumuskan, sebagai
berikut:
1. Apa itu tissue processor, embedding, dan embedding block?
2. Apa fungsi dari alat tersebut?
3. Bagaimana prinsip kerja dari alat tersebut?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai sarana pembelajaran media
informasi mengenai penggunaan tissue processor, embedding, dan embedding block yang
baik dan benar, selain itu sebagai media analisis penggunaan tissue processor, embedding,
dan embedding block sehingga mahasiswa dapat memahami materi dengan baik.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu, sebagai media informasi materi tissue
processor, embedding, dan embedding block, selain itu sebagai bahan referensi bagi
penelitian lebih lanjut dengan menggali peluang yang ada dan menerapkan konsep penelitian
ini sebagai suatu bentuk penerapan ilmu secara aplikatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tissue Processor


2.1.1 Definisi Tissue Processor
Prosesor jaringan atau tissue processor adalah peralatan yang sangat diperlukan
untuk pengolahan specimen patologi. Perangkat Ini adalah modul prosesor
jaringan otomatis yang dirancang untuk aplikasi laboratorium sebagai fiksasi,
dehidrasi, infiltrasi lilin parafin spesimen jaringan histologis secara mandiri
tanpa invertensi manusia. Dalam pekerjaannya, Automatic tissue processor
sanggup memproses ratusan sampel jaringan dalam sekali running. Automatic
tissue processor bekerja dengan setting tertentu sesuai dengan kebutuhan
patologist. Alat Automatic tissue processor ini sangat membantu kecepatan
kerja untuk membuat preparat histologi.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Tissue Processor


a) Fiksasi
Untuk mempertahankan struktur sel sehingga menjadi stabil secara fisik dan
kimiawi dan mencegah terjadi dialysis atau pembengkakan pada rupture.
b) Dehidrasi
Untuk menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara mulai
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tinggi.
c) Pembeningan (clearing)
Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin.
Jaringan tidak dapat langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan
parafin tidak bisa saling melarutkan. Proses mengeluarkan alkohol dari
jaringan ini sangat krusial karena bila di dalam jaringan masih tertinggal sedikit
alkohol maka parafin tidak bisa masuk kedalam jaringan sehingga jaringan
menjadi “ matang diluar, mentah di dalam” dan akan menyebabkan jaringan
menjadi sulit untuk dipotong dengan mikrotom.

3
Proses pembeningan dengan menggunakan XYLOL : Botol 1. Xylol I 1 Jam
Botol 2. Xylol II 1 Jam Botol 3. Xylol III 1 Jam
d) Infiltrasi paraffin
Pembenaman (impregnasi) adalah proses untuk mengeluarkan cairan
pembening (clearing agent) dari jaringan dan diganti dengan parafin. Pada
tahap ini jaringan harus benarbenar bebas dari cairan pembening karena sisa
cairan pembening dapat mengkristal dan sewaktu dipotong dengan mikrotom
akan menyebabkan jaringan menjadi mudah robek.

2.1.3 Prinsip Kerja Alat Tissue Processor

Prinsip kerja alat yaitu alat yang secara otomatis melakukan gerakan
melakukan proses persiapan jaringan dengan timer yang sudah di setting.
Tissue Processing merupakan pemrosessan jaringan untuk mencegah jaringan
mengalami pembusukan serta melakuakan clearing dan proses penggantian
cairan dengan parafin yang bertujuan agar jaringan tersebut tidak mengalami
pengerutan sel akibat proses clearing, sehingga morfologi sel tetap terjaga
seperti aslinya.
- Tahap yang pertama, tahap dehidrasi yang merupakan tahap untuk
menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara merendam
jaringan kedalam alkohol mulai dari konsentrasi terendah sampai
konsentrasi tinggi.
- Tahap Clearing yaitu tahap untuk menarik keluar kadar alcohol yang
berada dalam jaringan dengan menggunakan cairan xylol.
- Tahapan terakhir yaitu Infiltrasi paraffin yang merupakan tahap
pengisian rongga atau pori-pori jaringan dengan cairan paraffin.

4
2.1.4 Contoh Praktikum Tissue Processing (Pemprosesan Jaringan)
Alat:
1. Beaker Glass
2. Pencetak parafin
3. Pemotong (Mikrotom)
4. Waterbath
5. Sungkit
6. Fiber glass (deck glass)
7. Kaca Slide
8. Microskop

Bahan:

1. Formalin 10%
2. Alkohol 70%; 80%; 90%; 100%
3. Xylol
4. Parafin
5. Aquades
6. Pewarna HE
7. Canada Basam
8. Perekat (Albumin + gliserin)

Hasil dan Pembahasan:

1. Menyediakan organ hewan yang akan difiksasi, dalam praktikum ini


yang digunakan adalah organ dari monyet.
2. Organ hewan diawetkan (difiksasi) menggunakan formalin 10%
dengan cara merendam organ yang diambil. Tujuan digunakannya
kadar formalin 10% agar organ yang diawetkan diperoleh hasil yang
maksimal dan proses pengawetan nya merata sehingga jaringan nya
tidak ada yang rusak. Tujuan organ difiksasi: - Menghambat proses
pembusukan dan autolisis - Untuk pengawetan dan pengerasan jaringan
- Memberikan pengaruh yang baik saat pewarnaan.

5
3. Proses berikutnya setelah jaringan diawetkan adalah dehidrasi, dimana
air dikeluarkan dari dalam jaringan agar jaringan tersebut dapat diisi
dengan parafin sehingga jaringan mudah diiris tipis-tipis. Larutan yang
digunakan dalam dehidrasi ini adalah alkohol dari konsentrasi yang
rendah sampai pada konsentrasi absolute (70% ke 80% ke 90% ke
100%) masing-masing 3 hari. Dalam hal ini organ harus terendam
semua di dalam alkohol. Alasan penggunaan konsentrasi alkohol dari
yang rendah ke yang tinggi supaya proses dehidrasi tidak terlalu cepat
yang akan merusak mukosa (jaringan lunak) dan supaya tidak
menimbulkan artefack yang akan mengganggu diagnosis.
4. Setelah proses dehidrasi dilakukan clearing pada organ tersebut.
Clearing dilakukan dengan xylol selama 30 menit sebanyak 2 kali.
Clearing dilakukan dalam xylol sebanyak dua kali karena pada
perendaman xylol pertama kemungkinan alkohol masih ada, sehingga
dilakukan clearing pada xylol kedua agar alkohol benar-benar tidak ada
lagi pada organ. Fungsi xylol adalah untuk menarik alkohol,
mempersiapkan bagian organ untuk pembenaman (memasukkan
parafin) karena xylol menyebabkan sitoplasma kosong dan hanya
terdiri bagian padat saja. Yang perlu diperhatikan adalah perendaman
tidak boleh terlalu lama pada xylol karena dapat memberikan warna
kehitaman pada bagian organ.
5. Setelah bening bagian organ dimasukkan ke dalam parafin cair yang
proses ini disebut pembenaman (impregnation/embedding). Parafin
yang digunakan adalah parafin yang mencair pada suhu 56 – 59
°C,pembenaman dilakukan sebanyak 3 kali pemindahan wadah dengan
waktu ± 3 jam (masing-masing 1 jam untuk setiap wadah parafin).
Tujuan dari pembenaman dilakukan pemindahan wadah parafin
sebanyak 3 kali supaya ada waktu resting bagian yang dibenamkan dan
praktikan lebih siaga dengan waktu.

6
6. Proses selanjutnya adalah pengecoran (blocking/casting), yaitu proses
pembuatan blok parafin, yaitu dengan menggunakan cetakan besi
berbentuk L dengan menuangkan parafin secukupnya pada cetakan dan
meletakkan jaringan pada dasar cetakan. Hindari terjadinya gelembung
udara. Proses ini dibiarkan selama 1 malam agar parafin benarbenar
membeku.
7. Langkah selanjutnya adalah mengiris blok parafin dengan
menggunakan mikrotom. Mikrotom diatur sedemikian rupa hingga
diperoleh potongan-potongan jaringan yang tipis (dengan ketebalan
7m).
8. Setelah diperoleh potongan-potongan jaringan, jaringan dimasukkan ke
dalam waterbath menggunakan sengkelit dengan suhu 400 -500 yang
tujuan nya untuk menghilangkan parafin dan mengembangkan
potongan sehingga kerutan atau lipatan dapat hilang.
9. Langkah selanjutnya menyiapkan kaca objek yang telah diolesi dengan
alat perekat berupa putih telur (Albumin dan gliserin), kaca objek yng
telah diolesi perekat dicelupkan ke dalam waterbath dengan perlahan
tempelkan pita parafin pada kaca objek, usahakan potongan jaringan
berada pada tengah kaca objek, setelah menempel angkat kaca objek
dan dibiarkan kering semalaman dalam suhu kamar.
10. Proses berikutnya adalah pewarnaan. Sebelumnya dilakukan
deparafinisasi dengan xylol sebanyak dua kali dengan waktu masing-
masing 5 menit. Kemudian hidrasi dengan alkohol 100 %; 90 %; 80 %;
70 % masing-masing selama 2 menit dan sebanyak dua kali
pemindahan. Kemudian siram dibawah air mengalir selama 3 menit.
Lalu diinkubasi dalam larutan haematoxylin selama 5 menit. Setelah itu
cuci dibawah air mengalir selama 5 menit, lalu inkubasi dalam larutan
eosin selama 3 menit.

7
11. Setelah proses pewarnaan dengan HE dilakukan dehidrasi kembali
dengan alkohol bertingkat mulai 70 – 100 % masing-masing selama 2
menit dan masing-masing konsentrasi dilakukan dua kali. Kemudian
inkubasi kembali dalam xylol selama 2 x 2 menit. Dalam penggunaan
xylol apabila jaringan masih mengandung air, maka xylol akan
mengeruh sebentar.
12. Setelah proses dehidrasi kembali jaringan ditutup (mounting) dengan
balsam Kanada dan tutup dengan deck glass sampai tidak ada air bubbly
(gelembung udara) karena apabila masih mengandung air akan terjadi
penghitaman pada jaringan.
13. Pemberian Label dan Sediaan siap diamati di bawah mikroskop.
2.1.5 Diagram Mekanisme Alat Tissue Processor

8
2.1.6 Cara Mengoperasikan
1. Nyalakan alat dengan menekan tombol Powr, posisi on
2. Naikkan jarum puih keatas sampai topi alat pada posisi paling atas/tak
bergerak
3. Masukkan kaset yang sudah berisi jaringan pada keranjang metal
4. Pastikan keranjang berisi specimen sudah terendam seluruhnya dalam cairan
di container glass
5. Atur posisi keranjang yang dikehendaki dengan menekan jarum merah
kebawah
6. Tekan ke bawah jarum putih sampai posisi topi turun dengan sempurna
7. Atur Program posisi start pada jam 15.00 WIB dan finish pada posisi jam
06.00
8. Naikkan jarum putih ke atas sampai topi alat pada posisi paling atas / tak
bergerak
9. Keluarkan keranjang yang berisi jaringan dari alat
10. Tekan ke bawah jarum putih sampai posisi topi turun dengan sempurna
11. Matikan alat dengan menekan tombol off yang ada pada sisi belakang alat

2.2 Embedding
2.2.1 Pengertian Embedding
Penanaman (Embedding) merupakan proses untuk mengeluarkan cairan
pembening dari jaringan dan digantikan dengan parafin. Jaringan ini harus
terbebas dari cairan pembening karena nantinya akan mengkristal dan sewaktu
dipotong jaringan akan mudah robek. Berdasarkan metode prosesnya yaitu
jaringan akan dibenamkan di larutan parafin selama 3x dan dalam jangka
waktu tertentu sambil dipanaskan agar parafinnya tidak membeku (Rina,
2013).

9
2.3 Embedding Block
Embedding block bertujuan agar jaringan dapat dipegang pada pengait mikrotom
sehingga mempermudaah dalam pemotongan mikros.
1. Prinsip Block
Jaringan yang tlah di embedding ditanam dalam block paraffin, dicetak dengan
menggunakan alat tertentu pada suhu tertentu.
2. Alat dan bahan Blocking
- Logam L
- Logam Persegi
- Pinset
- Kompor listrik
- Mangkuk stainless steel
- Silet/cutter
- Air es
3. Prosedur Blocking
- Keluarkan jaringan yang telah di embedding bersamaan dengan nomor
laboratorium dengan menggunakan pinset
- Tata dan tekan jaringan diatas logam persegi
- Sambungkan logam L disekeliling jaringan hingga mebentuk cetakan blok
kubus
- Tambahkan paraffin cair ke dalamnya
- Setelah agak dingin tempelkan nomor Lab pada permukaan atas blok
- Lepaskan cetakkan logam L jika blok telah dingin dan mengeras
- Masukkan blok ke dala air es

10
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Prosesor jaringan atau tissue processor adalah peralatan yang sangat diperlukan untuk
pengolahan specimen patologi. Automatic tissue processor bekerja dengan setting
tertentu sesuai dengan kebutuhan patologist.
Penanaman (Embedding) merupakan proses untuk mengeluarkan cairan
pembening dari jaringan dan digantikan dengan parafin. Embedding block bertujuan
agar jaringan dapat dipegang pada pengait mikrotom sehingga mempermudaah dalam
pemotongan mikros.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini kedepannya. Semoga pembaca dapat mengetahui dan memahami dengan
baik mengenai Tissue Processor, Embedding, Embedding Block.

11
DAFTAR PUSTAKA
Tedi Rukmawan, Her Gumiwang Ariswati, I Dewa Gede Hari Wisanaf.Juni 2015. Automatic
Tissue Processor Tahap Clearing.Vlo. Halaman: 15 Halaman . Diakses dari :
http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-673-DRAFT.pdf
Rica Vera. 2012. Tissue Processing (Pemrosesan Jaringan ). Vol Hal : 4 Halaman. Diakses dari :
https://s3-us-west-2.amazonaws.com/oww-files-
public/8/85/Laporan_Praktikum_Rica_Histotehnik.pdf
Agnes Geovani. Nanang Adi Wibowo. Rina Astuti. PPT Alat Tissue Prosesor Dan Microtome
Untuk Pebuatan PA. Diakses dari : https://www.google.es/amp/s/slideplayer.info/amp/17985259/
Andi Tri Atmojo. Indonesian Medical Laboratory. Laporan Sitohistoteknologi Blocking. Diakses
Dari : https://medlab.id/blocking/

12

Anda mungkin juga menyukai