Anda di halaman 1dari 18

PENANGANAN K3 DAN PATIENT SAFETY

Oleh :

Prodi Sarjana Terapan

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Kelas IA

Nama Anggota :

1. Ida Ayu Pradnya Sari Devi (P07134220032)


2. Ni Kadek Lia Handayani (P07134220033)
3. Ni Kadek Anggi Apriani (P07134220034)
4. Ni Putu Kireina Karnita (P07134220035)
5. Ni Putu Ananda Yuliastri Dewi (P07134220036)
6. Ni Putu Elsa Krisan Dewi (P07134220037)
7. Ni Putu Diah Anggreni (P07134220038)
8. Ni Made Ayu Oktapiani Aristyani Dewi (P07134220040)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di


seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di
negara berkembang, seperti Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama
operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak
rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap Keselamatan Pasien.

Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit


agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh. Menurut PMK
1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya
dilaksanakan secara normatif.

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien,
yang masuk kedalam program patient safety.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut
1.2.1 Apa definisi dari K3 dan patient safety?
1.2.2 Apa saja penyebab kecelakaan kerja di laboratorium?
1.2.3 Apa saja bahan – bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja di laboratorium ?
1.2.4 Bagaimana penanganan K3 dan patient safety di laboratorium?
1.2.5 Bagaimana upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di
laboratorium ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat diperoleh tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi K3 dan pasien safety.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja di laboratorium.
1.3.3 Untuk mengetahui bahan – bahan kimia yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.
1.3.4 Untuk mengetahui penanganan K3 patient safety di laboratorium.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian K3 dan Patient Safety


2.1.1. Pengertian K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu upaya untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan bagi para tenaga kerja baik dari segi
fisik, emosional. K3 sangat penting dilakukan di seluruh instansi perusahaan
maupun rumah sakit karena untuk meminimalisir. Menurut Kepmenaker
Nomor 463/MEN/1993, mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja
sebagai upaya perlindungan yang ditujukan agar pekerja dan orang lain yang
berada di tempat kerja atau perusahaan di suatu instansi selalu dalam keadaan
selamat dan sehat, selain itu agar setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memang sudah dijelaskan pada
Undang – Undang yaitu, pada Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 yang
mengatur tentang kewajiban pimpinan di tempat kerja dan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan, Undang – Undang No. 23 Tahun 1992, pasal 23
menyatakan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja agar para tenaga
kerja tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) Laboratorium adalah semua upaya
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja laboratorium dari risiko –
risiko yang ada di laboratorium. Kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium sangat penting untuk dipahami mengingat banyaknya
laboratorium yang digunakan baik itu di pabrik ataupun di Lembaga
Pendidikan dan Penelitian. Keselamatan kerja di laboratorium, perlu
diinformasikan secara cukup ( tidak berlebihan ) dan relevan untuk
mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta
cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang – ulang agar
lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yang dimaksud termasuk
orang yang ada disekitarnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) memiliki beberapa tujuan yaitu
diantaranya adalah :
1. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi.
2. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja.
3. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan
efisien.
2.1.2. Pengertian Patient Safety
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. System ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh keselahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Patient safety juga diartikan sebagai suatu upaya dimana tenaga kerja
melakukan suatu tindakan kepada pasien agar pasien tetap terasa aman,
nyaman, dan tidak mengalami trauma. Menurut Undang – Undang No. 36
Tahun 2009, pasal 43 menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah proses
dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien secara
aman termasuk di dalamnya pengkajian mengenai risiko, identifikasi,
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
solusi untuk mengurangi timbulnya risiko keselamatan medis (medical
errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi
(near miss).
Tenaga kerja harus bisa membuat pasien merasa tenang pada saat
melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pasien lebih banyak takut dengan
alat – alat medis seperti jarum. Sebagai tenaga kerja medis, harus bisa
memberikan sifat ramah dan nyaman agar pasien tersebut tidak merasa sakit
pada saat dilakukan tindakan medis. Patient safety sendiri memiliki beberapa
tujuan seperti, untuk terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya KTD di rumah sakit, dan terlaksananya program – program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.
2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecalakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang
dapat menimpa setiap pekerja. Tenaga kerja laboratorium sangat rentan sekali
terkena kecelakaan kerja, karena sering berhadapan dengan zat-zat kimia
yang dapat merusak jaringan tubuh. Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja
dan tidak terduga. Oleh karena itu, tenaga kerja laboratorium harus lebih
memahami pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan lebih teliti
dan berhati-hati dalam menangani sampel yang ada di laboratorium.
Bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tenaga kerja juga harus
melindungi pasien agar tidak terkena paparan dari zat-zat kimia yang
berbahaya. Kecelakaan kerja ada dua jenis yaitu kecelakaan medis dan
kecelakaan kerja. Kecelakaan medis adalah kecelakaan apabila pasien yang
menjadi korbannya, sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan apabila
korbannya adalah tenaga kerja laboratorium itu sendiri. Kecelakaan kerja
dapat disebabkan karena tiga faktor yaitu :
1. Faktor Umur
Umur mempunyai faktor penting terhadap kejadian kecelakaan akibat
kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih
tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja. Sedangkan, umur
muda memiliki kecenderungan lebih rendah karena mempunyai reaksi
dan kegesitan yang lebih tinggi.
2. Faktor Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang dalam
menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu
pendidikan juga akan memengaruhi tingkat penyerapan terhadap
pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan
keselamatan kerja.
3. Pengalaman Kerja
Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik
sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja
yang bersangkutan.
4. Faktor Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko terjadinya
kecelakaan akibat kerja.
5. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang
penting bagi keselamatan kerja.
b. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia dapat berupa bahan baku suatu produksi,
hasil suatu produksi , dari suatu proses proses produksi sendiri
ataupun limbah dari suatu produksi.
c. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain di tempat kerja.
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian kerugian bagi
pekerja dan juga yang memperkerjakan. Maka dari itu mengidentifikasi
bahaya kerja akan mengurangi bahkan mencegah bahaya melalui
pengendalian bahaya kerja yang dilakukan melalui hasil analisa identifikasi
bahaya kerja. Agar penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal maka
perlu dilakukan sebuah penilaian risiko. Terjadinya kecelakaan kerja dapat
disebabkan oleh beberapa hal, tetapi analisis terjadinya kecelakaan kerja
menunjukkan bahwa hal – hal berikut adalah sebab – sebab terjadinya
kecelakaan kerja di laboratorium :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia dan
proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan.
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga
kurangnya pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan
labolatorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang
melakukan kegiatan labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan perlindungan kegiatan labolatorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang
semestinya harus ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya
digunakan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium adalah :

1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah


bentuk kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium yang akibatnya
adalahh memar, dislokasi, memar otak, dan lain – lain.
2. Pingsan yang disebabkan oleh gas yang memusingkan seperti gas dari
larutan formalin.
3. Keracunan gas beracun.
4. Terkena percikan cairan yang korosof, contohnya asam pekat seperti
asam klorida ( HCl ) dan asam sulfat atau air aki (H2SO4) atau basa
kuat, baik mata maupun bagian tubuh lainnya.
5. Alat kerja pecah atau rusak akibat salah dalam penyimpanan.
6. Mata kemasukan zat asing akibat tidak memakai kacamata.
7. Korsleting arus listrik.
8. Kebakaran yang disebabkan oleh letusan atau ledakan yang terjadi
akibat hasil percobaan.
2.3. Bahan – Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium
Bahan kimia merupakan salah satu diantara sekian banyak bahan
yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum atau analisa di laboratorium.
Pengertian dari bahan kimia itu sendiri adalah zat atau senyawa yang berasal
dari alam maupun hasil olah tangan manusia yang komponen penyusunnya
dapat berupa zat zat atau senyawa tunggal maupun gabungan dari beberapa
zat atau senyawa.
Di antara begitu banyak bahan kimia yang digunakan di
laboratorium, tak jarang anda akan bergelut dengan bahan kimia yang
tergolong berbahaya. Banyak bahan kimia yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak digunakan dengan hati – hati.
Dengan mengetahui bermacam – macam bahan kimia berbahaya di
laboratorium, maka anda akan semakin berhati – hati ketika bekerja dengan
menggunakan bahan tersebut. Bahan – bahan kimia tersebut diantaranya
adalah :
1. Bahan kimia beracun ( Toksin ), yaitu bahan kimia yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan
kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat
pernapasan, dan kontak dengan kulit. Contohnya senyawa logam,
bahan pelarut, gas beracun, dan pestisida.
2. Bahan kimia korosif, yaitu bahan kimia yang karena reaksinya
mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan hidup atau
bahan lainnya.
3. Bahan mudah terbakar, yaitu bahan kimia yang mudah bereaksi
dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.
4. Bahan peledak, yaitu bahan kimia yang bereaksi dengan bahan
lainnya sehingga menghasilkan atau adanya gas dalam jumlah besar
dan bertekanan tinggi disertai suhu yang tinggi.
2.4. Penanganan K3 dan Patient Safety
Jika terjadi kecelakaan atau kedaduratan, harus dilakukan tindakan
segera (emergency respons) dan melakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) agar tidak terjadi akibat yang fatal baik bagi petugas, tempat,
dan lingkungan kerja. Ada beberapa penanganan yang harus dilakukan jika
mengalami kecelakaan kerja sebagai berikut, yaitu :
1. UMUM
a. Beritahukan kepada seluruh petugas, lakukan dengan tenang.
b. Bunyikan alarm.
c. Informasikan kepada tim atau petugas K3. Kalau perlu kepada
petugas Pemadam Kebakaran, Polisi, Kelurahan, Rumah Sakit,
dsb.
d. Ikuti prosedur yang berlaku.
2. KHUSUS
a. Tumpahan dan Kebocoran Bahan Kimia
 Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower)
terdekat bila terkena bahan kimia.
 Ikuti semua petunjuk Material Safety Data Sheet
(MSDS) tentang proses netralisasi bahan kimia yang
bocor atau tumpah tersebut sebaik-baiknya.
 Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan
kebakaran dan peledakan segera tinggalkan ruangan.
b. Kebakaran
Kebakaran dapat bersumber dari reaksi kimia, alat pemanas
listrik, rusaknya kontrol suhu pada salah satu alat laboratorium
atau beban listrik yang terlalu berat.
Tindakan yang dilakukan :
 Tutuplah katup aliran gas ke luar ruangan jika terjadi
pada cerobong asam.
 Semprotkan air atau bahan lainnya ke lokasi kebakaran
dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
 Bungkuslah tubuh petugas dengan selimut bila pakaian
terbakar dan petugas tersebut berguling – guling di
lantai.
 Matikan aliran listrik.
 Semua petugas segera meninggalkan ruangan.
 Segera hubungi petugas pemadam kebakaran.
c. Ledakan
Ledakan dapat terjadi sebagai akibat reaksi kimia, pecahnya
tabung gas bertekanan tinggi, reaksi logam reaktif dengan
udara yang lembab atau adanya percikan api ke bahan gas
yang mudah terbakar. Tindakan pada kejadian ledakan adalah
sebagai berikut :
 Selamatkan jiwa petugas.
 Berikan pernafasan buatan bila diperlukan (jangan dari
mulut ke mulut).
 Hentikan pendarahan bila terjadi.
 Evakuasi korban ke rumah sakit.
d. Perubahan Kualitas Udara
Perubahan kualitas udara dapat terjadi disebabkan oleh
kebakaran, tumpahan bahan kimia beracun, tabung gas bocor
atau ventilasi yang buruk. Tindakan yang harus dilakukan :
 Tinggalkan segera ruang laboratorium.
 Pakailah alat Respirator Self Contained Air Breathing
Approach ( SCBA )
 Buka seluruh pintu dan jendela ruangan.
e. Terlepasnya Bahan Infeksius
Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
 Lakukan dekontaminasi ruangan dengan segera.
 Gunakan pakaian pelindung diri yang memadai.
 Bawalah korban ke unit gawat darurat rumah sakit
terdekat, ambilah dan periksa darah korban sebelum
dilakukan tindakan medis.
f. Tumpahan Bahan Radioaktif
Tindakan yang harus dilakukan baik bagi petugas yang
terpapar, tenaga medik yang menolong dan bagi petugas
pembersih ruangan.
1. Bagi petugas yang terpapar
 Lakukan apusan mukosa hidung untuk mengetahui
dosis keterpaparan bahan radioaktif melalui
surveimeter.
 Periksalah pakaian dan kulit petugas dengan
surveimeter. Jika surveimeter tidak tersedia, maka
pakaian dan dosimeter yang dipakai petugas
dikirimkan ke BATAN.
 Evakuasi pasien ke unit gawat darurat bila
diperlukan.
2. Bagi tenaga medis
 Pakailah masker khusus atau respirator.
 Lakukan dekontaminasi peralatan yang digunakan.
 Isolasi korban.
 Catatlah dan monitoring korban.
3. Bagi petugas pembersih
 Kenakan pakaian pelindung diri khusus yang
dilengkapi dengan kartris dan filter yang dibungkus
dengan bahan Tyvek atau yang sesuai, tutup kepala
dan penutup kaki yang terbuat dari bahan plastik.
 Pakailah sarung tangan yang terbuat dari bahan
polietilen.
 Bersihkan lokasi yang terkena dengan pel khusus
yang dapat menyerap.
 Buanglah pel yang telah digunakan ke pembuangan
sampah khusus radioaktif.
3. Keracunan
a. Keracunan melalui jalan tertelan (ingestion)
 Periksalah bibir dan rongga mulut korban.
 Keluarkan sedapat mungkin bahan – bahan yang tersisa
dari mulut korban.
 Lakukan bantuan pernafasan buatan secara manual bila
diperlukan.
 Cobalah untuk membantu korban memuntahkan bahan
kimia yang tertelan.
 Ambilah sampel dari bahan muntahan jika memungkinkan
sebagai bahan analisa.
 Letakkan spatel yang sudah dibungkus kasa diantara gigi
atas dan bawah korban kalau kejang. Bila kejang – kejang
sudah mereda, tengkurapkan korban agar cairan yang ada
di dalam mulut korban dapat keluar dengan mudah.
 Longgarkan pakaian korban terutama di sekitar leher, dada
dan pinggang.
b. Keracunan melalui kontak langsung
 Bila kena mata
- Keluarkan lensa kontak.
- Cucilah mata yang terkena dengan semprotan air selama
15 menit.
- Jangan menggunakan salep mata atau bahan netralisasi.
 Bila kena kulit
- Cuci tangan sehingga bersih jika bahan kimia
mengenai kulit.
- Mandikan korban di pancuran dan pakailah apron dan
sarung tangan.
- Bersihkan dengan teliti lipatan atau rongga tubuh
korban. Posisi kepala korban harus lebih tinggi dari
tubuh untuk menghindari cipratan ke mata korban.
- Semprotkan air ke tubuh dan cuci mata ini bisa
dilakukan dengan posisi korban duduk dengan kepala
menengadah.
4. Luka Bakar
a) Derajat Pertama
- Siramlah dengan air dingin untuk mengurangi
pembengkakan.
- Hindarkan terpapar lagi, karena bagian yang pernah
terkena akan lebih sensitif dibandingkan yang belum
pernah.
b) Derajat Kedua
- Siramlah daerah luka bakar dengan air dingin dengan
hati – hati, untuk menghilangkan rasa nyeri.
- Letakkan kain yang dingin dan bersih di atas luka
bakar.
- Jangan memecah gelembung yang terjadi.
- Angkatlah ke atas jika yang terkena bagian kaki atau
lengan.
c) Derajat Ketiga
- Jangan melepaskan pakaian yang melekat pada luka
bakar.
- Balutlah luka bakar dengan perban steril yang tebal.
- Jangan menyiram luka bakar dengan air dingin karena
bisa mengakibatkan terjadinya syok. Kompres dingin
bisa diberikan pada daerah yang terbatas seperti muka
korban.
- Naikkan tubuh korban lebih tinggi jika kaki dan lengan
terkena.
- Rujuklah ke rumah sakit.
2.5. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Untuk menghindari segala kemugkinan terjadinya kecelakaan kerja
di laboratorium, ada hal – hal pencegahan yang harus dilakukan seperti :
a. Menempatkan berbagai alat atau bahan laboratoriun di tempat yang
mudah dicapai.
b. Tidak mengunci pintu saat laboratorium sedang dipakai dan mengunci
pintunya saat laboratorium tidak digunakan.
c. Memakai sepatu slip, jangan memakai sepatu hak tinggi, tali sepatu
longgar, hati – hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
d. Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan
terhadap yang baik dan terhadap bahan – bahan yang mudah terbakar,
pengawasan terhadap terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran di
dalam laboratorium.
e. Disetiap laboratorium seharusnya tersedia air. Jangan dekatkan atau
jangan meletakkan bahan yang mudah terbakar dekat dengan api seperti
bensin, spiritus. Hindari penempatan uap eter, aseton, benzene pada
tabung elemeyer yang terbuka karena uap tersebut akan keluar dan bila
ada api atau percikan dapat menimbulkan kebakaran.
f. Pada pekerjaan yang mengeluarkan panas jangan menggunakan system
tertutup pada saat penyulingan atau melakukan reaksi kimia. Gunakan tata
cara yang telah ditentukan oleh Standar Operasi Prosedur untuk
menghindari terjadinya ledakan atau pecah pada tabung reaksi yang dapat
menyebabkan bahaya pada pekerja.
g. Bahan kimia organic seperti asam basa, asam halide, feno, bersifat korosif
pada mata dan beracun. Bila tertumpah di atas meja harus segera di
bersihkan. Hati – hati dengan penggunaan hot plate atau alat – alat yang
dalam keadaan sangat panas karena dapat menyebabkan luka bakar bila
tersentuh kulit.
h. Harus menggunakan pakaian sesuai dengan aturan laboratorium seperti
- Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia.
- Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat karena
rambut panjang yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan.
- Pakailah jas laboratorium, sarung tangan dan pelindung yang lain
dengan baik meskipun, penggunaan alat – alat keselamatan
menjadikan tidak nyaman.
i. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk laboratorium, untuk
mencegah hal yang tidak diinginkan.
j. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja laboratorium.
k. Dilarang untuk makan dan minum serta merokok di dalam laboratorium.
l. Harus tau cara pemakaian alat imergensi seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.
m. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium karena sebaiknya analisa di
laboratorium dikerjakan bersama dengan seorang partner atau team.
n. Mengelola anggaran merupakan hal yang penting untuk rencana
peningkatan keamanan di laboratorium. Yakinkan bahwa kimia, solvent
dan aerosol yang mudah terbakar, disimpan dalam tempat yang aman.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah


sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan
Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di
negara berkembang, seperti Indonesia. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah suatu upaya untuk menjamin kesehatan dan keselamatan bagi para tenaga
kerja baik dari segi fisik, emosional. K3 sangat penting dilakukan di seluruh
instansi perusahaan maupun rumah sakit karena untuk meminimalisir. Sedangkan
Patient Safety merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman. System ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh keselahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapanpun tanpa kita minta bahkan


banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium.
Seperti faktor pekerja,faktor umur, faktor tingkat pendidikan, faktor pengalaman
kerja, faktor jenis pekerjaan, dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, tenaga kerja
laboratorium harus lebih memahami pentingnya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dan lebih teliti dan berhati-hati dalam menangani sampel yang ada di
laboratorium. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian kerugian bagi
pekerja dan juga yang memperkerjakan. Maka dari itu mengidentifikasi bahaya
kerja akan mengurangi bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya
kerja yang dilakukan melalui hasil analisa identifikasi bahaya kerja.

Bahan kimia merupakan salah satu diantara sekian banyak bahan


yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum atau analisa di laboratorium. Bahan
kimia yang berbahaya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kecelakaan kerja jika tidak digunakan dengan berhati – hati. Untuk menghindari
itu semua, diperlukan penanganan K3 dan Patient Safety jika terjadi kecelakaan
atau kedaduratan, harus dilakukan tindakan segera (emergency respons) dan
melakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) agar tidak terjadi akibat
yang fatal baik bagi petugas, tempat, dan lingkungan kerja. Ada beberapa
penanganan yang harus dilakukan seperti menenangkan tenaga kerja yang terkena
dan melakukan evakuasi terhadap tenaga kerja medis.

Selain itu, dilakukan juga pencegahan untuk menghindari


terjadinya kecelakaan kerja seperti menempatkan seluruh alat dan bahan
laboratorium di tempat yang mudah dijangkau, menggunakan pakaian yang sesuai
jika dilakukan di laboratorium, harus menyedikan air dan alat pemadam
kebakaran untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran, sangat dilaranh untuk
melakukan aktivitas seperti makan dan minum di dalam laboratorium, tidak
mengunci pintu laboratorium dan tidak bekerja sendirian di dalam laboratorium.

3.2 Saran

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini


meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan
tulisan ini. Penulis mengharapkan dari penulisan makalah ini untuk para pembaca
agar lebih mengetahui tentang penanganan tentang K3 dan Patient Safety. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar paper ini
dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

https://news.labsatu.com/bahan-kimia-berbahaya-di-laboratorium-dan-
dampaknya-bagi-kesehatan/

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1

https://id.scribd.com/document/364179774/UU-Patient-Safety

https://www.safetyshoe.com/tag/penyebab-kecelakaan-kerja-di-laboratorium/

http://kimia.pnl.ac.id/10-tips-mudah-untuk-meningkatkan-keselamatan-kerja-di-
laboratorium/

http://hadianzah28.blogspot.com/2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://www.berpendidikan.com/2016/01/contoh-kecelakaan-kerja-di-
laboratorium-dan-bahan-kimia-berbahaaya-di-laboratoriu.html

http://analissolo.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-
di.html

Anda mungkin juga menyukai