Anda di halaman 1dari 23

Satu tahun sekali dinkes dicek

Karena semakin ketat ada di pirt terdaftar dri 2017-2023

Sudah ari ahun 70an sdh terdaftar di bpom dan ain2

Kesterilan

Botol minum dari beli di Surabaya

dari situ botol dibeli di Surabaya berasal dri minuma sprit coca cola pabrik langsung

Blm tanya yg sisa minuman setelah diminum?

Tempatnya apakah memungkinkan ? kurang steril tempatnya kurang bersih tidak dikramik
menggunakan tembok,

Co2 hanya tabung besar, manual.

Katanya tidak boleh ngerokok.

Airnya diambil dari sumber rogoselo,

Ada sublimasi dicampur dan sbgnya

Tanpa pengawet

Expired 1-2 bulan


Limbah industry :

Keamanannya apd pakai masker sarung tangan ada apar,

Blm lhat aparnya dimana?

Apar dicek 2 tahun sekali.

Kecelakaan kerja 1-5 botol pecah pada saat setlh diberi co2 dikasih pressing tutup botol ga kuat
akhirnya pecah.

Suhunya panas.

Tapi ada perlindungan antara mesin dan pelaku.

1. Stok botol
2. Disortir
3. Dicuci dibilas
4. Pengeeringan
5. Diisi
6. Dicampur dengan Co2 (bukan soda tanpa pengawet)
7. Ditutup
8. Pelabelan

Pengawetnya sudah ada digula agar tidak cepat tumbuh bakteri.

Lama waktu penyimpanan sekitar 1-2 bulan


MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (SMK3)

PADA INDUSTRI MINUMAN LIMUN “ORIENTAL“


SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3)

PADA INDUSTRI MINUMAN LIMUN “ORIENTAL“

Dosen Pengampu : Mahfur, M.Farm., Apt.

Disusun Oleh

1. Muslikhah Tsalatsa Mukharami 1617000411


2. Tri Nafaroh 1617000421
3. Muhammad Muhlis 1617000
4. Ayu Atika 1617000571
5. Nelly Khikmah Aulia Agustin 1617000591
6. Amanda Kusumaning Astari 1617000701
Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan : Latar belakang rumusan masalah tujuan

Bab 2 Kajian Pustaka

Perencanaan K
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi
dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus
bersifat manusiawi atau bermartabat.

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan
dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada
diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk


memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan
hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?


2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di Industri
Minuman Limun Oriental?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja di Industri Minuman
Limun Oriental?
4. Apa saja yang dapat memungkinkan terjadinya penyebab kecelakaan di Industri Minuman
Limun Oriental?
5. Apa saja usaha untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja dengan SOP yang benar di
Industri Minuman Limun Oriental?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3)


2. Mahasiswa dapat mengetahui dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di
Industri Minuman Limun Oriental
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fokus dan tujuan dari program kesehatan dan
keselamatan kerja di Industri Minuman Limun Oriental
4. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang dapat memungkinkan terjadinya penyebab
kecelakaan di Industri Minuman Limun Oriental
5. Mahasiswa dapat mengetahui usaha untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Keselamatan Kerja (K3)


Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk melindungi diri dan orang lain
dari kecelakaan kerja. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah


mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya.

Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan
radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan
dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan
budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua industry.

2. Tata Tertib Keselamatan Kerja

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

 Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang diberikan.
 Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan
kimia, alat-alat, dan cara pemakaiannya.
 Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan.

1
 Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja..
 Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower,
respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
 Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas.
 Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil
dan mudah terbakar.
 Setiap pekerja harus mengetahui cara memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K).
 Buanglah sampah pada tempatnya.
 Usahakan untuk tidak sendirian di ruang kerja. Supaya bila terjadi kecelakaan dapat
dibantu dengan segera.
 Jangan bermain-main di dalam ruangan kerja.
 Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
 Dilarang merokok, makan, dan minum di laboratorium.

3. Alat Keselamatan Kerja

1. Pemadam kebakaran (hidrant)


2. Eye washer
3. Water shower
4. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
5. Jas Laboratorium
6. Peralatan pembersih
7. Obat-obatan
8. Kapas
9. Plaster pembalut

Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja

2
Faktor Biologis
benda-benda yang terkontaminasi dan udara. dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan
kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka
kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi.

Pencegahan :

1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat
badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan
imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory Practice)
4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara
benar
6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8. Kebersihan diri dari petugas.

Faktor Kimia
pekerja sering kali kontak dengan bahan kimia yang beracun,mudah meledak,mudah terbakar dll.

Pencegahan :
1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan
kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium)
dengan benar.
Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan
3
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-
tingginya. bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal
ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi
kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)

Faktor Fisik
Faktor fisik di industry yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan
kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas
yang menangani.

Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
Faktor Psikososial

4
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stress :
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang.
Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat
dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.

5
Kecelakaan Kerja di industri

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :


Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja

Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di industri :


Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja
yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibat :
– Ringan ‡ memar
– Berat ‡ fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

6
Pencegahan :
– Pakai sepatu anti slip
– Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
– Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
– Pemeliharaan lantai dan tangga

Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama
yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibat :
– Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian.
– Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan :
– Konstruksi bangunan yang tahan api
– Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
– Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
– Sistem tanda kebakaran (Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera & Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis)
– Jalan untuk menyelamatkan diri
– Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
– Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman

7
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Cara

Metode yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist
ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan.
Pada survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja
apa yang digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat p3k di tempat
kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan pimpinan tentang k3,
keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya pengetahuan mengenai k3 kepada
pekerja mebel kayu di industri yang berkaitan.

B. Jadwal Survei

No. Tanggal Kegiatan


- Pengenalan kegiatan

1. September 2019 - Pengarahan kegiatan

- survey dan wawancara


2. September 2019

- Penyusunan proposal
3. September 2019 - Pembuatan proposal

1
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Alur dan Proses Produksi

Pada pembuatan Limun di Industri Rumah Tangga Limun Oriental ini memiliki
tahapan-tahapan diantaranya:

1. Penyetokan Botol
Pada bagian ini pengusaha hanya menerima botol yang dipasok dari pabrik
pembuatan botol di Surabaya sehingga botol yang digunakan dibuat dengan design
khusus sesuai permintaan. Botol yang digunakan terbuat dari kaca dengan tutup botol
berbahan dasar aluminum. Proses penyetokan masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan orang diletakkan pada tepat yang aman.

2. Pencucian Botol
Botol yang akan digunakan perlu dilakukan pencucian yaitu dengan dua tahap,
pertama dicuci dengan menggunakan sabun dan kedua dicuci dengan menggunakan
kaporit dengan masing-masing dimasukkan ke dalam tempat bak pencucian secara
manual. Setelah itu dibilas dengan air agar siap untuk digunakan.

3. Pengeringan Botol
Setelah dilakukan pencucian dilakukan pengeringan pada botol dengan cara dibalik dan
diangin-anginkan.

4. Pembuatan Isi Produk


Pada proses pembuatan isi produk (sediaan) dengan menggunakan hasil
campuran air sari buah, asam sitrat, dan uap dari racikan CO2. Dengan proses

1
pemanfaatan uap itulah hasil karbonasi limun tak sekeras minuman bersoda yang
menggunakan bahan campuran gula dan bubuk soda. Pembuatan ini tidak menggunakan
pengawet, hanya mengandalkan gula yang dibuat sendiri oleh Industri Rumah Tangga
Limun Oriental yang sudah mengandung pengawet. Pencampuran isi produk
menggunakan mesin dan langsung dimasukkan ke dalam botol setiap pengisian dilakukan
untuk 5 botol, kemudian langsung disambungkan dengan tabung gas CO2 dengan selang
panjang dari tabung menuju mesin pengisian limun.
Pada proses penambahan CO2 ini biasanya dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
seperti botol pecah ini diakibatkan karena terkadang tekanan dari CO2 yang terlalu tinggi.
Pengujian kesehatan dilakukan setiap satu tahun sekali oleh Dinas Kesehatan.
Ketahanan pangan produksi ini bisa dikonsumsi dalam jangka waktu 1-2 bulan dari masa
pembuatan.
Operator menggunakan alat perlindungan diri diantaranya celemek, sarung
tangan, masker dan sepatu boot, tetapi hanya beberapa pekerja saja yang menggunakan
pengaman.

5. Penutupan Botol
Penutupan botol dilakukan secara aman, dengan adanya bagian pelindung antara
alat dan operator. Biasanya terjadi kecelakaan seperti leher botol pecah akibat tekanan
pada saat pengepresan tutup botol.

6. Pelabelan
Setelah proses pengisisan dan penutupan produk, para pekerja bekerja saling
mengoper produk kemudian memberi label, dan mensortir kembali produk yang akan
didistribusi.

Kesehatan dan keselamatan kerja di industri bertujuan agar pekerja, masyarakat dan lingkungan
industry saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik

2
dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai
peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di industri serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut. Keterlibatan dan komitmen yang
tinggi dari pihak manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral
dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non
kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya
sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.

3
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil survie yang telah dilakukan point-point keselamatan kerja masih kurang karena
tidak semua pekerja memakai pengaman (celemek, masker, sarung tangan, dan sepatu both).
Untuk masalah kesehatan dan kecelakaan tidak memadahi karena tidak ada asuransi yang jelas
secara hukum.

Saran

Dalam perlindungan tempat produksi penempatan APAR kurang strategis karena tidak
mudah dijangkau serta pembaruan yang dilakukan dua tahun sekali dianggap terlalu lama.
Kebersihan dalam ruang produksi lebih dijaga. Kelengkapan alat perlindungan diri harus lebih
dilengkapi agar pruduksi yang digunakan lebih higenis dan keamanan pekerja lebih terjamin.
Surat izin pengedaran makanan dan minuman masih hanya terseleksi oleh Dinas Kesehatan
Daerah, seharusnya ada surat dari BPOM, karena sudah terdistribusi sampai luar kota.

1
CHECK LIST ASPEK SISTEM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA
PEKERJA PADA “INDUSTRI RUMAHAN LIMUN ORIENTAL”

No Tahapan Faktor Gambaran Nilai Total


1. Penyetokan Bahaya Dapat 2
botol menyebabkan Total : 56
cedera ringan
Propabiitas Mungkin 7 Ket : <200
Frekuensi Bahaya muncul 4 Tidak diperlukan tindakan
sekali dalam segera namun tetap dibawah
seminggu pengawasan

Bahaya Fisik : Kelelahan fisik, Jaringan otot rusak.

Bahaya Kimia : Infeksi.

Bahaya Ergonomis : Sakit punggung.

2. Pencucian Bahaya Dapat 2


Botol menyebabkan Total : 2
cedera ringan Ket: <200
Probabilitas Hampir tidak 1 Tidak diperlukan tindakan
mungkin segera namun tetap dibawah
Frekuensi Bahaya muncul 1 pengawasan
lima tahun sekali

Bahaya Kimia : Iritasi kulit, Alergi.

Umum : Tugas dan tanggung jawab.

3. Pengeringan Bahaya Tidak mungkin 1 Total : 2


botol menyebabkan Ket : <200 tidak diperlukan

1
cedera tindakan segera namun tetap
dibawah pengawasan
Probabilitas Hampir tidak 1
mungkin
Frekuensi Bahaya muncul 1
lima tahun sekali

4. Pembuatan Bahaya Absen dari pekerja 3 Total 45


produk kurang dari 3 hari dengan Ket : <200
pemulihan lengkap tidak
diperlukan
tindakan
segera
namun
tetap
dibawah
pengawasan
Probabilitas Besar kemungkinan 5
Frekuensi Bahaya muncul sekali 3
dalam sebulan

Bahaya Fisika ; Kelelahan Fisik.

Bahaya Kimia : Iritasi Kulit.

Bahaya Biologis : Infeksi, Alergi.

5. Penutupan Botol Bahaya Absen dari pekerja lebih 4 Total 80


dari 3 hari namun kurang <200 tidak
dari 3 minggu dengan diperlukan

2
pemulihan lengkap tindakan
segera
namun
tetap
dibawah
pengawasan
Probabilitas Besar kemungkinan 5
Frekuensi Bahaya muncul sekali 4
dalam seminggu

Bahaya Fisik : Kelelahan Fisik.

6. Pelabelan Bahaya Tidak mungkin 1 Total :1


menyebabkan cedera < 200 tidak
diperlukan
tindakan
segera
namun
tetap
dibawah
pengawasan
Probabilitas Hampir tidak mungkin 1
Frekuensi Bahaya muncul lima 1
tahun sekali

Anda mungkin juga menyukai