Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang


Kesehatan telah mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat
dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan
kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor Departemen Tenaga
Kerja dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan
dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut sembuh, cacat atau
meninggal dunia seperti penelitian (Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya
ada jamsostek bagi pekerja. Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim, 2010).

Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar


kecelakaan kerja dan keamanan kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi
kita sebagai panduan sebelum melakukan praktikum di laboratorium. Cara kerja
dan prinsip kerja di laboratorium ini merupakan langkah-langkah sebelum dan
sesudah kita melakukan praktikum agar selama proses praktikum tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang tidak di inginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (Salim, 2012). Untuk
keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar diri kita bisa
terhindar dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi kecelakaan maka kita
sudah mengetahui bagaimana cara menanganinya. Dalam keamanan kerja hal
pertama yang harus di patuhi adalah kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-
aturan yang ada di laboratorium agar tidak terjadinya kecelakaan (Subiantoro,
2011).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:


2. Apa definisi dan tujuan dari keselamatan kerja?
3. Apakah sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di
laboratorium?
4. Bagaimana contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium?
5. Bagaimana pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium?

1.3 Tujuan Masalah

1. Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah:


2. Mengetahui definisi dan tujuan dari keselamatan kerja.
3. Mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di
laboratorium.
4. Mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium.
5. Mengetahui pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium.

1.4 Manfaat

1. Adapun manfaat dari makalah ini adalah:


2. Menambah ilmu pengetahuan Mahasiswa khususnya didalam bidang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Memberikan alternatif supaya dapat mengantisipasi dan menghindari
kecelakaan di laboratorium.
4. Memberikan informasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang sangat bermanfaat didalam dunia kerja.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja

Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih


dahulu harus mengetahui bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman
dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat praktikun
& lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012)
keselamatan kerja menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan yang terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh karena
dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan (Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan


menciptakan terwujudnya pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang
baik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri
masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang
baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun
untuk laboratorium dan bagi para pekerja.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan
peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam laboratorium harus ada
manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya kecelakaan, dan
harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan
ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor
pendorong (dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi
dilaboratorium (Wulandari, 2011). Selain di laboratorium manajemen K3 juga
harus diterapkan di rumah sakit (Salikkuna, 2011).

3
Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
adalah pada RSIA Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil
dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan manajemen dalam
pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan
pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus dan
ahli K3 antara lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta
pengukuran dan evaluasi belum maksimal dilaksanakan (Toding, 2016).

Menurut hasil penelitian (Sholihah, 2015) menyatakan penyuluhan K3


dalam penerapannya selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan
sikap budaya K3, namun belum efektif meningkatkan kesehatan pekerja.
Penelitian ini berdasarkan hasil observasi di PT X, Rantau, Kalimantan Selatan,
nilai ambang batas debu tidak diketahui. Manajemen perusahaan tambang batu
bara hanya menyatakan secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam
keadaan normal. Kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR = 2,8; 95% CI
= 1,8 – 9,9) merupakan salah satu faktor intrinsic yang terbukti berhubungan
dengan penurunan kapasitas paru. Maka dari itu Penerapan dan penyuluhan K3
sangat penting supaya bisa mengantisipasi penyakit diparu-paru akibat terhisap
debu.

2.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat
menimpa setiap pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi
pekerja dan pihak yang mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah
bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa
identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih
maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko
adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang
dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah
terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus
juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi
atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan.


Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition),
sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action). Beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati

4
posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85%
(Soyuno, 2013).

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari


analisis terjadinya kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-
sebab terjadinya kecelakan kerja di labolatorium:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan

2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya


pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.

3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang


melakukan kegitan labolatorium.

4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan


perlengkapan perlindungan kegiatan labolatorium.

5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya


harus ditaati.Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang
seharusnya digunakan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak
sesuai.Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.(Suyono,
2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun,
di manapun, dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan.
Bahaya kerja di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka,
cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok,
ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran
(pingsan) bahkan kematian (Winarni, 2014).

Beradsarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab


kecelakaan kerja didasakan pada stress kerja dan kelelahan kerja. Dimana
berdasarkan hasil penelitian pada perawat diketahui bahwa pengukuran kelelahan
setelah kerja memiliki nilai rata-rata lebih besar dari pada kelelahan sebelum
kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja harus menyelesaikan beban tugas
yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan analisis univariat pada variabel
kelelahan kerja dapat diketahui bahwa untuk pengukuran sebelum kerja dari 30
responden yang mengalami kelehan dalam keadaan normal, sebanyak 13 orang
(43,33%). Dan 17 orang (56,67%) berada dalam kategori kelelahan ringan, dan
tidak ada responden (0%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan berat.

5
Sedangkan untuk pengukuran setelah bekerja dapat diketahui bahwa dari 30
responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam keadaan normal (0%),
sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang
(26,67%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan tidak ada respon dan (0%)
berada dalam kategori kelelahan berat (Widyasari, 2010).

Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD


dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium
tersebut memiliki berbagai potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang paling menonjol di laboratorium itu
adalah bahaya biologis yang berasal dari spesimen-spesimen pasien yang akan
diperiksa. Spesimen-spesimen tersebut antara lain darah, sputum dan urin. Dari
berbagai spesimen tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai
penyakit terutama yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, seperti HIV,
hepatitis B, tuberculosis dan penyakit menular lainnya (Rahman, 2013).

Pengantar kecelakaan kerja ini sangat penting sebagai contoh pengujian


hipotesis dengan taraf signifikan (α) sebesar 5% menunjukkan bahwa: (1) terdapat
pengaruh yang positif pengetahuan K3 terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa
kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di lab.
CNC. Pengaruh pengetahuan terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,149
(14,9%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5,134 > 1,65508); (2) terdapat
pengaruh yang positif sikap terhadap kesadaran berperilaku K3. Pengaruh sikap
terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,293 (29,3%) dilihat dari nilai t
hitung > t tabel (78,76 > 1,65508); dan (3) terdapat pengaruh yang positif
pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku
K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik di lab. CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pengaruh
pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku K3
sebesar 0,352 (35,2%) dilihat dari F hitung > F tabel (40,147 > 3,06) (Ramadan,
2014).

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

1. Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek


api, atau alat-alat logam.

2. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara,


gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur,
bakteri, serbuksari atau racun gigitan serangga.

6
Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang
tidak tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain)
(Hidayati, 2011).

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium


itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :

a. Ringan: memar

b. Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Pencegahannya :

a. Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu
longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.

b. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan


desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.

Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas. Akibatnya :

1. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.

2. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahannya :

Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan
terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya
kemungkinan timbulnya kebakaran didalam laboratoruim (Anonim, 2010).

Sistem tanda kebakaran :

1. Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan


segera.

7
2. Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan


menghindari terjadinya kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai
tingkat paling minimal jika setiap orang yang menggunakan labolatorium
mengetahui tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati, 2011) berikut adalah orang
yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium


yaitu kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.

Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk


yang diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek
keamanan.

Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek


kesehatan dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang
digunakan maupun yang dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari
teknik dan prosedur yang akan dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau
siswa dapat menyusun peralatan dan mengikuti prosedur yang seharusnya,
sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau dikurangi.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui
pokok-pokok tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang
berguna untuk membantu dalam proses penanganan apabila terjadi kecelakaan
dilaboratorium. Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk
memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut
diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan tindakan P3K yaitu :

1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban.

2. Perhatikan pernafasan korba

3. Hentikan pendarahan.

4. Perhatikan tanda-tanda shock.

5. Jangan memindahkan korban terburu-buru.

2.3 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium

8
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja
dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya
yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu
kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam laboaratorium
dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)
sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.

Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di


laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk
jalan lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.

3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.

4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan


terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.

5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan


tertentu.

6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di


laboratorium juga perlu dicegah.

7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas dan lain-lain.

8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.(Fathimahhayati,


2015)

2.4 Larangan – larangan saat berada di Laboratorium

1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang


mengawasi.

2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.

3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku


kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang
limbah sisa percobaan.

4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

9
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.

6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.

7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah


pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam
memahami percobaan.

8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut
percobaan yang dilakukan.

9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi


mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.

10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

12. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.

14. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan
segera pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter
untuk mendapat pertolongan secepatnya.

2.5.Teknik kerja di laboratorium

 Hal pertama yang perlu dilakukan

1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi


mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.

2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

5. Bekerja aman dengan bahan kimia

10
6. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.

7. Hindari mengisap langsung uap bahan Kimia. Dilarang mencicipi atau


mencium bahan Kimia kecuali ada perintah khusus.

8. Bahan Kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi


(pedih atau gatal).

 Memindahkan bahan Kimia

1. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari


kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

3. Jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

4. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk


mencegah kontaminasi.

 Memindahkan bahan Kimia cair

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak
tangan memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.

3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak


memercik.

 Memindahkan bahan Kimia padat

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan Kimia.

2. Jangan mengeluarkan bahan Kimia secara berlebihan.

3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat


mengotori bahan tersebut.

 Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi

1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.

2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.

3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

11
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya
tidak melukai orang lian maupun diri sendiri.

 Cara memanaskan larutan menggunakan gelas Kimia

1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.

2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.

3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air.
Maksimum seperampatnya.

 Keamanan kerja di laboratorium

2.6. Penanggulangan keadaan darurat

a. Terkena bahan kimia

a. Jangan panik.

b. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.

c. Lihat data MSDS.

d. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci


bagian yang mengalami kontak langsung tersebut dengan air
apabila memungkinkan).

e. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak


tersebar.

f. Bawa ketempat yang cukup oksigen.

g. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

b. Kebakaran

a. Jangan panik.

b. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.

c. Beritahu teman anda.

d. Hindari mengunakan lift.

e. Hindari mengirup asap secara langsung.

12
f. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat
(jangan dikunci).

g. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.

h. Hubungi pemadam kebakaran

Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu bahan – bahan yang dapat
memicu terjadinya kebakaran. Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3
unsur utama yang sering disebut sebagai segitiga API :

Keterangan :

A : Adanya bahan yang mudah terbakar

P : Adanya panas yang cukup

I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.

c. Gempa bumi

a. Jangan panik.

b. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja,


kolong kasur, lemari.

c. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.

d. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran


gas,tersengat listrik.

e. Jangan gunakan lift.

f. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

d. Bahan kimia B3

Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a) Mudah meledak (explosive)

b) Pengoksidasi (oxidizing)

c) Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)

d) Mudah menyala (flammable)

13
e) Amat sangat beracun (extremely toxic)

f) Sangat beracun (highly toxic)

g) Beracun (moderately toxic)

h) Berbahaya (harmful)

i) Korosif (corrosive)

j) Bersifat iritasi (irritant)

k) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

l) Karsinogenik (carcinogenic)

m) Teratogenik (teratogenic)

n) Mutagenik (mutagenic)

e. Lemari Asam

Lemari asam ini digunakan untuk tempat mereaksikan berbagai


jenis reaksi kimia, terutama dalam mereaksikan zat-zat yang berbahaya,
beracun, maupun dalam mereaksikan zat-zat yang menghasilkan zat lain
yang mengeluarkan gas berbahaya, hingga percikan api. Lemari asam
tidak boleh dijadikan sebagai tempat penyimpanan bahan kimia, karena
jika kita sedang bekerja dan didalam lemari asam tersebut terdapat
berbagai jenis bahan kimia, kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat
reaksi yang salah semakin berpeluang. Oleh karena itu, lemari asam selain
harus mendapatkan perawatan rutin, juga harus digunakan sesuai
dengan kebutuhannya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari hasil Makalah yang saya buat ini, dapat Saya simpulkan bahwa:

a) Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan


peneliti melakukan percobaan.

b) Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan


penggunaan alat alat Laboratorium, bahan & proses Praktikum, tempat
Praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan Praktikum

c) Bahan kimia dapat dkelompokkan menjadi : POISON Radioactive


Explosive Oxidising Agent Irritant Corrosive Flammable Toxic.

d) Lemari asam merupakan tempat menyimpan bahan kimia yang bersifat


asam atau memiliki kadar keasaman yang tinggi.

e) Trinitrotoluene (TNT, atau Trotyl) adalah kristalin aromatic hydrocarbon


berwarna kuning pucat dan merupakan bahan peledak yang digunakan
sendiri atau dicampur.

f) Filter masker mempunyai fungsi yang berbeda, yang dapat dilihat dari
warna filter masing masing filter.

3.2 SARAN

Disarankan kepada Praktikan , dosen, dan peneliti agar dapat mematuhi


prosedur keselamatan kerja yang telah saya tulis dalam makalah ini. Semoga
bermanfaat bagi yang membaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-aplikasi/manajemen-laboratorium-
kimia/keselamatan-kerja-laboratorium/, di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 20:45 WIB

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf

di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 19:00 WIB

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3232604&page=5 , di akses tanggal 16 maret


2011 pukul 20:00

http://en.wikipedia.org/wiki/Special:Search?search=lemari+asam&sourceid=Mozilla-
search, di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 21:00

16

Anda mungkin juga menyukai