PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
adalah pada RSIA Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil
dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan manajemen dalam
pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan
pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus dan
ahli K3 antara lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta
pengukuran dan evaluasi belum maksimal dilaksanakan (Toding, 2016).
Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat
menimpa setiap pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi
pekerja dan pihak yang mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah
bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa
identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih
maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko
adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang
dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah
terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus
juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi
atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).
4
posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85%
(Soyuno, 2013).
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun,
di manapun, dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan.
Bahaya kerja di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka,
cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok,
ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran
(pingsan) bahkan kematian (Winarni, 2014).
5
Sedangkan untuk pengukuran setelah bekerja dapat diketahui bahwa dari 30
responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam keadaan normal (0%),
sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang
(26,67%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan tidak ada respon dan (0%)
berada dalam kategori kelelahan berat (Widyasari, 2010).
6
Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang
tidak tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain)
(Hidayati, 2011).
Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
a. Ringan: memar
Pencegahannya :
a. Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu
longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas. Akibatnya :
1. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan
terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya
kemungkinan timbulnya kebakaran didalam laboratoruim (Anonim, 2010).
7
2. Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui
pokok-pokok tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang
berguna untuk membantu dalam proses penanganan apabila terjadi kecelakaan
dilaboratorium. Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk
memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut
diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan tindakan P3K yaitu :
3. Hentikan pendarahan.
8
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja
dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya
yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu
kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam laboaratorium
dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)
sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas dan lain-lain.
9
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut
percobaan yang dilakukan.
10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.
11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
14. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan Kimia, laporkan
segera pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter
untuk mendapat pertolongan secepatnya.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
10
6. Hindari kontak langsung dengan bahan Kimia.
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak
tangan memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
11
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya
tidak melukai orang lian maupun diri sendiri.
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air.
Maksimum seperampatnya.
a. Jangan panik.
b. Kebakaran
a. Jangan panik.
12
f. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat
(jangan dikunci).
Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu bahan – bahan yang dapat
memicu terjadinya kebakaran. Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3
unsur utama yang sering disebut sebagai segitiga API :
Keterangan :
c. Gempa bumi
a. Jangan panik.
d. Bahan kimia B3
sebagai berikut :
b) Pengoksidasi (oxidizing)
13
e) Amat sangat beracun (extremely toxic)
h) Berbahaya (harmful)
i) Korosif (corrosive)
l) Karsinogenik (carcinogenic)
m) Teratogenik (teratogenic)
n) Mutagenik (mutagenic)
e. Lemari Asam
14
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari hasil Makalah yang saya buat ini, dapat Saya simpulkan bahwa:
f) Filter masker mempunyai fungsi yang berbeda, yang dapat dilihat dari
warna filter masing masing filter.
3.2 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-aplikasi/manajemen-laboratorium-
kimia/keselamatan-kerja-laboratorium/, di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 20:45 WIB
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Special:Search?search=lemari+asam&sourceid=Mozilla-
search, di akses tanggal 16 maret 2011 pukul 21:00
16