Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI ADEHID DAN KETON

OLEH

NAMA : ASVIKA NURDIAN DINI


NIM : A1L121029
KELOMPOK : III A
ASISTEN :

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa dengan teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing


Praktikum Kimia Organik II percobaan V dengan judul “Identifikasi Aldehid dan
Keton” yang dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Kamis, 18 Mei 2023


Waktu : 13.00 WITA-selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo.

Kendari, Mei 2023


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Widhi Mulya Nurdin


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aldehid dan keton merupakan dua senyawa yang sangat penting, dan lazim
terdapat dalam sistem makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina progesteron
merupakan dua contoh aldehid dan keton yang penting secara biologis. Banyak
aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid
berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, trans sinamaldehid adalah
komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer-enantiomer karbon yang
menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen. Keton testosteron danestron
banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan cairan seksual (Saputro dan
Atun, 2012).
Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen yang melekat pada
gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugushidrogen, alkil atau aril.
Sedangkan keton mengandung dua gugus alkil atau aril yang terikat pada atom
karbon karbonil. Dalam bidang farmasi pembahasan tentang aldehid dan keton
sangatlah penting untuk dipelajari. Hal ini berhubungan dengan bagaimana
nantinya senyawa obat dapat bereaksi dengan aldehid dan keton. Misalnya
formaldehid sering dibuat dalam larutan 37% yang dinamakan formalin dimana
larutan ini berguna sebagai desinfektan dan pengawet (Indryani, 2010).
Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang cukup besar dalam
kehidupan. Salah satu contohnya yaitu metanal yang merupakan contoh dari
senyawa aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama formaldehida. Larutan
formaldehida 40% digunakan sebagai antiseptik atau yang dikenal dengan sebutan
formalin. Sedangkan pada keton yang pailing banyak dikenal yaitu aseton yang
digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca. Oleh karena banyak manfaatnya
maka kita harus mampu membedakan mana senyawa keton dan senyawa aldehid
agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya (Wonorahardjo dkk., 2015).
Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida dan
keton. Karena senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-menarik dipol-
dipol antarmolekul, aldehida dan ketonmendidih pada temperatur yang lebih tinggi
dari pada senyawaan nonpolar yang bobot molekulnya bersamaan. Secara terbatas
aldehid dan keton dapat mensolvasi ion 1A (Yuliyanto, 2018).
Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh darioksidasi alkohol, aldehida dari
alkohol primer, sedangkan keton dari alkohol sekunder. Aldehid dan keton
mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama, maka sifat kimianya
hampir sama, tetapi sifat fisikanya berlainan. Jika kedua gugus yang menempel
pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon, maka senyawa itu dinamakan
keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, senyawa tersebut
termasuk golongan aldehid (Atmaja dkk., 2022).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan percobaan identifikasi
aldehid dan keton untuk mengetahui manfaat dari keduanya dan mampu
membedakan mana senyawa keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi
kekeliruan dalam pemanfaatannya.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan yang ingin dicapai dari percobaan identifikasi aldehid dan keton adalah
mempelajari teknik identifikasi senyawa aldehid dan keton.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip praktikum ini adalah teknik identifikasi senyawa aldehid dan keton
dengan membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens
dan uji schiff.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat praktikum ini yaitu kita dapat dapat mempelajari teknik identifikasi
senyawa aldehid dan keton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aldehid

Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil


yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih
reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi
oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-
merisasi karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar dengan
bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau sedap. senyawa polar
sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna. Struktur aldehid yaitu
mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana R =adalah alkil dan
-CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Mardiyah, 2014)..
Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menghasilkan asam karbonsilat
yang mengandung jumlah atom karbon yang sama. Sementara itu keton tidak
menjalankan reaksi yang serupa karena pada oksidasi terjadi pemutusan ikatan
karbon-karbon menghasilkan dua asam karbonsilat masing-masing mengandung
atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit dari pada keton semula (keton siklik
menghasilkan suatu asam dikarbonsilat yang mengandung atom karbon yang sama
banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon) (Kusuma dan Susatyo, 2021).

2.2 Keton

Keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung sebuah gugus


karbonil sebuah ikatan rangkap C-O. Keton termasuk senyawa yang sederhana jika
ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -
Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang bisa
ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -
COOH. Pada keton, gugus karbonil memiliki dua gugus hidrokarbo yang terikat
padanya. Sekali lagi, gugus tersebut bisa berupa gugus alkil atau gugus yang
mengandung cincin benzen (Simanjuntak, 2021).
Keton banyak digunakan dalam industry parfum, karena baunya yang
harum. Aseton adalah keton yang paling sederhana dan penting. Aseton utamanya
digunakan sebagai pelarut dalam industry (untuk cat dan pernis). Zat ini
merupakian bahan utama pada beberapa merek pengahapus cat kuku. Aseton juga
digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium pembuiatan kloroform,
iodoform dan pewarna (Sukmawati dan Merina, 2019).

2.3 Aldehid dan Keton

Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa
organik yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus
alkil yang terikat pada karbon karbonilnya. Gugus lain dalam suatu aldehid dapat
berupa alkil, aril atau H. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam system mahluk
hidup. Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas, yang membedakannya
umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum (Tauhid, 2022).
Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hydrogen, dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida
dari alkohol primer, sedangkan keton dari akohol sekunder. Aldehid dan keton
bereaksi dengan alkohol membentuk masing-masing heniasetal dan hemiketal.
Karena monosakarida mempunyai baik. gugus aldehid atau keton ditambah gugus
alkohol. maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk
menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena 4 adanya tegangan sudut
ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula
(Yunita, 2022).

2.4 Uji Tollens

Larutan pereaksi tollens bersifat reduktor sehingga formalin merubah


bentuk keperakan, endapan abu – abu, ataupun cermin perak. Uji menggunakan
pereaksi tollens untuk kontrol positif nya setelah bereaksi dengan formalin warna
larutan jadi perak metalik akan terbentuk baik dalam bentuk serbuk keperekan,
endapan abu- abu perak ataupun cermin perak sedangkan untuk kontrol negatif
tidak terjadi perubahan warna. Perubahan warna pada uji dengan pereaksi Tollens
disebabkan terjadinya reaksi reduksi oksidasi. Gugus Aldehid pada formalin
dioksidasi menjadi anion karboksilat sedangkan ion Ag+ dalam reagensia Tollens
direduksi menjadi logam Ag. Formalin atau formaldehid merupakan gugus aldehid
dan memiliki gugus OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini membentuk
cermin perak. Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens dan
dipanaskan maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang segera
membentuk garam amonia. Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga
dibebaskan logam perak yang segera melekat pada dinding tabung reaksi. Pada
senyawa formalin, cermin perak lebih cepat terbentuk karena pada formalin tidak
memiliki gugus alkil sehingga formalin lebih bersifat reaktif (Febrianti dan Sari,
2016).

2.5 Uji Schiff

Basa Schiff merupakan senyawa yang terbentuk ketika amina primer


bereaksi dengan aldehida atau keton di bawah kondisi yang spesifik. Senyawa basa
Schiff memiliki karakteristik gugus C=N (imina). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil sintesis dan waktu stirrer optimum pada senyawa basa Schiff
dengan menggunakan metode stirrer dengan pelarut air serta nilai toksisitas
senyawa basa Schiff 4-metoksi-N-(piridin-4-ilmetilena)anilina.Metode yang
digunakan dalam mensintesis senyawa basa Schiff 4-metoksi-N-(piridin-4-
ilmetilena)anilina dari senyawa 4-formilpiridina dan p-anisidina yaitu
menggunakan metode stirrer dengan pelarut air dengan variasi waktu stirrer 15; 30
dan 45 menit (Sembiring dkk, 2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Kimia Organik II dengan judul "Identifikasi Aldehid dan Keton"
dilakukan pada hari Kamis, 18 Mei 2023 pukul 13.00 WITA - selesai, bertempat di
Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu gelas kimia 100 mL dan 50 mL, labu takar 50
mL, pipet ukur 25 mL, filler, pipet tetes, tabung reksi, botol semprot, kertas label,
batang pengaduk, spatula, rak tabung reaksi dan penangas air.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu aseton, formalin 40%, sukrosa, fruktosa,


natrium hidroksida 10%, perak nitrat 1 M, dan pereaksi Schiff

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Reagen Tollen

Pereaksi Tollen dibuat langsung sebelum digunakan (tidak disimpan dalam


waktu yang lama). Penyiapan pereaksi tollen adalah sebagai berikut:
Kedalam gelas kimia 50 ml, dimasukkan natrium hidroksida 10% sebanyak 3 ml.
kemudian ditambahkan perak nitrat 1 M sebanyak 3 M. Diamati, larutan menjadi
keruh dan terdapat endapan cokelat. Setelah itu, ditambahkan + 20 tetes ammonium
hidroksida encer dengan menggunakan pipet tetes (sampai endapan hilang dan
berwarna bening).
3.3.2 Test Tollen

Disiapkan 4 buah tabung reaksi kemudian, diberikan sampel aseton pada


tabung 1, formalin pada tabung II, sukrosa pada tabung III, dan fruktosa pada
tabung IV, masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian keempat tabung tersebut
masing-masing ditambahkan pereaksi Tollen yang telah dibuat sebanyak 1 mL.
Kemudian, dikocok lalu diamati apabila terjadi perubahan warna dan terbentuk
endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi Bila belum terbentuk endapan
maka dilakukan pemanasan selama 10 menit.

3.3.3 Test Schiff

Disiapkan 4 buah tabung reaksi kemudian, diberikan sampel aseton pada


tabung 1, formalin pada tabung II, sukrosa pada tabung III, dan fruktosa pada
tabung IV, masing-masing sebanyak 1 mL. Kemudian keempat tabung tersebut
masing-masing ditambahkan pereaksi Schiff sebanyak 1 mL. Kemudian, dikocok
dan didiamkan selama 10 menit lalu diamati apabila terjadi perubahan warna dan
terbentuk dua lapisan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan Uji Tollens


4.2 Tabel. 4.1 Data Pengamatan Uji Tollen
Sampel Perlakuan Hasil
Aseton Ditambahkan reagen Tollens 1 Berwarna hitam
mL
Dipanaskan selama 10 menit Terbentuk endapan
hitam
Fruktosa Ditambahkan reagen Tollens 1 Terbentuk cermin
mL perak
Dipanaskan selama 10 menit Terbentuk Cermin
Perak
Sukrosa Ditambahkan reagen Tollens 1 Larutan hitam keruh
mL
Dipanaskan selama 10 menit Terbentuk Cermin
Perak
Formalin Ditambahkan reagen Tollens 1 Berwarna hitam dan
mL ada endapan hitam
Dipanaskan selama 10 menit Terbentuk endapan
hitam kehijaun

Percobaan pertama adalah mengidentifikasi gugus fungsi aldehid dan keton


dengan menggunakan uji Tollens. Bahan yang digunakan antara lain larutan AgNO3
1 M, NH4OH 10%, Formaldehid atau Formalin, Aseton, Fruktosa dan Sukrosa.
Menetesi larutan AgNO3 1 M pada tiap-tiap tabung reaksi dengan menggunakan
NH4OH 10%, tujuan dan ditetesi larutan NH4OH 10% adalah untuk mencegah
pengendapan ion perak pada saat dilakukan pemanasan pada suhu tinggi, selain itu
juga untuk membentuk suasana basa. Penambahan NH4OH 10% dilakukan secara
merata ke semua tabung reaksi sampai tidak ada endapan atau endapannya hilang
saat mengambil NH4OH 10% harus menggunakan masker karena berbau
menyengat khas amonia Selanjutnya adalah penambahan 1 ml sampel kedalam
tabung reaksi sesuai dengan label. Sampel yang ditambahkan antara lain aseton,
fruktosa, sukrosa, dan formaldehid. Setelah ditambahkan, tabung reaksi kemudian
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara AgNO3 dengan
sampel uji, khusus untuk formaldehid tidak perlu dipanaskan karena langsung
bereaksi membentuk cermin perak pada saat ditambahkan kedalam tabung reaksi.
Setelah dipanaskan selama 10 menit kemudian diamati perubahan yang terjadi dan
dicatat di dalam hasil pengamatan.
Setelah melakukan percobaan, didapatkan hasil percobaan sebagai berikut
Pada sampel 1 ml aseton, berwarna hitam dan terbentuk endapan hitam yang
menandakan bahwa ada reaksi redoks yang terjadi antara AgNO3 dengan Aseton
karena pada dasarnya senyawa keton tidak akan bereaksi dengan tollens dan schiff
karena keton tidak memiliki gugus H yang terikat langsung pada atom C utama
sehingga sulit untuk dioksidasi, Aseton tidak reaktif dengan pereaksi schiff karena
pada aseton tidak memiliki atom H yang terikat langsung pada atom karbon
karbonilnya.
Sampel yang kedua adalah fruktosa pada pengujian fruktosa dengan reagen
tollens dan pemanasan, terbentuk cermin perak di dinding tabung reaksi, meskipun
fruktosa termasuk kedalam golongan keton, namun pada fruktosa terdapat gugus
pereduksi yaitu gugus OH yang terikat pada atom C nomer satu nya sehingga
fruktosa dapat berekasi dengan tollens untuk membentuk cermin perak ketika
fruktosa direaksikan dengan fehling bereaksi positif. Ketika fruktosa direaksikan
dengan tollens, fruktosa mengalami tautomerisasi, sehingga katika direaksikan
dengan tollens bereaksi positif dengan menghasilkan cermin perak. Fruktosa dapat
dioksiilasi oleh tollens karena fruktosa mudah teroksidasi dan dalam larutan basa
berada dalam kesetimbangan.
Sampel yang berikutnya adalah sukrosa. Pada pengujian sukrosa dengan
menggunakan reagen tollens terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi
melalui proses pemanasan. Hal ini dikarenakan gugus pereduksi pada sukrosa telah
digunakan untuk berikatan oleh fruktosa sehingga sukrosa dapat dioksidasi dan
mereduksikan AgNO, AgNO3 karena gugus pereduksi digunakan untuk berikatan
antara glukosa dengan fruktosa.
Sampel yang terakhir adalah formaldehida atau formalin. Pada pengujian
formaldehida dengan reagen tollens langsung terbentuk cermin perak pada dinding
tabung reaksi tanpa harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan
formaldehida merupakan bentuk pertama aldehid alau yang disebut juga metanal
sehingga dapat dengan mudah dan cepat untuk dioksidasi oleh AgNO3 untuk
membentuk cermin perak pada saat formaldehid direaksikan dengan pereaksi
Tollen's menghasilkan larutan beming dan setelah didiamkan pada dinding tabung
terbentuk cermin perak (endapan). Hal ini terjadi karena aldehid dapat mereduksi
larutan perak amoniak (larutan AgNO3 dalam larutan NH3 berlebih. pereaksi perak
amoniak ini yang disebut pereaksi Tollen's Dan juga karena formaldehid tanpa
gugus alkil adalah paling reaktit diantara aldehid dan keton Formaldehud
mempunyai 2 atom H yang terikat langsung pada atom karbonil sehingga mampu
mereduksi pereaksi Tollens.

4.2 Data Hasil Pengamatan Uji schiff


Tabel 4.2 Pengamatan Uji schiff
Sampel Perlakuan Hasil
Aseton Ditambahkan reagen schiff 1 mL Berwarna ungu
kemerahan
Didiamkan selama 10 menit Tidak terjadi
perubahan
Fruktosa Ditambahkan reagen schiff 1 mL Berwarna ungu pudar

Didiamkan selama 10 menit Tidak terjadi


perubahan
Sukrosa Ditambahkan reagen schiff 1 mL Berwarna ungu pudar

Didiamkan selama 10 menit Tidak terjadi


perubahan
Formalin Ditambahkan reagen schiff 1 mL Berwarna ungu
Didiamkan selama 10 menit kemerahan
Tidak terjadi
perubahan
Pada sampel 1 ml aseton, tidak terjadi perubahan warna yaitu berwarna
ungu kemerahan meskipun sudah dipanaskan yang menandakan bahwa tidak ada
reaksi redoks yang terjadi antara reagen schiff dengan Aseton, aseton direaksikan
dengan pereaksi schiff tidak terbentuk endapan hanya terdapat larutan yang terpisah
menjadi dua lapisan Hal ini karena aseton tidak mempunyai atom H yang terikat
langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami oksidasi Aseton
dalam pereaksi schiff tidak dapat mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk
endapan.
Sampel yang kedua adalah fruktosa. Pada pengujian fruktosa dengan reagen
schiff, tidak terjadi perubahan warna yaitu berwarna ungu pudar saat diberi schiff
dan tidak terdapat endapan merah bata setelah dipanaskan, hal ini menandakan
bahwa tidak terjadi reaksi redoks diantara fruktosa dengan reagen schiff. Pada
praktikum dilakukan uji schiff pada monosakarida seperti fruktosa menghasilkan
endapan merah bata yang menunjukan hasil yang positif. Hal ini dikarenakan
monosakarida mengandung gugus aldehid dan keton. monosakarida pun
merupakan reduktor kuat yang akan bereaksi positif dengan pereaksi organik schiff
yang merupakan oksidator lemah.
Sampel yang berikutnya adalah sukrosa. Pada pengujian sukrosa dengan
menggunakan reagen schiff, tidak terjadi perubahan warna yaitu berwarna ungu
pudar saat diberi schiff dan tidak terdapat endapan merah bata setelah dipanaskan,
hal ini menandakan bahwa tidak terjadi reaksi redoks diantara fruktosa dengan
reagen schiff. Uji schiff yang dilakukan pada sukrosa. Sukrosa merupakan dimer
dari dua molekul monosakarida yang berbeda yaitu D glukosa (bentuk piran) dan
D fruktosalbentuk furan) melaui ikatan glikosida. Uji schiff pada Sukrosa sebelum
dihidolisis menghasilkan larutan berwarna ungu kemerahan, yang menunjukan
hasil yang negatif, hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi
fehling yang tidak memiliki lagi gugus aldehid bebas.
Sampel yang terakhir adalah formaldehida atau formalin. Pada pengujian
formaldehida dengan reagen schiff tidak terjadi perubahan warna yaitu berwarna
ungu kemerahan meskipun sudah dipanaskan yang menandakan bahwa tidak ada
reaksi redoks yang terjadi antara reagen schiff dengan formaldehid. Dimana
formaldehid seharusnya dapat dioksidasi oleh lon Cu dalam pereaksi schiff, karena
formaldehid mempunyai atom hidrogen yang terikat langsung pada karbon
karbonilnya Formaldehid dalam perdaksi schiff akan mereduksi tembaga, sehingga
terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata.
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, R. F. D., Shari, A., Radhina, A., Sari, M. P., Ak, A., Aruan, M., & Orno,
T. G. 2022. Teori Biokimia Dasar. Pt. Scifintech Andrew Wijaya.

Febrianti, D. R., & Sari, R. M. 2016. Analisis Kualitatif Formalin Pada Ikan
Tongkol Yang Dijual Di Pasar Lama Banjarmasin. Jurnal
Pharmascience, 3(2).

Kusuma, S. B. W., & Susatyo, E. B. 2021. Sintesis Ester Selulosa Alami Berbasis
Minyak Esensial Aldehid Takjenuh-Α, Β. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Indonesia: Ketahanan Pangan, Energi Dan Material Maju, 188-233.

Mardiyah, F. F. 2014. Aldehid Dan Keton 4 November 2014.

Saputro, Y. I., Handayani, S., & Atun, S. 2012. Sintesis Senyawa 4-(3-
Hidroksifenil)-3-Buten-2-On Dan Uji Potensinya Sebagai Tabir Surya.

Sembiring, Z., Hastiawan, I., Zainuddin, A., & Bahti, H. H. 2013. Sintesis Basa
Schiff Karbazona Variasi Gugus Fungsi: Uji Kelarutan Dan Analisis
Struktur Spektroskopi Uv-Vis. Prosiding Semirata 2013, 1(1).

Simanjuntak, H., Siahaan, K. W. A., & Hutabalian, L. L. 2021. Modul Penuntun


Praktikum Kimia Dasar.

Sukmawati, W., & Merina, M. 2019. Pelatihan Pembuatan Mipelatihan Pembuatan


Minuman Herbal Instan Untuk Meningkatkan Ekonomi Warganuman
Herbal Instan Untuk Meningkatkan Ekonomi Warga. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 25(4), 210-215.

Tauhid, H. 2022. Green Synthesis, Karakterisasi Dan Uji Toksisitas Senyawa Basa
Schiff Dari Vanilin Dan 2-Aminotiazol Menggunakan Metode Penggerusan
Dengan Variasi Waktu 105, 120, Dan 135 Menit (Doctoral Dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Wonorahardjo, S., Nurindah, N., Sunarto, D. A., Sujak, S., & Zakia, N. 2015.
Analisis Senyawa Volatil Dari Ekstrak Tanaman Yang Berpotensi Sebagai
Atraktan Parasitoid Telur Wereng Batang Coklat, Anagrus Nilaparvatae
(Pang Et Wang)(Hymenoptera: Mymaridae). Jurnal Entomologi
Indonesia, 12(1), 48-48.
Yuliyanto, E. 2018. Kimia Organik: Asam Karboksilat Berbasis Software Marvin
Plus Refleksi.

Yunita, E. 2022. Buku Ajar Konsep Dasar Biomakromolekul. Media Sains


Indonesia.
LAMPIRAN

3. Gambar

3.1 Uji Tollens

3.2 Uji Schiff

Anda mungkin juga menyukai