Anda di halaman 1dari 13

Annisa Puteri Widanti

240210140067
Kelompok 2B
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5. 1. Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Larutan
Larutan
Warna Aroma Bentuk Endapan Kejernihan Suhu Vol/ berat
(Kel)
Suhu
Sebelum Putih Tidak ada Padat - - W awal = 16,35 g
NaCl ruang
W NaCl = 8,86 g
jenuh (1) Sangat Suhu
Sesudah Bening Tidak ada Cair - W sisa = 7,49 g
jernih ruang
Suhu
Sebelum Bening Menyengat Cair - Jernih V alkohol 95% =
Alkohol ruang
25 ml
95% (2) Pink Suhu
Sesudah Menyengat Cair - Jernih W KOH = 0,11 g
Berbayang ruang
Suhu
NaOH Sebelum Putih Tidak ada Padatan - - W NaOH = 1,2031
ruang
5% (3) g
Sesudah Bening Tidak ada Cairan Tak ada Jernih Naik
Suhu
Sebelum Putih Tidak ada Padatan - -
NaOH ruang W NaOH = 0,1179
0.1 N (4) Suhu g
Sesudah Bening Tidak ada Cairan - Bening
ruang
Suhu
Asam Sebelum Bening Asam Cairan - Jernih
ruang V CH3COOH =
Asetat
Suhu 0,14 ml
0,1 N (5) Sesudah Bening Asam Cairan - Jernih
ruang
NaCl Sangat Suhu
Sebelum Putih - Padat - W = 4,9996 g
jenuh (6) jernih ruang
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
Sangat Suhu
Sesudah Bening - Cair -
jernih ruang
Alkohol Sangat Suhu
Sebelum Bening Cair -
Alkohol pekat jernih ruang
V = 36,8 ml
70% (7) Pink Sangat Suhu
Sesudah Alkohol Cair -
berbayang jernih ruang
Sangat Suhu
Sebelum Putih - Padat -
NaOH jernih ruang W NaOH =
10% (8) Sangat Suhu 2,49609 g
Sesudah Bening - Cair -
jernih Naik
Sangat
Sebelum Putih - Padat - Panas
NaOH jernih W NaOH = 1,0067
1N (9) Sangat Suhu g
Sesudah Jernih - Cair -
jernih turun
Sangat
Asam Sebelum Bening Cuka Cair - Hangat
jernih
Asetat V = 1,3 ml
Sangat Suhu
1N (10) Sesudah Bening Cuka Cair -
jernih turun
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
Praktikan diharuskan memahami pembuatan reagen atau larutan pada
praktikum kimia pangan ini. Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih
yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat
dibedakan lagi secara fisik. Di dalam larutan terdapat dua komponen, yakni zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Pelarut adalah komponen yang keadaan
fisiknya tidak berubah ketika larutan itu terbentuk, sedangkan komponen yang
dilarutkan dalam pelarut itu disebut zat pelarut. (Underwood, 2002). Berdasarkan
daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Proses pengenceran melibatkan pencampuran suatu larutan pekat dengan
pelarut tambahan untuk memberikan volume akhir yang lebih besar. Selama
proses ini, banyak mol yang dalam larutan tetap, dan hanya volumenya saja yang
bertambah.
Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan suatu larutan dengan molaritas
tertentu yaitu :
 Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ).
 Ditambahkan air suling.
 Campuran digoyang melingkar untuk melarutkan zat terlarut setelah
ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air
dengan hati-hati sampai volume permukaan cairan tepat berimpit dengan
tanda lingkaran pada leher labu.
Larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal),
biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam
pelarut murni (Brady, 1999). Jadi pembentukan larutan dapat dibuat sebagai
proses hipotesis berikut:
 Jarak antara molekul-molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang
ditampilkan dalam larutan. Tahap ini memerlukan penyerapan energi
untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi yang disertai dengan
peningkatan enthalphi, reaksinya adalah endoterm.
 Pemisahan yang sama terhadap molekul-molekul terlarut terjadi.
 Membiarkan molekul-molekul pelarut dan terlarut bercampur.
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
Larutan yang dibuat pada praktikum kali ini adalah NaCl jenuh, alcohol 95
dan 70%, NaOH 5 dan 10%, NaOH 0,1 dan 1 N, dan Asam asetat 1 N

5.1 Pembuatan NaCl jenuh


Pelarutan NaCl dalam air merupakan interaksi kuat antara zat terlarut
dengan pelarut. Pelarut adalah zat yang melarutkan zat lain dan zat terlarut adalah
zat yang dilarutkan oleh zat lain. Pada percobaan pelarutan NaCl, pelarutan ini
disebut hidrasi. Persamaan reaksi yang dihasilkan yaitu:
NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(l)
Saat pelarutan NaCl, pada air tidak terjadi perubahan warna karena larutan
yang terbentuk adalah larutan sejati yaitu komponen-komponennya tidak akan
terpisah jika didiamkan dan larutan tersebut adalah larutan yang tidak ada bidang
batas antara zat terlarut dan pelarutnya, artinya tidak dapat dibedakan antara
pelarut dan zat terlarut, begitu pula denagn pelarutan NaOH dengan aquades, tidak
dapat dibedakan antara pelarut dan zat terlarutnya.
Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat
terlarut dengan jumlah maksimum, pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan
antara partikel yang melarut dan yang tidak melarut. Larutan yang mengandung
partikel zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan
perlarutnya disebut larutan tidak jenuh (unsaturated solution). Endapan terjadi
jika larutan mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari kemampuan
pelarutnya, larutan ini disebut dengan larutan lewat jenuh (super saturated
solution). (Sumardjo, 2008)
Berikut adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara kelarutan
garam dan suhu. Hubungan suhu dengan proses apapun bergantung pada
perubahan entropinya—yang di mana energy kinetic termalnya dapat menyebar
rata ke seluruh sistem. Saat zat padat dilarutkan, komponen molekul atau ionnya
berdifusi terhadap volume larutan yang lebih besar, membawa energy termal
bersamanya. Sehingga entropinya diperkirakan akan meningkat—hal yang
membuat proses apapun berpindah ke tingkat yang lebih tinggi pada suhu yang
lebih tinggi.
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B

Gambar 1. Hubungan antara Kelarutan Garam dan Suhu


Gambar di atas menunjukkan bahwa seiring naiknya suhu, maka kelarutan
NaCl naik dengan perlahan.

5.2 Pembuatan Alkohol 70% dan 95%


Alkohol dapat didefinisikan sebagai komponen organik dengan rumus
umum R-OH, dimana R adalah gugus alkil atau alkil tersubstitusi. Pada etanol
diperoleh dari fermentasi yeast yang biasanya terdapat pada minuman beralkohol.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia yang dimiliki alkohol.
 Bentuk fisik : Cairan
 Bau : khas alcohol
 Rasa : Terbakar, tajam.
 Berat molekul : Tidak dipakai
 Warna : tak berwarna
 pH : Netral
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
 Titik didih : > 760C (168,80F)
 Titik baku : -113,840C (-172,90F)
 Masa jenis : 0,789 – 0,806
 Tekanan uap : 5.7 kPa
 Densitas : 1,59 – 1,62
 Tingkat penguapan : 1,7
 Solubilitas / kelarutan : larut dalam air dingin, air panas, methanol, dietil
eter, dan aseton.
Sifat Fisik alkohol:
 Alkohol monohidroksi suku rendah (jumlah atom karbon 1-4 ) berupa
cairan tidak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala
perbandingan.
 Kelarutan alkohol dalam air makin rendah bila rantai hidrokarbonnya
makin panjang.
 Makin tinggi berat molekul alkohol, makin tinggi pula titik didih dan
viskositasnya.
 Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat
yang tidak berwarna.
 Alkohol suku rendah tidak mempunyai rasa, akan tetapi memberikan kesan
panas dalam mulut.
Praktikum kali ini menggunakan alcohol yang berkonsentrasi 95%. Bahan
yang harus disiapkan adalah PP 1% dan larutan KOH 0,1 N yang harus dibuat
sebelumnya.
Larutan KOH 0,1 N dibuat dengan cara melarutkan KOH padat dalam 25
ml aquades. Jumlah KOH yang harus ditimbang didapatkn dari perhitungan
berikut:
g 1000
0,1  
Mr V (ml )
gr 1000
0,1  
36 25
g  0,1g
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
0,1 g KOH padat kemudian dilarutkan dengan 25 ml aquades dan larutan
ini disimpan. Alkohol kemudian ditetesi 5 tetes indicator PP 1% namun tidak
terjadi perubahan warna karena alcohol bersifat asam lemah. Larutan KOH lalu
diteteskan secara perlahan sambil diaduk ke dalam larutan tersebut. Ketika
warnanya sudah berubah menjadi merah muda yang membayang, pencampuran
dihentikan. Perubahan warna ini terjadi karena adanya indikator yang dapat
mendeteksi perubahan pH dalam larutan tersebut yang mulai menjadi basa. Fungsi
indikator PP adalah untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam, basa, atau
netral. Indicator ini akan berwarna putih atau bening jika berada dalam suasana
asam, berwarna merah jika dalam keadaan basa dan berwarna merah muda jika
dalam keadaan netral.
Hal yang sama dilakukan pada alcohol 70% yang merupakan pengenceran
dari alcohol 95%, didapat dari perhitungan sebagai berikut;
V1  M 1  V2  M 2
V1  95  50  70
V1  36,84ml
Perbedaan antara keduanya adalah jumlah KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan alcohol tersebut. Alkohol pada dasarnya bersifat sedikit asam
sehingga semakin tinggi konsentrasinya, semakin asam ia, sehingga butuh jumlah
KOH yang lebih untuk menetralkannya.
Pada pembuatan alkohol netral ini yang digunakan adalah alkohol 95 %
bukan alkohol 100%. Hal ini disebabkan karena etanol bukanlah campuran biasa,
namun merupakan campuran azeotrop. Azeotrop adalah campuran dari dua atau
lebih cairan dalam sedemikian rupa sehingga komponen yang tidak dapat diubah
dengan distilasi sederhana. (Moore, 1962) Hal ini terjadi karena ketika azeotrop
direbus uap memiliki proporsi yang sama dari konstituen sebagai campuran
direbus. Uap dari alcohol merupakan 95.57% alcohol. Jika 95.57% etanol
dididihkan maka uapnya juga akan memiliki proporsi 95,57% alcohol sampai
tetes terakhir menguap. (Inglis-Arkell, 2015)
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
5.3 Pembuatan Larutan NaOH 5% dan 10%
Natrium hidroksida terbentuk dari senyawa oksida basa, natrium oksida
yang dilarutkan ke dalam air. Senyawa ini membentuk larutan alkalin yang kuat
ketika dilarutkan ke dalam air.
Natrium hidroksida memiliki sifat fisik berbentuk padat, berwarna putih
solid, higroskopis, tidak berbau, dan padatannya berbentuk kristal. Sifat kimia dari
NaOH adalah memiliki titik lebur sebesar 3180C, titik didih sebesar 13880C, larut
dalam gliserol, dan derajat keasaman (pKa) =13
Pembuatan larutan NaOH 5% dan 10% dilakukan dengan cara melarutkan
NaOH dalam akuades. Berikut adalah perhitungannya:
-NaOH 5% - NaOH 10%
gr  25  5% gr  25  10%
5 10
gr  25  gr  25 
100 100
gr  1,25 g gr  2,5 g
Ketika padatan NaOH ditambahkan akuades, larutan menjadi keruh, suhu
naik, lalu larutan kembali menjadi bening tidak berwarna. Setelah dipindahkan ke
labu ukur dan ditambahkan akuades kembali, suhu turun menjadi seperti semula.
Pada saat pembuatan larutan NaOH ini, dilakukan dengan cara
menambahkan akuades ke labu ukur dan kemudian mengocoknya sampai
homogen, maka terjadi reaksi yang ditandai dengan larutan menjadi panas, terjadi
reaksi eksotermal di mana sejumlah besar panas dilepaskan ke lingkungan oleh
sistem. Larutan yang menjadi bening karena NaOH yang mula-mula padat
berubah menjadi cair. Reaksi kimia yang terjadi :
NaOH (s) + H2O  NaOH (aq)

5.4 Pembuatan NaOH 0,1 N dan 1 N


Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N dan 1 N. Pertama-tama, NaOH
bubuk ditimbang dengan perhitungan sebagai berikut:
g 1000 g 1000
0,1N   1N  
40 25 40 25
g  0,1g g  1g
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
Setelah ditimbang 0,1 gram NaOH, kemudian dimasukkan dalam labu
ukur 25 mL. Setelah itu ditambahkan aquades yang telah didinginkan sampai
tanda batas ke dalam labu ukur tersebut, kemudian dihomgenkan. Hal yang sama
dilakukan pada 1 gram NaOH untuk pembuatan NaOH 1 N. Lalu larutan NaOH
tersebut dimasukkan ke dalam botol, dan diberi label. Pada saat larutan NaOH
dilarutkan dengan aquades, larutan tersebut terasa panas. Hal ini disebabkan
karena adanya reaksi eksoterm yaitu perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan,
sehingga suhu lingkungan naik (reaksi kimia disertai pengeluaran panas ke
lingkungan). Semakin banyak NaOH yang dilarutkan dalam air, maka suhunya
makin tinggi. NaOH bersifat basa kuat karena atom Na+ memiliki energi yang
cukup rendah. Dan juga pada saat pelarutan NaOH dengan aquades tidak terjadi
perubahan warna sesuai dengan penjelasan pada pelarutan NaOH dan aquades
yaitu:
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2O(l).
Pada pencampuran NaOH dan aquades tidak dapat dibedakan antara
pelarut dan zat terlarutnya karena larutan terhidrolisis sempurna.
Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa
yang umumnya digunakan pada saat titrasi. Larutan baku sekunder merupakan
larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan
dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Syarat-syarat larutan baku sekunder:
 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

5.5 Pembuatan Larutan Asam Asetat


Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana. Asam
asetat memiliki nama lain yaitu asam etanoat dan asam cuka. Asam asetat adalah
senyawa kimia asam organik yang dikenal dengan pemberi rasa asam dan aroma
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni
merupakan cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,70C.
Sifat fisik asam asetat adalah memiliki aroma bau asam, tidak berwarna dan
tidak terdapat endapan pada larutannya. Sifat kimia dari larutan ini adalah larutan
ini sangat korosif dan menyebabkan luka bakar. (Soemanto, 2000)
Pembuatan asam asetat 1 N maka harus dilarutkan 0,14 ml asam asetat
dengan aquades, didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:
  10  10%
M 
Mr
1,05  10  10%
M 
60,05
M  17,48M

V  M e
V  17,48  1  17,48

V1  N1  V2  V1
V1  17,48  25  0,1
V1  0,14ml
Pada pembuatan larutan asam asetat 1 N ini dilakukan pengenceran.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Khopkar,
1990).
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu akuades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan/diencerkan (Brady, 1999).
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia asam asetat:
a) Keadaan fisik dan penampilan: Cairan.
b) Bau: pedas, cuka-seperti, asam (Strong.)
c) Rasanya: Cuka, asam (Strong.)
d) Berat Molekul: 60,05 g / mol
e) Warna: tak berwarna. Jelas (Light.)
f) pH (1% soln / air): [. Asam] 2
g) Titik Didih: 118,1 ° C (244,6 ° F)
h) Melting Point: 16,6 ° C (61,9 ° F)
i) Kritis Suhu: 321,67 ° C (611 ° F)
j) Spesifik Gravity: 1,049 (Air = 1)
k) Tekanan Uap: 1.5 kPa (@ 20 ° C)
l) Kepadatan uap: 2.07 (udara = 1)
m) Volatilitas: Tidak tersedia.
n) Bau Threshold: 0,48 ppm
o) Air / Minyak Dist. . Coeff: Produk ini lebih mudah larut dalam air; log
(minyak / air) = -0.2
p) Ionicity (dalam air): Tidak tersedia.
q) Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air, dietil eter, aseton.
r) Kelarutan:
s) Mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam dietil eter,
aseton. Larut dengan Gliserol, alkohol, Karbon Benzene, Tetraklorida.
Praktis tidak larut dalam disulfida Karbon.
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
 Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi.
 Larutan dapat dicari konsentrasinya melalui beberapa cara, yaitu persen
berat (b/b), persen volume (v/v), persen campuran (b/v), ppm dll.
 Adanya endapan merupakan tanda bahwa larutan sudah lewat jenuh.
 Kelarutan NaCl meningkat seiring dengan kenaikan suhu
 Reaksi yang terjadi antara larutan yang satu dengan larutan yang lain dapat
menimbulkan endapan, gas, bau, perubahan warna, perubahan suhu, dan
lain sebagainya.
 Meningkatnya suhu larutan pada pembuatan NaOH disebabkan karena ∆H
larutan naik, dan itu berarti reaksi ini bersifat eksoterm yang merupakan
sifat basa kuat jika dicampurkan dengan akuades.

5.2. Saran
 Pembuatan larutan harus dilakukan dengan teliti agar hasilnya tetap
kuantitatif
 Pembuatan larutan NaOH harus dilakukan dengan hati-hati karena
reaksinya bersifat eksoterm sehingga dapat menyebabkan wadahnya panas.
Annisa Puteri Widanti
240210140067
Kelompok 2B
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara, Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.

Esther Inglis-Arkell. 2015. Why Can't You Distill Liquor That's 100 Percent Pure
Alcohol?. Available at http://io9.com/why-cant-you-make-liquor-thats-
100-percent-pure-alcohol-1701953611. [Diakses 27 September 2015]

Khopkar, S. M.. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas


Indonesia. Jakarta.

Lower, S., Professor Emeritus. 2015. Chem1 Virtual Textbook for General
Chemistry. Available at
http://www.chem1.com/acad/webtext/virtualtextbook.html. [Diakses 27
September 2015]

Moore, Walter J. 1962. Physical Chemistry, Edisi 3., Prentice-Hall, hal. 140–142

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahssiwa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bio Eksakta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Underwood, dkk. 2002. Analisis Kimia Kuntitatif. Edisi keenam. Penerjemah


Iis Sopyan. Penerbit PT. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai